BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

dokumen-dokumen yang mirip
Kebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah ( LKIP ) Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN

BUDAYA KERJA MERUBAH MINDSET APARATUR

BAB III GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

PELAYANAN INFORMASI PUBLIK

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Strategi Implementasi..., Baragina Widyaningrum, Program Pascasarjana, 2008

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013-

BAB I. PENDAHULUAN. negara dan pembangunan bangsa dewasa ini diantaranya adalah tatanan organisasi

BAB 1 PENDAHULUAN. organisasi, baik pada organisasi profit maupun non-profit, organisasi publik dan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia, pada era-era yang lalu tidak luput dari

Bab 4. Visi, Misi, Tata Nilai, Tujuan Strategik, Arah Kebijakan dan Strategi Fakultas Ekonomi Unila

BAB 14 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN

BAB I PENDAHULUAN. suatu prosedur yang berbelit-belit, dari meja satu ke meja lainnya, yang

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT SEKRETARIAT KABINET

- 1 - BAB I PENGUATAN REFORMASI BIROKRASI

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini, organisasi pemerintahan berada dalam tekanan. lingkungan yang sangat kompleks. Meningkatnya tekanan itu tidak hanya

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BUPATI POLEWALI MANDAR

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu SDM harus dibina dengan baik agar terjadi peningkatan efesiensi,

Bab II Perencanaan Kinerja

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH DALAM MENDUKUNG PELAKSANAAN GOOD GOVERNANCE DI INDONESIA. A. Lukman Irwan, SIP Staf Pengajar Ilmu Pemerintahan Fisip UNHAS

KATA PENGANTAR. Assalamu'alaikum Wr. Wb

sehingga benar-benar dapat diwujudkan tata kepemerintahan yang baik (Good governance)

I. PENDAHULUAN yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Bengkalis. Adanya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN LAPORAN KKL. 4.1 Sumberdaya Penentu Keberhasilan Kerja Aparatur Badan Kepegawaian,

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KOTA SALATIGA TAHUN 2017

BAB I. PENDAHULUAN. menjalankan tugas dan fungsinya sebagai penyelenggara administrasi

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dan industri yang bergantung pada kepuasan pelanggan atau konsumen,

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Identifikasi Permasalahan Berdasar Tugas Dan Fungsi Pelayanan SKPD

Hal. Bab I Pendahuluan... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Landasan Hukum... 3 C. Maksud dan Tujuan... 5

REFORMASI BIROKRASI UNTUK MEWUJUDKAN GOVERNANCE DI DAERAH

ARAHAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI PADA ACARA

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN. "Terwujudnya peningkatan kualitas kinerja Biro Pemerintahan Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. berwibawa (good gavernance) serta untuk mewujudkan pelayanan publik yang

BAB III VISI, MISI DAN NILAI

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PELAYANAN PUBLIK DALAM REFORMASI Oleh : Mislan, S.Sos. ( Staf Pengadilan Tinggi Agama Pontianak )

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk memahami nilai-nilai warga negara yang baik. Sehingga siswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah memberikan perhatian yang sungguh-sungguh dalam memberantas

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

GOOD GOVERNANCE. Sedarnawati Yasni

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan sistem manajemen pemerintahan dan pembangunan antara lain

INTERNALISASI NILAI-NILAI REVOLUSI MENTAL DALAM MEMBANGUN BUDAYA KERJA

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

L A P O R A N K I N E R J A

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2012 KATA PENGANTAR

3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung

MENGENAL KPMM SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. demorasi secara langsung, desa juga merupakan sasaran akhir dari semua program

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015

BAB I PENDAHULUAN. memiliki posisi yang strategis dalam pembuatan kebijakan dan pelayanan publik.

BAB I PENDAHULUAN. Pemahaman mengenai good governance mulai dikemukakan di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan aparatur yang profesional seiring. dengan reformasi birokrasi diperlukan langkah-langkah konkrit dalam

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. unsur kekuatan daya saing bangsa, sumber daya manusia bahkan sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. publik, jasa publik, dan pelayanan administratif. informasi, komunikasi, transportasi, investasi, dan perdagangan.

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), oleh karena itu

LAPORAN KINERJA BIRO ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN TAHUN 2014

I. PENDAHULUAN. mengembangkan sistem pemerintahan yang baik (Good Governance), yaitu

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Kata Pengantar

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR

Rencana Kerja Tahunan Kecamatan Rancasari Tahun

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013 KATA PENGANTAR

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan gagasan yang terjadi di berbagai Negara,

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai dengan UU No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah selanjutnya

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PROFIL BAGIAN PEMERINTAHAN SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN BLITAR

LAPORAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2014

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BIRO ORGANISASI SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A.

LEMBARAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 03 TAHUN 2005 SERI E PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 06 TAHUN 2005 TENTANG

Kebutuhan Pelayanan Publik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu kebijakan dan tercapainya kebijakan tersebut. Impelementasi juga

PENDIDIKAN PASCASARJANA DALAM PERSPEKTIF PERGURUAN TINGGI RISET

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Ringkasan Evaluasi atas implementasi sistem pengukuran kinerja di organisasi sektor

VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. langsung dalam pemelihan presiden dan kepala daerah, partisipasi. regulasi dalam menjamin terselenggaranya pemerintahan

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : PER/ 15 /M.PAN/7/2008 TENTANG PEDOMAN UMUM REFORMASI BIROKRASI

Transkripsi:

304 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Pada bagian ini akan dikemukakan kesimpulan penelitian secara umum dan khusus berdasarkan hasil temuan dan pembahasan hasil penelitian sebagaimana yang telah diuraikan pada Bab IV adalah sebagai berikut; 1. Kesimpulan Umum Pelaksanaan kepemerintahan daerah yang baik (good governance) dalam suasana otonomi daerah utuk mempercepat pertumbuhan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan partisipasi, dan pemberdayaan masyarakat menuju kehidupan masyarakat daerah yang demokratis, dengan agenda kebijakan pendayagunaan aparatur yang ditempuh pemda Provinsi Maluku dan pemda Kota Ambon ternyata belum berjalan secara optimal dan menyeluruh. Demi meresfon problem pembangunan daerah, kendala birokrasi, dan lemahnya peran civil society yang dihadapi pemda Provinsi Maluku dan pemda Kota Ambon untuk mewujudkan kepemerintahan daerah yang baik dan demokratis, maka sesuai hasil penelitian dan kajian pustaka dipandang perlu dilakukan penguatan kepemerintahan daerah melalui pemantapan aspek-aspek berikut: 1. Diperlukan pengembangan budaya demokrasi pada kinerja aparatur dan kalangan organisasi civil society, agar dicapai kesadaran dan komitmen aparatur bersama masyarakat terhadap nilai-nilai fundamental demokrasi konstitusional yang mendasari sistem penyelenggaraan pemerintahan. 2. Reformasi birokrasi perlu dibarengi dengan penguatan komitmen, integritas moral dan keteladanan, sehingga reformasi birokrasi tidak berhenti pada perumusan agenda kebijakan yang pro rakyat, penataan kelembagaan dan ketatalaksanaan, tetapi harus sampai pada aspek budaya untuk merubah mindset dan perilaku aparatur agar dapat merealisasikan agenda-agenda kebijakan dalam kerja nyata aparatur penyelenggara layanan publik yang sesuai dengan prinsip-prinsip good governance.

305 3. Diperlukan repitaliasi peran civil society yang ada di Kota Ambon Maluku agar perannya dalam proses demokratisasi dapat menopang dan mendorong terwujudnya pelaksanaan good governance di pemda Provinsi Maluku dan pemda Kota Ambon. 2. Kesimpulan Khusus Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian yang merujuk pada konsep atau teori-teori dari tinjauan pustaka, maka dapat dirumuskan beberapa kesimpulan khusus sebagai berikut; 1. Pemerintah daerah Provinsi Maluku dan Kota Ambon dalam mengemban tugas dan fungsi kepemerintahan daerah dibantu oleh perangkat daerah, lembaga-lembaga teknis dan unsur pelaksana otonomi daerah. Visi misi dan program daerah diarahkan pada penanganan problem dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kebijakan pendayagunaan aparatur ditempuh melalui penataan kelembagaan, ketatalaksanaan, kepegawaian, penataan manajemen SDM, pelayanan publik, akuntabilitas, penataan infrastruktur, penguatan birokrasi dan perubahan mindset aparatur. Gambaran kondisi pemda menunjukkan implementasi agenda tersebut belum berjalan efektif, belum banyak menyentuh aspek ideologi dan budaya yang mengarah pada perubahan mindset dan perilaku aparatur, sehingga perlu melecut kapabilitas dinamis aparatur untuk melahirkan kesalehan birokrasi sebagi basis internalisasi dan transformasi aktual prinsip-prinsip good governance dan nilai-nilai demokrasi. 2. Pemahaman aparatur terhadap good governance tergolong baik, namun penerapannya pada kinerja aparatur belum berjalan optimal sebagaimana yang diharapkan. Tingkat kordinasi, kerja sama, dan pelibatan partispasi aktif masyarakat lemah, dan pengelolaan sumber daya daerah dominan ada pada pemerintah daerah. Aparatur mengakui kalau kinerjanya telah menerapkan prinsip-prinsip good governance, tapi ukuran keberhasilan kinerja aparatur tidak cukup sebatas pemahaman konsep dan penerapan prinsip-prinsip good governance secara normatif, tetapi perlu dilihat dari

306 seberapa jauh penerapan prinsip tersebut dapat memenuhi harapan dan kebutuhan amasyarakat. 3. Pemerintahan daerah yang demokratis tidak cukup hanya memahami demokrasi tetapi siklus kinerja aparatur perlu mengoperasionalisasi nilainilai demokrasi dalam relasi struktur dan sosial kultural yang memberdayakan masyarakat, memberikan pengakuan terhadap hak-hak publik, menghargai pluralisme, lepas dari ego sektarianisme. Penerapan nilai-nilai demokrasi dalam konteks pengembangan budaya demokrasi pada kinerja aparatur belum berdampak nyata terhadap ukuran kinerja yang baik bagi pemenuhan kebutuhan masyarakat, sehingga civil society memandangnya masih lemah, kurang responsif, tertutup, birokratis, bermental priayi dan belum memenuhi harpan masyarakat. 4. Faktor-faktor determinan yang menjadi penghambat pelaksanaan good governance di pemda Provinsi Maluku dan pemda Kota Ambon dapat digolongkan dalam tiga faktor yaitu faktor; politis, administratif (birokrasi), dan sosial budaya. Kendala tersebut merupakan tantangan yang perlu dihadapi dan dipecahkan. Setiap kendala pasti ada jalan keluarnya manakala apartur dan civil society mau bekerja sama, jujur, amanah dan bertanggung jawab untuk menjadikan birokrasi sebagai institusi publik yang pro pada kemanusiaan, konsern pada pemberdayaan masyarakat dengan semangat kemerdekaan, kesederajatan dan persaudaraan sejati. 5. Upaya peningkatan kinerja aparatur perlu dilakukan secara sistemik, terpadu, terencana dan berkesinambungan, menyentuh aspek ideologi, budaya, keterampilan manajerial dan administratif, infrastruktur, anggaran, peningkatan kesejahteraan dan merubah mindset aparatur untuk memampukan dirinya menjadi manusia penuh arti, berdedikasi tinggi, komitmen, dan bertanggung jawab dalam kinerja penyelenggaraan tugastugas pelayanan publik. 6. Peran civil society dalam pengembangan budaya demokrasi di Kota Ambon Maluku belum berjalan maksimal. Manifestasi nilai-nilai

307 demokrasi masih lebih pada rutinitas formil organisasi seperti musyawarah, rapat kerja, pelaksanaan program kerja, aksi sosial, unjuk rasa dan demonstrasi. Sementara pengembangan budaya demokrasi untuk melahirkan civil society yang kompeten dengan partisipasi kritis penuh nalar dan bertanggung jawab dalam mengawal kepentingan masyarakat berkenan dengan kebijakan publik pemda masih sangat lemah. 7. Peran civil society dalam mendorong pelaksanaan kepemerintahan daerah yang baik tidak bisa dinafikan dalam kondisi di mana kebijakan pemerintah daerah selalu mendapat sorotan publik, namun hal ini belum optimal karena civil society di Kota Ambon Maluku masih terbelenggu oleh ketidakberdayaan secara struktural dan paradigmatik. Secara struktural karena masih tergantung pada belas kasih bantuan pemda, sedangkan secara paradigmatik karena tidak dibingkai dengan ideologi gerakan dan teologi pembebasan yang kuat. 8. Upaya-upaya untuk memperkuat kepemerintahan daerah yang baik pada pemda Provinsi Maluku dan pemda Kota Ambon setidaknya dapat ditempuh melalui tujuh langkah strategis yaitu; 1) reformasi birokrasi; 2) energizing bureucracy untuk melecut kapabilita dinamis pemerintah daerah dengan melakukan privatisasi nilai, ide, gagasan dan etos entrepreneur ke dalam institusi birokrasi pemerintah daerah; 3) menghapus mentalitas birokrasi priayi dan feodal; 4) mengubah DNA sistem pemerintahan melalui lima strategi dan pendekatan yakni, strategi inti dengan pendekatan tujuan, strategi konsekuensi dengan pendekatan insentif, strategi pelanggan dengan pendekatan hasil/kepuasan masyarakat, strategi kontrol dengan pendekatan distributif-kolaboratif pengambilan kebijakan/keputusan, serta strategi budaya dengan pendekatan nilai; 5) Penataan manajemen SDM secar tepat; 6) Mengembangkan kepemimpinan yang berkarakter superleadership dan self-leadership; 7) Menjadikan PKn sebagai wahana transformasi nilai, ide, gagasan dan pembudayaan demokrasi dan penguatan good governance.

308 9. Revitalisasi peran civil society di Kota Ambon Maluku perlu menyentuh; (1) penguatan kelembagaan organisasi civil society; (2) penataan manajemen organisasi civil society; (3) penguatan kapasitas sumber daya manusia (4) penguatan ideologi dan budaya organisasi civil society; (5) akuntabilitas progress dan gerakan; (6) penguatan akses jaringan; dan (7) perubahan paradigma gerakan. B. Implikasi Berdasarkan kajian pustaka, temuan penelitian dan pembahasan hasil penelitian, maka penelitian ini dapat berimplikasi terhadap; 1. Uapaya perwujudan pelaksanaan kepemerintahan daerah yang baik dan demokratis di pemda Provinsi Maluku dan pemda Kota Ambon, di mana harapan ke arah ini ternyata belum berbanding lurus dengan kesiapan yang memadai dari aparatur dan dukungan sosial budaya masyarakat. Karena itu untuk mewujudkan pelayanan publik yang akuntabel, responsif, transparan, adil dan berorientasi pada kesejahteraan masyarakat, maka secara bersamaan penguatan kepemerintahan daerah dan pengembangan budaya demokrasi yang menjadi fokus penelitian ini barangkali patut mendapat perhatian bagi penguatan kapasitas aparatur birokrasi dan masyarakat (civil society) dalam mengemban tugas dan perannya masingmasing. Beberapa konsep yang ditawarkan seperti perubahan mindset, budaya kerja, kesadaran dan komitemen aparatur dan masyarakat (civil society) terhadap prinsip good governance dan nilai-nilai demokrasi yang dibarengi oleh sistem manajemen birokrasi yang baik menjadi prasyarat bagi perwujudan pelaksanaan kepemerintahan daerah yang baik dan demokratis di Provinsi Maluku dan Kota Ambon. 2. Semangat otonomi daerah yang berbarengan dengan Perkembangan informasi dan kemajuan pola pikir masyarakat serta pertumbuhan proses demokratisasi mengharuskan aparatur untuk peka, tanggap dan respon terhadap dinamika masyarakat dengan terus mengembangkan kompetensi, komitmen, rasa tanggung jawab dan profesionalitasnya dalam pelayanan

309 publik yang lebih transparan, adil, mudah, tidak diskriminatif, akuntabel dan pro rakyat. 3. Organisasi-organisasi civil society yang menjadi basis penyokong proses demokrasi dan pilar good governance ditantang untuk melakukan reorientasi dan revitalisasi gerakannya, terutama berkenaan dengan penguatan ideologi dan budaya gerakan, manajemen SDM agar memiliki kompetensi dan kecakapan kewarganegaraan dengan tetap komitmen pada nilai-nilai fundemantal demokrasi konstitusioanl sehingga dapat berperan secara maksimal sebagai pengimbang kebijakan pemerintah daerah dan pengawal kepentingan masyarakat. 4. Dalam konteks dimaksud maka pendidikan kewarganegaraan dalam domain akademik, kurikuler, dan sosial kultural yang bersifat multi faket dengan lintas disiplin bidang keilmuan, bertujuan mencetak pribadi sebagai warga negara yang baik (good citizen) memilki kompetensi pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), kecakapan kewarganegaraan (civic skills), memiliki akhlak/kebajikan kewarganegaraan (civic virtue and civic disposition), dan keterampilan partisipasi kewarganegaraan (civic partisipation). Oleh karena itu pendidikan kewarganegaraan patut digelorakan/dikampanyekan dalam kehidupan masyarakat bangsa Indonesia, karena selain menjadi wahana yang strategis bagi pengembangan budaya demokrasi, sekaligus memiliki relevansi dan instrumen bagi upaya penguatan kepemerintahan daerah yang baik. C. Rekomendasi Hasil penelitian disertasi ini akan menjadi lebih signifikan dengan direkomendasikannya kepada: 1. Pemerintah daerah Provinsi Maluku dan Kota Ambon, dalam hal ini perangkat daerah yang diwadahi Sekretariat Daerah dan kelembagaan teknis daerah serta unsur-unsur pelaksana otonomi daerah agar dapat menjadikan hasil penelitian disertasi ini sebagai bahan pertimbangan dalam perumusan kebijakan penguatan kepemerintahan daerah demi

310 mewujudkan tatakelola kepemerintahan daerah yang baik dan demokratis di pemda Provinsi Maluku dan pemda Kota Ambon. 2. Organisasi-organisasi civil society yang ada di Kota Ambon Maluku, agar melakukan reorientasi dan revitalisasi ideologi, budaya, gerakan, dan manjemen SDM agar bisa berperan sebagai basis pengembangan budaya demokrasi, pengawal kepentingan masyarakat, pengimbang dan mitra pemerintah daerah. 3. Lembaga pendidikan dan lebih khusus para guru dan dosen PKn, agar lebih meningkatkan perannya sebagai basis transformasi pengetahuan, nilai, dan keterampilan kewarganegaraan yang smart and good zitizent untuk menopang proses transformasi sosial kultural dan tata kelola kepemerintahan daerah yang baik dan demokratis. 4. Keterbatasan waktu, tenaga, dan pemikiran peneliti sehingga tentu masih banyak aspek yang berkenaan dengan topik penelitian ini yang belum disentuh dan perlu dikembangkan, karena itu peneliti merekomendasikan kepada peneliti lain untuk melakukan penelitian lebih lanjut seperti Budaya kerja aparatur dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah daerah, serta Pola pelibatan partisipasi masyarakat (civil society) dalam perumusan dan pelaksanaan kebijakan pembangunan daerah.

311