Kajian Validitas Konstruk Modul IPA Terpadu Berbasis Scientific Approach Materi Pokok Suhu, Kalor dan Perpindahannya SMP Kelas VII

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Kajian Pengembangan Modul Pembelajaran Fisika

B. Model Pengembangan Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian pengembangan (research and development/r&d) yang mengacu pada model

PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC APPROACH

PERHITUNGAN KUALITAS WEBSITE PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA BERDASARKAN SKOR KRITERIA PENILAIAN IDEAL OLEH REVIEWER

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN A. MODEL PENGEMBANGAN Penelitian ini termasuk penelitian pengembangan inovasi pembelajaran yang menggunakan metode

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BUKU BERJENDELA SEBAGAI PENDUKUNG IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS SCIENTIFIC APPROACH PADA MATERI JURNAL KHUSUS

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA BERBASIS SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT POKOK BAHASAN GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK UNTUK KELAS X SMAN 10 MALANG

PERHITUNGAN KUALITAS WEBSITE PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA BERDASARKAN SKOR KRITERIA PENILAIAN IDEAL OLEH PESERTA DIDIK

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan suatu produk baru melalui proses pengembangan dan validasi.

BAB III METODE PENELITIAN

DESAIN DAN PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN SAINTIFIK PROBLEM SOLVING TEORI SEMIKONDUKTOR

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan atau Research and

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENGEMBANGAN MODUL IPA BERBASIS KONSTRUKTIVISME MODEL LEARNING CYCLE 5E

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. untuk meningkatkan prestasi belajar matematika siswa SMP kelas VIII ini

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran IPA terpadu merupakan salah satu model implementasi kurikulum 2013 dimana pembelajaran ini dikemas

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. IPA Terpadu Model Webbed dengan Pendekatan Inquiry pada Tema. Hujan Asam bagi Lingkungan sebagai Upaya Meningkatkan Science

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMA mencakup beberapa prosedur pengembangan. Langkah-langkah. pengembangan bahan ajar adalah sebagai berikut:

BAB III METODE PENELITIAN. IPA untuk Meningkatkan Practical skills Siswa SMP. desain penelitian pengembangan (Research and Development).

Pengembangan Modul Fisika Berbasis Saintifik untuk Siswa SMA/MA Kelas XI pada Materi Teori Kinetik Gas

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan observasi di SMP Pelita Bangsa Bandar Lampung, pada proses

PENGEMBANGAN LKS BERBASIS PENDEKATAN SAINTIFIK DAN STRATEGI PEMBELAJARAN PQ4R PADA MATERI HIMPUNAN KELAS VII SMPN 11 KOTA JAMBI

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran di kelas sangat mempengaruhi hasil belajar siswa. Terutama

Surakarta, 57126, Indonesia Surakarta, 57126, Indonesia

Siti Nurlailiyah 1, H. Winarto 2, Sugiyanto 3

Penerapan Perangkat Pembelajaran Materi Kalor melalui Pendekatan Saintifik dengan Model Pembelajaran Guided Discovery Kelas X SMA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Hasil. biologi berbasis STS disertai MM. Bahan Kajian yang dikembangkan adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA BERBASIS MASALAH PADA MATERI GETARAN DAN GELOMBANG

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS SCIENTIFIC APPROACH PADA POKOK BAHASAN USAHA DAN ENERGI UNTUK SISWA MA. Yenita Endriska

PENGEMBANGAN MODUL ELEKTRONIK BERBASIS DISCOVERY LEARNING MENGGUNAKAN 3D PAGEFLIP PROFESSIONAL PADA MATERI GERAK LURUS UNTUK KELAS X SMA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pengembangan LKS berbasis masalah yang berorientasi pada kemampuan

BAB III METODE PENELITIAN. dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) pada

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERBASIS INKUIRI POKOK BAHASAN ENERGI DAN PERUBAHANNYA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan atau Research and

BAB IV HASIL PENELITIAN

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF BERBASIS METAKOGNISI SEBAGAI PENUNJANG PEMAHAMAN KONSEP DAN PENALARAN SISWA SMA POKOK BAHASAN SUHU DAN KALOR

Yuniar Fikriani Amalia, Zainuddin, dan Misbah Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang terdiri dari lima fase

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERBASIS POE (PREDICT, OBSERVE, EXPLAIN) PADA MATERI SUHU DAN KALOR SMP/MTs KELAS VII

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan (Research and Development).

METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini adalah research and development atau penelitian dan

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan produk tertentu, dan menguji keektifan produk. Penelitian ini

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN FISIKA BERUPA CD INTERAKTIF BERBASIS POWER POINT MATERI USAHA DAN ENERGI UNTUK SMP KELAS VIII

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan project based learning. Bahan ajar yang dikembangkan berupa RPP

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan mengembangkan modul IPA bermuatan Nature of

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah desain penelitian

PENGEMBANGAN MODUL FISIKA KELAS XI SMA PADA MATERI HUKUM GRAVITASI NEWTON MENGGUNAKAN APLIKASI SPREADSHEET BERBASIS EMPAT PILAR PENDIDIKAN

Pengembangan modul IPA fisika berbasis inkuiri terbimbing untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa

BAB III METODE PENELITIAN. Peserta Didik (LKPD) IPA pada siswa kelas VIII SMP Negeri 15

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL. Oleh RAHMAH NIM Telah diperiksa dan telah disetujui

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pada subtopik pembuatan indikator asam basa alami. Optimasi dilakukan di

Pengembangan Modul Elektronik Berbasis 3D Pageflip Professional

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah pola interaksi siswa dengan guru dan sumber belajar pada

PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU TEMA PEMANASAN GLOBAL BERBASIS KOMIK DI SMPN 4 DELANGGU

BAB III METODE PENELITIAN. program linear. Metode penelitian pengembangan merupakan metode penelitian

BAB III METODE PENGEMBANGAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pengembangan sumber belajar IPS dengan bentuk brosur. Hasil penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif yang dilakukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

ARTIKEL ILMIAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI AGUSTUS, Euis Sugiarti : Mahasiswa FKIP Universitas Jambi Page 1

BAB III METODE PENELITIAN. B. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Model Pengembangan. Model pengembangan yang dipakai adalah modal Four-D yang

ARTIKEL ILMIAH OLEH: FITRIA DWITA A1C411031

BAB III METODE PENELITIAN. modul IPA ini menggunakan metode Research and Development. (R&D). Penelitian R&D menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2012:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil utama dari penelitian dan pengembangan ini adalah modul berbantuan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian pengembangan (research and

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini tergolong penelitian dan pengembangan atau Research and

BAB III METODE PENELITIAN. produk berupa bahan ajar berbasis scientific method untuk meningkatkan. materi Struktur Bumi dan Bencana.

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode Research and Development (R&D). Sugiyono

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. mata pelajaran ekonomi ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Ngaglik pada akhir

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian Research and Development (R&D).

BAB III METODE PENELITIAN. Sugiyono (2010: 297) menyatakan bahwa R&D adalah penelitian yang

Kata kunci: bahan ajar berbasis masalah, PCK, kemampuan pemecahan masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bagian tersebut akan diuraikan sebagai berikut.

BAB III METODE PENGEMBANGAN. experiential learning ini termasuk ke dalam jenis penelitian Research and

NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERMUATAN KARAKTER PADA MATERI JURNAL KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. mengembangkan perangkat pembelajaran matematika berupa RPP dan LKS pada

commit to user 44 BAB IV HASIL PENELITIAN

PENGEMBANGAN PANDUAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1 BERBASIS GUIDED INQUIRY

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Produk yang dikembangkan adalah perangkat pembelajaran berupa LKS berbasis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk bahan ajar berupa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dikembangkan adalah LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik) berbasis

BAB III METODE PENELITIAN. atau Research and Development (R&D), yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

Jurnal Materi dan Pembelajaran Fisika (JMPF) 7 Kajian Validitas Konstruk Modul IPA Terpadu Berbasis Scientific Approach Materi Pokok Suhu, Kalor dan Perpindahannya SMP Kelas VII Intan Pratiwi Wardani 1, Rini Budiharti 2 1,2 Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Jl. Ir Sutami 36A, Surakarta, Telp/Fax (0271) 648939 E-mail : tiwi.intan@gmail.com 1, rinibudiharti28@yahoo.co.id 2 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji validitas konstruk dari pengembangan bahan ajar modul IPA terpadu SMP kelas VII berbasis scientific approach pada materi pokok suhu, kalor dan perpindahannya. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan didukung data kuantitatif. Teknik pengambilan data dalam penelitian berupa pemberian angket kepada validator, peer reviewer dan reviewer. Validator terdiri dari 2 dosen ahli, peer reviewer terdiri dari 2 mahasiswa dan reviewer terdiri dari 3 guru IPA SMP serta responden yang terdiri atas 9 siswa dan 30 siswa dari 3 SMP di wilayah karisidenan Surakarta. Ketiga SMP tersebut adalah SMP N 1 Ampel, SMP N 1 Delanggu, dan SMP N 1 Sawit. Analisis data secara kualitatif pada penelitian ini untuk mengkaji validitas konstruk modul IPA Terpadu ini didukung dengan data hasil analisis kuantitatif dengan menggunakan prosedur Syaifuddin Azwar. Hasil analisis data dan pembahasan menunjukkan bahwa bahan ajar modul IPA Terpadu yang diteliti dalam aspek konstruk telah sesuai dengan karakteristik pendekatan scientific approach. Berdasarkan hasil validasi ahli, reviewer, dan peer reviewer, modul tersebut secara umum sudah memiliki kriteria sangat baik dalam aspek konstruk. Modul IPA Terpadu juga telah diujicobakan pada lapangan awal dan lapangan utama dengan hasil yang sangat baik dalam aspek konstruk. Kata kunci : modul, IPA Terpadu, Scientific Approach, validitas, konstruk I. Pendahuluan Permendikbud No. 68 Tahun 2013 tentang kurikulum SMP/MTs menyebutkan bahwa mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan muatan pembelajaran di Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah yang berbasis pada konsep-konsep terpadu dari berbagai disiplin ilmu yakni biologi, fisika, dan kimia. Pada hakikatnya IPA dikembangkan sebagai mata pelajaran dalam bentuk terintegrasi atau terpadu. Selain itu setiap kompetensi dasar yang disediakan pemerintah juga sudah dalam kompetensi yang terintegrasi dari berbagai disiplin ilmu IPA. Hal ini menekankan bahwa dengan berlakunya kurikulum 2013 maka diharuskan terlaksananya pembelajaran IPA yang terpadu. Namun, dalam kenyataan sekolah-sekolah mengalami kesulitan untuk menerapkan mata pelajaran IPA sebagai mata pelajaran yang terpadu. Guru yang mengajar IPA hanya berasal dari satu disiplin ilmu tertentu sehingga mengalami kesulitan jika harus menguasai disiplin ilmu yang lain. Padahal di dalam konsep IPA terkandung konsepkonsep dari tiga disiplin ilmu yakni Fisika, Kimia, dan Biologi. Sebagai contoh guru yang memiliki latar belakang Biologi mengalami kesulitan ketika mengajar IPA yang mengandung materi Fisika. Selain keterpaduan pelajaran IPA, kurikulum 2013 juga menekankan pada dimensi pedagogik dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Hal ini dipertegas dalam Permendikbud No 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah yang menyebutkan bahwa salah satu pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran pada kurikulum 2013 adalah pendekatan saintifik (scientific approach). Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan membentuk jejaring (Kemdikbud 2013: 191). Penggunaan pendekaan saintifik tersebut tentunya dimaksudkan agar proses pembelajaran menjadi lebih baik. Namun, pendekatan saintifik ini digunakan semata-mata karena tuntutan kurikulum 2013 dan dalam praktiknya guru sulit untuk menerapkan dalam pembelajaran di kelas. Kendala yang dialami guru dalam menerapkan pendekatan saintifik yang pada dasarnya menekankan ketrampilan proses antara lain waku yang terbatas, keslitan anak dalam menggunakan alat dan menarik kesimpulan dari sebuah eksperimen, siswa yang kurang aktif, dan kebiasaan siswa yang memperoleh pengetahuan dari penjelasan guru (teacher oriented). Menurut Ismawati, setelah kurikulum diumumkan oleh pihak yang berwajib, sesegera mungkin para pengembang buku teks

Jurnal Materi dan Pembelajaran Fisika (JMPF) 8 mengembangkan buku teks yang relevan dengan kurikulum sehingga buku teks yang dikembangkan itu benar-benar menunjang kurikulum yang berlaku. Titik tolak penilaian buku teks juga jelas, yakni kurikulum yang berlaku (2012:16). Oleh karena itu, pemerintah juga menyediakan buku IPA Terpadu yang dapat dijadikan pegangan baik guru maupun siswa. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan kepada guru dan siswa yang menggunakan buku tersebut masih terdapat keterbatasan. Menurut guru, keterbatasan tersebut adalah materi yang singkat dan kurangnya contoh soal dan soal. Sedangkan beberapa siswa mengungkapkan bahwa buku tersebut memang menarik, tetapi untuk materinya masih belum mudah dipahami dan cakupannya kurang luas. Dalam buku pelajaran tersusun bahan atau materi pelajaran yang dipelajari siswa. Bahan atau materi pembelajaran (learning materials) merupakan segala sesuatu yang menjadi isi kurikulum yang harus dikuasai oleh siswa sesuai dengan kompetensi setiap mata pelajaran dalam satuan pendidikan tertentu. Materi pelajaran merupakan bagian terpenting dalam proses pembelajaran, bahkan dalam pengajaran yang berpusat pada materi pelajaran, dan materi pelajaran merupakan inti dari pembelajaran (Sanjaya, 2008:141). Uraian tersebut menunjukkan pentingnya suatu susunan materi yang disesuaikan dengan kurikulum yang ada. Sesuai dengan ciri khas kurikulum 2013 maka diperlukan bahan pembelajaran yang menyajikan IPA secara terpadu dengan alur yang sesuai dengan scientific approach. Selama ini memang telah banyak beredar buku yang berjudul IPA Terpadu bahkan sebelum diterapkan kurikulum 2013 sekalipun. Namun, kebanyakan dari buku tersebut yang masih memisahkan antara mata pelajaran Fisika, Kimia, dan Biologi. Sedangkan ketika kurikulum 2013 berlaku, pemerintah berusaha memenuhi kebutuhan buku IPA Terpadu untuk siswa SMP. Dalam buku tersebut, materi pembelajaran Fisika, Kimia, dan Biologi sudah disajikan secara terpadu bahkan dapat diunduh secara bebas melalui internet bagi yang membutuhkannya. Dalam kurikulum 2013 siswa dituntun untuk aktif dan belajar menemukan konsep. melalui komponen mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan membentuk jejaring. Buku dari pemerintah sudah mengarah kepada komponenkomponen tersebut, tetapi masih ada kelemahan. Salah satu kelemahan yang perlu disoroti adalah bagian ketika siswa melakukan percobaan. Bagian lembar kerja siswa dalam buku tersebut kurang menuntun siswa dalam menyajikan data pengamatan, Padahal melalui data tersebut siswa dapat menggunakannya sebagai bahan untuk dianalisis dan selanjutnya dapat menemukan suatu konsep. Mempertimbangkan alasan-alasan yang telah diuraikan, maka peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian hasil validasi aspek konstruk pada pengembangan bahan ajar pembelajaran IPA berupa modul IPA Terpadu untuk SMP kelas VII. II. Pembahasan 2.1 Metode Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kualitatif dengan didukung data kuantitatif. Teknik pengambilan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan angket. Angket diberikan kepada validator, peer reviewer dan reviewer. Validator terdiri dari 2 dosen ahli, peer reviewer terdiri dari 2 mahasiswa dan reviewer terdiri dari 3 guru IPA SMP. Analisis data secara kuantitatif pada penelitian ini untuk mengetahui kualitas konstruk modul IPA Terpadu menggunakan prosedur Syaifuddin Azwar dengan kategori penilaian yang disajikan pada Tabel 1 berikut: Tabel 1. Kategori Penilaian Interval Skor Hasil Penilaian Kategori Mi + 1,5 Sbi < X Sangat Baik Mi + 0,5 Sbi < X Mi + 1,5 Sbi Baik Mi - 0,5 Sbi < X Mi + 0,5 Sbi Cukup Mi - 1,5 Sbi < X Mi - 0,5 Sbi Kurang X Mi - 1,5 Sbi Sangat Kurang Keterangan: X = Skor responden Mi = Mean ideal Sbi = Simpangan baku ideal Mi = ½ (skor tertinggi ideal + skor terendah ideal) Sbi = 1/6 (skor tertinggi ideal - skor terendah ideal) Jumlah item dari angket yang diberikan kepada validator, peer reviewer, dan reviewer dalam aspek konstruk ada 16 dengan 4 pilihan jawaban yakni dengan skor 1 (tidak baik/ tidak sesuai), 2 (kurang baik/ kurang sesuai), 3 (cukup baik/ cukup sesuai), dan 4 (baik/ sesuai). Apabila dihitung maka, jumlah skor dari instrumen akan memiliki skor tertinggi ideal 64 dan skor minimum ideal 16, dengan mean ideal (Mi) 40 dan simpangan baku ideal (Sbi) 8. Berdasarkan data ini, kriteria baik atau tidaknya modul IPA Terpadu disajikan dalam Tabel 2. Untuk angket yang diberikan kepada siswa dalam uji coba lapangan awal dan uji coba lapangan utama terdiri dari 9 item dalam aspek konstruk. Jika responden atau siswa menjawab ya diberi nilai 1, jika tidak 0.

Jurnal Materi dan Pembelajaran Fisika (JMPF) 9 Tabel 2. Kriteria Penyajian Kelompok Skor Kategori X > 52 Sangat baik 44 < X 52 Baik 36 < X 44 Cukup 28 < X 36 Kurang X 28 Sangat kurang Keterangan: X = Skor validator Untuk mengetahui kualitas modul IPA Terpadu dalam uji coba dibutuhkan kriteria yang dikategorikan berdasarkan skor total keseluruhan aspek. Skor tertinggi ideal yang dicapai untuk aspek penyajian adalah 9, skor minimum ideal yang dicapai adalah 0 dengan mean ideal (Mi) 4,5 dan simpangan baku ideal (Sbi) 1,5. Kriteria penilaian dapat dilihat dalam Tabel 3. Tabel 3. Kriteria Evaluasi Total Modul dalam Uji Coba Aspek konstruk Kelompok Skor Kriteria X > 6,75 Sangat Baik 5,25 < X 6,75 Baik 3,75 < X 5,25 Cukup 2,25 < X 3,75 Kurang X 2,25 Sangat kurang Keterangan: X = Skor responden atau siswa Setiap item yang telah disusun dalam instrumen angket telah disusun sesuai dengan karakteristik scientific approach yakni mengandung komponen komponen mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan membentuk jejaring. Angket yang digunakan untuk uji coba telah disesuaikan dengan konstruksi modul IPA Terpadu yang dikembangkan. Data kualitatif diperoleh dari komentar dan saran dari validator dan responden. Di dalam proses penelitian draft produk dilakukan validasi oleh 2 dosen ahli, 2 peer reviewer dan 3 reviewer sehingga mendapat komentar dan saran yang dapat dijadikan revisi oleh peneliti. Selain berdasarkan saran dan komentar dari para dosen ahli, peer reviewer, reviewer, revisi juga dilakukan berdasarkan temuan di lapangan yaitu pada saat uji coba lapangan awal dan utama. Revisi pertama dilakukan setelah mendapat saran dan komentar dari dosen ahli, peer reviewer, dan reviewer, kemudian revisi selanjutnya dilakukan setelah diperoleh temuan pada uji coba lapangan awal dan utama 2.2 Hasil dan Pembahasan Tahap pembuatan draft modul IPA Terpadu berisi materi pokok suhu, kalor dan perpindahannya untuk SMP Kelas VII Semester II. Penyusunan disesuaikan tujuan pembuatan modul yang berbasis scientific approach. Peneliti berusaha mengembangkan modul dengan memunculkan beberapa masalah terlebih dahulu berdasarkan fenomena yang ditunjukkan dengan tujuan agar siswa dapat mengajukan hipotesis untuk menjawab permasalahan tesebut, kemudian siswa juga dituntun ke dalam kegiatan praktikum/diskusi, menganalisis data dan menarik kesimpulan. Hasil validasi dari kedua ahli memberikan skor yang sama yaitu 57. Komentar dan saran perbaikan yang diberikan oleh dosen ahli antara lain memperhatikan alur penyampaian materi di dalam modul. Kemudian memperbaiki peta konsep karena masih ada penggunaan kata yang tidak tepat. Lalu, memperbaiki kegiatan praktikum dengan menambahkan masalah, melengkapi alat dan bahan, cara kerja dibuat lebih operasional, siswa diarahkan dalam menganalisis data (dengan membuat tabel) dan mengarahkan siswa untuk membuat kesimpulan. Kemudian memperbaiki tata tulis sesuai EYD karena masih terdapat penulisan yang kurang tepat. Sampul diperbaiki agar pesan lebih mudah dicerna siswa. Glosarium dibuat lebih spesifik pada bidang fisika karena terdapat kata-kata yang terlalu umum. Tata tulis hendaknya lebih diperhatikan agar menjadi tulisan yang efektif dan efisien. Selanjutnya adalah penilaian dari kedua peer reviewer diperoleh Skor yang sama yaitu 59. Adapun saran perbaikan yang diberikan oleh peer reviewer adalah mengenai penulisan perbandingan skala pada tabel halaman 11 modul. Kemudian penulisan equation dan jawaban contoh soal perlu dirapikan. Hal ini karena penggunaan Microsoft Equation 3.0 yang menimbulkan kesan penulisan yang terlalu rapat satu sama lain. Masukan selanjutnya adalah mengenai gambar aliran konveksi pada halaman 43 agar lebih diperjelas. Peer reviewer juga menyarankan untuk menggunakan kertas yang lebih tebal agar lebih menarik. Selanjutnya adalah penyetakan sampul agar lebih diperhatikan. Kemudian reviewer I, reviewer II, dan reviewer III masing-masing memberikan nilai 62, 53, dan 62. Reviewer dalam penelitian ini mengajar mata pelajaran IPA di SMP Negeri 1 Ampel, SMP Negeri 1 Sawit, dan SMP Negeri 1 Delanggu. Reviewer menilai dengan memberikan skor penilaian pada tiap indikator dan memberi komentar serta saran secara umum (bukan komentar tiap indikator). Komentar dan saran perbaikan dari reviewer antara lain dirangkum ke dalam Tabel 4.

Jurnal Materi dan Pembelajaran Fisika (JMPF) 10 Tabel 4. Rangkuman Saran Perbaikan oleh Reviewer Reviewer Catatan Komentar/Saran Reviewer I 1. Supaya konsisten dalam penulisan, maka perhatikan penulisan raksa dan air raksa. 2. Pada konsep kalor masukkan konsep Asas Black 3. Cantumkan soal mengenai konversi dari termometer X ke termometer C F atau R. Reviewer 1 1. Setiap konsep penting atau pegertian dari konsep lebih baik dicetak tebal untuk memperjelas. Reviewer III 1. Gambar pada percobaan dalam Kegiatan perlu ditambah agar siswa dapat membedakan. Misalnya antara penggunaan air 100 ml dan 200 ml perlu diperjelas melalui gambar. Hasil akhir penilaian dari ahli, peer reviewer, dan reviewer pada aspek konstruk dirangkum dalam Tabel 5 dengan rata-rata nilai yang diperoleh adalah 58, 43 dan diperoleh hasil yang sangat baik sebesar 100% dan dapat dilihat dalam Gambar 1. Tabel 5. Hasil Penilaian oleh Validator Validator Skor Kriteria Ahli I 57 Sangat baik Ahli II 57 Sangat baik Reviewer I 62 Sangat baik Reviewer II 53 Sangat baik Reviewer III 62 Sangat baik Peer reviewer I 59 Sangat baik Peer reviewer II 59 Sangat baik Rata-rata 58,43 Gambar 1. Grafik Hasil Evaluasi oleh Validator Pada hasil uji coba lapangan awal yakni dengan jumlah responden 9 siswa diperoleh hasil yang sangat baik sebesar 89% pada aspek konstruk. Dari penilaian tersebut dapat dikatakan bahwa terdapat 4 siswa yang memberikan nilai 9, 3 siswa memberikan nilai 8, 1 siswa memberikan nilai 7 dan 1 siswa memberikan nilai 5. Dari hasil tersebut diperoleh skor rata-rata 8. Untuk grafik persentase skor hasil uji coba lapangan awal dapat dilihat dalam Gambar 2 berikut: Gambar 2. Grafik Hasil Uji Coba Lapangan Awal Siswa yang terlibat dalam uji coba lapangan awal mendapatkan modul IPA Terpadu untuk dibaca, diteliti, dan dinilai. Secara umum siswa menilai baik dan merasa terbantu dengan adanya bagian pengetahuan, kegiatan, dan latihan-latihan soal yang ada. Namun, masih terdapat beberapa masukan berupa komentar dan saran yang akan dijadikan masukan revisi selanjutnya. Adapun saran perbaikan dari siswa antara lain mengenai sampul agar penjilidan lebih baik dan diberi plastik agar tidak kotor. Kemudian diperlukan pengeditan lagi karena masih ada kata yang masih salah dalam pengetikan. Terdapat juga saran dari siswa mengenai kunci jawaban agar tidak dicantumkan di modul karena dianggap akan mengurangi keaktifan siswa dalam mencari jawaban. Namun, hal ini tidak dapat dilakukan karena tujuan kunci jawaban adalah agar siswa dapat menilai kemampuannya sendiri dan modul dapat dijadikan bahan belajar yang mandiri. Data selanjutnya diperoleh dari uji coba lapangan utama yang dilakukan untuk 30 responden. Dari tahap ini diperoleh hasil sebanyak 29 siswa memberikan penilaian sangat baik dan 1 siswa memberikan penialain cukup untuk aspek penyajian modul. Hal ini menunjukkan bahwa dalam penilaian aspek penyajian modul IPA terpadu diperoleh hasil yang sangat baik sebesar 96,67%. Grafik persentase skor hasil uji coba lapangan utama dapat dilihat dalam Gambar 3. Kemudian untuk rata-rata nilai yang diperoleh sebesar 8,67.

Jurnal Materi dan Pembelajaran Fisika (JMPF) 11 yang terlibat dalam penelitian ini sudah sepakat bahwa konstruksi modul IPA Terpadu sudah sesuai dengan karakteristik scientific approach. Hal tersebut dibuktikan dengan pemberian nilai pada setiap item pada angket di mana dihasilkan skor dengan rata-rata yang masuk dalam sangat baik. III. Kesimpulan dan Saran Gambar 3. Grafik Hasil Uji Coba Lapangan Utama Prosedur uji coba lapangan utama sama dengan uji coba lapangan awal, hanya saja dengan jumlah siswa yang lebih banyak yakni 30 siswa. Modul yang digunakan dalam uji coba lapangan utama ini merupakan hasil revisi dari uji coba awal. Secara umum, siswa menilai modul sudah baik. Siswa menilai bahwa secara keseluruhan modul yang dikembangkan membuat siswa tertarik untuk belajar dan dapat memahami isinya. Siswa merasa terbantu dengan adanya pengetahuan, praktikum, latihan soal, gambar dapat menambah pengetahuan siswa. Adapun saran dari siswa antara lain mengenai penyusunan modul agar lebih diteliti karena ketika uji coba utama di SMP Ampel terdapat satu modul yang di dalamnya terdapat 2 halaman yang terbalik dalam penjilidannya. Dalam uji coba utama ini komentar mengenai kunci jawaban yang tidak seharusnya ada di dalam modul kembali muncul tetapi dengan kembali mempertimbangkan tujuan penulisan kunci jawaban, maka penulis tidak dapat menghilangkannya. Sebagai solusi dari persoalan ini, di bagian petunjuk penggunaan modul ditambahkan penjelasan bahwa ketika mengerjakan soal yang ada, siswa tidak boleh membuka kunci jawaban terlebih dahulu. Komentar selanjutnya adalah mengenai glosarium agar diperbanyak dengan yang berhubungan dengan materi agar lebih memahami kata-kata yang sukar. Siswa juga menginginkan adanya tambahan soal sebagai latihan. Siswa kembali berkomentar mengenai sampul, di mana pada uji coba ini peneliti mengunakan sampul dengan jilid spiral dan diberi plastik mika. Menurut pendapat siswa, plastik mika tersebut mudah rusak sehingga untuk mengatasi hal tersebut, peneliti perlu menggganti cover dengan pencetakan digital printing yang lebih baik. Komentar dan saran yang diberikan oleh ahli, peer reviewer, reviewer dan siswa, rata-rata bersifat umum seperti tata tulis dan tampilan dan kurang berkomentar mengenai alur scientific approach. Hal ini menunjukkan bahwa validator dan responden Kesimpulan Dari hasil analisis data dan pembahasan dari penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: Bahan ajar yang diteliti berupa modul IPA Terpadu berbasis Scientific Approach yang telah dikembangkan sesuai dengan teori alur scientific approach. Berdasarkan hasil validasi oleh ahli, reviewer dan peer reviewer serta dengan melibatkan siswa sebagai responden maka diperoleh hasil ratarata nilai yang masuk dalam kriteria sangat baik. Saran Berdasarkan hasil penelitian dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut: 1. Peneliti lain yang ingin melakukan penelitian sejenis dapat menjadikan modul IPA Terpadu ini sebagai sebagai bahan rujukan dalam pengembangan bahan ajar atau untuk meneliti validitas dalam aspek yang lain. 2. Guru sebaiknya dapat melaksanakan pembelajaran IPA Terpadu yang berbasis scientific approach dengan modul yang telah diteliti. 3. Siswa sebaiknya dapat menggunakan modul IPA Terpadu dalam penelitian ini sebagai rujukan belajar sehingga memberikan kemudahan dalam belajar secara aktif dan mandiri. Untuk pengembangan produk lebih lanjut, peneliti menyarankan beberapa hal untuk peneliti selanjutnya, antara lain: 1. Perlunya pengembangan produk berupa modul IPA Terpadu untuk materi selain suhu, kalor dan perpindahannya. 2. Pengembangan produk lebih lanjut dapat dilakukan berupa bentuk bahan ajar yang lain. Adapun pokok bahasan bisa disajikan dengan materi yang sama atau berbeda. 3. Produk yang dihasilkan bisa dilanjutkan ke tahap uji coba berikutnya agar efektivitas produk lebih valid lagi. IV. DAFTAR PUSTAKA Ismawati, Esti., Telaah Kurikuum dan Pengembangan Bahan Ajar. Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2012.

Sanjaya, W., Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktek Pengembangan KTSP. Jakarta: Kencana Media Group, 2008. Jurnal Materi dan Pembelajaran Fisika (JMPF) 12