BAB II KERANGKA TEORI. Zirkonium (Zr) dalam daftar periodik mempunyai berat atom 91,22

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Zirkonium (Zr) merupakan unsur golongan IVB bersama-sama dengan

ADSORBSI Zr(SO 4 ) 3-2 DALAM RESIN PENUKAR ANION (DOWEX-1X8) PADA KROMATOGRAFI ANULAR ABSTRAK ABSTRACT

KROMATOGRAFI PENUKAR ION Ion-exchange chromatography

Ion Exchange Chromatography Type of Chromatography. Annisa Fillaeli

4 Hasil dan Pembahasan

Peranan elektron dalam pembentukan ikatan kimia

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Judul percobaan B. Tujuan praktikum

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Enzim α-amilase dari Bacillus Subtilis ITBCCB148 diperoleh dengan

Kelompok 2: Kromatografi Kolom

ION EXCHANGE DASAR TEORI

Skala ph dan Penggunaan Indikator

D. 2 dan 3 E. 2 dan 5

PERCOBAAN POTENSIOMETRI (PENGUKURAN ph)

ALAT ANALISA. Pendahuluan. Alat Analisa di Bidang Kimia

DETEKTOR RADIASI INTI. Sulistyani, M.Si.

X-Ray Fluorescence Spectrometer (XRF)

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap

ANALISIS KOMPOSISI KIMIA SERBUK HASIL PROSES HYDRIDING-DEHYDRIDING PADUAN U-Zr

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Teknik Voltametri dan Modifikasi Elektroda

Laporan Kimia Analitik KI-3121

SKRIPSI. Oleh: VIVI SULISTYOWATI

Persiapan UN 2018 KIMIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

besarnya polaritas zeolit alam agar dapat (CO) dan hidrokarbon (HC)?

Kromatografi Gas-Cair (Gas-Liquid Chromatography)

kimia Kelas X REVIEW I K-13 A. Hakikat Ilmu Kimia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

4 Hasil dan Pembahasan

HASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya.

LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT

kimia ASAM-BASA III Tujuan Pembelajaran

PEMISAHAN Ce DAN Nd MENGGUNAKAN RESIN DOWEX 50W-X8 MELALUI PROSES PERTUKARAN ION

Analisis Fisiko Kimia

Bab V Ikatan Kimia. B. Struktur Lewis Antar unsur saling berinteraksi dengan menerima dan melepaskan elektron di kulit terluarnya. Gambaran terjadinya

TUGAS ANALISIS PANGAN. Fluorometri, radiometri dan imonologi. Oleh : : Rizka Resmi NRP :

SPEKTROMETRI MASSA (MASS SPECTROMETRI, MS)

K13 Revisi Antiremed Kelas 10 KIMIA

Bab VI Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

KONDUKTOMETRI OLEH : AMANAH FIRDAUSA NOFITASARI KIMIA A

D. H 2 S 2 O E. H 2 S 2 O 7

Partikel Materi. Partikel Materi

1. Isilah Biodata anda dengan lengkap (di lembar Jawaban) Tulis dengan huruf cetak dan jangan disingkat!

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut

Analisa AAS Pada Bayam. Oleh : IGNATIUS IVAN HARTONO MADHYRA TRI H ANGGA MUHAMMAD K RAHMAT

HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Contoh

Sulistyani, M.Si.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini akan dibahas tentang sintesis katalis Pt/Zr-MMT dan

KIMIA. Sesi KIMIA UNSUR (BAGIAN IV) A. UNSUR-UNSUR PERIODE KETIGA. a. Sifat Umum

PENENTUAN DIFUSIFITAS AKSIAL ZIRKONIUM PADA PROSES PERTUKARAN ION DENGAN RESIN DOWEX 50W-X8

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini digunakan TiO2 yang berderajat teknis sebagai katalis.

Kesetimbangan Kimia. Kimia Dasar 2 Sukisman Purtadi

SPEKTROSKOPI-γ (GAMMA)

BAB I Pengantar kromatografi Sejarah dan perkembangan kromatografi Teknik pemisahan yang sebenarnya dapat dikatagorikan teknik kromatografi adalah

Beberapa keuntungan dari kromatografi planar ini :

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS KADAR METANOL DAN ETANOL DALAM MINUMAN BERALKOHOL MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI GAS. Abstrak

ANALISIS UNSUR Pb, Ni DAN Cu DALAM LARUTAN URANIUM HASIL STRIPPING EFLUEN URANIUM BIDANG BAHAN BAKAR NUKLIR

MODUL KIMIA SMA IPA Kelas 10

KROMATOGRAFI. Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc.

BAB VI. ELEKTROFORESIS

I. Judul : Membandingkan Kenaikan Titik Didih Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas

Cara Pengklasifikasian Kromatografi :

Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

AAS ( Atomic Absorption Spektrophotometry) Gambar 1. Alat AAS

HASIL DAN PEMBAHASAN. Adsorpsi Zat Warna

Elektrokimia. Tim Kimia FTP

LAMPIRAN C CCT pada Materi Ikatan Ion

Tabel Periodik. Bab 3a. Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi 2010 dimodifikasi oleh Dr.

Ikatan kimia. 1. Peranan Elektron dalam Pembentukan Ikatan Kimia. Ikatan kimia

BAB II LANDASAN TEORI. nilai 7 sementara bila nilai ph > 7 menunjukkan zat tersebut memiliki sifat basa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. Tragedi Minamata di Jepang disebabkan pencemaran logam berat... A. Hg B. Ag C. Pb Kunci : A. D. Cu E. Zn

OLIMPIADE KIMIA INDONESIA

REAKSI KIMIA. Definisi Jenis-jenis reaksi kimia Persamaan reaksi Analisa kimia

KALIBRASI TENAGA DAN STANDAR MENGGUNAKAN ALAT X-RAY FLUORESENCE (XRF) UNTUK ANALISIS UNSUR ZIRKONIUM DALAM MINERAL

BAB 7. ASAM DAN BASA

Elektrokimia. Sel Volta

TINJAUAN MATA KULIAH MODUL 1. TITRASI VOLUMETRI

LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON- ELEKTROLIT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

D. Ag 2 S, Ksp = 1,6 x E. Ag 2 CrO 4, Ksp = 3,2 x 10-11

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR BAB VI IKATAN KIMIA

IKATAN KIMIA ORGANIK dalam bidang ilmu FARMASI

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. karakterisasi luas permukaan fotokatalis menggunakan SAA (Surface Area

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

Disusun Oleh : Shellyta Ratnafuri M BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

OXEA - Alat Analisis Unsur Online

Transkripsi:

BAB II KERANGKA TEORI A. Deskripsi Teori 1. Zirkonium Sulfat Zirkonium (Zr) dalam daftar periodik mempunyai berat atom 91,22 dengan nomor atom 40. Konfigurasi elektron Zr adalah 5s 2 4d 2. Hafnium (Hf) dalam daftar periodik mempunyai berat atom 178,49 dengan nomor atom 72. Konfigurasi elektron Hf adalah 6s 2 4f 14 5d 2. Zr dan Hf mempunyai sifat kimia yang mirip karena mempunyai kulit elektron terluar yang sama. Kedua unsur tersebut selalu berada bersama-sama, sehingga menyebabkan keduanya sulit untuk dipisahkan (US Patent, 1997). Zirkonium dan hafnium mempunyai kemampuan untuk membentuk kompleks dengan beberapa senyawa ion seperti ion hidroksida (OH - ), ion klorida (Cl - ), ion fluorida (F - ) dan ion sulfat (SO 2-4 ). Secara khusus reaksi pembentukan senyawa kompleks untuk Zr adalah sebagai berikut (Larsen, 1951): Zr(IV) + nhx +(1-c) +(4-nc) Zr(X) n + nh +...(3) c adalah jumlah muatan dari X dengan X merupakan ion OH -, Cl -, F - atau SO 2-4. Adsorpsi Zr oleh penukar anion tergantung pada pembentukan anionik kompleks basa Lewis seperti bentuk SO 2-4 dari H 2 SO 4 sebagai pengompleks. Bentuk kompleks anion [Zr(SO 4 ) 3 ] 2- atau kompleks bentuk lain dalam asam

sulfat sangat kuat bahkan pada konsentrasi rendah. Hal ini berbeda dengan Zr dalam bentuk klorida karena kompleks anion klorida dapat terbentuk pada keasaman tinggi sehingga mengurangi kelarutan Zr (US Patent, 1997). 2. Continous Annular Chromatography (CAC) Continous Annular Chromatography (CAC) adalah pemisahan molekul berdasarkan pada perbedaan afinitas kearah adsorben yang dipengaruhi oleh eluat, kecepatan alir umpan, kecepatan putar dan faktor retensi sehingga komponen dapat ditampung dan dimurnikan pada posisi yang berbeda pada hasil keluaran kolom (Endang Susiantini,Indra Suryawan, 2011). Kolom CAC yang digunakan dapat dibayangkan seperti pada Gambar 1 (a, b, c) yaitu terdiri atas 7 kolom yang diatur berjajar, umpan masuk pada kolom 1 yaitu pada waktu t=0, kolom berikutnya yaitu 2-5 masing-masing pada waktu t= 1-5 adalah terjadinya titik-titik pemisahan. Pada kolom 6 (t=5) telah mencapai titik untuk dielusi untuk senyawa pertama dan kolom ke 7 (t=6) adalah elusi senyawa yang ke dua (Endang Susiantini, 2012): Gambar 1 (a, b, c). Skema Penyusunan Lubang Masukkan CAC Deretan kolom pada Gambar (1a) disusun melingkar pada Gambar (1b) dan diputar perlahan-lahan dan secara kontinyu dielusi sehingga senyawa yang

kita inginkan dapat dipisahkan, pemisahan dengan cara demikian disebut continuous cross-current chromatography. Dengan demikian, dari Gambar (1a,b,c) kita hanya perlu satu umpan masuk dan satu kolom yang berputar (Endang Susiantini, 2012). Umpan masuk pada satu tempat kemudian dielusi maka terjadi pemisahan di sepanjang kolom (cross-current movement of liquid and the solid phase), setelah waktu tertentu maka keluarlah hasil pemisahan sebagai fraksi-fraksinya. Pemisahan ini tergantung pada waktu retensi, dalam hal ini bergantung pada jarak (sudut) yang dibentuk dari titik dimana umpan dimasukkan. Jika kita akan bekerja secara kontinyu pada kolom yang berputar dengan fase padat berada diantara dua tabung yang mempunyai diameter yang berbeda, pada Gambar (1c), pemisahan terjadi dari atas ke bawah (secara aksial) dan terjadi difusi ke arah radial (Endang Susiantini, 2012). Cairan dari eluen dan umpan melewati kolom resin dan di bagian bawah terdapat 12 lubang keluaran hasil pemisahan. Skema pemisahan dengan alat CAC dapat dilihat pada Gambar 2 di bawah ini: Gambar 2. Kolom Continous Annular Chromatography (CAC)

Pita dispersi konsentrasi senyawa akan terbentuk di dalam anulus pada arah aksial dan arah sudut dari anulus akibat dari pergerakan cairan karena putaran maupun aliran arah aksial karena gravitasi serta akibat perbedaan afinitas senyawa pada fasa diam. Pada bagian keluaran di bagian dasar CAC pada sudut dan lokasi tertentu akan diperoleh hasil pemisahan berupa komponen senyawa yang lebih murni (Hilbrig dan Freitag, 2003). 3. Adsorpsi dan Desorpsi Adsorpsi adalah suatu peristiwa penyerapan pada lapisan permukaan, dimana molekul dari suatu materi terkumpul pada bahan pengadsorpsi atau adsorben. Sedangkan desorpsi merukan pelepasan kembali ion/molekul yang telah berikatan dengan gugus aktif pada adsorben. Dalam proses adsorpsi digunakan istilah seperti adsorbat dan adsorban. Adsorbat adalah substansi yang terjerap atau substansi yang akan dipisahkan dari pelarutnya. Sedangkan adsorben adalah merupakan suatu media penyerap ( Indra Wibawa, 2008). Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan adsorpsi suatu adsorben, diantaranya adalah sebagai berikut (Wawan Junaidi, 2009): a. Luas permukaan adsorben Semakin luas permukaan adsorben maka semakin banyak adsorbat yang diserap sehingga proses adsorpsi semakin efektif. Semakin kecil ukuran diameter partikel maka semakin luas permukaan adsorben. b. Ukuran partikel Semakin kecil ukuran partikel yang digunakan maka semakin besar kecepatan adsorpsinya.

c. Waktu kontak Semakin lama waktu kontak dapat memungkinkan proses difusi dan penempelan molekul adsorbat berlangsung lebihh baik. d. Distribusi ukuran pori Distribusi pori akan mempengaruhi distribusi ukuran molekul adsorbat yang masuk ke dalam partikel adsorben. Kebanyakan adsorben merupakan bahan yang sangat berpori dan adsorpsi berlangsung terutama pada dinding pori. 4. Resin Penukar Anion Dowex 1-X8 Resin penukar ion adalah suatu senyawa organik berstruktur tiga dimensi dengan ikatan silang dan mempunyai gugus-gugus fungsi yang dapat terionisasi. Resin penukar ion terdiri dari fase organik padat yang tidak larut dalam air yang padanya terikat ion-ion bermuatan yang dapat dipertukarkan dengan ion-ion lain. Berdasarkan gugus fungsionalnya, resin penukar ion terbagi menjadi dua yaitu resin penukar kation dan resin penukar anion. Resin penukar kation, mengandung kation yang dapat dipertukarkan sedang resin penukar anion, mengandung anion yang dapat yang dapat dipertukarkan. Resin penukar anion misalnya adalah Dowex 1-X8. Resin ini adalah resin jenis basa kuat. Dowex 1-X8 memiliki gugus aktif berbasis polystyrene dengan matriks R-CH 2 N + (CH 3 ) 3 (resin trimethyl alkyl atau benzyl ammonium type 1) bermuatan Cl - yang berbentuk spheres atau bola. Resin ini mempunyai bulk density 0,70 kg/l, temperatur operasi maksimum 60-80 o C serta

jangkauan ph selama operasi 0-14 (Perry dan Green, 1999). Dowex 1-X8 berarti resin ini buatan pabrik kimia DOW CHEMICAL COMPANY dengan kode 1-X8 yang berarti resin penukar anion basa kuat dengan kandungan divilbenzena sebanyak 8%. Resin penukar jenis basa kuat adalah resin yang gugus fungsi ioniknya berasal dari basa organik kuat, misalnya gugus basa ammonium kuartet yang berasal dari senyawa amin tersier (-CH 2 N(CH 3 ) 3-.OH - ). Gugus OH - terionisasi sempurna walaupun tidak bebas untuk meninggalkan resin kecuali kalau diganti dengan anion dari larutan (Ismono, 1989). Reaksi antara kompleks Zrsulfat dengan resin penukar anion adalah sebagai berikut: 2R-CH 2 N + (CH 3 ) 3 OH - + [Zr(SO 4 ) 3 ] 2- [2R-CH 2 N + 2- (CH 3 ) 3 ]Zr(SO 4 ) 3 + 2OH -...(4) 5. Asam Sulfat (H 2 SO 4 ) Asam sulfat merupakan asam mineral yang kuat serta dapat larut di dalam air pada semua konsentrasi. Asam sulfat (H 2 SO 4 ) murni adalah suatu cairan yang tanpa warna, tidak berbau dan berminyak dengan berat jenis 1,84 kg/l dengan kemurnian 96-97%. Kegunaan H 2 SO 4 sangat banyak misalnya dalam proses pembuatan dan kebanyakan reaksi kimia. Reaksi hidrasi (pelarutan dalam air) dari H 2 SO 4 adalah reaksi eksoterm yang kuat. Jika air ditambah ke dalam H 2 SO 4 pekat maka akan terjadi pendidihan sehingga dalam pelarutan H 2 SO 4 sebaiknya selalu tambah H 2 SO 4 ke dalam air dan bukan sebaliknya. Hal ini disebabkan H 2 SO 4 sangat reaktif.

Pembentukan kompleks Zr-sulfat dalam penelitian ini juga menggunakan H 2 SO 4. Konstanta kestabilan reaksi Zr dengan H 2 SO 4 bergantung pada keasamannya. Reaksi pembentukan Zr kompleks dengan H 2 SO 4 seperti di bawah ini: Zr 4+ + HSO 4 - Zr(SO 4 ) 2+ + HSO 4 - Zr(SO 4 ) 2 + HSO 4 - Zr(SO 4 ) 2+ + H +... (5) Zr(SO 4 ) 2 + H +... (6) Zr(SO 4 ) 3 2- + H +... (7) Kompleks yang stabil adalah kompleks yang sedikit kecenderungannya untuk mengurai kembali menjadi ion-ionnya. Apabila konsentrasi H 2 SO 4 tinggi maka letak kesetimbangan reaksi (7) ada di sebelah kiri, jadi kompleks Zr sebagian besar berupa Zr(SO 4 ) 2 yang tidak bermuatan atau netral. Apabila konsentrasi H 2 SO 4 rendah maka letak kesetimbangan reaksi (7) ada di sebalah kanan, jadi kompleks Zr sebagian besar berupa [Zr(SO 4 ) 3 ] 2- yang bermuatan negatif (Endang Susiantini, 2012). 6. X-Ray Flourecence (XRF) Spektrometri X-Ray Flourecence (XRF) adalah suatu metode analisis berdasarkan pengukuran tenaga dan intensitas sinar-x suatu unsur di dalam cuplikan hasil eksitasi sumber radioisotop. Spektrometer XRF didasarkan pada lepasnya elektron bagian dalam dari atom akibat dikenai sumber radiasi dan pengukuran intensitas pendar sinar-x karakteristik yang dipancarkan oleh atom unsur dalam sampel. Metode ini tidak merusak bahan yang dianalisis

baik dari segi fisik maupun kimiawi sehingga sampel dapat digunakan untuk analisis berikutnya. Mekanisme kerja XRF secara umum adalah sinar-x dari sumber pengeksitasi akan mengenai cuplikan dan menyebabkan interaksi antara sinar- X yang karakteristik untuk setiap unsur. Sinar-X tersebut selanjutnya mengenai detector Si(Li) yang akan menimbulkan pulsa listrik yang lemah, pulsa tersebut kemudian diperkuat dengan preamplifier dan amplifier lalu disalurkan pada penganalisis saluran ganda atau Multi Chanel Analyzer (MCA). Tenaga sinar-x karakteristik yang muncul tersebut dapat dilihat dan disesuaikan dengan tabel tenaga sehingga dapat diketahui unsur yang ada di dalam cuplikan yang dianalisis (Iswani, 1983). Spektrometer XRF tersusun dari tiga komponen utama yaitu sumber radioisotop, detektor dan unit pemrosesan data. Sumber radioisotop adalah isotop-isotop tertentu yang dapat digunakan untuk mengeksitasi cuplikan sehingga menghasilkan sinar-x yang karakteristik. Radioisotop yang dapat digunakan adalah Fe, Co, Cd dan Am. Sumber radioisotop ini dibungkus sedemikian rupa dengan timbal agar penyebaran radiasinya terhadap lingkungan dapat dicegah. Spektrometer XRF yang menggunakan detektor Si(Li) biasanya dimasukkan dalam nitrogen cair. Hal ini dilakukan untuk mengatasi arus bocor bolak-balik yang disebabkan oleh efek termal, sehingga detektor Si(Li) harus dioperasikan pada suhu sangat rendah yaitu dengan menggunakan nitrogen cair (77 o K) sebagai pendingin. Apabila tidak dilakukan pendinginan

maka arus akan bocor dan akan merusak daya pisah detektor. Selain itu pendingin dengan nitrogen cair juga diperlukan untuk menjaga agar ion-ion Li tidak merembes keluar dari kristal dan menyebabkan hilangnya daerah intrinsik (Iswani, 1983). Unit pemrosesan data pada XRF terdiri dari preamplifier, linier amplifier, counter, timer serta MCA. Alat-alat ini dibutuhkan dalam mengolah pulsa output suatu detektor. Preamplifier berfungsi dalam pembentukan ritme pulsa dengan rise time pendek. Linier Amplifier berfungsi untuk memperkuat dan membentuk pulsa yang keluar dari detektor. Timer berfungsi untuk membatasi waktu cacah serta MCA berfungsi untuk mengklasifikasikan pulsa yang masuk ke dalam saluran-saluran (Wisnu, 1988). Gambar instrument XRF yang berada di PTAPB-BATAN dapat dilihat pada Gambar 3a dan Gambar 3b berikut ini: Gambar 3a. X-Ray Flourecence (XRF) Gambar 3b. Peak Zr pada monitor Teknik analisis dengan XRF lebih banyak digunakan karena metode ini cepat, lebih teliti, tidak merusak bahan, dapat digunakan pada cuplikan berbentuk padat, bubuk, cair maupun pasta (Sukirno,dkk, 2003). Metode

analisis yang digunakan dengan XRF ini adalah metode kalibrasi standar yang pada prinsipnya garis spektra unsur di dalam cuplikan diinterpolasikan ke dalam kurva kalibrasi standar yang dibuat antara intensitas garis spektra unsur yang sama terhadap konsentrasi (standar) (Iswani, 1988). Persamaan garis kurva standar yang digunakan adalah: Y = ax + b...(8) Keterangan: Y = X = Konsentrasi unsur Cacah compton dalam analisis XRF akan menghasilkan luas puncak compton. Luas puncak compton ini merupakan puncak yang dihasilkan dari pantulan sumber radioisotop. Tenaga yang dihasilkan biasanya sesuai unsur yang nomor atomnya lebih kecil dari sumber tersebut. Cacah unsur akan menghasilkan luas puncak unsur yaitu puncak yang dihasilkan dari pantulan sinar yang tenaganya spesifik untuk setiap unsur. 7. Potensiometer Potensiometri adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari pengukuran potensial dari elektroda. Pengukuran potensial dari elektroda banyak dipergunakan untuk pengukuran ph larutan, mengukur potensial dan menentukan titik akhir titrasi. Alat yang digunakan untuk mengukur potensial elektroda disebut potensiometer. Alat potensiometer yang digunakan seperti terlihat pada Gambar 4 di bawah ini:

Gambar 4. Rangkaian Alat Potensiometer Senyawa atau ion tertentu pada suhu tertentu dalam suatu larutan mampu melepaskan ataupun mengikat elektron dengan besaran potensial tertentu karena kemampuan untuk mengikat elekton berbeda. Sehingga bila dua logam dimasukkan ke dalam air dan masing-masing melepaskan elektron maka akan terjadi perbedaan potensial. Beda potensial ini dapat diukur dengan galvanometer. Potensiometer dapat digunakan untuk pengukuran ph suatu larutan, untuk titrasi potensiometri. Dalam penentuan konsentrasi H 2 SO 4 maka digunakan analisis potensiometri asam-basa. Analisis ini menggunakan potensiometer yang dilengkapi dengan elektroda ph gelas. Hasil analisis ini berupa besarnya volume titran, energi potensial serta ph. Energi potensial yang terukur secara otomatis terlihat pada potensiometer, namun dasar perhitungan ini adalah persamaan Nernst di bawah ini: U = U 0 + log a M... (9) Keterangan: U U 0 = potensial yang terukur = potensial yang tergantung pada elektroda R = konstanta tetapan gas 8.31439 J mol -1 K -1

T z = suhu (K) = muatan ion utama F = konstanta Faraday 96493.1 Cmol -1 log a M = keaktifan ion yang diukur Potensiometer yang digunakan secara otomatis akan menunjukkan grafik hubungan antara harga potensial yang terukur dan volume titran yang ditambahkan. Dari grafik tersebut akan muncul harga End Point (EP) dimana terjadi lonjakan potensial yang besar. Berdasarkan EP akan diketahui besarnya volume titran yang digunakan sehingga konsentrasi H 2 SO 4 dapat dicari dengan persamaan sebagai berikut: V 1 N 1 = V 2 N 2... (10) Keterangan: V 1 : volume titran yang ditambahkan N 1 : konsentrasi titran yang digunakan V 2 : volume sampel N 2 : konsentrasi sampel B. Penelitian yang Relevan Menurut Gde Pandhe Wisnu Suyantara (2012) yang meneliti migrasi zirkonium dan hafnium pada tumpukan resin anion dalam rangka simulasi pemisahannya dengan kromatografi anular menunjukkan bahwa pemisahan Zr dan Hf dengan resin anion melibatkan proses pertukaran ion yang dipengaruhi oleh kecepatan aliran aksial, kecepatan putaran dan tinggi resin. Pemisahan Zr dan Hf dapat terjadi karena danya proses adsorpsi dan desorpsi yang berulang.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian Gde Pandhe Wisnu Suyantara (2012) adalah mengetahui kadar Zr hasil pemisahan dengan resin penukar anion Dowex 1-X8 yang dianalisis menggunakan XRF. Sedangkan perbedaannya adalah alat pemisahan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan alat Continuous Annular Chromatography (CAC) sedangkan dalam penelitian Gde Pandhe Wisnu Suyantara menggunakan kolom tegak. Penelitian ini didasarkan pada hasil simulasi dari penelitian Gde Pandhe Wisnu Suyantara untuk mengetahui pola adsorpsi dan desorpsi dalam pemisahan Zr-Hf menggunakan CAC. C. Kerangka Berfikir Zirkonium dan hafnium selalu berada bersama-sama mempunyai sifat kimia yang sama karena mempunyai kulit elektron terluar yang sama sehingga menyebabkan keduanya sulit untuk dipisahkan. Namun zirkonium dan hafnium mempunyai sifat fisis yang berbeda yaitu pada tampang lintang inti. Tampang lintang Zr adalah 0,18 barn sedangkan tampang lintang Hf 600 kali dari Zr dalam mengabsorbsi neutron termal. Telah banyak metode pemisahan yang dilakukan diantaranya adalah dengan Continuous Annular Chromatography (CAC). Pemisahan dengan Zr-Hf dengan CAC didasarkan pada pola adsorpsi dan desorpsi Zr dalam resin Dowex 1-X8. Adsorpsi Zr dengan CAC dipengaruhi oleh kecepatan putar CAC, konsentrasi H 2 SO 4. Adsorpsi ini menggunakan umpan Zr-sulfat yang bermuatan negatif sehingga untuk menyerap Zr tersebut digunakan resin anion yaitu Dowex 1-X8.

Adsorpsi Zr pada resin Dowex 1-X8 menggunakan fasa gerak H 2 SO 4 dengan konsentrasi 1, 2, 3 dan 4M. Kecepatan putar yang digunakan di bawah 100 rpm yaitu 40, 75 dan 100 rpm, karena menurut Gde Pandhe Wisnu Suyantara (2012) apabila kecepatan putar semakin besar maka pola adsorpsi akan berhimpit antara Zr dan Hf. Variasi konsentrasi dan kecepatan putar ini digunakan untuk mengetahui pola adsorpsi Zr pada resin anion sehingga diperoleh kondisi yang optimum untuk dilakukan proses pemisahan Zr-Hf. Hal ini disebabkan dalam pemisahan Zr-Hf merupakan proses adsorpsi dan desorpsi Zr terhadap resin secara berulang-ulang. D. Hipotesis Penelitian yang dilakukan dengan menggunakan variasi kecepatan putar alat dan konsentrasi eluen ini diperkirakan dapat menentukan pola adsorpsi Zr pada resin penukar anion.