Jeruk Siam Banjar: Andalan Pendapatan bagi Petani Lahan Rawa Pasang Surut

dokumen-dokumen yang mirip
Jeruk Siam (Citrus suhuiensis) Produk Unggulan di Lahan Rawa Pasang Surut Kalimantan Selatan

Seminar Nasional: Inovasi untuk Petani dan Peningkatan Daya Saing Produk Pertanian, ISBN

KELAYAKAN USAHATANI POLA PADI + JERUK DI LAHAN RAWA PASANG SURUT

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI JERUK SIAM (CITRUS NOBILIS LOUR) PADA LAHAN KERING DI KECAMATAN TAPIN SELATAN KABUPATEN TAPIN, KALIMANTAN SELATAN

KAJIAN PRA PANEN JERUK SIAM (Citrus suhuiensis Tan) UNTUK EKSPOR

I. PENDAHULUAN. Pertanian sebagai salah satu sektor yang dapat diandalkan dan memiliki

Ir. ZURAIDA TITIN MARIANA, M.Si

AGROVIGOR VOLUME 5 NO. 1 MARET 2012 ISSN

AGROVIGOR VOLUME 5 NO. 2 SEPTEMBER 2012 ISSN

ANALISIS USAHATANI JERUK SIAM BANJAR DI LAHAN LEBAK KALIMANTAN SELATAN

KACANG TANAH DILAHAN LEBAK KALIMANTAN SELATAN UNTUK PENGEMBANGAN AGRIBISNIS DI PEDESAAN ABSTRAK

BAB VIII ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN NON SPO

PERCEPATAN PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS PADI DI LAHAN RAWA BERKELANJUTAN DAN LESTARI

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN :

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dan mempunyai

Edisi Juli 2013 No.3515 Tahun XLIII. Badan Litbang Pertanian

DINAMIKA PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN PERDESAAN: Tantangan dan Peluang bagi Peningkatan Kesejahteraan Petani

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pilihan yang sulit dihindari (Manwan, dkk dan Suryana. 2004). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sumber mata pencarian mayoritas penduduknya. Dengan demikian,

EVALUASI MUTU DAN PENANGANAN PASCA PANEN JERUK DI SENTRA PRODUKSI 1. Sudirman Umar 2 dan S.S Antarlina 2

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Sistem Usahatani Jagung pada Lahan Pasang Surut di Kalimantan Selatan (Kasus di Desa Simpang Jaya Kecamatan Wanaraya Kabupaten Barito kuala)

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

PELUANG PENINGKATAN PRODUKTIVITAS JAGUNG DENGAN INTRODUKSI VARIETAS SUKMARAGA DI LAHAN KERING MASAM KALIMANTAN SELATAN

I. PENDAHULUAN. hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya

Rawa pasang surut adalah rawa yang terletak di pantai atau dekat pantai, di muara atau dekat muara sungai sehingga dipengaruhi oleh pasang surutnya

SEBARAN DAN POTENSI PRODUSEN BENIH PADI UNGGUL MENDUKUNG PENYEDIAAN BENIH BERMUTU DI KALIMANTAN SELATAN

Seminar Nasional Lahan Sub- Optimal Palembang, 8-9 Oktober 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TEKNOLOGI BUDIDAYA UBI KAYU UNTUK MENCAPAI PRODUKSI OPTIMAL

KAJIAN PERBAIKAN USAHA TANI LAHAN LEBAK DANGKAL DI SP1 DESA BUNTUT BALI KECAMATAN PULAU MALAN KABUPATEN KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH ABSTRAK

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN FEBRUARI 2013

Pada saat ini Indonesia telah memasuki tahap pembangunan

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

STUDI PENGEMBANGAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN DI KECAMATAN BEBER KABUPATEN CIREBON. A. Jaenudin Fakultas Pertanian Unswagati Cirebon

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata

SKRIPSI MUTIARA VIANI SINAGA

Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah.

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk kesehatan tubuh anak-anak maupun orang dewasa. Dibeberapa negara

INOVASI TEKNOLOGI PENGEMBANGAN PERTANIAN LAHAN RAWA LEBAK PENDAHULUAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut

PENDAHULUAN Buah-buahan merupakan salah satu jenis tanaman hortikultura yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris di mana pembangunan di bidang pertanian

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Identifikasi Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian...

I. PENDAHULUAN. tanahnya memiliki sifat dakhil (internal) yang tidak menguntungkan dengan

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan beras di Indonesia meningkat seiring dengan peningkatan laju

I. PENDAHULUAN. penduduk di Indonesia bergantung pada sektor pertanian sebagai sumber. kehidupan utama (Suparyono dan Setyono, 1994).

Kata kunci : sosial ekonomi, sayuran, lahan rawa

ANALISIS KELAYAKAN BUDIDAYA APEL (MALUS SYLVESTRIS MILL) DI DESA BULUKERTO,KECAMATAN BUMIAJI, KOTA BATU

VI. ARAH PENGEMBANGAN PERTANIAN BEDASARKAN KESESUAIAN LAHAN

I. PENDAHULUAN. Jeruk Pontianak (Citrus nobilis) adalah jenis jeruk siam yang telah lama menjadi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di lahan padi sawah irigasi milik Kelompok Tani Mekar

Paprika dengan nama latin Capsicum Annuum var Grossum ini termasuk. Pertanian, 2003). Adapun jenis-jenis paprika ada banyak, antara lain wonder bell,

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. terhadap perkembangan ekonomi suatu wilayah. Karena memiliki nilai ekonomi

BAB VII KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

KAJIAN KORELASI KARAKTERISTIK AGROEKOLOGI TERHADAP PRODUKSI KELAPA SAWIT DAN KARET DI PROVINSI LAMPUNG

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sayuran merupakan tanaman hortikultura yang memiliki peran sebagai sumber vitamin dan mineral.

pengembangan KERBAU KALANG SUHARDI, S.Pt.,MP Plasmanutfah Kalimantan Timur

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEBIJAKAN LOKASI PROGRAM PERBAIKAN IRIGASI BERDASARKAN PELUANG PENINGKATAN INDEKS PERTANAMAN (IP) 1

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN AGUSTUS 2012

BAB I PENDAHULUAN. telah dibuka maka investasi harus terus dilanjutkan sampai kebun selesai

Rawa pasang surut adalah rawa yang terletak di pantai atau dekat pantai, di muara atau dekat muara sungai sehingga dipengaruhi oleh pasang surutnya

KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN PERTANIAN BUKAN SAWAH

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PELUANG BISNIS BUDIDAYA JAMBU BIJI

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian sebagai bagian integral dari pembangunan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sampai dengan 30 tahun tergantung dengan letak topografi lokasi buah naga akan

IV METODOLOGI PENELITIAN

KELAYAKAN BUDIDAYA JAGUNG DAN TERNAK SAPI SECARA TERINTEGRASI DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

IV. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sumber vitamin, mineral, penyegar, pemenuhan kebutuhan akan serat dan kesehatan

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

METODE PENELITIAN. yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

USAHATANI SAYURAN-TERNAK SEBAGAI BASIS AGRIBISNIS PEDESAAN DI LAHAN PASANG SURUT BONGKOR KECAMATAN BASARANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Tahun Bawang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Pemanfaatan canal blocking untuk konservasi lahan gambut

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting. dalam pembangunan ekonomi, baik untuk jangka panjang maupun jangka

ASPEK Agroforestry JENIS: BAMBANG LANANG GELAM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris, dimana sektor pertanian dalam tatanan

PENAMPILAN DELAPAN GALUR PADI DI LAHAN LEBAK TENGAHAN PADA MUSIM KEMARAU ABSTRAK

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. bercocok tanam. Berdasarkan luas lahan dan keragaman agroekosistem, peluang

I PENDAHULUAN Latar Belakang

TEKNIK PENGAMBILAN EKSTRAK CONTOH AIR TANAH PADA BEBERAPA KEDALAMAN UNTUK ANALISIS DI LAHAN SULFAT MASAM1 RINGKASAN

Transkripsi:

Jeruk Siam Banjar: Andalan Pendapatan bagi Petani Lahan Rawa Pasang Surut Muhammad Noor dan Dedi Nursyamsi Jeruk siam (Citrus suhuensis) merupakan jenis jeruk yang berkembang pesat dalam sepuluh tahun terakhir ini. Jeruk siam mempunyai kesesuaian agroekologi yang cukup luas, termasuk cocok dibudidayakan di lahan rawa pasang surut. Penyebaran tanaman jeruk siam ini cukup luas sehingga untuk membedakan sering digunakan nama tempat keberadaannya, antara lain kita mengenal jeruk Pontianak (Kalimantan Barat), jeruk Mamuju (Sulawesi Barat), Jeruk Batu (Malang, Jawa Timur). Di Kalimantan Selatan sendiri dikenal Jeruk Madang (Barito Kuala, Kalimantan Selatan) dan Jeruk Mahang (Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan). Jeruk siam yang berkembang di Kalimantan Selatan telah dikukuhkan menjadi varietas unggul nasional dengan nama jeruk siam Banjar. Pasar jeruk siam dalam negeri sendiri cukup baik dan populer di petani karena produksinya paling tinggi diantara jenis jeruk lainnya, disukai konsumen, dan harga cukup baik. Produksi jeruk di Indonesia tercatat mencapai 664.052 ton pada tahun 1999 meningkat menjadi 1.529.824 ton pada tahun 2003. Kalimantan Selatan sebagai salah satu wilayah pengembangan jeruk siam menunjukkan 1 / 19

peningkatan produksi yang pesat dari 17.394 ton pada tahun 1999 menjadi 75.787 ton pada tahun 2003 atau naik sebesar hampir 3,5 kali lipat. Peningkatan produksi ini sebagai akibat perluasan wilayah budidaya dari luas 144.791 hektar pada tahun 2000 menjadi 201.077 hektar pada tahun 2004 (Dinas Pertanian Kalsel, 2004). Kabupaten Barito Kuala sebagai salah satu wilayah pengembangan jeruk siam mengalami perluasan mencapai 5.000 hektar pada tahun 2007 dan meningkat menjadi 7.000 hektar tahun 2011. Menurut Staf Dinas Pertanian Kabupaten Barito Kuala (2012) sekarang luas pertanaman jeruk siam di lahan rawa Kalimantan Selatan mencapai sekitar 11.000 hektar, diantaranya 75% berasal dari Kabupaten Barito Kuala, sisa selainnya dari Kabupaten Banjar, Tapin, Kota Banjarbaru, dan Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Peningkatan luas areal pertanaman jeruk di lahan rawa ini dirangsang oleh harga yang cukup baik dari komoditas ini. Namun demikikan, kualitas buah yang dihasilkan dari komoditas ini masih beragam, terlebih lagi apabila dibandingkan dengan kualitas jeruk impor masih kalah bersaing, sehingga hal ini mempengaruhi besarnya penawaran. Jeruk siam Banjar mempunyai beberapa keunggulan antra lain rasa manisnya yang khas dan jarang kapau (serat isi buah tebal dan kering). Jeruk siam Banjar terpilih sebagai Pemenang Juara II dalam Kontes Perlombaan Jeruk Nasional pada tahun 2011 di Telekung, Jawa Timur. Pemenang Juara I direbut jeruk siam Batu dari Malang (Jawa Timur). Budidaya Jeruk di Lahan Rawa Budidaya jeruk di lahan rawa sudah lama dikenal masyarakat setempat, khususnya di Kalimantan Selatan sejak ratusan tahun silam. Budidaya jeruk siam di lahan rawa dapat dengan sistem hamparan (sawah), tetapi umumnya dengan sistem tukungan (gundukan) atau surjan bertahap ( sistem baluran). Secara bertahap petanimembuat tukungan di lahan sawahnya. Sistem tukungan ini dianjurkan hanya untuk lahan rawa dengan jenis tanah mineral atau bergambut, tetapi juga mulai merambat ke lahan gambut dengan berbagai ketebalan dari dangkal sampai sedang. Bentuk tukungan umumnya persegi empat dengan tinggi 60-75 cm dan lebar sisi antara 2-3 meter. Jarak tanam antar tanaman dalam baris 4-6 meter. Jarak antar baris 10-14 meter tergantung luas lahan dan kemampuan operasional traktor dalam pengolahan tanah untuk tanaman padinya. Apabila pilihan penataan lahan dengan sistem surjan maka diperlukan saluran pengatusan di salah satu sisi dengan lebar 1,0 meter dan dalam 0,6 meter agar mudah pengaliran air keluar dan juga dlengkapi dengan pintu air sistem tabat ( dam overflow 2 / 19

). Saluran ini juga dapat dimanfaatkan sebagai perangkap ikan alamiah. Budidaya jeruk pada tipologi lahan gambut menghadapi beberapa masalah agrofisik lahan, antara lain fluktuasi rejim air dan kondisi fisiko-kimia tanah seperti kemasaman tanah, asam-asam organik yang tinggi, zat beracun, kegaraman/salinitas dan kesuburan tanah yang rendah. Kondisi agrofisik lahan ini selanjutnya akan mempengaruhi baik produktivitas maupun kualitas buah yang dihasilkan. Umur ekonomis jeruk di lahan pasang surut sangat tergantung pada kondisi lahan dan perawatan tanaman. Apabila perawatan tanaman dan pengelolaan lahan cukup baik, maka umur ekonomis tanaman dapat mencapai 50 tahun. Umur produktif jeruk di lahan rawa umumnya antara 25-30 tahun, tetapi apabila pengelolaan kurang baik maka setelah 5-7 tahun terjadi penurunan produksi. Kualitas Buah Hasil survei menunjukkan pertanaman jeruk di lahan rawa cukup luas meliputi wilayah Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sumatera Barat,Jambi, dan Sulawesi Barat. Kualitas buah jeruk yang dihasilkan sangat beragam karena dipengaruhi oleh cara budidaya dan sifat-sifat kesuburan tanahnya. Perbaikan kulitas buah jeruk dapat dilakukan dengan perbaikan sifat-sifat tanahnya. Lahan gambut dikenal kurang subur dan perbaikan lahan ini diperlukan untuk mendapatkan hasil dan kualitas yang baik. Permintaan terhadap komoditas ini sangat terkait dengan kualitas yang dihasilkan oleh karena itu maka perlu perbaikan sifat-sifat tanah untuk meningkatkan kualitas buah yang dihasilkan. Buah jeruk siam dari lahan pasang surut mempunyai kualitas yang baik dengan rasa manis yang khas, tetapi tidak semua pertanaman menghasilkan kualitas buah yang baik. Hasil buah jeruk di lahan pasang surut tipe A mempunyai rasa manis lebih baik dibandingkan tipe B atau C. Hasil penelitian S. Satya Antarlina dan Muhammad Noor (2007; 2010) menunjukkan kualitas jeruk di tanah mineral lahan rawa pasang surut tipe luapan A (wilayah rawa pasang surut yang mendapatkan luapan pasang baik pasang besar maupun pasang kecil) mempunyai kadar gula 13,4% lebih tinggi dibandingkan dengan lahan rawa pasang surut tipe luapan C (wilayah rawa pasang surut yang tidak mendapatkan luapan pasang samasekali) dengan kadar gula hanya 9,34%. Kadar gula buah jeruk ini ternyata berkorelasi positif dengan kadar kalsium (Ca) dan magnisium (Mg) tanah dengan nilai R = 50,4 %. Kandungan Aluminium (Al) pada tanah berkorelasi positif dengan kadar kadar asam dan vitamin C buah jeruk. Kandungan sulfam (SO 4 3 / 19

) pada tanah berkorelasi negatif dengan kadar gula buah jeruk dan berkorelasi positif dengan kadar asam buah jeruk. Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa kandungan Ca dan Mg pada tanah berkorelasi positif terhadap tingkat kemanisan buah jeruk sedangkan kandungan Al dan SO 4 berkorelasi negatif dengan tingkat kemanisan buah jeruk. Analisis Biaya Manfaat Hasil penelitian Yanti Rina dkk (2005) menunjukkan analisis biaya manfaat dengan tingkat bunga masing-masing 12%, 15% dan 18% dan harga masing-masing di desa Karang Indah Rp 2.500/kg (1 kg = 6-7 buah), dan di desa Sungai Kambat beragam menurut kelasnya Rp 300/buah untuk klas A, Rp 200/buah klas B, dan Rp 100/buah kelas C. Apabila per pohon terdiri dari 22 % klas A, 44 % klas B dan 34% klas C (Tabel 1). Nilai B/C, NPV dan IRR seluas 1 hektar diperoleh hasil sebagai berikut : 1). Desa Karang Indah menunjukkan nilai B/C < 1 sampai umur tahun ke ke tiga, kemudian pada tahun ke empat nilai B/C > 1 dan tertinggi pada tahun ke tujuh. Desa Sungai Kambat dan Simpang Arja menunjukkan nilai B/C < 1 sampai tahun ke empat, kemudian pada tahun ke lima nilai B/C > 1. Desa Gudang Hirang dan Sungai Tandipah nilai B/C >1 dicapai pada tahun ke lima. 2). Nilai Net Present Value (NPV) sampai tahun ke 3 tanaman jeruk di desa Karang Indah masih negatif, tetapi pada tahun ke 4 nilai NPV positif atau hasil jeruk dan padi serta sayuran sudah dapat menutupi biaya yang dikeluarkan. Nilai NPV di empat desa lainnya meliputi desa Sungai Kambat, Simpang Arja, Sungai Tandipah dan Gudang Hirang pada tahun ke empat masih negatif dan baru pada tahun ke lima positif. Penggunaan bibit berupa okulasi lebih cepat memberikan produksi dibandingkan cangkok sehingga pencapaian nilai NPV positif di desa Karang Indah lebih cepat dibandingkan desa lainnya. Tingkat bunga paling tinggi 40%, kecuali untuk desa Gudang Hirang 50%. 3). Hasil analisis menunjukkan bahwa dengan tingkat bunga 40% dicapai nilai IRR 38,65 % 4 / 19

untuk desa Karang Indah, IRR 32,83% untuk desa Sungai Kambat dengan nilai, IRR 34,67% untuk desa Sungai Tandipah dan nilai IRR 35,97% untuk Simpang Arja, sementara dengan tingkat bunga 50% diperoleh nilai IRR 47% di desa Gudang Hirang. Tabel 1. Analisis biaya manfaat usahatani jeruk siam di lahan rawa pasang surut, Barito Kuala, Kalimantan Selatan, 2005 Kriteria Investasi Analisis Biaya Manfaat Df 12% Df 15% Df 18% Desa Karang Indah B/C 5 / 19

NPV (Rp) IRR(%) 1,51 13.904.291,67 39,03 1,44 10.930.656,97 38,91 1,33 6 / 19

7.634.363,33 38,65 Desa Sei Kambat B/C NPV (Rp) IRR(%) 1,61 34.006.620,37 35,32 1,51 7 / 19

27.154.287,73 34,980 1,35 14.119.848,86 32,83 Desa Gudang Hirang B/C NPV (Rp) IRR(%) 3,24 8 / 19

111.609.008,51 48,35 3,23 104.156.947,13 48,32 2,49 4.899.453,42 47,20 Desa Sei Tandipah B/C 9 / 19

NPV (Rp) IRR(%) 1,84 47.194.642,20 36,55 1,73 39.231.717,29 36,39 1,49 10 / 19

20.702.777,31 34,67 Desa Simpang Arja B/C NPV (Rp) IRR(%) 1,56 3.826.468,57 37,31 147 11 / 19

19.050.390,16 37,07 1,38 11.279.744,36 35,97 Sumber : Rina et al. (2005) Hasil uraian di atas menunjukkan bahwa investasi pengembangan komoditas jeruk di lahan rawa dengan pola surjan dengan acuan dari desa Karang Indah dengan pola padi + jeruk + sayuran dapat dinilai layak karena nilai B/C >1, nilai NPV positip, pay back period lebih kecil dari umur ekonomis adalah umur 4 tahun (sementara umur tanaman di analisis 7 tahun) dan nilai IRR 38,65% lebih besar dari suku bunga 12%, 15% dan 18%. Demikian juga untuk lokasi lainnya di desa Sungai Kambat dan Simpang Arja dengan pola padi + jeruk di desa Gudang Hirang dan Sungai Tandipah dengan pola padi + jeruk + pisang, dapat dinyatakan layak karena nilai B/C >1, nilai NPV positip, pay back periode adalah 5 tahun lebih kecil dari 25 tahun dengan nilai IRR masing-masing di desa Sungai Kambat 32,83 %, Gudang Hirang 47%, Sungai Tandipah 34,67% dan Simpang Arja 35,97 %. Prospek pengembangan jeruk siam dapat lebih ditingkatkan dengan perbaikan kualitas buah sehingga mempunyai nilai jual yang lebih baik. 12 / 19

Hasil usaha tani padi + jeruk siam + sayur (cabai) secara nyata dapat meningkatkan pendapatan petani. Bahkan pendapatan dari jeruk menjadi andalan bagi petani lahan rawa pasang surut di Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan (Tabel 2). Tabel 2. Analisis biaya, penerima dan keuntungan usaha tani padi, jeruk siam dan cabai di lahan rawa pasang surut, Desa Karang Indah, Barito Kuala, Kalimantan Selatan Komoditas Biaya (Rp./ha) Penerimaan (Rp./ha) Keuntungan (Rp./ha) 13 / 19

R/C ratio Padi lokal Jeruk (surjan) Cabai (surjan) 856.000 1.162.000 810.000 2.910.000 10.070.00 1.500.000 2. 054.000 14 / 19

8.908.000 690.000 3,40 8,67 1,85 Jumlah 2.828.000 14.480.000 11.652.000 4,93 Padi unggul 2 x 15 / 19

Jeruk (surjan) Cabai (surjan) 3.794.000 1.162.000 810.000 6.984.000 10.070.000 1.500.000 3.190.000 8.908.000 690.000 1,84 16 / 19

8,67 1,85 Jumlah 5.766.000 18.554.000 12.788.000 3,21 Sumber : BALITTRA (2004) Muhammad Noor dan Dedi Nursyamasi adalah peneliti pada Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (BALITTRA) 17 / 19

Gambar 1. Jeruk siam di lahan rawa pasang surut tipe luapan B, desa Karang Indah, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan Gambar 2. Jeruk siam di lahan rawa pasang surut tipe luapan A (kiri) dan tipe luapan C (kanan), Kalimantan Selatan Gambar 3. Penataan lahan dengan sistem tukungan tahap awal (kiri) dan tahap perawatan (kanan), Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan. Gambar 4. Keragaan buah jeruk siam, Kalimantan Selatan Pemenang Juara II dalam Kontes 18 / 19

Perlombaan Jeruk Nasional 2011, Gambar 5. Keragaan buah jeruk siam Banjar di pohon (kiri) dan pengemasannya (kanan) siap dikirim ke Pulau Jawa 19 / 19