BAB I PENDAHULUAN. 1 Chris Hartono, Mandiri dan Kemandirian, dalam Majalah Gema STT Duta Wacana, Maret 1983, p. 46.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

I.1. PERMASALAHAN I.1.1.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Majelis Agung GKJW, Tata dan Pranata GKJW, Pranata tentang jabatan-jabatan khusu, Bab II-V, Malang,

BAB I. Pendahuluan Latar Belakang Kajian

Bab I PENDAHULUAN. Perubahan tersebut juga berimbas kepada Gereja. Menurut Tata Gereja GKJ, Gereja adalah

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 1999, hlm 30

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH

Bab I Pendahuluan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dr. Harun, Iman Kristen (Jakarta: PT.BPK Gunung Mulia), 2001, hlm

BAB I PENDAHULUAN A. MASALAH. A.1. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG

ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB BAB I NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Masalah. Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasahan. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan keberadaannya. Dari ajaran resmi yang dituangkan di dalam Pokok-

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB V : KEPEMIMPINAN GEREJAWI

BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kemandirian dalam bidang daya dan kemandirian dalam bidang dana. 1 Kemandirian dalam

BAB I PENDAHULUAN. Khotbah merupakan salah satu bagian dari rangkaian liturgi dalam

BAB I PENDAHULUAN. bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjamuan kudus merupakan perintah Tuhan sendiri, seperti terdapat dalam Matius 26:26-29, Mar

BAB I PENDAHULUAN. 1 Ratna Megawangi, Membiarkan Berbeda?, Bandung, Penerbit Mizan, 1999, p. 101

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. Pendahuluan UKDW

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Jurnal Teologi Gema Duta Wacana edisi Musik Gerejawi No. 48 Tahun 1994, hal. 119.

BAB I PENDAHULUAN. GPIB, 1995 p. 154 dst 4 Tata Gereja GPIB merupakan peraturan gereja, susunan (struktur) gereja atau sistem gereja yang ditetapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk kepada anak-anak. Mandat ini memberikan tempat bagi anak-anak untuk

UKDW. BAB I Pendahuluan. A. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH

A. PENDAHULUAN A.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. 1986, h Afra Siauwarjaya, Membangun Gereja Indonesia 2: Katekese Umat dalam Pembangunan Gereja

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Obor Indonesia, 1999, p Jane Cary Peck, Wanita dan Keluarga Kepenuhan Jati Diri dalam Perkawinan dan Keluarga, Yogyakarta:

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Singkat GPIB Jemaat Bethesda Sidoarjo

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN UKDW. E.P. Ginting, Religi Karo: Membaca Religi Karo dengan Mata yang Baru (Kabanjahe: Abdi Karya, 1999), hlm.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan. Pelayanan kepada anak dan remaja di gereja adalah suatu bidang

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah

PEMAHAMAN MAKNA LITURGI (Studi Mengenai Makna Warna-warna Liturgis dalam Pemahaman Jemaat Gereja Kristen Protestan Bali/GKPB)

BAB V PENUTUP. Setelah penulis mengkaji nilai keadilan yang diterapkan dalam kehidupan

BAB V PENUTUP. budaya Jawa terhadap liturgi GKJ adalah ada kesulitan besar pada tata

BAB I PENDAHULUAN. Hasil wawancara penulis dengan AK pada tanggal 17 Oktober

BAB IV PEMAHAMAN TENTANG PERSEMBAHAN

12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UKDW. Bab I PENDAHULUAN

UKDW. Bab I Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB V PENUTUP. diberikan saran penulis berupa usulan dan saran bagi GMIT serta pendeta weekend.

BAB I. A. Latar belakang permasalahan

Saya Dapat Menjadi Pekerja

BAB V PENUTUP. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Permasalahan

PENGINJILAN I. PENTINGNYA VISI DAN MISI PENGINJILAN DALAM GEREJA LOKAL

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dra.Ny.Singgih D.Gunarsa, Psikologi Untuk Keluarga, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1988 hal. 82

BAB IV ANALISA PEMAHAMAN MENGENAI BENTUK-BENTUK PELAYANAN KOMISI DOA DI JEMAAT GPIB BETHESDA SIDOARJO SESUAI DENGAN

BAB I PENGORGANISASIAN BAGIAN PERTAMA GEREJA. Pasal 1 LOGO, MARS, DAN HYMNE

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. 1. Latar Belakang Masalah

Dalam rangka mewujudkan kehidupan bergereja yang lebih baik, GKJ Krapyak mempunyai strategi pelayanan kemajelisan sebagai berikut :

Dasar Kebersatuan Umat Kristen. Efesus 2: Pdt. Andi Halim, S.Th.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Tata dan Pranata Greja Kristen Jawi Wetan dan Peraturan Majelis Agung Tentang Badan-badan Pembantu

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. 1 Awig-awig pesamuan adat Abianbase, p.1

1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. PERMASALAHAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN. A.1 Latar Belakang Permasalahan

TATA GEREJA PEMBUKAAN

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Gereja merupakan sebuah wadah yang seharusnya aktif untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Oikumenikal dan Evangelikal.

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang

BAB IV TINJAUAN KRITIS. budaya menjadi identitasnya. Apabila manusia dicabut dari budayanya, ia bukan lagi orang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN Gereja sebagai persekutuan orang-orang percaya yang dipanggil dan ditempatkan di dunia ini mempunyai tugas. Tugas gereja adalah untuk menyatakan hakekatnya sebagai tubuh Kristus yang melayani dan bersaksi tentang kasih Allah yang telah nyata dalam Yesus Kristus. Kesaksian gereja ini harus diwujudnyatakan melalui tindakan penyelamatan Allah yang berlangsung di dunia ini. Dan tidak terlepas juga dari partisipasi warganya dalam kegiatan yang nyata. Baik itu dalam kegiatan-kegiatan persekutuan, pelayanan dan kesaksian maupun peran sertanya di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Sehingga dunia mengakui dan percaya bahwa Allah telah mengutus Yesus Kristus ke dalam dunia sebagai Tuhan dan Juru Selamat. Sesuai hakekatnya panggilan gereja tidak berubah dari masa ke masa sampai Ia datang kembali. Oleh karena itu agar gereja tidak kekurangan hakekatnya maka setiap warganya berkewajiban melaksanakan misi gereja itu dengan setia. Untuk itu pula gereja terpanggil untuk melengkapi warganya agar dapat melaksanakan pekerjaan pelayanan bagi pembangunan tubuh Kristus, maupun bagi pekerjaan pelayanan kesaksian dengan segala daya dan dana yang telah dikaruniakan oleh Tuhan kepadanya, dalam mendukung keberadaan gereja Tuhan di dunia ini yang dari ke hari terus mengalami perkembangan baik secara jumlah anggotanya maupun mutu pelayanan dan program kerjanya. Sebagai buah dari keikutsertaan warga gereja dalam pekerjaan pelayanan gereja itulah, akhirnya pada tahun 2001 GKJ Harjosari memberanikan dirinya untuk bertumbuh menjadi jemaat yang dewasa dan mandiri. Jemaat yang mampu melanjutkan perwujudan misi Illahi dalam dunia ini. Sebagai sebuah jemaat yang dewasa dan mandiri, menurut Henry Venn, Rufus Anderson serta Gustav Warneck, ada beberapa konsekuensi yang harus di tanggung oleh GKJ Harjosari, diantaranya: 1 Self support atau self supporting adalah gereja dapat mengasuh atau membiayai diri sendiri. Self government atau self governing adalah gereja dapat memerintah atau mengatur dirinya sendiri. 1 Chris Hartono, Mandiri dan Kemandirian, dalam Majalah Gema STT Duta Wacana, Maret 1983, p. 46. 1

2 Self propagation atau self extending adalah gereja dapat mengembangkan dirinya sendiri. Gereja yang dewasa dan mandiri harus dimengerti lebih luas lagi dan dalam, maka tidak cukup terbatas pada menghayati sifat-sifat kedewasaan dan kemandirian tersebut. Gereja yang dewasa dan mandiri sudah selayaknya bila berupaya mengasuh atau membiayai diri sendiri. Maka perlu berusaha untuk mengadakan dan mengelola pemanfaatan tenaga, dana dan sarana sesuai dengan kebijaksanaan dan tanggung jawabnya agar pengasuhan diri sendiri tersebut dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Gereja yang dewasa harus mampu membiayai diri sendiri berarti tidak bergantung pada bantuan negeri atau pihak lain, tetapi bukan berarti hidup dalam serba adanya (seadanya). Kedewasaan dan kemandirian tetap terbuka untuk bantuan dana dari luar negeri. Tetapi unsur dari luar itu hanya sekedar tambahan dan sebagai pemeliharaan keesaan yang universal dalam kehidupan gereja. 2 Dalam artian, bukan berarti sebagai gereja yang dewasa dan mandiri lalu kita menutup diri atau tidak memberi kesempatan pihak luar untuk dapat memberi bantuan. Tetapi sebagai gereja yang dewasa dan mandiri jangan menggantungkan sepenuhnya kepada bantuan dari luar. Demikian juga dengan apa yang terjadi di GKJ Harjosari yang sudah dewasa dan mandiri sejak tanggal 2 Mei 2001. Dan bahkan sejak rencana pendewasaan jemaat, ide untuk memiliki pendeta sendiri dan pastori sendiri sudah menjadi kerinduan bersama. Dulu ketika masih menjadi status pepanthan (kelompok saudara Kristen setempat atau terpencar yang warga dewasanya kurang dari 30 dan sedikitnya 5 keluarga dan belum dapat mengatur dirinya sendiri seperti tata hidup jemaat) 3, ide untuk memiliki pendeta sendiri barulah sebatas harapan dan cita-cita. Sekarang karena sudah menyandang status sebagai jemaat yang dewasa, GKJ Harjosari ingin merintis jalan perwujudan cita-cita yang diinginkan bersama. Hanya saja di kalangan majelis masih ada beberapa pergumulan sehubungan dengan rencana itu, diantaranya: Kalau kita hendak memanggil pendeta dan membangun pastori, apakah ada sumber dana yang cukup di GKJ Harjosari? Sejauh mana kontinuitas persembahan yang menjadi sumber utama pendapatan GKJ Harjosari dapat dipredeksikan untuk memikul tanggung jawab ini dalam jangka panjang? Apa yang bisa dilakukan untuk menjamin kontinuitas pemasukan dana di GKJ Harjosari? 2 Albert Widjaja, Tentang Kemandirian Gereja, dalam Berita Oikumene, no. 62, Juni 1981, tahun V, p. 19. 3 Tata dan Pranata GKJ, 1983, p. 13-14, bab V ayat 1, 6.

3 Mengacu dari uraian dan pertanyaan di atas, penyusun memilih judul skripsi: KEMAMPUAN WARGA GKJ HARJOSARI DALAM MENANGGUNG PEMBIAYAAN KEGIATAN JEMAAT B. ALASAN PEMILIHAN JUDUL Penyusun mempunyai alasan-alasan tertentu, mengapa memilih judul seperti di atas. Alasanalasan itu antara lain: 1. Menarik Menurut penyusun judul tema di atas dirasa menarik karena merupakan fenomena aktual yang sedang di hadapi oleh GKJ Harjosari. Apalagi dikaitkan dengan jumlah warga yang sedikit yang memiliki keberanian untuk menjadi jemaat yang dewasa dan mandiri dan ditindak lanjuti dengan memanggil pendeta dan membangun pastori. 2. Bermanfaat Dalam kaitannya dengan kehidupan bergereja, dirasakan bahwa pokok pembicaraan skripsi ini juga bermanfaat. Dalam pokok ini dapat menjadi bahan telaah dasar untuk mewujudkan harapan bersama khususnya bagi jemaat GKJ Harjosari. Hal ini berkaitan dengan kontinuitas persembahan. Dimana kontinuitas dalam mempersembahkan sangat penting berkaitan dengan kemampuan warga dalam menanggung pembiayaan kegiatan jemaat. 3. Baru Judul KEMAMPUAN WARGA GKJ HARJOSARI DALAM MENANGGUNG PEMBIAYAAN KEGIATAN JEMAAT sepengetahuan penyusun belum pernah ada penelitian sejenis ini sebelumnya. C. TUJUAN PENULISAN Adapun tujuan dalam penulisan ini adalah: 1. Menyelidiki sejauh mana kemampuan warga jemaat GKJ Harjosari dalam menanggung pembiayaan kegiatan gereja. 2. Mengetahui sejauhmana kontinuitas persembahan warga jemaat GKJ Harjosari yang menjadi sumber utama pendapatan. 3. Memberikan sumbangan pemikiran atau upaya meningkatkan usulan untuk menjamin kontinuitas pemasukan dana di GKJ Harjosari.

4 D. METODE PENULISAN Metode penulisan menggunakan metode penulisan deskriptif analitis, dimana penyusun akan menguraikan keadaan dan fakta-fakta yang berkaitan dengan tema. Setelah itu penyusun akan melakukan analisa terhadap data-data. Dan bahan-bahan untuk proses analisa tersebut, penyusun peroleh dengan cara antara lain: a. Penelitian Lapangan Untuk menggali data dan kenyataan yang terjadi di GKJ Harjosari maka penyusun melakukan pengamatan secara langsung di gereja tersebut. Penggalian data, penyusun lakukan dengan menyebarkan angket. Dan melakukan wawancara dengan warga jemaat maupun majelis jemaat. Adapun yang akan menjadi responden adalah warga jemaat dewasa (warga jemaat yang sudah sidi) yang ada di GKJ Harjosari. Observasi lapangan tersebut, penyusun lakukan selama 1 minggu yaitu mulai 14 April sampai dengan 21 April 2004. Dan angket yang di buat sifatnya terbuka dan tertutup artinya di satu pihak pertanyaan-pertanyaan yang disediakan tidak memberi kemungkinan kepada responden untuk menuangkan jawabannya dengan kata-katanya sendiri karena sudah disediakan oleh penyusun. Dan responden tinggal memilih jawaban yang sesuai dengan pendapatnya tetapi di lain pihak responden tetap di beri kesempatan untuk memberikan jawaban dengan kata-katanya sendiri dengan di beri tanda titik-titik ( ). Dengan tujuan agar jawaban-jawaban yang tersedia dapat terarah atau tidak menyimpang dari pokok persoalan tetapi juga membuka kemungkinan bagi responden untuk menuangkannya dengan kata-katanya sendiri sesuai dengan maksud responden yang mungkin belum ada pada jawaban-jawaban yang telah disediakan. b. Studi Literatur Studi literatur ini, penyusun manfaatkan untuk mendapatkan informasi tentang sejarah GKJ Harjosari, hal-hal yang berkaitan dengan konsep jemaat mengenai persembahan dan teori tentang persembahan. Bahan-bahan literatur inilah yang akan menunjang analisa hasil pengamatan serta untuk membuat program demi terwujudnya GKJ Harjosari dalam kemandirian dana yang bertanggung jawab.

5 E. SISTEMATIKA PENULISAN Pembahasan yang dilakukan dalam penyusunan skripsi ini menggunakan sistematika sebagai berikut: BAB I Pendahuluan Dalam pendahuluan ini, penyusun akan memaparkan permasalahan, alasan pemilihan judul, tujuan diadakannya penulisan skripsi, metode penulisan dan sistematika penulisannya. BAB II Kemampuan Warga Dalam Menanggung Pembiayaan Kegiatan Gereja Sekarang Pada bagian ini penyusun akan memaparkan gambaran umum GKJ Harjosari dengan tujuan agar GKJ Harjosari dapat di kenal dan sebagai titik tolak penulisan bab-bab berikutnya. Dan pada bagian ini juga akan diberikan gambaran jemaat dalam mempersembahkan khususnya berkaitan dengan kemampuan warga Harjosari dalam menanggung pembiayaan kegiatan. BAB III Persembahan: Wajib atau Sukarela? Dalam bagian ini akan diuraikan konsep mempersembahkan dari sudut pandang tokoh Alkitab yaitu Paulus, persembahan persepuluhan dan teologi GKJ mengenai persembahan. BAB IV Upaya Meningkatkan Kontinuitas Pemasukan Dana di GKJ Harjosari Berdasarkan kenyataan yang ada di dalam bab II, kemudian dibandingkan di bab III (konsep mempersembahkan) akan di lihat apakah warga telah memiliki konsep yang benar mengenai persembahan. Selanjutnya menguraikan usulan mengenai hal-hal yang menjamin kontinuitas pemasukan dana di GKJ Harjosari. BAB V Penutup Dalam bagian ini penyusun akan membuat kesimpulan seluruh bab sebagai hasil akhir dari penulisan skripsi.