KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

dokumen-dokumen yang mirip
KONDISI UMUM PERUSAHAAN

KONDISI UMUM KEBUN. Sejarah Kebun

KEADAAN UMUM KEBUN. Sejarah Kebun. Letak Geografis dan Administratif Kebun

KONDISI UMUM PERUSAHAAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM Sejarah Kebun

AFDHOLIATUS SYAFAAH A

KEADAAN UMUM. Letak Geografi

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah

DI PT. NATIONAL SAGO PRIMA, KAB

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG. Lokasi Kebun

III. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Keadaan Iklim, Tanah, dan Topografi

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif

dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok

BAB I PENDAHULUAN. menutupi banyak lahan yang terletak pada 10 LU dan 10 LS dan memiliki curah

KEADAAN UMUM PERKEBUNAN

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Luas Areal dan Tata Guna Lahan

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

KEADAAN UMUM. Wilayah Administratif

BAB II TINJAUAN UMUM

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak dan Luas. Komponen fisik

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM PERKEBUNAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

III. METODE PELAKSANAAN. Pelaksanaan PKPM di PT. Minang Agro yang berlokasi di kenegarian Tiku

III. METODE PELAKSANAAN. semester IV yaitu selama 2 ½ bulan yang dimulai dari tanggal 29 Maret 2011

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah

BAB II TINJAUAN UMUM

LEMBAR KERJA SISWA. No Jenis Tanah Jenis tanaman Pemanfaatannya

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TAKSASI PRODUKSI TANAMAN SAGU (Metroxylon spp.) DI P.T. NATIONAL TIMBER AND FOREST PRODUCT UNIT HTI MURNI SAGU, SELAT PANJANG, RIAU

PENGELOLAAN PERKEBUNAN SAGU

KONDISI UMUM KEBUN Sejarah dan Perkembangan Letak Geografis Kebun Keadaan Iklim dan Tanah

KEADAAN UMUM Sejarah Perusahaan Profil Perusahaan

KONDISI UMUM LOKASI MAGANG

TANAH / PEDOSFER. OLEH : SOFIA ZAHRO, S.Pd

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

PENDAHULUAN Latar Belakang

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pulau Panjang (310 ha), Pulau Rakata (1.400 ha) dan Pulau Anak Krakatau (320

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel).

III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar

METODE PELAKSANAAN. Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di PT. BAKRIE PASAMAN

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

KONDISI UMUM KEBUN. Letak Geografis Kebun. Keadaan Iklim dan Tanah

TINJAUAN PUSTAKA. yang mungkin dikembangkan (FAO, 1976). Vink, 1975 dalam Karim (1993)

geografi Kelas X PEDOSFER II KTSP & K-13 Super "Solusi Quipper" F. JENIS TANAH DI INDONESIA

3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa

Lampiran 1 Curah hujan (mm) di daerah pasang surut Delta Berbak Jambi

METODE MAGANG Waktu dan Tempat Metode Pelaksanaan Pengamatan dan Pengumpulan Data

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM. Letak Geografis dan Iklim

KEADAAN UMUM Sejarah PT Perkebunan Tambi Letak Wilayah Administratif

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH

BAB I PENDAHULUAN. sektor sosial budaya dan lingkungan. Salah satu sektor lingkungan yang terkait

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI

PEDOSFER BAHAN AJAR GEOGRAFI KELAS X SEMESTER GENAP

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 4. Dinamika Lithosferlatihan soal 4.6

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

) KHUSUSNYA ASPEK PEMUPUKAN

Cakupan bahasan. A. Status B. Progres C. Permasalahan

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas di Divisi III Teluk Siak Estate

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Propinsi Sulawesi Tenggara

KEADAAN UMUM Letak Geografis dan Administratif Luas Areal dan Tata Guna Lahan

(PERSYARATAN LINGKUNGAN TUMBUH) IKLIM IKLIM TANAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 13 TAHUN 2002 TENTANG IZIN PEMUNGUTAN HASIL HUTAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak Geografis. Daerah penelitian terletak pada BT dan

BAB III KONDISI EKSISTING DKI JAKARTA

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas

KONDISI UMUM Sejarah Perkebunan

PERKEMBANGAN LOI RI-NORWAY DINAS KEHUTANAN PROVINSI RIAU

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

KEADAAN UMUM Sejarah Perusahaan

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

KEADAAN UMUM PERUSAHAAN Sejarah Pengusahaan Berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 1083/Menhut-IV/1995 tanggal 24 Juli 1995 Kelompok Hutan Teluk Kepau disetujui menjadi Hutan Tanaman Industri (HTI) Sagu PT. National Timber and Forest Product yang merupakan areal hutan produksi bekas Hak Pengusahaan Hutan (HPH) PT. Siak Raya Timber Plywood. HTI Sagu PT. National Timber and Forest Product berganti nama menjadi Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu pada Hutan Tanaman Industri (IUPHHBK-HTI) Sagu PT. National Timber and Forest Product berdasarkan SK dari Menteri Kehutanan No. SK.353/Menhut-II/2008 tanggal 24 September 2008. PT. National Timber and Forest Product dengan surat Nomor 21/NT/HTI- D/IV/2009 tanggal 20 Februari 2009 berubah namanya menjadi PT. National Sago Prima dengan alasan untuk lebih meningkatkan kinerja perusahaan agar lebih fokus dalam pengelolaan dan pengembangan IUPHHBK-HTI Sagu. PT. National Sago Prima telah diberikan IUPHHBK-HTI seluas 21 620 ha, di Kabupaten Kepulauan Meranti (merupakan pemekaran dari Kabupaten Bengkalis), Propinsi Riau sesuai dengan Keputusan Menteri Kehutanan No. SK. 380/ Menhut-II/2009 tanggal 25 Juni 2009. Latar Belakang Pengusahaan Sagu Sagu dapat tumbuh dengan baik di lahan rawa dan lahan gambut. Pada lahan tersebut tanaman lain tidak dapat tumbuh kecuali dengan adanya drainase dan perbaikan tanah. Luas lahan gambut di Indonesia lebih dari 20 juta hektar. Sebesar 6.29 juta ha terdapat di Sumatera, sementara 4.044 juta ha diantaranya terdapat di Propinsi Riau (sekitar 51.71 % dari luas total Propinsi Riau). Gambut di daerah Riau menyimpan karbon sebesar 14 605 juta ton. Jika lahan gambut tidak dikelola dengan baik, maka akan berdampak pada pelepasan karbon ke udara sehingga meningkatkan efek rumah kaca (Darajat, 2006).

13 Selain menjadi sumber karbohidrat, tanaman sagu memiliki kemampuan menyerap CO 2 lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman perkebunan lain. Hal tersebut terjadi karena dalam satu rumpun sagu terdapat banyak anakan yang memiliki kemampuan untuk menyerap CO 2. Menurut Miyazaki et. al., (2007), tanaman sagu dapat menyerap CO 2 sebesar 25-27 mg CO 2 /dm 2 /jam. Oleh karena itu, penanaman sagu dapat mengurangi emisi CO 2 ke udara. Latar belakang pemikiran tersebut memberikan landasan kepada PT. National Sago Prima untuk mengembangkan industri pengolahan sagu. Selain itu, tujuan yang hendak dicapai yaitu pengusahaan perkebunan sagu secara optimal demi kesejahteraan dan peningkatan pendapatan penduduk setempat pada khususnya, serta peningkatan kemajuan ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya dengan landasan manajemen hutan berkelanjutan. Letak Geografi Lokasi HTI Sagu PT. National Sagu Prima secara administratif terletak di Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Meranti, Selat Panjang, Propinsi Riau. PT. National Sagu Prima diapit beberapa desa, yaitu Desa Sungai Tohor, Desa Teluk Buntal, Desa Tanjung Sari, Desa Kayu Ara, Desa Lukun, Desa Sungai Pulau, dan Desa Kepau Baru. Secara geografis PT. National Sago Prima terletak pada koordinat 0 o 31 LU-1 o 08 LU dan 101 o 43 BT-103 o 08 BT yang dilewati beberapa aliran sungai, yaitu Sungai Mukun, Sungai Pulau, dan Sungai Buntal. dengan ketinggian 0-5 m di atas permukaan laut. Topografi tanah tergolong datar dengan kemiringan lahan tergolong kelas lereng L1 (kelerengan 0-8 %) (Fauzan, 2010). Keadaan Iklim dan Tanah Ada beberapa unsur yang mempengaruhi keadaan iklim di suatu daerah, yaitu suhu udara, tekanan udara, angin, kelembaban udara, dan curah hujan. Menurut sistem klasifikasi Schmidt and Ferguson areal HTI PT. National Sago Prima termasuk tipe iklim B dengan Q=33.3 %. PT. National Sago Prima mempunyai suhu udara antara 24.2 o C-26.4 o C, kelembaban udara sebesar 85-90 %, dan

14 kecepatan angin di areal kebun mencapai 2-4 m/s yang tergolong angin lemah hingga sedang. Berdasarkan pengukuran curah hujan yang tercatat oleh BMG pada tahun 1971-2000, curah hujan rata-rata tahunan sebanyak 2 191 mm dengan jumlah hari hujan 280 hari/tahun, curah hujan tertinggi pada bulan November dan curah hujan terendah pada bulan Agustus. Pada tahun 2008, curah hujan tertinggi terjadi pada bulan April dan curah hujan terendah pada bulan Juli. Rata-rata curah hujan pada tahun 2008 mencapai 1 409 mm dengan 65 hari hujan. Rata-rata curah hujan tahunan pada tahun 2007-2008 sebesar 1 966 mm (Fauzan, 2010). Jenis tanah yang terdapat di areal PT. National Sago Prima adalah tanah organosol seluas 19 820 hektar (99.6 %) dan tanah alluvial seluas 80 hektar (0.4%). Jenis tanah termasuk tanah lekat, porositas tanah tergolong sedang, dan reaksi tanah yang sangat masam dengan ph tanah sekitar 3.1-4.0. Kepekaan terjadinya erosi tergolong tinggi, tetapi kemungkinan terjadi erosi rendah karena topografi wilayah tersebut datar (Fauzan, 2010). Karakteristik tanah organosol memiliki solum dalam ( >100 cm) dengan kandungan bahan organik lebih dari 20 %. Tekstur lapisan bawah halus (liat) sedangkan lapisan atas merupakan hemik dengan tingkat pelapukan sampai tingkat menengah. Konsistensi tanah lekat, porositas tanah sedang, reaksi tanah tergolong sangat masam dengan ph 3.1-4.0. Kepekaan terhadap erosi relatif tinggi, tetapi mengingat topografi wilayah tersebut datar maka kemungkinan terjadi erosi rendah. Tanah organosol atau lebih dikenal dengan tanah gambut yaitu tanah yang terbentuk oleh lingkungan yang khas yaitu rawa atau suasana genangan yang terjadi hampir sepanjang tahun selama ratusan tahun. Secara nasional, luas lahan gambut lebih dari 20 juta ha, sebesar 6.29 juta ha terdapat di Sumatera, sementara 4.044 juta ha diantaranya terdapat di Propoinsi Riau. Menurut data KLH diperkirakan gambut di Riau menyimpan karbon sebesar 14 605 juta ton, yang jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan efek rumah kaca. Daratan Riau (54.71 %) merupakan lahan gambut yang sebagian besar merupakan gambut dalam yang kedalamannya lebih dari 3 m. Berdasarkan hasil pengukuran pada peta geologi 1:100 000 susunan batuan di areal HTI Sagu PT. National Sago Prima terdiri atas jenis batuan endapan alluvium muda berumur holosem dengan

15 litologi lempung, lanau, kerikil kecil, dan sisa pertumbuhan di rawa gambut (Fauzan, 2010). Luas Areal dan Tata Guna Lahan Hak Pengusahaan Hutan (HPH) adalah izin pengusahaan hutan produksi yang kegiatannya mulai dari penanaman, pemeliharaan, pemungutan hasil, dan pemasaran. PT. National Timber and Forest Product (sekarang menjadi PT. National Sago Prima) adalah salah satu pemegang HPH di Propinsi Riau berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian nomor 135/ KPTS/ UM/3/ 1974 tanggal 14 Maret 1974 dengan masa konsesi 20 tahun. Pada tahun 1995, setelah masa konsesi HPH berakhir PT. National Timber and Forest Product memperoleh Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri dengan Surat Menteri Kehutanan nomor 1083/Menhut-IV/1995 tanggal 24 Juli 1995. Pada tahun 1996 PT. National Timber and Forest Product selanjutnya mengajukan Izin Penebangan Kayu (IPK) dengan surat keputusan nomor 17/ Kpts/HUT/1996. Izin Penebangan Kayu (IPK) diberikan dengan ketentuan bahwa setelah dilakukan penebangan maka areal tersebut harus ditanam kembali dengan tanaman industri (sagu). Selain pengusahaan sagu (Metroxylon spp.), PT. National Sago Prima juga harus melakukan penanaman tanaman unggulan setempat yaitu geronggang (Cratoxylon spp.), tanaman kehidupan (Cocos nucifera Linn.) dan mempertahankan hutan konservasi seluas 10%. Menurut Surat Keputusan Menteri Kehutanan nomor SK.353/MENHUT II/2008 PT. National Sago Prima memiliki luas areal pertanaman seluas 21 620 ha dengan areal yang baru diusahakan seluas 12 000 ha yang terbagi menjadi 12 divisi. Luas areal untuk setiap divisi yaitu 1 000 ha yang terbagi menjadi 20-24 blok dengan rata-rata luas areal 50 ha per blok. Keadaan Tanaman dan Produksi Areal tanaman sagu dibagi menjadi 12 divisi yang berfokus pada 4 divisi (Divisi 1, 2, 3, dan 4) serta pembukaan lahan pada Divisi 5 dan 7. Areal tanaman

16 sagu tersebar ke dalam 8 lokasi/blok dengan kegiatan budidaya setiap tahun disesuaikan dengan luas masing-masing blok. Masa panen pertama dicapai pada tahun ke-11 setelah tanam dan setiap divisi mulai dapat dipanen terus-menerus setiap dua tahun sekali pada tahun ke-15 setelah tanam. Sagu yang ada di perusahaan ditanam pada tahun 1996. Jenis sagu yang ditanam yaitu sagu berduri (tuni) dan sagu tidak berduri (molat). Jarak tanam sagu yang digunakan perusahaan yaitu 8 m x 8 m, sehingga dalam 1 ha lahan terdapat 156 tanaman sagu. Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Susunan organisasi atau struktur organisasi dapat didefinisikan sebagai suatu susunan dan hubungan antara komponen atau bagian-bagian dan posisi dalam suatu perusahaan. Pada suatu perusahaan, pelaksanaan organisasi dapat dijadikan sebagai alat kontrol. Organisasi dan manajemen merupakan hal penting dalam menentukan operasional pengelolaan perusahaan. Kedua hal tersebut akan menentukan perkembangan dan masa depan perusahaan yang dikelola. Struktur organisasi yang digunakan oleh PT. National Sago Prima adalah sistem organisaasi lini atau garis. Sistem tersebut merupakan bentuk organisasi dengan pimpinan sebagai pemegang wewenang tunggal. Garis komando kuat dan hanya satu yaitu secara vertikal dari atas ke bawah. Segala keputusan kebijaksanaan dan tanggung jawab ada pada satu tangan. Kelebihan struktur organisasi lini yaitu kesatuan komando terjamin sepenuhnya karena pimpinan berada pada satu orang, garis komando berjalan secara tegas karena pimpinan berhubungan langsung dengan bawahan, proses pengambilan keputusan cepat, koordinasi dapat dilaksanakan dengan baik, rasa solidaritas tinggi karena saling mengenal antara karyawan, disiplin dan loyalitas tinggi, rasa pengertian antar anggota tinggi, dan pengendalian secara ketat dapat dilaksanakan. Kekurangan struktur organisasi lini yaitu seluruh organisasi hanya bergantung pada satu orang saja, ada kecenderungan pimpinan akan bertindak secara otoriter. Pada pelaksanaannya, seringkali tujuan pribadi pimpinan puncak

17 susah dibedakan dengan tujuan perusahaan, kaderisasi dan kesempatan karyawan untuk berkembang terbatas. Pimpinan puncak di PT. National Sago Prima dipegang oleh General Manager (GM). General Manager memiliki wewenang tertinggi untuk memimpin, mengelola, dan melakukan pengawasan secara tidak langsung terhadap kinerja kebun. Kepala Tata Usaha (KTU) bertanggung jawab langsung kepada GM untuk kegiatan administrasi. Kepala tata usaha membawahi empat bagian yaitu bagian personalia, bagian pembukuan, bagian umum, dan bagian gudang. Tim teknis dan koordinator bertanggung jawab secara langsung kepada GM atas pelaksanaan pengelolaan kebun. Tenaga kerja di PT. National Sago Prima terdiri atas tenaga kerja bulanan tetap sebanyak 18 orang, karyawan harian tetap sebanyak 40 orang, tenaga kerja rombongan sebanyak 4-5 rombong per divisi dengan 5-6 orang per rombong, karyawan swakelola pembibitan sebanyak 10 orang, dan buruh harian lepas sebanyak 40 orang. Deskripsi Kerja Karyawan Tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang penting dalam suatu perusahaan. Tenaga kerja yang ada di perusahaan yaitu buruh harian lepas, karyawan harian tetap, tenaga kerja bulanan, dan tenaga kerja rombongan/regu. 1. Buruh Harian Lepas (BHL) Buruh harian lepas adalah tenaga kerja yang tidak terikat oleh perusahaan. Buruh harian lepas bekerja pukul 06.30-14.30 WIB dengan istirahat selama satu jam pada pukul 12.00-13.00 WIB. Buruh harian lepas mengisi daftar hadir 15 menit sebelum jam kerja. Buruh harian lepas bekerja selama tujuh jam kerja per hari dengan enam hari kerja dalam satu minggu. Buruh harian lepas memperoleh gaji sebesar Rp 45 000,00/HOK yang dibayarkan sesuai dengan jumlah hari orang tersebut bekerja. Pembayaran dilakukan setiap dua minggu sekali. Masa kerja maksimal buruh harian lepas adalah tiga bulan kerja. Jika buruh harian lepas sudah bekerja selama tiga bulan berturut-turut

18 tanpa libur, maka pada bulan keempat buruh harian lepas dapat diangkat menjadi karyawan harian tetap. 2. Karyawan Harian Tetap Karyawan harian tetap adalah tenaga kerja tetap perusahaan yang merupakan bagian dari perusahaan yang terikat oleh perusahaan. Karyawan harian tetap di PT. National Sago Prima yaitu bagian keamanan, bagian mesin, dan pelaksanaan kegiatan teknis kebun. Jam kerja karyawan harian tetap sama dengan jam kerja buruh harian lepas. Gaji yang diperoleh karyawan harian tetap sama dengan pendapatan buruh harian lepas yang bekerja satu bulan penuh yang dibayarkan setiap bulan sekali. Namun, karyawan harian tetap mendapatkan cuti kerja selama empat hari dalam satu bulan, mendapatkan tunjangan beras, dan tunjangan kesehatan. Karyawan harian tetap yang telah bekerja selama tiga bulan berturut-turut tanpa libur dan kinerjanya dinilai baik menurut perusahaan, maka pekerja tersebut dapat dipromosikan menjadi tenaga kerja bulanan dengan gaji yang sesuai dengan keputusan perusahaan. 3. Tenaga Kerja Bulanan Tenaga kerja bulanan adalah tenaga kerja tetap perusahaan yang merupakan bagian dalam perusahaan yang terikat oleh perusahaan. Tenaga kerja bulanan meliputi kepala tata usaha, tim teknis, mandor atau pengawas, krani atau sekretaris divisi, asisten divisi, bagian personalia, bagian gudang, dan bagian umum. Tim teknis merupakan tim yang bertugas dalam kegiatan perencanaan dan pengontrolan seluruh kebun. Pada kegiatan perencanaan, tim teknis melakukan pengecekan terhadap apa yang akan dikerjakan oleh divisi. Hasil pengecekan tersebut kemudian dibuat laporan berupa Berita Acara Pemeriksaan (BAP) yang selanjutnya akan diserahkan kepada kepala urusan tata usaha sebagai acuhan untuk menentukan besarnya pembayaran. Setelah itu, tim teknis membuat Surat

19 Perjanjian Kerja (SPK) agar hasil pekerjaan sesuai dengan Standard Operating Procedure (SOP) perusahaan. Mandor atau pengawas yaitu tenaga kerja yang bertugas mengawasi seluruh kegiatan teknis di kebun. Selain itu, mandor mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pengarahan dan melaporkan hasil yang didapat dari pekerjaan tersebut. Krani atau sekretaris divisi mempunyai tugas membuat pelaporan hasil kerja divisi baik harian, mingguan, maupun bulanan dan merekap daftar hadir pekerja. Laporan dan daftar hadir tersebut diserahkan kepada bagian pembukuan. Asisten divisi bertanggung jawab terhadap pelaksanaan teknis dan manajerial bagian yang dipimpinnya. Asisten divisi membawahi dan menerima pertanggungjawaban dari krani, serta mandor lapangan secara langsung. Asisten divisi bertanggung jawab atas areal pertanaman sagu seluas 1 000 ha yang terbagi menjadi 20 blok. Tenaga kerja bulanan bekerja mulai pukul 07.00-15.00 WIB dengan istirahat selama satu jam pada pukul 12.00-13.00 WIB. Jumlah hari kerja tiap yaitu 26 hari per bulan karena libur menggunakan cuti bulanan. Waktu cuti dibagi menjadi tiga kali dalam satu bulan. Pembagian waktu cuti dilakukan secara bertahap dengan waktu 4 hari/orang/divisi/minggu. Hal tersebut dilakukan agar tidak terjadi kekosongan sumber daya manusia. 4. Tenaga Kerja Rombongan Tenaga kerja rombongan/kontrak/regu diterapkan perusahaan dalam pelaksanaan kegiatan tertentu, seperti kegiatan pembukaan lahan, pembibitan, dan penebasan. Tenaga kerja tersebut dilakukan berdasarkan Surat Perjanjian Kerjasama yang telah disepakati antara perusahaan dengan kontraktor yang membawahi tenaga kerja kontrak.