BAB I PENDAHULUAN. dengan laju pertumbuhan penduduk per tahun sekitar 1,49 persen. Pada periode

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman dahulu hingga sekarang banyak masyarakat Indonesia

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tikus putih (Rattus norvegicus, L.) adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. tradisional maupun pasar modern. Kacang kedelai hitam juga memiliki kandungan

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) yang kita kenal seperti. sekarang ini adalah buah perjuangan yang cukup lama yang dilakukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tikus putih (Rattus norvegicus, L.) adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Brotowali (Tinospora crispa, L.) merupakan tumbuhan obat herbal dari family

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, pengujian dan pengembangan serta penemuan obat-obatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat sementara dan dapat pula bersifat menetap (Subroto, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. hewan betina. Menurut Shabib (1989: 51-53), bentuk aktif estrogen terpenting

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia mulai dalam kandungan sampai mati tampaklah. perkembangan, sedangkan pada akhirnya perubahan itu menjadi kearah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. Gambaran mikroskopik folikel ovarium tikus putih betina ((Rattus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. pendidikan, perumahan, pelayanan kesehatan, sanitasi dan lingkungan (Shah et al.

Sistem hormon wanita, seperti pada pria, terdiri dari tiga hirarki hormon, sebagai berikut ;

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bagian dari pemeliharaan kesehatan komperhensif bukan lagi hal yang baru.

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diambil berdasarkan gambar histologik folikel ovarium tikus putih (Rattus

Anatomi/organ reproduksi wanita

Gangguan Hormon Pada wanita

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan hormon. Di dalam setiap ovarium terjadi perkembangan sel telur

1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang ditunjukkan oleh adanya keinginan untuk. untuk mengembangkan budidaya dan produksi tanaman obat (Supriadi dkk,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan negara berupa kemajuan di bidang kesehatan,

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Siklus menstruasi. Nama : Kristina vearni oni samin. Nim: Semester 1 Angkatan 12

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mengamati preparat uterus di mikroskopdengan menghitung seluruh

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dan lekosit tikus putih (Rattus norvegicus) betina adalah sebagai berikut :

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Bagi seorang wanita, menopause itu sendiri adalah datangnya masa tua.

kontrasepsi untuk kaum pria supaya kaum pria memiliki alternatif penggunaan alat kontrasepsi sesuai dengan pilihannya. Berdasarkan fakta di atas,

BAB I PENDAHULUAN. (dengan cara pembelahan sel secara besar-besaran) menjadi embrio.

BAB 1 PENDAHULUAN. menyusui eksklusif. Pada ibu menyusui eksklusif memiliki kecenderungan yang

Anatomi sistem endokrin. Kerja hipotalamus dan hubungannya dengan kelenjar hormon Mekanisme umpan balik hormon Hormon yang

Kontrasepsi Hormonal (PIL)

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5 Rata- rata bobot ovarium dan uterus tikus putih

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki luas wilayah ,68 KM 2. menekan tingkat laju pertumbuhan penduduk adalah dengan menekan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Jawarandu merupakan kambing lokal Indonesia. Kambing jenis

BAB V PEMBAHASAN. A. Lama Penggunaan KB IUD dan Kejadian Keputihan. 1 tahun masing-masing adalah sebanyak 15 responden (50%), sehingga total

BAB I PENDAHULUAN. Pemanfaatan bahan alam yang ada di bumi juga telah di jelaskan dalam. firman Allah SWT yang berbunyi sebagai berikut:

BAB II LANDASAN TEORI. mengeluarkan hormon estrogen (Manuaba, 2008). Menarche terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Population Data Sheet (2014), Indonesia merupakan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

OBAT YANG MEMPENGARUHI REPRODUKSI PRIA KELOMPOK 23

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk setiap tahunnya menjadi suatu pemikiran terkait

BAB I PENDAHULUAN tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta menjadi 43 juta atau dari 18%

Estrogen dan Progesteron. Dr. H. Taufiqurrahman Rahim, SpOG (K)

I. PENDAHULUAN. jika ditinjau dari program swasembada daging sapi dengan target tahun 2009 dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Infertilitas adalah ketidak mampuan untuk hamil setelah sekurang-kurangnya

BAB I PENDAHULUAN. Alkohol jika dikonsumsi mempunyai efek toksik pada tubuh baik secara langsung

HUBUNGAN HORMON REPRODUKSI DENGAN PROSES GAMETOGENESIS MAKALAH

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kehamilan. Alat kontrasepsi non hormonal artinya tidak mengandung

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 2

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal atau muda merupakan salah satu tahap dari siklus

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2016.

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.1

Tugas Endrokinologi Kontrol Umpan Balik Positif Dan Negatif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL DAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Selatan. Sapi pesisir dapat beradaptasi dengan baik terhadap pakan berkualitas

BAB II SINKRONISASI ALAMI A. PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Monosodium glutamate (MSG) adalah garam sodium L-glutamic acid

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. partum perlu diperhatikan. Peranakan Etawah (PE) mempunyai lama involusi

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Konsep Dasar Kontrasepsi Suntik (DMPA) dengan memakai kontrasepsi (Mochtar, 1999).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN KATUK (Sauropus androgynus) TERHADAP BERAT UTERUS DAN TEBAL ENDOMETRIUM PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) MENOPAUSE

TINJAUAN PUSTAKA Kedelai dan Tempe

BAB I PENDAHULUAN. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia cukup tinggi (Sugiri, 2009), yakni

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia sebanyak jiwa terdiri atas jiwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hormon sintetik dan hormon alamiah. (Baziad, 2002)

BAB I PENDAHULUAN. dan progesteron dalam ovarium. Menopause alami ditegakkan secara

LAMA PEMULIHAN VIABILITAS SPERMATOZOA MENCIT JANTAN (Mus musculus L.) SETELAH PEMBERIAN EKSTRAK KAYU SECANG (Caesalpinia sappan L.

BAB I PENDAHULUAN. Wanita dikatakan istemewa karena jumlah populasinya yang lebih besar dari pada

I. PENDAHULUAN. Ikan baung (Mystus nemurus) adalah ikan air tawar yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan timbulnya sifat-sifat kelamin sekunder, mempertahankan sistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma sehingga dapat mencegah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kontrasepsi (Sulistyawati, 2012). 1) Metode kontrasepsi sederhana. 2) Metode kontrasepsi hormonal

TINJAUAN PUSTAKA Pubertas Siklus Menstruasi

PENGANTAR. Latar Belakang. Itik lokal di Indonesia merupakan plasma nutfah yang perlu dilestarikan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Tanaman sambiloto telah lama terkenal digunakan sebagai obat, menurut Widyawati (2007) sambil oto dapat memberikan efek hepatoprotektif, efek

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdapat sekitar tumbuhan, diduga sekitar spesies

JENIS PEMAKAIAN KONTRASEPSI HORMONAL DAN GANGGUAN MENSTRUASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

Gambar 4. Grafik Pertambahan Bobot Badan Tikus

UMUR DAN LAMA PEMAKAIAN KONTRASEPSI SUNTIK 3 BULAN DENGAN KEJADIAN AMENORRHOE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam periode 10 tahun terakhir jumlah penduduk Indonesia meningkat dengan laju pertumbuhan penduduk per tahun sekitar 1,49 persen. Pada periode 10 tahun sebelumnya, laju pertumbuhan penduduk per tahun sekitar 1,44 persen (Badan Pusat Statistik, 2013). Laju pertumbuhan penduduk yang terus bertambah akan menyebabkan penurunan tingkat kesejahteraan dan kesehatan masyarakat, terutama ibu dan bayi. Sehingga pemerintah melakukan beberapa usaha untuk menurunkan laju pertumbuhan penduduk. (Bappenas, 2009). Penurunan tingkat pertumbuhan peduduk dilaksanakan melalui pengendalian tingkat kelahiran dan penurunan tingkat kematian, terutama kematian bayi dan anak. Upaya pengendalian kelahiran dilaksanakan melalui program keluarga berencana (KB) dengan tujuan untuk mengatur kelahiran anak dan meningkatkan kesejahteraan ibu (Bappenas, 2009). Salah satu program keluarga berencana adalah pemakaian pil KB untuk pencegahan kehamilan. Salah satu kandungan pil kontrasepsi adalah estrogen yang dapat mencegah terjadinya proses fertilisasi. Kadar estrogen yang meningkat menekan sekresi FSH (follicle stimulating hormone) sehingga terjadi hambatan pada pertumbuhan folikel di ovarium. Estrogen juga membuat lendir serviks menjadi lebih kental sehingga menghalangi penetrasi spermatozoa untuk masuk ke dalam uterus (Prawirohardjo, 2009). Pemberian hormon estrogen dari luar haruslah dikontrol secara ketat. Peningkatan kadar hormon estrogen yang berlebihan dapat 1

2 memacu timbulnya menstruasi yang tidak teratur dan endometriosis atau kanker rahim (Lukitaningsih, 2010). Selain itu, estrogen sintetik mempunyai efek samping seperti mual, resistensi cairan, sakit kepala, nyeri payudara, dan keputihan. Terkadang efek samping yang ditimbulkan begitu menganggu sampai akseptor ingin menghentikan penggunaan (Prawirohardjo, 2011). Estrogen alami yang terdapat pada tumbuhan disebut dengan fitoestrogen. Kata fitoestrogen atau phytoestrogen berasal dari kata "phyto" yang berarti tanaman, dan "estrogen" yang merupakan hormon alami pada wanita yang mempengaruhi organ reproduksi. Dengan demikan, fitoestrogen dapat diartikan sebagai senyawa alami dari tanaman yang mampu mempengaruhi aktivitas estrogenik tubuh. Senyawa fitoestrogen dapat mengisi situs reseptor estrogen yang kosong dan menghasilkan efek estrogenik yang mirip dengan estrogen endogen, meskipun intensitasnya lebih ringan. (Lukitaningsih, 2010). Isoflavon dapat berperan seperti steroid dengan mengisi ruang stereochemical yang biasanya ditempati oleh komponen estrogen. (Dixon, 2004). Hipotalamus dan hipofisis merespon estrogen dengan memproduksi gonadotropin, FSH, dan LH (luteinizing hormone), yang mengendalikan ovulasi. Peningkatan sinyal estrogen dalam jaringan ini kemungkinan besar akan menghasilkan aksi umpan balik negatif dari estrogen dan mengurangi ovulasi. Sinyal estrogen pada ovarium penting untuk mengendalikan ekspresi gen yang diperlukan untuk pertumbuhan folikel dan ekspresi reseptor FSH dan LH yang merespon sinyal gonadotropin dari hipotalamus dan hipofisis. Uterus sangat responsif terhadap sinyal estrogen dan naik turunnya estrogen sangat penting untuk implantasi embrio dan kehamilan. Stimulasi estrogen berlebih dari rahim secara terus

3 menerus dapat menghambat implantasi. Oleh karena itu gangguan atau kelebihan pada salah satu sinyal ini dapat menyebabkan subfertility atau infertilitas. (Jefferson, 2010). Ratusan tanaman telah dilaporkan mengandung fitoestrogen, terutama dari tanaman keluarga leguminocea atau fabaceae. Salah satu kandungan fitoestrogen yang paling sering di pakai adalah dari golongan flavonoid. Flavonoid sendiri dapat dibagi menjadi 7 kelompok besar yaitu flavon, isoflavon, flavonol, flavanon, antosianin, katekin dan khalkon. (Lukitaningsih, 2010). Salah satu tanaman yang mengandung fitoestrogen adalah kayu secang (Caesalpinia sappan L.). Pada penelitian Lai et al. (2010), ekstrak MeOH (metanol) secang diketahui memiliki senyawa yang memiliki aktivitas seperti fitoestrogen. Ekstrak kayu secang memiliki efek estrogenik dengan MAC (minimum active concentration) sekitar 1,56 μg/ml, lebih tinggi dari ekstrak etanol kacang kedelai yang hanya 0,25 μg/ml. Beberapa komponen dari kayu secang diketahui memiliki efek estrogenik yang tinggi dan sebanding dengan genistein. Genistein merupakan fitoestrogen yang termasuk dalam kelas isoflavon yang paling banyak ditemukan selain daidzein dan aglycones (Wiseman, 2000). Komponen lain yang terdapat dari ekstrak kayu secang adalah flavonoid (Nguyen et al., 2005), triterpenoid, oxygen heterocycles, lipid, steroid, asam amino, brazilin, dan brazilein. (Badami, 2003). Penelitian sebelumnya mengenai kayu secang menunjukan hasil yang beragam. Penelitian oleh Lai et al. (2010), mengenai kandungan ekstrak metanol kayu secang menunjukkan bahwa terdapat kandungan fitoestrogen yang cukup tinggi dan kemungkinan tinggi berpengaruh terhadap organ reproduksi wanita.

4 Namun, pada penelitian oleh Chatterje dan Prakash (2006), kayu secang hanya memiliki efek emmenagogue atau pemicu menstruasi dan tidak memiliki efek antifertilitas yang signifikan terhadap organ reproduksi wanita. Berdasarkan keterangan di atas, penulis ingin meneliti bagaimana pengaruh kayu secang (Caesalpinia sappan L.) terhadap perkembangan folikel ovarium dan ketebalan endometrium tikus putih (mus musculus L.) betina. 1.2 Rumusan Masalah Bagaimanakah pengaruh ekstrak kayu secang (Caesalpinia sappan L.) terhadap perkembangan folikel ovarium dan ketebalan endometrium tikus putih (mus musculus L.) betina? 1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan pengaruh ekstrak kayu secang (Caesalpinia sappan L.) terhadap perkembangan folikel ovarium dan ketebalan endometrium tikus putih (mus musculus L.) betina. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Menghitung jumlah folikel ovarium, serta mengukur ketebalan endometrium pada tikus (mus musculus L.) betina yang mendapatkan suplementasi berbagai dosis ekstrak kayu secang (Caesalpinia sappan L.) 2. Mendapatkan dosis yang paling efektif dalam menurunkan jumlah folikel ovarium dan ketebalan endometrium pada tikus (mus musculus L.) betina.

5 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Akademik 1. Menambah informasi ilmiah tentang pengaruh ekstrak kayu secang (Caesalpinia sappan L.) terhadap perkembangan folikel ovarium dan ketebalan endometrium tikus putih (mus musculus L.) betina. 2. Menjadi dasar untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pengaruh ekstrak kayu secang (Caesalpinia sappan L.) terhadap variabel lainnya. 1.4.2 Manfaat Klinis Diharapkan kayu secang dapat dijadikan sebagai alternatif kontrasepsi oral yang berasal dari bahan alamiah. 1.4.3 Manfaat Masyarakat Edukasi atau informasi pada masyarakat bahwa secang dapat dijadikan sebagai bahan kontrasepsi oral alami untuk alternatif kontrasepsi sintesis.