BAB II KAJIAN TEORI Belajar Menurut Pendekatan Konstruktivisme. gambaran serta inisiatif peserta didik. 6 Pendekatan

dokumen-dokumen yang mirip
pembelajaran pada mata pelajaran Mencatat Dikte yang ada di Permasalahan yang ada di dalam penelitian ini adalah apakah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. Sehubungan dengan keberhasilan belajar, Slameto (1991: 62) berpendapat. bahwa ada 2 faktor yang mempengaruhi belajar siswa.

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan pengalamannya kepada siswa pada setiap mata pelajaran.

II. KAJIAN TEORI. 2.1 Belajar dan Pembelajaran Pengertian Belajar dan Pembelajaran. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui

COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAM GAME TOURNAMENTS (TGT) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PEMBELAJARAN BIOLOGI

PENINGKATAN MINAT DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT PADA SISWA KELAS V SDN 07 SUMBERPUCUNG MALANG

BAB II KAJIAN TEORI. memeriksa informasi dengan aturan yang ada dan merevisinya bila perlu. 1

KAJIAN PUSTAKA. Aktivitas mengikuti proses pembelajaran meliputi mendengarkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang tinggi dalam proses belajar, tidak sekedar aktivitas fisik semata. Siswa

BAB I PENDAHULUAN. dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri,

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model

MAKALAH SIMPOSIUM GURU 2015

BAB I PENDAHULUAN. Selain sebagai pengajar, guru dituntut berlaku sebagai pembimbing dan pendidik siswa.

BAB III METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS. menawarkan cara dan prosedur baru untuk memperbaiki dan meningkatkan

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS III SMA SRIJAYA NEGARA PALEMBANG MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN TEAM GAMES TOURNAMENTS

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dibidang pendidikan merupakan upaya untuk. kehidupan Bangsa dan meningkatkan kualitas sumber daya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. subjek dengan lingkungannya dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan dari

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENT) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. mata pelajaran wajib diajarkan. Pembelajaran Bahasa Indonesia bertujuan untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. satunya model pembelajaran kooperatif. Secara bahasa kooperatif berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. luas, kreatif, terampil dan berkepribadian baik. oleh masyarakat yang ditujukan kepada lembaga pendidikan, baik secara langsung

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang diajarkan di sekolah dasar. Dalam mengajarkan mata pelajaran Ilmu

II. KERANGKA TEORITIS. 2.1 Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) yang efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk

BAB II KAJIAN TEORI. Piaget berpendapat, bahwa sejak kecil anak sudah mempunyai struktur

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. memerlukan bantuan orang lain dalam berbagai hal, memiliki rasa. berbagi, dan saling berkomunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. V SDN 02 Jatiharjo, Jatipuro, Karanganyar. 1. Nilai ulangan Formatif banyak yang kurang memenuhi KKM.

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar.

BAB II KAJIAN TEORI. didik, sehingga terjadi proses belajar. 1 Sedangkan Belajar adalah: suatu

BAB II KAJIAN TEORI. pengetahuan yang terbentuk ter internalisasi dalam diri peserta pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Model Cooperative Learning

Jurnal Ilmiah Pendidikan Kimia Hydrogen Vol. 2 No.1, ISSN

Charlina Ribut Dwi Anggraini

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEAM GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN TINGKAT PEMAHAMAN SISWA DALAM PELAJARAN EKONOMI SMA PADA ERA MEA

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap manusia, karena

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah seperti penyelidikan, penyusunan dan

Rosnah Tenaga Edukatif pada SD Muhammadiyah 2 Parepare ABSTRACT

BAB 1 PENDAHULUAN. dijenjang pendidikan formal mulai dari tingkat SD sampai pada tingkat SMA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)

BAB II KAJIAN TEORI. yang terjadi baik fisik manpun non fisik, merupakan suatu aktifitas.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMK

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. menuntut manusia untuk selalu berpikir dan mencari hal-hal baru.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) tanggung jawab, kejujuran, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.

I. PENDAHULUAN. mendorong terjadinya belajar. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuantujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang berkembang begitu pesat

BAB I PENDAHULUAN. diberikan di tingkat dasar dan menengah. IPS tidak hanya mendengarkan,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan dewasa ini bukan hanya untuk memenuhi target kurikulum semata, namun menuntut adanya pemahaman kepada

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Desain Penelitian Kelas Pretest Perlakuan Posttest A O 1 X O 2 B O 1 X O 2

BAB I PENDAHULUAN. guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik agar peserta didik mendapatkan pengalaman belajar dari kegiatan

BAB II KAJIAN TEORI. penelitian. Kajian teori ini membuat tentang motivasi belajar, model pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. siswa. Siswa yang belajar akan mengalami perubahan baik dalam pengetahuan,

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Menurut Nurhadi (2004: 112), pembelajaran kooperatif adalah pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan bakat serta kepribadian mereka. Pendidikan membuat manusia

SKRIPSI OLEH NURUL FITRI A1D PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI 2014

Kata kunci: Aktivitas, Hasil belajar Matematika, dan Kooperatif Tipe Team Game Tournament (TGT) PENDAHULUAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya yang berkualitas untuk menghadapi era global.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat baik negara maupun bangsa. Pendidikan merupakan wahana untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Risna Dewi Aryanti, 2015

Meina Noriyana Guru SMPN 3 Paringin, Kabupaten Tabalong

BAB I PENDAHULUAN. nasional, biologi merupakan mata pelajaran yang mewajibkan siswa untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Matematika tumbuh dan berkembang karena proses berfikir, oleh karena itu

UJI COBA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BROKEN SQUARE

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha untuk mempersiapkan ataupun memperbaiki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih

III. METODOLOGI PENELITIAN

COOPERATIVE LEARNING. (Pembelajaran. Kooperatif) Yuni Wibowo

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI. A. Konsep Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di MI

STRATEGI PEMBELAJARAN EFEKTIF

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan UPI (2009:171) mengemukakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Pembelajaran kooperatif adalah bagian dari strategi pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sri Istikomah, 2013

PENERAPAN MODEL TGT DENGAN PERMAINAN ULAR TANGGA PADA MATERI PECAHAN KELAS IV SD

I. PENDAHULUAN. proses tersebut diperlukan guru yang memberikaan keteladanan, membangun

BAB I PENDAHULUAN. proses pendidikan pada umumnya yang bertujuan membawa anak didik atau

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. Bahasa Indonesia

Transkripsi:

8 BAB II KAJIAN TEORI 2.2. Belajar Menurut Pendekatan Konstruktivisme Brooks and Brooks menyatakan, konstruktivis adalah suatu pendekatan dalam belajar mengajar yang mengarahkan pada penemuan suatu konsep yang lahir dari pandangan, dan gambaran serta inisiatif peserta didik. 6 Pendekatan konstruktivisme dalam belajar merupakan salah satu pendekatan yang lebih berfokus kepada peserta didik sebagai pusat dalam proses pembelajaran. Pendekatan ini lebih merangsang dan 6 Nanang Hanafiah, Cucu Suhana, 2009, Konsep Strategi Pembelajaran,, Bandung, Refika Aditama, hal. 62.

9 memberi peluang kepada peserta didik untuk belajar berfikir inofatif dan mengembangkan potensinya secara optimal. Pendekatan konstruktivis sebagai pendekatan baru dalam proses pembelajaran memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. Proses pembelajaran berpusat pada peserta didik sehingga peserta didik diberi peluang besar untuk aktif dalam proses pembelajaran. 2. Proses pembelajaran merupakan proses integrasi pengetahuan baru dengan pengetahuan lama yang dimiliki peserta didik. 3. Berbagai pandangan yang berbeda diantara peserta didik dihargai dan sebagai tradisi dalam proses pembelajaran. 4. Peserta didik di lorong untuk menemukan berbagai kemungkinan dan mengintensikan secara terintegrasi. 5. Proses pembelajaran berbasis masalah dalam rangka mendorong peserta didik dalam proses pencarian (inquiry) yang lebih alami. 7 Trinandita menyatakan bahwa hal yang paling mendasar yang dituntut dalam proses pembelajaran adalah keaktifan siswa 8. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan 7 Ibid, hal. 63. 8 http://ipotes.wordpress.com/2008/05/24/prestasi-belajar/

10 mengakibatkan suasana kelas menjadi kondusif, dimana masingmasing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. 2.2. Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi. 9. Model pembelajaran kooperatif merupakan model pengajaran dimana siswa belajar dalam kelomppok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling kerja sama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif berbeda dengan strategi pembelajaran yang lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih menekankan pada proses kerja sama dalam kelompok. Tujuan yang ingin dicapai tidak hanya 9 Rusman. Op.cit. hal. 203.

11 kemempuan akademik dalam pengertian penguasaan materi pelajaran, tetapi juga adanya unsur kerja sama untuk penguasaan materi tersebut. Adanya kerja sama inilah yang menjadi ciri khas dari kooperatif learning Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan penting: 1. Hasil belajar. 2. Penerimaan terhadap keragaman. 3. Pengembangan keterampilan sosia.l 10 Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif : 1. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa. 2. Menyajikan informasi. 3.Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompokkelompok belajar. 4. Membimbing kelompok bekerja dan belajar. 5. Evaluasi. 6. Memberikan penghargaan 11 10 Ibid. hal. 209. 11 Ibid. hal. 211.

12 Ada beberapa variasi jenis model dalam pembelajaran kooperatif, walaupun prinsip dasar dari pembelajaran kooperatif. Jenis-jenis model pembelajaran kooperatif adalah : Model STAD (Student Teams Achievement Division), Model Jigsaw, Model Investigasi Kelompok (Group Investigation), Model Make a Match (Membuat Pasangan), Model TGT (Teams Games Tournaments), Model Struktural. 2.3. Pembelajaran Model TGT (Teams Games Tournament) TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, dan suku kata atau ras yang berbeda. 12 Menurut Slavin pembelajaran kooperatif TGT terdiri dari lima langkah tahapan, yaitu tahap penyajian kelas (class precentation), belajar dalam kelompok (teams), permainan 12 Ibid. hal. 224.

13 (games), pertandingan (tournament), dan penghargaan kelompok (team recognition). 13 Langkah-langkah dalam model pembelajaran kooperatif TGT adalah sebagai berikut: 1. Kelompok (Team) a. Membentuk kelompok yang terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang anggotanya heterogen b. Memberitahu siswa tentang tugas yang harus dikerjakan oleh anggota kelompok. 2. Presentasi Kelas (Class Presentation) a. Menyampaiakan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai b. Menghimbau siswa bahwa materi yang disampaikan akan berguna pada saat game dan menentukan skor kelompok. c. Menyampaikan/mempresentasikan materi pelajaran di dalam kelas. 3. Permainan (Games) a. Memberikan game dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian materi. b. Memberikan game dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan dalam bentuk kartu indek c. Memberikan dan mengumpulkan skor kepada siswa yang menjawab benar. 4. Kompetisi (Turnamen) a. Membagi siswa ke dalam beberapa meja turnamen. Tiga siswa tertinggi prestasinya 13 Ibid. hal. 225.

14 pada meja I, tiga siswa selanjutnya pada meja II dan seterusnya. b. Mengkoordinasikan jalannya turnamen dengan prosedur pelaksanaan. 5. Penghargaan (Team recognize) a. Mengumumkan hasil penilaian dari pengumpulan skor turnamen. b. Memberikan penghargaan terhadap usaha-usaha yang telah dilakukan oleh individu maupun oleh kelompok. 14 Guru menyajikan materi, dan siswa bekerja dalam kelompok mereka masing masing. Permainan TGT dapat berupa pertanyaan-pertanyaan yang ditulis pada kartu-kartu yang diberi angka. Tiap siswa mengambil kartu yang diberi angka tadi dan berusaha untuk menjawab pertanyaan sesuai dengan angka tersebut. Sebuah aturan tentang penantang memperbolehkan para pemain saling menantang jawaban masing-masing. Pembaca 1. Ambil kartu bernomor dan carilah soal yang berhubungan dengan nomor soal tersebut pada lembar permainan. 2. Bacalah pertanyaan dengan keras 3. Cobalah untuk menjawab 14 http://matematika-ipa.com/model-pembelajaran-tgt-model-teamgame-tournament-permainan-dalam-tgt-komponen-dalam-tgt/

15 Penantang Menantang jika memang dia mau (dan memberikan jawaban berbeda) atau boleh melewatinya. Penantang II Boleh menantang jika penantang I melewati, dan jika dia memang mau. Apabila semua penantang sudah menantang atau melewati, penantang II memeriksa lembar jawaban. Siapapun yang jawabannya benar berhak untuk menyimpan kartunya. Jika si pembaca salah, tidak ada sanksi,tetapi jika kedua penantangnya salah, maka dia harus mengembalikan kartu yang telah dimenangkannya ke dalam kotak, jika ada. Game terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Perwakilan

16 kelompok memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Anggota kelompok yang lain memberikan pendapat tentang jawaban yang dijawab oleh perwakilannya yang ada di depan. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapatkan skor untuk kelompoknya. Turnamen harus memunkinkan semua siswa dari semua tingkat kemampuan (kepandaian) untuk menyumbangkan poin bagi kelompoknya. Prinsipnya, soal sulit untuk anak pintar, dan soal yang lebih mudah untuk anak yang kurang pintar. Hal ini dimaksudkan agar semua anak mempunyai kemungkinan memberi skor bagi kelompoknya. Guru menunjuk siswa berpretasi tinggi sebelumnya untuk ditempatkan pada meja tournament 1, siswa berprestasi sedang pada meja 2 dan meja 3, dan siswa berprestasi rendah pada meja 4. Berikut ini penempatan pada meja tunamen menurut Robert E. Slavin.

17 TEAM A A-1 A-2 A-3 A-4 Tinggi Sedang Sedang Rendah Meja Turnamen 1 Meja Turnamen 2 Meja Turnamen 3 Meja Turnamen 4 B-1 B-2 B-3 B-4 Tinggi Sedang Sedang Rendah C-1 C-2 C-3 C-4 Tinggi Sedang Sedang Rendah TEAM B TEAM C Gambar 1. Meja Tournament Bagi tim yang mempunyai nilai atau skor tertinggi maka akan mendapatkan sertifikat atau penghargaan lain.

18 Tahap Pemberian Penghargaan : a. Penghitungan perkembangan skor individu Tabel 1. Skor Kemajuan Individu No Nilai Tes Skor Perkembangan 1. Lebih dari 10 poin di bawah skor dasar 0 poin 2. 10 sampai 1 poin dibawah skor dasar 10 poin 3. Skor 0 sampai 10 poin di atas skor dasar 20 poin 4. Lebih dari 10 poin diatas skor dasar 30 poin 5. Pekerjaan sempurna (tanpa 30 poin memperhatikan skor dasar) *Sumber : Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru b. Penghitungan skor kelompok Tabel 2. Skor Kelompok No. Rata-Rata Skor Kualifikasi 1. 0 N 5 -

19 2. 6 N 15 Tim yang baik (good team) 3. 16 N 20 Tim yang baik sekali (great team) 4. 21 N 30 Tim yang istimewa (super team) *Sumber : Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru 2.4. Stenografi Stenografi merupakan salah satu pembelajaran produktif pada program keahlian administrasi perkantoran. Stenografi merupakan suatu ilmu yang mempelajari mengenai cara menulis pendek. Manfaat dari belajar Stenografi adalah: 1. Untuk membuat hasil persidangan atau risalah lengkap. 2. Hasil sidang notulis sidang atau panitia sidang pengadilan. 3. Untuk mencatat berita/pesan melalui pesawat telpon atau berupa sandi-sandi, baik bagi operator sekretaris maupun bagi petugas di Air Port.

20 4. Untuk mencatat dikte/perintah dari Direktur. 5. Mahasiswa/siswa yang pekerjaan setiap hari menulis. 6. Bagi wartawan yang bidang pekerjaannya mencari berita, menulis berita dan mewawancarai orang. 7. Untuk menterjemahkan rekaman hasil sidang atau rapat, karena dengan steno dapat diterjemahkan dengan cepat. 8. Untuk mencatat dan membuat catatan yang bersifat rahasia. 2.5. Sambungan Huruf Mati Dengan Huruf Hidup huruf, yaitu : Dalam penulisan huruf steno ada 3 macam sambungan 1. Sambungan patah/runcing Jika huruf mati bentuknya runcing dibawah disambung dengan h. hidup 2. Sambungan lengkung/melengkung

21 Kalau huruf mati bentuknya lengkung dibawah ke kanan disambung dengan h. hidup 3. Sambungan silang/berlubang Kalau huruf mati bentuknya lengkung dibawah ke kiri disambung dengan h. hidup 2.6. Hipotesis Tindakan Hipotesis dalam penelitian ini adalah bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada Mata Pelajaran Mencatat Dikte, Pokok Bahasan Sambungan Huruf Mati Dengan Huruf Hidup Kelas X.3 Program Keahlian Administrasi Perkantoran, Tahun Pelajaran 2011-2012 SMK Kristen Salatiga dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.