Bab 5 Puntiran. Gambar 5.1. Contoh batang yang mengalami puntiran

dokumen-dokumen yang mirip
PUNTIRAN. A. pengertian

Respect, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Mekanika Bahan Kode : TSP 205. Torsi. Pertemuan - 7

BAB II STUDI PUSTAKA

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

Pertemuan IV II. Torsi

BAB 4 Tegangan dan Regangan pada Balok akibat Lentur, Gaya Normal dan Geser

Mekanika Bahan TEGANGAN DAN REGANGAN

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Tegangan Dalam Balok

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. karbon, baja paduan rendah mutu tinggi, dan baja paduan. Sifat-sifat mekanik dari

l l Bab 2 Sifat Bahan, Batang yang Menerima Beban Axial

300 mm 900 mm. ΣF = 0 : Rv 20 kn + 10 kn 40 kn = 0 Rv = 50 kn. δ = P L / A E. Maka δ akan berbeda untuk P, L, A, atau E yang berbeda.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum. Berkembangnya kemajuan teknologi bangunan bangunan tinggi disebabkan

Macam-macam Tegangan dan Lambangnya

TEGANGAN DAN REGANGAN

Torsi sekeliling A dari kedua sayap adalah sama dengan torsi yang ditimbulkan oleh beban Q y yang melalui shear centre, maka:

Pembebanan Batang Secara Aksial. Bahan Ajar Mekanika Bahan Mulyati, MT

Tujuan Pembelajaran:

D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Eksentrisitas dari pembebanan tekan pada kolom atau telapak pondasi

BAB I PENDAHULUAN. Dinding ( wall ) adalah suatu struktur padat yang membatasi dan melindungi

BAHAN AJAR FISIKA KELAS XI IPA SEMESTER GENAP MATERI : DINAMIKA ROTASI

DAFTAR NOTASI. = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balok-kolom (mm²) = Luas penampang tiang pancang (mm²)

Contoh Soal dan Pembahasan Dinamika Rotasi, Materi Fisika kelas 2 SMA. Pembahasan. a) percepatan gerak turunnya benda m.

Bab 6 Defleksi Elastik Balok

III. TEGANGAN DALAM BALOK

DAFTAR NOTASI. Luas penampang tiang pancang (mm²). Luas tulangan tarik non prategang (mm²). Luas tulangan tekan non prategang (mm²).

Struktur Beton. Ir. H. Armeyn, MT. Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Sipil dan Geodesi Institut Teknologi Padang

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL BANDUNG

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR PERPAJAKAN PUSAT KOTA SEMARANG

DAFTAR NOTASI. A cp. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERPUSTAKAAN PUSAT YSKI SEMARANG

xxv = Kekuatan momen nominal untuk lentur terhadap sumbu y untuk aksial tekan yang nol = Momen puntir arah y

DAFTAR NOTASI. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom

DAFTAR NOTASI. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan

DAFTAR NOTASI. xxvii. A cp

FISIKA XI SMA 3

ANALISA BALOK SILANG DENGAN GRID ELEMEN PADA STRUKTUR JEMBATAN BAJA

PEGAS. Keberadaan pegas dalam suatu system mekanik, dapat memiliki fungsi yang berbeda-beda. Beberapa fungsi pegas adalah:

2. Kolom bulat dengan tulangan memanjang dan tulangan lateral berupa sengkang

a home base to excellence Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 Pelat Pertemuan - 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut :

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Bab 3 (3.1) Universitas Gadjah Mada

Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA

Gambar 7.1 Sebuah benda bergerak dalam lingkaran yang pusatnya terletak pada garis lurus

BAB II LANDASAN TEORI CORE WALL

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer

2- ELEMEN STRUKTUR KOMPOSIT

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu

bermassa M = 300 kg disisi kanan papan sejauh mungkin tanpa papan terguling.. Jarak beban di letakkan di kanan penumpu adalah a m c m e.

ANALISIS DAKTILITAS BALOK BETON BERTULANG

PERHITUNGAN DAN PENGGAMBARAN DIAGRAM INTERAKSI KOLOM BETON BERTULANG DENGAN PENAMPANG PERSEGI. Oleh : Ratna Eviantika. : Winarni Hadipratomo, Ir.

BAB IV EVALUASI KINERJA DINDING GESER

VII. KOLOM Definisi Kolom Rumus Euler untuk Kolom. P n. [Kolom]

L p. L r. L x L y L n. M c. M p. M g. M pr. M n M nc. M nx M ny M lx M ly M tx. xxi

ANALISIS KOLOM BAJA WF MENURUT TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG ( SNI ) MENGGUNAKAN MICROSOFT EXCEL 2002

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. LENTURAN. Gambar 2.1. Pembebanan Lentur

Resume Mekanika Struktur I

C. Momen Inersia dan Tenaga Kinetik Rotasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

a. Hubungan Gerak Melingkar dan Gerak Lurus Kedudukan benda ditentukan berdasarkan sudut θ dan jari jari r lintasannya Gambar 1

Setelah membaca modul mahasiswa memahami pembagian kecepatan di arah vertical dan horizontal.

Pertemuan V,VI III. Gaya Geser dan Momen Lentur

LANDASAN TEORI. Katungau Kalimantan Barat, seorang perencana merasa yakin bahwa dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan Pada Pelat Lantai

ANALISA LENTUR DAN TORSI PADA CORE-WALL TERBUKA DAN TERTUTUP DENGAN TEORI THIN-WALLED TUGAS AKHIR FRANS SUBRATA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan

FIsika DINAMIKA ROTASI

PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BANK MANDIRI JL. NGESREP TIMUR V / 98 SEMARANG

PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN

ANALISIS BALOK BERSUSUN DARI KAYU LAPIS DENGAN MENGGUNAKAN PAKU SEBAGAI SHEAR CONNECTOR (EKSPERIMENTAL) TUGAS AKHIR

Perancangan Struktur Atas P7-P8 Ramp On Proyek Fly Over Terminal Bus Pulo Gebang, Jakarta Timur. BAB II Dasar Teori

DEFORMASI BALOK SEDERHANA

VII ELASTISITAS Benda Elastis dan Benda Plastis

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan Persetujuan Surat Pernyataan Kata Pengantar DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN

Bab V : Analisis 32 BAB V ANALISIS

IV. DEFLEKSI BALOK ELASTIS: METODE INTEGRASI GANDA

A. Pendahuluan. Dalam cabang ilmu fisika kita mengenal MEKANIKA. Mekanika ini dibagi dalam 3 cabang ilmu yaitu :

DESAIN BALOK SILANG STRUKTUR GEDUNG BAJA BERTINGKAT ENAM

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG DEWAN KERAJINAN NASIONAL DAERAH (DEKRANASDA) JL. KOLONEL SUGIONO JEPARA

ANALISIS SHELL YANG BERBENTUK CYLINDRICAL SURFACE BERDASARKAN RADIAN YANG VARIATIF DIBANDINGKAN DENGAN PROGRAM ANSYS ZAINAL AZHARI

Perhitungan Struktur Bab IV

PERENCANAAN STRUKTUR UNIT GEDUNG A UNIVERSITAS IKIP VETERAN SEMARANG

Gambar 7.1. Stabilitas benda di atas berbagai permukaan

BAB III LANDASAN TEORI. beban hidup dan beban mati pada lantai yang selanjutnya akan disalurkan ke

PERHITUNGAN BALOK DENGAN PENGAKU BADAN

BAB II DASAR-DASAR DESAIN BETON BERTULANG. Beton merupakan suatu material yang menyerupai batu yang diperoleh dengan

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA UNIMUS

ELEMEN-ELEMEN STRUKTUR BANGUNAN

1. Rencanakan Tulangan Lentur (D19) dan Geser (Ø =8 mm) balok dengan pembebanan sbb : A B C 6 m 6 m

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Struktur Lipatan. Struktur Lipatan 1

Transkripsi:

Bab 5 Puntiran 5.1 Pendahuluan Pada bab ini akan dibahas mengenai kekuatan dan kekakuan batang lurus yang dibebani puntiran (torsi). Puntiran dapat terjadi secara murni atau bersamaan dengan beban aksial, momen lentur dan gaya lintang. Puntiran murni dapat terjadi misalnya pada batang-batang poros mesin. Batang-batang ini kebanyakan berpenampang lingkaran. Sedangkan pada struktur bangunan, misalnya puntiran terjadi pada balok pinggir atau balok luifel, kolom pada bangunan gedung akibat pembebanan horisontal, jembatan lengkung dan lain sebagainya. Batang-batang ini biasanya berpenampang persegi, T, I atau box. Gambar 5.1 memperlihatkan contoh batang-batang yang mengalami puntiran. Gambar 5.1. Contoh batang yang mengalami puntiran 5.2 Batang Berpenampang Lingkaran Sekarang kita tinjau sebuah batang prismatis berpenampang lingkaran masiv yang menerima puntiran yang saling berlawanan arah pada kedua ujungnya, seperti diperlihatkan pada Gambar 5.2. Akibat puntiran, penampang akan berputar terhadap sumbu longitudinal batang. Puntiran ini menyebabkan salah sath ujung batang berputar terhadap Iainnya. Sebelum membalias tentang tegangan-tegangan akibat puntiran tersebut, ada beberapa asumsi khususnya untuk batang yang homogen berpenampang Iingkaran atau tabung, yaitu: Potongan datar yang tegak lurus terhadap sumbu batang akan tetap datar setelah mengalami puntiran. Akibat lanjut dan asumsi ini adalah tidak akan terjadi regangan geser pada bidang-yang sejajar dan melalui sumbu batang. Adanya puntiran, potongan datar ini akan tetap rigid, sehingga regangan geser berbanding lurus dengan jaraknya dan sumbu batang.

Tidak terjadi deformasi arah memanjang batang. Gambar 5.2. Batang berpenampang lingkaran menenma puntiran Tinjaulah sebuah elemen sangat kecil ABCD yang dibatasi oleh potongan I dan II (lihat Gambar 5.2 (b)). Akibat puntiran, potongan II akan berputar terbadap potongan I, misalnya ruas BC bergerak menjadi B C. Panjang ruas-ruas elemen ini tidak mengalami perubahan, sehingga elemen mengalami geser murni. Secara umum tegangan-tegangan yang terjadi pada elemen kecil seperti pada Gambar 5.2. (c) adalah sebagai berikut: ε ε = ε = 0 atau σ = σ = σ = 0 r = θ x r θ x γ rθ = γ rx = 0 atau τ r θ = τ rx = 0 (5.1) Satu-satunya tegangan yang tidak sama dengan nol adalah yang selanjutnya dituliskan τ r θ saja. Besarnya regangan geser γ R adalah: Sedangkan regangan geser pada sembarang titik yang berjarak r dan sumbu batang adalah: Momen torsi T sama dengan gaya dalam yang timbul akibat geser dikalikan dengan jaraknya ke sumbu batang (lihat Gambar 5.3):

Gambar 5.3. Momen torsi luar dan dalam Sehingga tegangan geser maksimum yang terjadi adalah: dengan Ip adalah momen inersia polar penampang lingkaran, yang besarnya: dengan : d = 2R Tegangan geser sembarang titik yang berjarak r dan sumbu batang: Untuk batang dengan penampang lingkaran berongga seperti tampak pada Gambar 5.4, momen inersia polar Ip, dapat dihitung dengan rumus: Gambar 5.4. Penampang lingkaran berongga 5.3. Batang Berpenampang Berongga yang Berdinding Tipis Jika penampang lingkaran berongga berdinding sangat tipis, momen inersia polar dapat didekati dengan rumus:

dengan t : tebal pipa d : diameter pipa Gambar 5.5. Penampang berongga dengan dinding tipis Sebuah contoh batang dengan sembarang penanipang berongga yang berdinding tipis dapat dilihat path Gambar 5.5. Jika aliran gaya q menyatakan besarnya gaya persatuan panjang yang besarnya konstan, yang mana dapat dihitung dengan: q = τ t, (5.8) maka besarnya momen puntir adalah (lihat juga Gambar 5.5(a)): r q ds = dar = T = q ds r (5.9) dengan da =q ds dan r adalah jarak da ke titik berat penampang. Jika luas daerah terarsir (luas segitiga): maka Persamaan (5.9) dapat dituliskan menjadi: T = 2q da = 2qAm (5.11) A m dengan A m : luas penampang yang dibatasi oleh tengah-tengah antara sisi luar dan dalam dan dinding bagian luar dan dalam (luas terarsir pada Gambar 5.5 (b)). Sedangkan tegangan geser dapat dihitung dengan rumus:

5.4 Energi yang Tersimpan dalam Batang yang dibebani Geser Murni Untuk memudahkan dalam mencari beberapa konstanta penampang akibat puntir, berikut akan dibahas terlebih dahulu energi yang tersimpan dalam batang yang dibebani geser. Gambar 5.6 memperlihatkan deformasi elemen kecil akibat geser murni pada sisi-sisinya. (a) sebelum deformasi (b) setelah deformasi Gambar 5.6 Elemen yang menerima geser murni Jika panjang keempat sisi masing-masing adalah h dan tebal elemen t, maka besarnya gaya geser V adalah V = h t, (5.13) Akibat gaya geser ini, titik sudut akan bergeser sebesar δ (lihat Gambar 5.6 (b) yang besarnya: δ = γh Jika Gambar 5.7 menunjukkan grafik hubungan antara perpindahan δ dan gaya geser V, maka energi regangan tersimpan dalam elemen u sama dengan luas daerah yang terarsir, yang besarnya:

Gambar 5.7. Energi regangan elemen Sedangkan besarnya kerapatan energi u (enegi persatuan volume) adalah: Dengan memperhatikan Persamaan (5.15) dan (2.12), maka kerapatan energi u juga dapat dituliskan: Sedangkan besarnya kerapatan energi regangan pada sebuah batang berpenampang Iingkaran yang dibebani puntiran murni T adalah: dengan r adalah jari-jari elemen yang ditinjau. Sehingga besarnya energi regangan yang tersimpan dalam batang sepanjang L dengan luasan kecil da: Jika da = 2πrdr, maka energy seluruhnya maka energi yang tersimpan pada batang akibat momen puntir T adalah: Jika hubungan antara Tdan dapat dijelaskan seperti pada Gambar 5.8 yang mana: 1 U = Tφ (5.18) 2 maka dengan memperhatikan Persamaan (5.17) didapatkan :

Sehingga energi yang tersimpan pada batang dengan sudut puntir φ adalah: Gambar 5.8 Hubungan antara puntiran T dengan sudut puntir 0 Jika θ adalah besarnya sudut puntir total persatuan panjang L maka dari Persamaan (5.19) didapatkan bahwa sudut ini akan berbanding lurus dengan momen puntir T dan berbanding terbalik dengan hasil kali GI p. Nilai G Ip dikenal sebagai ketegaran/ kekakuan puntir (torsional rigidity) 5.5. Penampang Solid Bukan Lingkaran Penurunan secara analitis untuk batang dengan penampang solid bukan lingkaran cukup rumit, karena asumsi-asumsi yang berlaku pada penampang Iingkaran (Bab 5.2) tidak berlaku lagi. Sebagai contoh pada penampang segiempat yang dibebani puntir, pada bagian sudut-sudut penampang akan mengalami distorsi. Gambar 5.9 diperlihatkan distribusi tegangan geser disepanjang garis yang arahnya radial dan titik pusat berat. Tegangan geser maksimum akan terjadi pada serat terluar sisi panjang, sedangkan pada bagian sudut tegangan geser menjadi nol.

Gambar 5.9. Distribusi tegangan geser pada penampang persegi akibat puntiran Meskipun cukup rumit, telah didapatkan rumusan untuk menghitung tegangan geser maksimum pendek, yaitu: τ maks yang nilainya tergantung perbandingan antara sisi panjang dan Dengan, b dan a : sisi panjang : sisi pendek α, β : koefisien untuk penampang persegi, lihat Tabel 5.1 b a Tabel 5.1. Koefisien α dan β untuk penampang persegi 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 4,00 6,00 10,00 α 0,208 0,231 0,246 0,256 0,267 0,282 0,299 0,312 0,333 β 0,141 0,196 0,229 0,249 0,263 0,281 0,299 0,312 0,333 Untuk penampang yang tersusun dari gabungan bebrapa penampang persegi, Persamaan (5.22) dan (5.23) menjadi:

Untuk penampang yang tipis nilai α dan β sama yaitu mendekati 1/3, untuk selanjutnya dapat dilihat pada sub Bab 5.6. di bawah. 5.6. Penampang Gabungan Beberapa Penampang Persegi Tipis Untuk batang dengan penampang persegi tipis dengan tinggi b dan tebal h seperti ditunjukkan pada Gambar 5.10(a) nilai J dapat didekati dengan: dengan, b : sisi panjang h: sisi pendek Sedangkan nilai J untuk gabungan beberapa penampang persegi dihitung dan penjumlahan masing-masing penampang: (a) tunggal (b) gabungan Gambar 5.10. Penampang persegi tipis memanjang dan gabungan 5.7 Contoh/Aplikasi 1. Sebuah batang pejal mempunyai penampang Iingkaran dengan diameter 120 mm. Tegangan geser ijin adalah 50 MPa dan G = 1. 10 5 MPa. Berapakah momen puntir

maksimum yang diperkenankan jika sudut puntir persatuan panjang dibatasi hanya θ = 1 o saja. Penyelesaian: Momen puntiran maksimal akan dibatasi oleh dua ketentuan, yaitu: a) Berdasarkan tegangan ijin, T maks besarnya adalah: b) Berdasarkan sudut puntir maksimum, besarnya T maks adalah: diambil terkecil yaitu T maks = 0,0 1696 MNm = 16,96 knm. 2. Sebuah pipa bundar dengan tebal t = 3 mm dan diameter dalam 100 mm. Hitunglah tegangan geser yang terjadi pada pipa tersebut jika menerima beban puntir sebesar T 5000 Nm. Penyelesaian: Tegangan geser yang terjadi: τ = 2. T A m τ = 102,99 MPa 3 5000 10 =. t 2.8091,3 3

3. Berapakah perbandinngan luas yang diperlukan antara pipa bundar dan pipa pesegi, jika bahan, tegangan geser ijin, tebal, panjang yang sama dan momen puntir yang harus didukung sama. Penyelesaian: Dari soal diatas, maka diperlukan A ml (untuk penampang Iingkaran) dan A m2 (untuk penampang persegi) yang sama dengan perbandingan: π. 4 2 2 d = b b = 0,8862d Luas penampang pipa bundar A 1 = π.d. t Luas penampang pipa bujur sangkar A 2 = 4 b t A A 2. d. t = 4.0,8862d. t 1 π = 0,8862 5.8. Rangkuman Pada bahasan mengenai puntiran, ada beberapa hal penting yang dapat disimpulkan antara lain: 1. Untuk penampang lingkaran potongan datar yang tegak lurus sumbu batang akan tetap datar setelah mengalami puntiran, tidak terjadi deformasi dan tegangan arab memanjang batang, tegangan geser pada titik yang berjarak r dan titik pusat lingkaran adalah: Tr τ = (5.5) I p 2. Untuk penampang berongga yang berdinding tipis dengan tebal t, tegangan geser adalah: T τ = (5.12) 2Am. t 3. Untuk penampang tersusun dan beberapa penampang persegi, tegangan geser maksimum dirumuskan:

T τ maks = (5.22) α 2. bi. ai dengan a adalah lebar atau sisi pendek dan b sisi panjang penampang. 5.9. Soal-soal 1. Penampang box seperti terlihat pada Gambar 5.11 digunakan untuk batang yang menahan puntiran T = 0,2 knm. Panjang batang adalah 3 m. Tentukan tegangan geser maksimum dan sudut puntiran yang terjadi jika diketahui modulus geser bahan G = 80 GPa. 2. Batang yang terjepit pada salah satu ujungnya dengan panjang 15 m dibebani puntiran pada ujung yang lain T = 0,15 knm (lihat Gambar 5.12). Hitunglah - tegangan maksimum dan berapakah besamya sudut rotasi antara kedua ujung batang. 3. Suatu balok beton dengan penampang seperti Gambar 5.13. tentukanlah tegangan geser maksimum jika balok tersebut dibebani momen puntir sebesar 5 knm.