I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Transkripsi

1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan di Indonesia telah banyak membawa perubahan dalam kemajuan kehidupan masyarakat, terutama di pedesaan. Berkembangnya sarana infrastruktur perekonomian, transportasi, komunikasi, industri dan infrastruktur pembangunan lainnya menjadi bukti keberhasilan pembangunan. Khusus di sektor pertanian, kemajuan yang dicapai dalam peningkatan produksi telah membawa Indonesia menjadi negara yang mampu memenuhi kebutuhan pangan utamanya, yakni beras pada tahun 1985 dari sebelumnya sebagai pengimpor beras terbesar di dunia. Walaupun kemudian prestasi besar ini tidak bisa dipertahankan dan Indonesia kembali menjadi negara pengimpor beras. Pembangunan pertanian, terutama di wilayah pedesaan berimplikasi terhadap berbagai perubahan sosial terutama dengan adanya pengembangan mekanisasi dan modernisasi pertanian. Menurut Abbas (1999), walaupun pengembangan teknologi modern melalui revolusi hijau di bidang pertanian memberikan dampak terhadap peningkatan produksi tetapi juga memunculkan dampak ikutan lainnya. Dampak ikutan tersebut meliputi aspek ekonomi (struktur biaya dan risiko yang tinggi), keadilan (ketimpangan dalam penerimaan keuntungan relatif antar golongan petani), kesempatan kerja (pengurangan kesempatan kerja karena mekanisasi), konsumsi energi yang meningkat (peningkatan sarana produksi), dan kerusakan ekologi. Bahkan menurut Fakih (2000), revolusi hijau dinilai selain berdampak buruk terhadap lingkungan secara terselubung bersifat hegemoni kapitalistik yang mengarah kepada pemiskinan masyarakat petani. Begitu juga dengan Sutanto (2001), yang menganggap revolusi hijau telah mereduksi sistem pertanian tradisional dan mengubur pengetahuan lokal yang bernuansa ramah lingkungan. Kondisi ini menunjukkan bahwa dampak yang terjadi merambah luas dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di pedesaan. Penggunaan bahan-bahan kimia berupa pupuk anorganik dan pestisida yang merupakan andalan utama dalam revolusi hijau selain benih unggul ternyata kini disadari merupakan salah satu penyebab kerusakan lingkungan dan degradasi lahan pertanian. Bahkan dalam konteks yang lebih luas lagi

2 2 menurut Goldsmith (1996), kerusakan lingkungan dan sumberdaya pertanian, erosi lahan, pencemaran bahan kimia, kerusakan keanekaragaman genetika, ledakan serangan hama penyakit serta penurunan produktivitas padi merupakan dampak akibat pengembangan pertanian modern. Hasil penelitian Prasodjo (2005) tentang pengetahuan lokal masyarakat di DAS Citanduy menunjukkan bahwa pada beberapa desa yang menerapkan pola pertanian sawah dengan teknologi revolusi hijau dan orientasi pasar atau ekonomi semata ternyata telah menimbulkan dampak ekologis dan sosial. Dampak ekologis berupa menurunnya keamanan ekologis seperti kesuburan tanah yang berkurang, ledakan hama dan penyakit tanaman, erosi, longsor dan penurunan kualitas air sungai. Dampak sosial yang muncul adalah hilangnya ketahanan pangan akibat penurunan keanekaragaman hayati, ketergantungan dengan input produksi dari luar dan gagal panen. Dampak sosial lainnya berupa lunturnya ikatan sosial dan tradisi pertanian karena kuatnya intervensi industri benih, pupuk, pestisida, dan alat pengolahan tanah. Selain berdampak buruk terhadap kondisi lingkungan, penggunaan bahan kimia berupa pupuk buatan juga memiliki batas-batas untuk mampu meningkatkan produktivitas pertanian padi. Hasil kajian Darwis (2007) di Desa Growok Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro menunjukkan bahwa produktivitas padi yang rendah (rata-rata 4,38 ton/ha pada musim hujan dan 2,68 ton/ha pada musim kemarau, sedangkan produktivitas normal 6-7 ton/ha pada musim hujan dan 4-5 ton/ha pada musim kemarau) salah satunya karena penggunaan pupuk kimia (Urea: 356 kg, TSP: 214 kg dan ZA: 189 kg per hektar) yang jauh di atas rekomendasi pemupukan berimbang (Urea: 300 kg, TSP: 150 kg, dan ZA: 100 kg per hektar). Di Kalimantan Selatan, program revolusi hijau ini dilaksanakan seiring dengan program nasional dalam rangka peningkatan produksi padi. Tanaman padi adalah komoditas pertanian pangan utama di Kalimantan Selatan dan merupakan bahan pangan utama serta menjadi salah satu sumber pendapatan keluarga sebagian besar masyarakat pedesaan. Areal persawahan di Kalimantan Selatan pada tahun 2007 seluas ha atau sekitar 17,61% dari luas wilayah Kalimantan Selatan. Jenis sawah yang diusahakan berupa sawah berpengairan (teknis, setengah teknis, sederhana dan non PU), sawah tadah hujan, sawah pasang surut, sawah rawa lebak, polder dan lainnya.

3 3 Sawah rawa pasang surut luasnya mencapai hektar atau sekitar 29,60% dari luas sawah di Kalimantan Selatan. Lahan jenis ini merupakan tipe lahan yang khas yang memerlukan pengelolaan khusus karena sifatnya yang sangat rentan terhadap kerusakan (fragile). Tipe lahan ini terutama terdapat di wilayah Kabupaten Barito Kuala hektar (54,29%), Kabupaten Banjar hektar (18,37%), Kabupaten Tapin hektar (12,92%), sedangkan sisanya hektar (14,42%) terdapat di kabupaten lainnya (BPS Kalsel 2009). Pemanfaatan lahan rawa pasang surut untuk kegiatan pertanian di Kalimantan Selatan oleh petani banjar telah dimulai sejak tahun 1900 (Sutikno dan Noor 1998). Kegiatan pertanian di lahan rawa pasang surut ini dilakukan dengan sistem tradisional melalui pengaturan tata air. Reklamasi lahan rawa pasang surut menjadi lahan pertanian yang dikembangkan oleh petani Banjar merupakan bentuk adaptasi kehidupan mereka terhadap kondisi lingkungan yang ada. Melalui pengalaman dan pengetahuan lokal (local knowledge) yang mereka miliki petani Banjar menerapkan sistem pertanian yang disesuaikan dengan kondisi lahan yang ada. Hal ini seperti yang dikatakan oleh Soetomo (1997), bahwa perkembangan teknik bertani pada masyarakat tradisional merupakan hasil proses belajar secara alamiah dari mereka sendiri. Alam dan lingkungan berkembang menjadi guru yang baik bagi masyarakat setempat untuk terus mencari cara merekayasa hambatan-hambatan dan potensi yang ada di sekitarnya. Para petani lokal yang umumnya dari suku Banjar telah memiliki pengalaman selama ratusan tahun dalam mengelola dan mengembangkan lahan rawa pasang surut untuk keperluan pertanian. Pengelolaan lahan rawa pasang surut diarahkan untuk menjaga keseimbangan dan keserasian antara sistem lingkungan biofisik dengan sistem lingkungan sosial budaya masyarakat yang bersangkutan. Sistem biofisik lahan rawa pasang surut dikelola melalui nilai-nilai budaya yang berlaku dan menghasilkan pengetahuan spesifik lokal tentang lahan rawa pasang surut. Sistem pertanian lahan rawa pasang surut ini dikembangkan selaras dengan kondisi lahan rawa pasang surut yang bersifat khas dan rentan (fragile). Hasil penelitian Supriyono dan Jumberi (2007) menunjukkan bahwa pengelolaan lahan rawa pasang surut dengan sistem surjan yang dilakukan petani merupakan akumulasi dari pengalaman dan pemahaman mereka tentang ketersediaan air dan topografi wilayah pasang

4 4 surut. Sistem surjan ini juga memungkinkan petani melakukan diversifikasi antara tanaman padi dengan tanaman keras seperti rambutan, mangga, atau jeruk. Oleh karena itulah dalam pandangan Hardiyoko dan Saryoto (2005), sistem pertanian tradisional ini mendasarkan diri pada pengetahuan tentang ekosistem pertanian mikro, di mana kondisi lahan pertanian suatu daerah selalu memiliki keistimewaan sendiri. Seiring dengan pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat, keperluan akan lahan pemukiman dan pertanian pun semakin bertambah. Pengembangan dan reklamasi lahan rawa pasang surut saat ini tidak hanya dilakukan oleh petani Banjar secara tradisonal saja, tetapi juga oleh pemerintah untuk keperluan pemukiman transmigrasi. Reklamasi lahan rawa pasang surut di Kalimantan Selatan untuk keperluan transmigrasi sudah dirintis sejak masa pemerintahan orde lama sekitar tahun 1962, dan dilanjutkan oleh pemerintahan orde baru secara intensif pada tahun 1970-an hingga saat ini. Reklamasi dan pengembangan lahan rawa pasang surut yang dilakukan secara besar-besaran dan dalam waktu yang relatif singkat menyebabkan terjadinya perubahan secara drastis pada ekosistem lahan rawa pasang surut. Menurut Dahuri (1997), jika dikaji secara holistik dampak negatif proyek ini adalah menurunnya nilai dan fungsi ekonomis maupun ekologis dari ekosistem lahan basah rawa gambut yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Kasus Proyek Pengembangan Lahan Gambut (PLG) sejuta hektar di Kalimantan Tengah merupakan contoh kerusakan ekosistem akibat eksploitasi besar-besaran tanpa memperhatikan keterbatasan dan karakteristik khas dari lahan rawa pasang surut terutama tanah gambut yang sangat peka terhadap perubahan yang drastis. Upaya-upaya yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan produksi padi sebagai bagian dari program nasional sering tidak sejalan dengan kondisi wilayah spesifik yang ada. Pembukaan areal lahan pasang surut secara besarbesaran yang diintegrasikan dengan program transmigrasi justru berakibat buruk terhadap degradasi lingkungan. Bahkan beberapa lokasi unit pemukiman transmigrasi di lahan pasang surut banyak yang mengalami kegagalan. Sebanyak lima dari enam UPT Galam Rabah di Kabupaten Banjar tingkat huniannya rata-rata kurang dari 30% setelah satu tahun ditempatkan (Wuriati 2005). Pada lokasi lainnya di UPT Barambai Kabupaten Barito Kuala, Wahyu (2001) menyatakan bahwa transmigran yang meninggalkan lokasi transmigrasi

5 5 terkait dengan kegagalan dalam pengembangan sawah pasang surut dan kualitas lahan yang rendah. Periode tahun telah ditempatkan sebanyak 160 KK transmigran dari etnis Sunda di lahan rawa pasang surut Barambai, dan pada tahun 1999 yang masih bertahan hanya sebanyak 15 KK. Pembukaan lahan rawa pasang surut yang diintegrasikan dengan program transmigrasi ini semuanya mengalami kegagalan terutama dalam pengembangan pertaniannya. Terdapat beberapa lokasi pemukiman transmigrasi di lahan rawa pasang surut (seperti UPT Danda Jaya, UPT Tarantang, dan beberapa UPT lainya di Kabupaten Barito Kuala) yang berhasil mengelola lahan tersebut untuk keperluan pertanian. Walaupun demikian, pada tahap-tahap awal penempatan mereka banyak menemui kendala dan hambatan teknis terkait dengan sistem pengelolaan air dan sifat fisik tanah yang khas. Usaha yang gigih dan belajar dari pengalaman petani setempat dalam mengelola lahan rawa pasang surut merupakan kunci sukses keberhasilan para transmigran di wilayah ini (Hidayat 2000). Pengetahuan lokal yang dimiliki masyarakat terutama dalam bidang pertanian terbukti telah membantu mereka dalam memenuhi kebutuhan pangan dan ekonomi mereka. Produktivitas padi di lahan rawa pasang surut tipe A ratarata mencapai 3,1 ton/ha, tipe B mencapai 2,5 ton/ha dan di tipe C rata-rata hanya 1,8 ton/ha (Hidayat 2000). Berdasarkan analisis Rina Y dan Noorginayuwati (2007), tentang usahatani padi di lahan rawa pasang surut bergambut, rata-rata produktivitas padi lokal sebesar 1,8 ton/ha dengan keuntungan Rp /ha (nilai R/C 1,38) dan padi unggul 2,3 ton/ha dengan keuntungan rata-rata Rp /ha (nilai R/C 1,32). Selain itu pengembangan sistem tukungan dan surjan dengan penerapan sistem tumpang sari padi dengan tanaman hortikultura seperti jeruk, rambutan atau mangga di lahan rawa pasang surut ternyata mampu meningkatkan pendapat petani secara signifikan (Rasmadi 2007; Noor et.al. 2007). Walaupun secara nasional tingkat produktivitas ini tergolong rendah, tetapi jika ditinjau dari aspek kondisi lahannya yang bersifat marjinal kondisi ini justeru menunjukkan bahwa dengan segala keterbatasan sumberaya alam yang ada, petani setempat mampu memanfaatkannya untuk keberlanjutan kehidupan mereka. Kondisi biofisik lahan rawa pasang surut yang spesifik dan sistem sosial masyarakat yang mengembangkan pengetahuan lokalnya dalam mencapai keselarasan hidup dengan alam ini penting untuk dikaji terutama dalam konteks

6 6 era globalisasi. Hal ini juga terkait dengan eksistensi pengetahuan lokal itu sendiri ketika sains dan teknologi modern dalam bidang pertanian dianggap sebagai jawaban atas permasalahan pangan umat manusia saat ini dan di masa mendatang. 1.2 Perumusan Masalah Pengetahuan lokal yang dimiliki oleh masyarakat berkembang sebagai proses adaptif terhadap kondisi lingkungan sekitar. Lahan rawa pasang surut yang dimanfaatkan masyarakat untuk kegiatan pertanian berpengaruh terhadap pembentukan sistem pengetahuan mereka. Melalui pengalaman dan berbagai percobaan yang bersifat trial and error mereka akhirnya mampu menyesuaikan dengan kondisi spesifik tersebut. Kemampuan adaptasi terhadap kondisi setempat membuat pengetahuan lokal ini mampu bertahan dalam kehidupan petani di pedesaan Kalimantan Selatan. Sifat spesifik lahan lahan rawa pasang surut yang memerlukan penanganan khusus serta varietas padi yang adaptif untuk kondisi tersebut telah menjadikan pengetahuan lokal tersebut sebagai aset yang sangat berharga dalam praktik-praktik pertanian padi di pedesaan Kalimantan Selatan. Sistem pertanian yang didasarkan atas pengetahuan lokal ini terbukti ramah lingkungan dan mampu menjaga kestabilan ekosistem di lahan rawa pasang surut, tetapi dari sisi produktivitas padi yang dihasilkan masih tergolong rendah (berkisar antara 1,8-3,1 ton/ha). Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk dan kebutuhan akan pangan, terutama yang berasal dari padi mendorong pemerintah memacu produksi padi di lahan-lahan marjinal seperti lahan rawa pasang surut melalui perluasan areal dan peningkatan produktivitas. Introduksi teknologi pertanian modern yang dilakukan ternyata berdampak terhadap kerusakan ekologis dan sosial. Penggunaan bahan-bahan kimia seperti pupuk dan pestisida serta mekanisasi dan pengolahan tanah yang tidak sesuai dengan kondisi spesifik lahan rawa pasang surut ternyata berdampak terhadap degradasi lahan dan kerusakan ekosistem lahan rawa pasang surut. Dampak negatif yang lebih mengkhawatirkan justru terjadinya pada sistem sosial petani itu sendiri. Pertanian modern ternyata menuntut input produksi dan modal usaha yang tinggi agar hasil yang dicapai juga tinggi. Padahal, petani umumnya memiliki keterbatasan dalam penyediaan dana segar untuk membeli berbagai sarana

7 7 produksi yang memang tidak bisa mereka buat atau ciptakan sendiri (seperti pupuk organik, pestisida dan benih unggul). Introduksi berbagai benih varietas unggul nasional yang dianggap memiliki potensi produktivitas tinggi untuk menggantikan varietas lokal ternyata bukan hanya berdampak pada perubahan sistem pengelolaan sawah di lahan rawa pasang surut tetapi juga berbagai pengetahuan lokal masyarakat yang terbukti mampu beradaptasi dengan kondisi spesifik tersebut. Hilangnya sejumlah varietas lokal yang adaptif terhadap kondisi lingkungan setempat serta pengetahuan petani tentang varietas tersebut dan teknik budidayanya merupakan kehilangan yang besar dalam hal pengetahuan lokal. Menurut Noor (2004) jumlah varietas padi lokal di lahan rawa pasang surut mencapai ratusan, tetapi kini varietas lokal yang masih ditanam hanya seperti Siam, Unus, Pandak, dan Bayar. Dengan kata lain, introduksi sistem pertanian modern yang berbasiskan bahan-bahah kimia dan mekanisasi pertanian telah mengancam eksistensi pengetahuan lokal yang telah menyatu dalam sistem sosial masyarakat di lahan rawa pasang surut. Di sisi lain, pengetahuan lokal juga memiliki keterbatasan dalam menghadapi tantangan globalisasi, tekanan penduduk dan peningkatan kebutuhan masyarakat. Hanya berharap dengan pengetahuan lokal saja untuk pengembangan pertanian bukanlah hal yang dapat menyelesaikan semua permasalahan tersebut. Menurut Durning (1995), pengetahuan lokal ini juga bersifat rawan terhadap tekanan-tekanan ekonomi, teknologi modern yang merambah cepat, serta pertumbuhan penduduk yang cepat. Ini berarti diperlukan suatu model kombinasi antara pengetahuan lokal dengan sains dalam suatu perpaduan yang harmonis dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Pengembangan sains di bidang pertanian pada lahan rawa pasang surut seyogyanya dikembangkan dari sistem pengetahuan lokal masyarakat setempat. Pengembangan sistem tata air mikro untuk mengatasi kemasaman tanah yang tinggi pada lahan rawa pasang surut merupakan salah satu bentuk pengembangan sains dengan mengadopsi sistem pengairan sawah yang dilakukan petani Banjar di lahan rawa pasang surut (sistem tata air mikro H. Idak). Oleh karena itulah pertanyaan mendasar dalam penelitian ini adalah: Bagaimana eksistensi pengetahuan lokal petani dalam pengelolaan lahan rawa pasang surut ketika berkontestasi dengan sains yang menjadi basis dalam

8 8 pertanian modern saat ini? Untuk menelaah permasalahan ini maka disusun pertanyaan penelitian yang bersifat khusus, yakni : 1. Bagaimana komunitas petani padi sawah di lahan rawa pasang surut mengembangkan sistem pengetahuan lokal dari dulu hingga sekarang terutama dalam menghadapi era modernisasi pertanian? 2. Bagaimana terjadinya proses kontestasi antara sains dengan pengetahuan lokal komunitas petani padi sawah di lahan rawa pasang surut? 3. Bagaimana sistem sosial merespon terjadinya kontestasi antara sains dengan pengetahuan lokal? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis eksistensi pengetahuan lokal petani dalam pengelolaan lahan rawa pasang surut ketika berkontestasi dengan sains yang menjadi basis dalam pertanian modern saat ini. Secara spesifik tujuan yang ingin dicapai adalah : 1. Menganalisis sejarah pengembangan sistem pengetahuan lokal, termasuk sejarah lokal perkembangan pertanian padi sawah di lahan rawa pasang surut. 2. Menganalisis proses kontestasi antara sains dengan pengetahuan lokal. 3. Menganalisis respon sistem sosial terhadap kontestasi antara sains dengan pengetahuan lokal. 1.4 Manfaat Penelitian Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat menunjang pengembangan ilmu sosiologi, khususnya menyangkut pengetahuan lokal dan kontestasinya dengan sains dalam sistem sosial komunitas petani padi di lahan rawa pasang surut. Manfaat secara praktis dari penelitian ini terutama dalam peningkatan kesejahteraan petani padi melalui upaya pengembangan pengetahuan lokal dan sains di bidang pertanian. Sistem sosial dan kelembagaan yang adaptif diharapkan dapat menjadi media dalam menjembatani kontestasi antara pengetahuan lokal dengan sains. Bagi pemerintah, pengembangan sains yang didasarkan atas pengetahuan lokal masyarakat setempat diharapkan dapat mempercepat upaya peningkatan

9 9 produksi padi dalam mengatasi tantangan kebutuhan pangan yang semakin meningkat. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Untuk memfokuskan analisis dan pembahasan dalam studi pengetahuan lokal petani yang memiliki dimensi luas, maka ditetapkan batas-batas analisis sebagai berikut : 1. Pengetahuan lokal petani yang dikaji meliputi pengelolaan lahan rawa pasang surut untuk kegiatan pertanian dalam arti luas. 2. Secara spesifik, kasus ini mengkaji pengetahuan lokal petani dalam pengelolaan lahan rawa pasang surut pada empat tipe luapan air pasang, yakni lahan rawa pasang surut tipe A, B, C dan D. 3. Modernisasi pertanian mencakup berbagai program pemerintah untuk mengembangkan usahatani padi di lahan rawa pasang surut yang terutama kegiatan intensifikasi pertanian melalui teknologi benih unggul dan mekanisasi pertanian. 1.6 Kebaruan (Novelty) Kebaruan dari penelitian ini menyangkut topik dan metode penelitian yang digunakan. Topik penelitian tentang proses pembentukan pengetahuan lokal petani serta kontestasinya dengan sains di bidang pertanian, khususnya di lahan rawa pasang surut belum pernah dilakukan. Proses pembentukan pengetahuan lokal ini dianalisis hingga membentuk sebuah anatomi pengetahuan lokal yang dimiliki oleh masyarakat petani di lahan rawa pasang surut. Kontestasi antara sains dengan pengetahuan lokal memberikan analisis kritis tentang eksistensi pengetahuan lokal dalam menghadapi era modernisasi dan globalisasi saat ini. Beberapa penelitian yang pernah dilakukan hanya terbatas pada identifikasi bentuk-bentuk kearifan lingkungan dalam praktikpraktik pertanian di lahan rawa pasang surut seperti disajikan pada Tabel 1. Penelitian Shohibuddin (2003) berupaya untuk mencermati secara induktif dinamika sosi-kultural pada masyarakat Toro sepanjang proses artikulasi kearifan tradisional merka dalam pengelolaan sumberday alam. Khusus untuk menggambarkan tentang bentuk-bentuk pengetahuan lokal dalam pelestarian lingkungan hidup pada masyarakat pesisir diungkapkan melalui penelitian Yorisetou (2003 ) yang dilakukan di peisisir Teluk Tanah Merah Kabupaten

10 10 Jayapura Provinsi Papua. Penelitian tentang pengetahuan lokal juga dilakukan oleh Prasodjo (2005) yang mencoba menganalisis kaitannya dengan tatapemerintahan dan desentralisasi perngelolaan sumberdaya alam. Penelitian di wilayah lahan rawa pasang surut Kalimantan Selatan dilakukan oleh A. Jumberi dan A. Supriyo (2007) terkait dengan bentuk-bentuk kearifan lokal dalam budidaya padi serta penelitian Noorginayuwati, A.Rafieq, M.Noor, dan A. Jumberi tentang karifan budaya lokal dalam pemanfaatan gambut untuk pertanian. Penelitian yang dilakukan ini juga terkait erat dengan yang telah penulis teliti pada tahun 2000 yang memfokuskan pada bentuk-bentuk kearifan budaya dan analisis tingkat pengelolaan lingkungan hidup oleh petani suku Banjar di lahan rawa pasang surut Kabupaten Barito Kuala. Tabel 1. Topik dan paradigma penelitian yang digunakan dalam beberapa penelitian terkait dengan pengetahuan lokal Peneliti Tahun Topik Taufik Hidayat 2000 Kearifan budaya dalam pengelolaan LRPS M. Shohibuddin, 2003 Artikulasi kearifan tradisional dalam pengelolaan SDA W. Yorisetou 2003 Bentuk pengetahuan lokal masyarakat pesisir N.W Prasodjo 2005 Pengetahuan lokal kaitannya dengan tatapemerintahan dan desentralisasi pengelolaan SDA Agus Supriyo dan Achmadi Jumberi Noorginayuwati, A.Rafieq, M.Noor, dan A. Jumberi 2007 Bentuk-bentuk kearifan budaya lokal dalam budidaya padi di lahan rawa paang surut 2007 Kearifan budaya lokal dalam pemanfaatan gambut Pendekatan paradigma Postpositivis Konstruktivis Konstruktivis Konstruktivis Konstuktivis Konstuktivis Pada aspek metodologis, penelitian ini menggunakan pendekatan paradigma teori kritis untuk menganalisis kontestasi antara pengetahuan lokal dan sains. Melalui analisis dengan paradigma teori kritis bukan hanya mampu memahami realitas yang ada tetapi sekaligus juga proses emansipasi yang mampu membuka selubung dominasi dalam kehidupan masyarakat di lahan rawa pasang surut. Penelitian-penelitian yang lain umumnya menggunakan pendekatan paradigma postpositivis dan konstruktivis.

KONTESTASI SAINS DENGAN PENGETAHUAN LOKAL PETANI DALAM PENGELOLAAN LAHAN RAWA PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN TAUFIK HIDAYAT

KONTESTASI SAINS DENGAN PENGETAHUAN LOKAL PETANI DALAM PENGELOLAAN LAHAN RAWA PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN TAUFIK HIDAYAT KONTESTASI SAINS DENGAN PENGETAHUAN LOKAL PETANI DALAM PENGELOLAAN LAHAN RAWA PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN TAUFIK HIDAYAT SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Peran pertanian antara lain adalah (1) sektor pertanian menyumbang sekitar 22,3 % dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. padi sawah merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun.

BAB I PENDAHULUAN. padi sawah merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris sedang giat melaksanakan pembangunan di segala bidang, salah satu diantaranya adalah bidang pertanian. Pembangunan dalam bidang pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya peningkatan produksi tanaman pangan khususnya pada lahan sawah melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. Pertambahan jumlah penduduk

Lebih terperinci

Pada saat ini Indonesia telah memasuki tahap pembangunan

Pada saat ini Indonesia telah memasuki tahap pembangunan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini Indonesia telah memasuki tahap pembangunan jangka panjang ke dua (PJP II) dan tahun terakhir pelaksanaan Repelita VI. Selama kurun waktu Pembangunan Jangka

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran strategis pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata melalui pembentukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang berperan sangat penting. Sektor ini mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi, laju pertumbuhannya sebesar 4,8 persen

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang The Earth Summit (KTT Bumi) 1992 di Rio de Janeiro adalah indikator utama semakin besarnya perhatian dan kepedulian dunia internasional pada masalah lingkungan serta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rawa merupakan sebutan bagi semua lahan yang tergenang air, yang penggenangannya dapat bersifat musiman ataupun permanen dan ditumbuhi oleh tumbuhan (vegetasi). Di Indonesia

Lebih terperinci

Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan

Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan 122 Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan IV.1 Kondisi/Status Luas Lahan Sawah dan Perubahannya Lahan pertanian secara umum terdiri atas lahan kering (non sawah)

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertanian Organik Saat ini untuk pemenuhan kebutuhan pangan dari sektor pertanian mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan lingkungan.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertambahan penduduk yang melaju dengan cepat perlu diimbangi dengan kualitas dan kuantitas makanan sebagai bahan pokok, paling tidak sama dengan laju pertumbuhan penduduk.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sumber pangan utama penduduk Indonesia. Jumlah penduduk yang semakin

I. PENDAHULUAN. sumber pangan utama penduduk Indonesia. Jumlah penduduk yang semakin I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia memiliki sumber daya lahan yang sangat luas untuk peningkatan produktivitas tanaman pangan khususnya tanaman padi. Beras sebagai salah satu sumber pangan utama

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melaksanakan usaha-usaha yang paling baik untuk menghasilkan pangan tanpa

I. PENDAHULUAN. melaksanakan usaha-usaha yang paling baik untuk menghasilkan pangan tanpa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam beberapa tahun terakhir, masyarakat dunia mulai memperhatikan persoalan lingkungan dan ketahanan pangan yang dilanjutkan dengan melaksanakan usaha-usaha yang paling

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sub sektor pertanian tanaman pangan memiliki peranan sebagai penyedia bahan pangan bagi penduduk Indonesia yang setiap tahunnya cenderung meningkat seiring dengan pertambahan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Kegagalan dalam memenuhi kebutuhan pokok akan dapat menggoyahkan. masa yang akan datang IPB, 1998 (dalam Wuryaningsih, 2001).

I PENDAHULUAN. Kegagalan dalam memenuhi kebutuhan pokok akan dapat menggoyahkan. masa yang akan datang IPB, 1998 (dalam Wuryaningsih, 2001). I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian pangan khususnya beras, dalam struktur perekonomian di Indonesia memegang peranan penting sebagai bahan makanan pokok penduduk dan sumber pendapatan sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pertanian organik sudah lama dikenal oleh manusia yakni sejak ilmu bercocok tanam pertama kali diterapkan. Pada saat itu semuanya dilakukan dengan cara tradisional dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap manusia untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari guna mempertahankan hidup. Pangan juga merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang cocok untuk kegiatan pertanian. Disamping itu pertanian merupakan mata

I. PENDAHULUAN. yang cocok untuk kegiatan pertanian. Disamping itu pertanian merupakan mata I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia dikenal sebagai negara agraris dan memiliki iklim tropis yang cocok untuk kegiatan pertanian. Disamping itu pertanian merupakan mata pencaharian utama

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan. Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan. Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Pembangunan pertanian masih mendapatkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dititikberatkan pada pertumbuhan sektor-sektor yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tujuan pembangunan pada dasarnya mencakup beberapa

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini pertanian organik menjadi suatu bisnis terbaru dalam dunia pertanian Indonesia. Selama ini produk pertanian mengandung bahan-bahan kimia yang berdampak

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sawah irigasi sebagai basis usahatani merupakan lahan yang sangat potensial serta menguntungkan untuk kegiatan usaha tani. Dalam satu tahun setidaknya sawah irigasi dapat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertanian Menurut Mubyarto (1995), pertanian dalam arti luas mencakup pertanian rakyat atau pertanian dalam arti sempit disebut perkebunan (termasuk didalamnya perkebunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani. Pembangunan pertanian sebagai bagian integral dari pembangunan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian tanaman pangan di Indonesia sampai dengan tahun 1960 praktis menggunakan teknologi dengan masukan organik berasal dari sumber daya setempat. Varietas lokal dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan pada sektor pertanian. Di Indonesia sektor pertanian memiliki peranan besar dalam menunjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja, dan peningkatan pendapatan masyarakat. Sektor pertanian

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja, dan peningkatan pendapatan masyarakat. Sektor pertanian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pertanian di Indonesia mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian bangsa. Sektor pertanian telah berperan dalam pembentukan PDB, perolehan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjadi suatu keharusan, agar produksi dapat menunjang permintaan pangan yang

I. PENDAHULUAN. menjadi suatu keharusan, agar produksi dapat menunjang permintaan pangan yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan pokok terpenting bagi manusia yang harus dipenuhi agar bisa bertahan hidup. Perkembangan pertanian sangat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sub sektor tanaman pangan sebagai bagian dari sektor pertanian memiliki peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan pangan, pembangunan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN LOKASI PROGRAM PERBAIKAN IRIGASI BERDASARKAN PELUANG PENINGKATAN INDEKS PERTANAMAN (IP) 1

KEBIJAKAN LOKASI PROGRAM PERBAIKAN IRIGASI BERDASARKAN PELUANG PENINGKATAN INDEKS PERTANAMAN (IP) 1 KEBIJAKAN LOKASI PROGRAM PERBAIKAN IRIGASI BERDASARKAN PELUANG PENINGKATAN INDEKS PERTANAMAN (IP) 1 Sudi Mardianto, Ketut Kariyasa, dan Mohamad Maulana Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki peranan penting

Lebih terperinci

VIII. POTENSI DAN KENDALA PENERAPAN KALENDER TANAM DALAM MENGANTISIPASI KEJADIAN IKLIM EKSTRIM

VIII. POTENSI DAN KENDALA PENERAPAN KALENDER TANAM DALAM MENGANTISIPASI KEJADIAN IKLIM EKSTRIM 141 VIII. POTENSI DAN KENDALA PENERAPAN KALENDER TANAM DALAM MENGANTISIPASI KEJADIAN IKLIM EKSTRIM Persoalan mendasar sektor pertanian menurut Tim Penyusun Road Map (2010) diantaranya adalah meningkatnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan beras di Indonesia pada masa yang akan datang akan meningkat. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi dengan besarnya konsumsi beras

Lebih terperinci

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN Emlan Fauzi Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar dari suatu bangsa. Mengingat jumlah penduduk Indonesia yang sudah mencapai sekitar 220

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah aliran sungai (DAS) merupakan sistem yang kompleks dan terdiri dari komponen utama seperti vegetasi (hutan), tanah, air, manusia dan biota lainnya. Hutan sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. saat Revolusi Hijau pada tahun 1980-an. Revolusi hijau merupakan teknik

I. PENDAHULUAN. saat Revolusi Hijau pada tahun 1980-an. Revolusi hijau merupakan teknik 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Praktik bertani di Indonesia saat ini masih serupa dengan praktik bertani saat Revolusi Hijau pada tahun 1980-an. Revolusi hijau merupakan teknik usahatani yang mengutamakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ini belum mampu memenuhi kebutuhannya secara baik, sehingga kekurangannya

I. PENDAHULUAN. ini belum mampu memenuhi kebutuhannya secara baik, sehingga kekurangannya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prospek pengembangan beras dalam negeri cukup cerah terutama untuk mengisi pasar domestik, mengingat produksi padi/beras dalam negeri sampai saat ini belum mampu memenuhi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya

I. PENDAHULUAN. Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya adalah komoditas padi, karena komoditas padi sebagai sumber penyediaan kebutuhan pangan pokok berupa

Lebih terperinci

Moch Taufiq Ismail_ _Agroekoteknologi_2013

Moch Taufiq Ismail_ _Agroekoteknologi_2013 Tentang Sistem Pertanian Konvensional Sistem pertanian konvensional adalah sistem pertanian yang pengolahan tanahnya secara mekanik (mesin). Sistem pertanian konvensional memiliki tujuan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian masih merupakan prioritas pembangunan secara nasional maupun regional. Sektor pertanian memiliki peran penting untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia, karena itu pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia, karena itu pemenuhan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia, karena itu pemenuhan pangan merupakan bagian dari hak asasi individu serta sebagai komponen dasar untuk mewujudkan sumber daya

Lebih terperinci

KETAHANAN PANGAN: KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL

KETAHANAN PANGAN: KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL KETAHANAN PANGAN: KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL UU NO 7 TH 1996: Pangan = Makanan Dan Minuman Dari Hasil Pertanian, Ternak, Ikan, sbg produk primer atau olahan Ketersediaan Pangan Nasional (2003)=

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan produksi dan memperluas keanekaragaman hasil pertanian. Hal ini berguna untuk memenuhi

Lebih terperinci

Reklamasi Rawa (HSKB 817)

Reklamasi Rawa (HSKB 817) Reklamasi Rawa (HSKB 817) Oleh: Novitasari Kompetensi Setelah mengikuti materi ini, mahasiswa diharapkan mampu melakukan perencanaan reklamasi rawa. 1 Kompetensi Mengenal Konsep Pengelolaan Rawa Mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya lahan merupakan tumpuan kehidupan manusia dalam pemenuhan kebutuhan pokok pangan dan kenyamanan lingkungan. Jumlah penduduk yang terus berkembang sementara

Lebih terperinci

DINAMIKA PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN PERDESAAN: Tantangan dan Peluang bagi Peningkatan Kesejahteraan Petani

DINAMIKA PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN PERDESAAN: Tantangan dan Peluang bagi Peningkatan Kesejahteraan Petani Seminar Nasional DINAMIKA PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN PERDESAAN: Tantangan dan Peluang bagi Peningkatan Kesejahteraan Petani Bogor, 19 Nopember 2008 UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN USAHATANI PADI DAN SAYURAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. substitusinya sebagaimana bahan bakar minyak. Selain itu, kekhawatiran global

I. PENDAHULUAN. substitusinya sebagaimana bahan bakar minyak. Selain itu, kekhawatiran global I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Populasi manusia yang meningkat mengakibatkan peningkatan kebutuhan manusia yang tidak terbatas namun kondisi sumberdaya alam terbatas. Berdasarkan hal tersebut, ketidakseimbangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bahan pangan utama berupa beras. Selain itu, lahan sawah juga memiliki

I. PENDAHULUAN. bahan pangan utama berupa beras. Selain itu, lahan sawah juga memiliki 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan sawah memiliki manfaat sebagai media budidaya yang menghasilkan bahan pangan utama berupa beras. Selain itu, lahan sawah juga memiliki manfaat bersifat fungsional

Lebih terperinci

PENUTUP. Degradasi Lahan dan Air

PENUTUP. Degradasi Lahan dan Air BAB VI PENUTUP Air dan lahan merupakan dua elemen ekosistem yang tidak terpisahkan satu-sama lain. Setiap perubahan yang terjadi pada lahan akan berdampak pada air, baik terhadap kuantitas, kualitas,

Lebih terperinci

Bab V Analisis, Kesimpulan dan Saran

Bab V Analisis, Kesimpulan dan Saran 151 Bab V Analisis, Kesimpulan dan Saran V.1 Analisis V.1.1 Analisis Alih Fungsi Lahan Terhadap Produksi Padi Dalam analisis alih fungsi lahan sawah terhadap ketahanan pangan dibatasi pada tanaman pangan

Lebih terperinci

Jeruk Siam Banjar: Andalan Pendapatan bagi Petani Lahan Rawa Pasang Surut

Jeruk Siam Banjar: Andalan Pendapatan bagi Petani Lahan Rawa Pasang Surut Jeruk Siam Banjar: Andalan Pendapatan bagi Petani Lahan Rawa Pasang Surut Muhammad Noor dan Dedi Nursyamsi Jeruk siam (Citrus suhuensis) merupakan jenis jeruk yang berkembang pesat dalam sepuluh tahun

Lebih terperinci

Geografi KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM II. K e l a s. C. Pertanian Organik

Geografi KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM II. K e l a s. C. Pertanian Organik Kurikulum xxxxxxxxxx2013 Geografi K e l a s XI KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu usahatani diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki secara efektif dan efisien dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan

Lebih terperinci

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN :

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN : Usaha tani Padi dan Jagung Manis pada Lahan Tadah Hujan untuk Mendukung Ketahanan Pangan di Kalimantan Selatan ( Kasus di Kec. Landasan Ulin Kotamadya Banjarbaru ) Rismarini Zuraida Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang semakin meningkat menyebabkan konsumsi beras perkapita per tahun

I. PENDAHULUAN. yang semakin meningkat menyebabkan konsumsi beras perkapita per tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan luas lahan yang sangat luas dan keanekaragaman hayati yang sangat beragam, memungkinkan Indonesia menjadi negara agraris terbesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lahan. Kemampuan lahan yang dikelola akan memberikan. produksi yang berbeda-beda tingkat produktivitasnya.

BAB I PENDAHULUAN. lahan. Kemampuan lahan yang dikelola akan memberikan. produksi yang berbeda-beda tingkat produktivitasnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Faktor produksi utama dalam produksi pertanian adalah lahan. Kemampuan lahan yang dikelola akan memberikan produksi yang berbeda-beda tingkat produktivitasnya. Tanaman

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia dihadapkan pada tantangan besar untuk memperbaiki sektor pertanian dalam rangka pemenuhan kebutuhan pangan, peningkatan pendapatan masyarakat pedesaan serta mengatasi

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi

BAB I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi manfaat tidak saja digunakan sebagai bahan pangan tetapi juga sebagai bahan baku industri

Lebih terperinci

KEARIFAN BUDAYA LOKAL DALAM PERTANIAN DI LAHAN RAWA

KEARIFAN BUDAYA LOKAL DALAM PERTANIAN DI LAHAN RAWA KEARIFAN BUDAYA LOKAL DALAM PERTANIAN DI LAHAN RAWA Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2007 KEARIFAN BUDAYA LOKAL DALAM PERTANIAN

Lebih terperinci

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Anton J. Supit Dewan Jagung Nasional Pendahuluan Kemajuan teknologi dalam budidaya jagung semakin

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS Keberhasilan usahatani yang dilakukan petani biasanya diukur dengan menggunakan ukuran pendapatan usahatani yang diperoleh. Semakin besar pendapatan usahatani

Lebih terperinci

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti: PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat PENDAHULUAN Latar Belakang Komoditas padi memiliki arti strategis yang mendapat prioritas dalam pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat Indonesia, baik di pedesaan maupun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. setengah dari penduduk Indonesia bekerja di sektor ini. Sebagai salah satu

I. PENDAHULUAN. setengah dari penduduk Indonesia bekerja di sektor ini. Sebagai salah satu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian di Indonesia memegang peranan strategis karena merupakan sebagai tumpuan hidup sebagian besar penduduk Indonesia, dimana hampir setengah dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah, sehingga sering disebut sebagai negara agraris yang memiliki potensi untuk mengembangkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya bagi kesejahteraan manusia. Keberadaan sumber daya alam dan manusia memiliki kaitan yang sangat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Paling tidak ada lima peran penting yaitu: berperan secara langsung dalam menyediakan kebutuhan pangan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1 Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1 Kebijakan pemberian subsidi, terutama subsidi pupuk dan benih yang selama ini ditempuh

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penyuluhan pertanian mempunyai peranan strategis dalam pengembangan kualitas sumber daya manusia (petani) sebagai pelaku utama usahatani. Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

KACANG TANAH DILAHAN LEBAK KALIMANTAN SELATAN UNTUK PENGEMBANGAN AGRIBISNIS DI PEDESAAN ABSTRAK

KACANG TANAH DILAHAN LEBAK KALIMANTAN SELATAN UNTUK PENGEMBANGAN AGRIBISNIS DI PEDESAAN ABSTRAK KACANG TANAH DILAHAN LEBAK KALIMANTAN SELATAN UNTUK PENGEMBANGAN AGRIBISNIS DI PEDESAAN (Studi kasus Desa Panggang Marak, Kecamatan Labuan Amas Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah) Rosita Galib Balai

Lebih terperinci

Lahan rawa untuk budidaya tanaman pangan berwawasan lingkungan Sholehien

Lahan rawa untuk budidaya tanaman pangan berwawasan lingkungan Sholehien Perpustakaan Universitas Indonesia >> UI - Tesis (Membership) Lahan rawa untuk budidaya tanaman pangan berwawasan lingkungan Sholehien Deskripsi Dokumen: http://lib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=74226&lokasi=lokal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan berusaha, memberi sumbangan pada pengembangan wilayah. Misi. memberi sumbangan yang besar kepada pembangunan nasional (Abdoel

BAB I PENDAHULUAN. dan berusaha, memberi sumbangan pada pengembangan wilayah. Misi. memberi sumbangan yang besar kepada pembangunan nasional (Abdoel BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertanian diharapkan dapat berperan dalam penyediaan pangan yang cukup bagi para penduduk, mendorong pertumbuhan ekonomi melalui penyediaan bahan baku industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Upaya mewujudkan pembangunan pertanian tidak terlepas dari berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. Upaya mewujudkan pembangunan pertanian tidak terlepas dari berbagai macam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya mewujudkan pembangunan pertanian tidak terlepas dari berbagai macam masalah yang dihadapi pada saat ini. Masalah pertama yaitu kemampuan lahan pertanian kita

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan yang merupakan suatu proses perubahan untuk meningkatkan taraf hidup manusia tidak terlepas dari aktifitas pemanfaatan sumberdaya alam (Bengen 2004). Peluang

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. adalah mencukupi kebutuhan pangan nasional dengan meningkatkan. kemampuan berproduksi. Hal tersebut tertuang dalam RPJMN

BAB I. PENDAHULUAN. adalah mencukupi kebutuhan pangan nasional dengan meningkatkan. kemampuan berproduksi. Hal tersebut tertuang dalam RPJMN 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Menurut Dillon (2009), pertanian adalah sektor yang dapat memulihkan dan mengatasi krisis ekonomi di Indonesia. Peran terbesar sektor pertanian adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Padi adalah salah satu bahan makanan

Lebih terperinci

Inovasi Pertanian Sumatera Selatan Mendukung Swasembada Beras Nasional

Inovasi Pertanian Sumatera Selatan Mendukung Swasembada Beras Nasional Inovasi Pertanian Sumatera Selatan Mendukung Swasembada Beras Nasional Dewasa ini, Pemerintah Daerah Sumatera Selatan (Sumsel) ingin mewujudkan Sumsel Lumbung Pangan sesuai dengan tersedianya potensi sumber

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kebutuhan pangan semakin meningkat sejalan dengan pertambahan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kebutuhan pangan semakin meningkat sejalan dengan pertambahan PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan pangan semakin meningkat sejalan dengan pertambahan penduduk. Sementara itu areal pertanian produktif di daerah padat penduduk terutama di Jawa terus menyusut akibat

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Intensifikasi pertanian di lahan yang selama ini digunakan untuk pertanian tradisional, ladang berpindah atau bentuk pertanian extensif lainnya membutuhkan pengetahuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laju peningkatan produktivitas tanaman padi di Indonesia akhir-akhir ini cenderung melandai, ditandai salah satunya dengan menurunnya produksi padi sekitar 0.06 persen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Pembangunan pertanian di Indonesia dianggap penting

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan perekonomian Indonesia. Kekayaan alam Indonesia yang berlimpah

I. PENDAHULUAN. perkembangan perekonomian Indonesia. Kekayaan alam Indonesia yang berlimpah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor ekonomi andalan bagi perkembangan perekonomian Indonesia. Kekayaan alam Indonesia yang berlimpah dilengkapi dengan iklim tropis

Lebih terperinci

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN TAPIN TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Workshop Monitoring Teknologi Mitigasi dan Adaptasi Terkait Perubahan Iklim. Surakarta, 8 Desember 2011

Workshop Monitoring Teknologi Mitigasi dan Adaptasi Terkait Perubahan Iklim. Surakarta, 8 Desember 2011 Workshop Monitoring Teknologi Mitigasi dan Adaptasi Terkait Perubahan Iklim Surakarta, 8 Desember 2011 BALAI BESAR LITBANG SUMBER DAYA LAHAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Batu merupakan sentra penghasil apel di Indonesia. Lahan apel di Kota Batu seluas 2.993,89 Ha terpusat di Kecamatan Bumiaji yang tersebar di desa Tulungrejo, Sumbergondo,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pertanian modern atau pertanian anorganik merupakan pertanian yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pertanian modern atau pertanian anorganik merupakan pertanian yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertanian Anorganik Pertanian modern atau pertanian anorganik merupakan pertanian yang menggunakan varietas unggul untuk berproduksi tinggi, pestisida kimia, pupuk kimia, dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber matapencaharian dari mayoritas penduduknya, sehingga sebagian besar penduduknya menggantungkan

Lebih terperinci

Tata at Ai a r Rawa (Makr

Tata at Ai a r Rawa (Makr SISTEM TATA AIR RAWA PASANG SURUT Tata Air Rawa (Makro) 1 PEDOMAN TEKNIS Tata Air Makro adalah : Penguasaan air ditingkat kawasan/areal reklamasi yang bertujuan mengelola berfungsinya jaringan drainase

Lebih terperinci

Geografi KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM I. K e l a s. Kurikulum 2013

Geografi KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM I. K e l a s. Kurikulum 2013 Kurikulum 2013 Geografi K e l a s XI KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami kegiatan pertanian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tinjauan Agronomis Padi merupakan salah satu varietas tanaman pangan yang dapat dibudidayakan

Lebih terperinci

KERAGAAN KACANG TANAH VARIETAS KANCIL DAN JERAPAH DI LAHAN GAMBUT KALIMANTAN TENGAH

KERAGAAN KACANG TANAH VARIETAS KANCIL DAN JERAPAH DI LAHAN GAMBUT KALIMANTAN TENGAH 36 Muhammad Saleh KERAGAAN KACANG TANAH VARIETAS KANCIL DAN JERAPAH DI LAHAN GAMBUT KALIMANTAN TENGAH Peneliti Badan Litbang Pertanian di Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa, Jl. Kebon Karet Loktabat,

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian digambarkan dalam kontribusi sektor pertanian dalam

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut:

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut: VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1. Kesimpulan Penelitian menyimpulkan sebagai berikut: 1. Usahatani padi organik masih sangat sedikit dilakukan oleh petani, dimana usia petani padi organik 51

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dalam pembangunan pertanian, beras merupakan komoditas yang memegang posisi strategis. Beras dapat disebut komoditas politik karena menguasai hajat hidup rakyat Indonesia.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pertanian menjadi prioritas utama dalam pembangunan wilayah berorientasi agribisnis, berproduktivitas tinggi, efisien, berkerakyatan, dan berkelanjutan. Keberhasilan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi...

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi... Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi... PENDAHULUAN P ada dasarnya pengelolaan tanaman dan sumber daya terpadu (PTT) bukanlah suatu paket teknologi, akan tetapi lebih merupakan metodologi atau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempertahankan eksistensinya. Penggunaan lahan yang semakin meningkat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempertahankan eksistensinya. Penggunaan lahan yang semakin meningkat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang kehidupan manusia. Fungsi lahan sebagai tempat manusia beraktivitas untuk mempertahankan eksistensinya. Penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di bumi saat ini, pasalnya dari hutan banyak manfaat yang dapat diambil

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di bumi saat ini, pasalnya dari hutan banyak manfaat yang dapat diambil BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan tumpuan dan harapan bagi setiap komponen makhluk hidup yang ada di bumi saat ini, pasalnya dari hutan banyak manfaat yang dapat diambil baik yang bersifat

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam struktur ekonomi nasional. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya berperan dalam pembentukan

Lebih terperinci