Ikhtisar Ajaran Buddha



dokumen-dokumen yang mirip
Ikhtisar Ajaran Buddha

Ikhtisar Ajaran Buddha

Agama dan Tujuan Hidup Umat Buddha Pengertian Agama

D. ucapan benar E. usaha benar

Meditasi. Oleh : Taridi ( ) KTP. Standar Kompetensi Mengembangkan meditasi untuk belajar mengendalikan diri

Sutta Nipata menyebut keempat faktor sebagai berikut: Lebih lanjut, murid para

Mengapa bhikkhu harus dipotong rambutnya? Mengapa bhikkhu itu tidak boleh beristeri? Mengapa anak perempuan tidak boleh dekat bhikkhu?

Sutta Kalama: Kepada Para Kalama (Kalama Sutta: To the Kalamas)

PELAJARAN 1 UPACARA PEMBERIAN NAMA PANGERAN SIDDHARTA

Manfaatkan Waktu. Semaksimal Mungkin

1. Mengapa bermeditasi?

LEMBAR SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GASAL SMA EHIPASSIKO SCHOOL BSD T. P. 2016/2017

Aturan -Moralitas Buddhis

Dharmayatra tempat suci Buddha

UNTAIAN KISAH KEHIDUPAN (JATAKAMALA) Kisah Ajastya

SUTRA 42 BAGIAN. B. Nyanabhadra

Tidak Ada Ajahn Chan. Kelahiran dan Kematian

PANDANGAN BENAR : Upa. Jayagandho Willy Yandi Wijaya Proof Reader : Upa. Sasanasanto Seng Hansun

21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha untuk Sekolah Dasar (SD)

Kompetensi Dasar: - Menumbuhkan kesadaran luhur dalam melaksanakan peringatan hari raya

Siapakah Yesus Kristus? (4/6)

REFORMASI KESEHATAN PERLU DILAKSANAKAN

Hari Raya Korban? (Idul Adha)

BAB I PENDAHULUAN. pada satu objek tertentu agar pikiran dapat lebih fokus. Dalam bahasa Pāli

Meditasi Mettā (Meditasi Cinta Kasih)

Sutta Magandiya: Kepada Magandiya (Magandiya Sutta: To Magandiya) [Majjhima Nikaya 75]

1 3SEKSUALITAS DALAM BUDDHISME. Buddhisme dan Seks Judul Asli : Buddhism and Sex Alih Bahasa : amri Editor : Willy Yandi Wijaya

Dhamma Inside. Kematian Yang Indah. Orang-orang. Akhir dari Keragu-raguan. Vol September 2015

Hari Raya Korban? Hari Raya Korban? (Idul Adha) (Idul Adha) Yesus menyatakan:

Injil Maria Magdalena. (The Gospel of Mary)

62 PANDANGAN SALAH (3) Dhammavihārī Buddhist Studies

Amatilah citta kita. Jika kita benar-benar percaya

Dāna-4. Berdana Kepada Bhikkhu Leher Kuning? Pariyatti Sāsana hp ; pin. Friday, April 12, 13

Rangkuman Kata Mutiara Tentang Waktu

Kasih dan Terima Kasih Kasih dan Terima Kasih

DOA. Prinsip: Doa dimulai dengan hubungan kita dengan Tuhan.

Merenungkan/Membayangkan Penderitaan Neraka

KUMPULAN KATA-KATA BIJAK

En-Publishing Refleksi-refleksi mengenai Rumah Sakit. Perenungan buat dokter, perawat, pasien, keluarga

1.Definisi Hukum. 2.Pembagian/jenis-jenis Hukum

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #19 oleh Chris McCann

Sutta Mahavacchagotta (The Greater Discourse to Vacchagotta)

Mahā Maṅgala Sutta (1)

Pratityasamutpada: Sebuah Pujian Buddha (Dependent Arising: A Praise of the Buddha) oleh Je Tsongkhapa

Written by Administrator Wednesday, 25 January :43 - Last Updated Saturday, 28 January :28

DPD Patria Sumatera Utara. Juara II. Lomba Berkarya Dhamma PIKIRAN ADALAH PELOPOR DARI SEGALA SESUATU DODI PURNOMO WIJAKSONO, SURABAYA

"Jika saya begitu takut maka biarlah saya mati malam ini". Saya takut, tetapi saya tertantang. Bagaimanapun juga toh akhirnya kita harus mati.

Revelation 11, Study No. 39 in Indonesian Language. Seri Kitab Wahyu pasal 11, Pembahasan No. 39, oleh Chris McCann

Siapakah Yesus Kristus? (5/6)

Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika

Dhammacakka Pavattana Sutta!

My Journey with Jesus #2 - Perjalananku dengan Yesus #2 THE JOY OF THE LORD SUKACITA DALAM TUHAN

28. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SD

Dhamma Inside. Bersikap Ramah. Standar. Berada di luar Kata-kata : Alamilah Sendiri. Vol Oktober 2015

KEBEBASAN DARI KEKUATIRAN DAN KEGELISAHAN Bagian ke-2

Roh Kudus. Penolong dan Penghibur HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS

1 1-4 Kepada yang kekasih saudara saya seiman Titus yaitu anak rohani

MEDITASI VIPASSANĀ & EMPAT KESUNYATAAN MULIA

SILABUS PEMBELAJARAN

Mari berbuat karma baik dengan mendanai cetak ulang buku ini sebagai derma Dharma kepada sesama dan pelimpahan jasa kepada leluhur.

Siapakah Yesus Kristus? (3/6)

Pdt. Gerry CJ Takaria

SEKOLAH SESUDAH INI. "Dan mereka akan melihat wajah-nya dan nama-nya akan tertulis di dahi mereka."

1 Tesalonika. 1 1 Dari Paulus, Silas, dan Timotius. 2 1 Saudara-saudara, kamu tahu bahwa

62 Pandangan Salah (6)

MODUL PENGANTAR FILSAFAT (PSI 113) MODUL 1 PENGERTIAN DAN PERENUNGAN KEFILSAFATAN DISUSUN OLEH. Drs. MULYO WIHARTO, MM, MHA UNIVERSITAS ESA UNGGUL

E. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNADAKSA

BAB I PENDAHULUAN. yang memeluk suatu ajaran atau agama tersebut. Manusia terikat dengan

Kolose. 1 1 Dari Paulus, rasul* Kristus Yesus

PANDANGAN BENAR : Upa. Jayagandho Willy Yandi Wijaya Proof Reader : Upa. Sasanasanto Seng Hansun

21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Kelahiran dan Kematian

o Di dalam tradisi Theravāda, pāramī bukanlah untuk Buddha saja, tetapi sebagai prak/k yang juga harus dipenuhi oleh Paccekabuddha dan sāvakā.

Sutta Devadaha: Di Devadaha (Devadaha Sutta: At Devadaha) [Majjhima Nikaya 101]

ngin Ahmar From: hamba Allah Add to Contacts SIM

Mengatasi Kegagalan & Mencapai Kejayaan Melalui KRISTUS YESUS

AN 7.63 Sutta Nagara: Benteng (Nagara Sutta: The Fortress)

PERTAPA GOTAMA MEMILIH JALAN TENGAH & ARIYASĀVAKA TANPA JHĀNA. Pariyatti Sāsana Yunior 2 hp ; pin!

Pertanyaan Alkitab (24-26)

Surat Yohanes yang pertama

Mengapa berdana? Pariyatti Sāsana hp ; pin. Friday, April 12, 13

REKREASI. "Segala sesuatu ada masanya. Page 1

DEPARTEMEN PEMUDA DAN ANAK GBI JEMAAT INDUK DANAU BOGOR RAYA BAHAN SHARING COOL PEMUDA Minggu I; Bulan: Februari 2011

SĪLA-2. Pariyatti Sāsana hp ; pin!

Tahun A-B-C : Hari Raya Paskah LITURGI SABDA

Mengapa memberitakan Injil? Kis.14:15-18 Ev. Jimmy Pardede, M.A.

Lesson 2 for January 13, 2018

本師釋迦牟尼佛. (Ben shi shi jia mou ni fo) Sakyamuni Buddha

KAMMA 1 Bukan kata lain dari fatalisme atau takdir. Pariyatti Sāsana hp ; pin!

ALKITAB. Alkitab The Bible Halaman 1

Surat 3 Yohanes (Bagian 123) Friday, August 11, 2017

1 Yohannes 1. 1 Yohannes 2

Dāna. Sebuah Perhiasan dan Pendukung untuk Batin 2. Pariyatti Sāsana hp ; pin. Sunday, October 13, 13

TAHUN AYIN ALEPH. Minggu I. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.

Kebahagiaan Berdana. Diposkan pada 02 Desember 2015

Para rasul dan orang-orang Kristen yang mula-mula menganggap kedatangan Kristus kedua kali adalah pengharapan yang penuh bahagia (Tit.

RENUNGAN KITAB 1Timotius Oleh: Pdt. Yabes Order

2. "Hiduplah dengan penuh hikmat terhadap orang-orang luar, pergunakanlah waktu yang ada. " Kolose 4:5.

Kematian Yahushua: Membatalkan Hukum?

Transkripsi:

Ikhtisar Ajaran Buddha Juga bagi para non-buddhis seperti saya, naskah ini memberikan cukup informasi dan pemahaman yang memadai mengenai Buddhisme. Sungguh memikat. Fahd Djibran, cendekiawan Muslim BASIC BUDDHISM What Should We Know About Buddhism Oleh Upa. Sasanasena Seng Hansen

Ikhtisar Ajaran Buddha Disusun oleh : Upa. Sasanasena Seng Hansen Proof Reader : Willy Yandi Wijaya Ukuran buku jadi : 130x185 mm Kertas cover : Art Cartoon 210 gram Isi : HVS 70 gram Jumlah halaman : 80 halaman Jenis Font : Times New Roman Myriad Pro Goudy Old Style Bickham Script Diterbitkan Oleh : Jl. Kenari Gg. Tanjung I No. 231 Telp. / Fax 0274 542 919 Yogyakarta 55165 Cetakan Pertama, Mei 2008 Cetakan Kedua, September 2008 (revisi) Untuk Kalangan Sendiri Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku dalam bentuk apapun tanpa seizin penerbit. ii

Buku ini dipersembahkan bagi mereka: mengapa mereka mencintai ajaran ini kedamaian itu Buku IKHTISAR AJARAN BUDDHA: Basic Buddhis, What should we know about Buddhism ini disarikan dari berbagai Dharmaclass, Dharmacourse, pelatihan Dharmaduta yang ini bertujuan untuk menambah pengetahuan mengenai agama satu upaya mempertahankan dan melestarikan Buddhisme sebagai iii

sedang terbang melayang di angkasa untuk lebih mendekat ke bumi Hazrat Inayat Khan, The Sufi Message iv

PRAWACANA PENERBIT Hari Raya Waisak akan segera tiba. Umat Buddha kembali lagi akan merayakan sebuah momen yang paling berharga, yakni hari kelahiran Pangeran Sidhartha Gautama, saat pencerahan Pertapa Gautama dan hari wafatnya Buddha Gautama. Ketiga kejadian tersebutlah yang membuat Hari Raya Waisak bagi Umat Buddha menjadi sebuah hari yang istimewa dimana dimulailah sejarah Agama Buddha yang diawali dengan sejarah pendirinya (Sidhartha Gautama). Teristimewa tahun ini, Hari Raya Waisak di Indonesia bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional. Kita harapkan momentum ini semakin memantapkan kebangkitan agama Buddha di Indonesia. Hal tersebut disebabkan semakin memantapkan ajaran Buddha di Indonesia dengan terus tumbuhnya generasi muda yang lebih peduli terhadap ajaran Buddha. Salah satu wujudnya adalah semakin banyak muncul penulis buku berdarah Nasional yang menulis buku mengenai Ajaran Buddha. Buku ini ditulis oleh Sdr. Seng Hansen dengan merangkum poin-poin penting ajaran Buddha. Dengan terbitnya buku ini diharapkan bagi Anda yang baru mengenal agama Buddha, dapat mengerti dengan jelas dasar-dasar yang penting dalam ajaran Buddha. Bahasa dalam buku ini telah dibuat sebaik mungkin sehingga Anda dapat memahami isinya walaupun Anda baru mengenal ajaran Buddha. Jadi terima kasih untuk Sdr. Seng Hansen yang telah menulis buku ini dan kepada Sdr. Willy Yandi Wijaya yang telah menjadi editor untuk buku ini. Terima kasih juga kepada para donatur, karena tanpa Anda buku ini tidak akan terbit. Terima kasih kepada para pembaca karena tanpa Anda, buku ini hanya akan menjadi sebuah buku yang tidak bermakna. Oleh karena itu, penerbit selalu mengharapkan agar kita berdana sekecil apapun. Untuk semakin memperluas cakrawala dan pandangan, marilah kita semakin membiasakan diri untuk membaca buku, khusunya buku Dhamma. Terima kasih atas perhatiannya. Semoga semua makhluk selalu hidup berbahagia. Insight Vidyasena Production Menejer Produksi Buku v

KATA PENGANTAR EDITOR Biasanya buku mengenai agama Buddha banyak menggunakan bahasa Pali atau Sansekerta sehingga tatkala ada orang yang bukan beragama Buddha mencoba membaca atau memahami konsep ajaran Buddha, seringkali yang terjadi adalah kebingungan atau kesalahan penafsiran terhadap Buddhisme. Saya sempat membaca beberapa buku perbandingan agama yang menyinggung mengenai ajaran Buddha yang ditulis oleh penulis nonbuddhis dan yang terjadi adalah kesalahan dalam penafsiran terhadap ajaran Buddha. Mungkin kesalahan seperti itu disebabkan kebingungan terhadap istilah Pali atau Sansekerta atau padanannya dalam Bahasa Inggris atau karena pandangannya dari sudut pandang yang berbeda. Ketika saya mengedit tulisan Sdr. Seng Hansen ini, saya berusaha meminimalkan bahasa Pali atau Sansekerta, seperti kata dukkha. Kata tersebut sering diterjemahkan sebagai penderitaan atau ada juga yang menerjemahkannya sebagai ketidakpuasan. Di buku ini, kata dukkha tidak diganti dengan kata penderitaan. Akan tetapi, untuk beberapa kasus kata penderitaan atau ketidakpuasan digunakan sesuai dengan konteks kalimatnya. Beberapa kata yang lebih umum dan terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) saya gunakan untuk mengganti bahasa Pali atau Sansekerta. Salah satu wujud penghargaan terhadap Bahasa Indonesia adalah berusaha menggunakan kata yang telah ada padanannya dalam KBBI, walau untuk beberapa kalimat saya tetap mempertahankan penggunaan bahasa Pali atau Sansekerta. Catatan kaki saya tambahkan untuk membantu menjelaskan arti kata atau kalimat sehingga tidak terjadi salah pengertian. Salam, Willy Yandi Wijaya vi

DAFTAR ISI PRAWACANA PENERBIT... v KATA PENGANTAR EDITOR... vi BAB I... 1 PENDAHULUAN... 1 Sistem Kepercayaan Vs Ajaran Buddha... 1 India Sebelum Masa Buddha Gautama... 2 BAB II... 4 BUDDHA... 4 BAB III... 6 AJARAN BUDDHA (DHARMA)... 6 Tinjauan Secara Ringkas...6 Empat Kebenaran Mulia...7 Kebenaran Mulia tentang Dukkha 8 Kebenaran Mulia tentang Sebab dari Dukkha 8 Kebenaran Mulia tentang Berakhirnya Dukkha 8 Kebenaran Mulia tentang Jalan Menuju Lenyapnya Dukkha...9 3 Corak Kehidupan (Tilakkhana)...11 Perubahan (Anicca)...12 Penderitaan (Dukkha)...12 Tidak Ada Roh Yang Kekal (Anatta)...13 Hukum Karma...14 Bahaya Kemelekatan Dan Ke- Aku -An...15 Kesalingterkaitan Antar Segala Sesuatu (Hukum Paticca Samuppada)...17 Hukum Alam (Niyama Dhamma)...18 Delapan Kondisi Yang Tidak Dapat Dihindari (Atthaloka Dhamma)...19 Dharma Pelindung Dunia (Lokapaladhamma)...20 Lima Aturan Buddhis (Pancasila Buddhis)...21 Sepuluh Kesempurnaan (Dasa Paramita)...21 4 Sifat Luhur (Brahmavihara)...22 Anjuran Kepada Umat Buddha Perumah Tangga (Sigalovada Sutta)...22 Empat Syarat Kebahagiaan (Vyagghapajja Sutta)...31 Lima Kelompok Penyusun Kehidupan (Panca Khanda)...31 Wawasan Ke Dalam (Merenung Ke Dalam Diri)...32 Pikiran Dan Kesadaran...33 Meditasi...34 Hidup Di Sini Dan Pada Saat Ini...35 Bagaimana Cara Memperlakukan Ajaran Buddha?...37 vii

BAB IV... 38 SANGHA (Kelompok Bhikkhu Atau Bhikkhuni)... 38 Keunikan Ajaran Buddha...39 Bentuk Keyakinan Dalam Buddhis (Kalama Sutta)...39 BAB V... 41 KEUNIKAN AJARAN BUDDHA... 41 Tradisi Dalam Buddhisme (Schools In Buddhism)...43 Toleransi Terhadap Kepercayaan Lain...45 BAB VI... 47 APA YANG DIYAKINI UMAT BUDDHA... 47 Tidak Ada Pahala Atau Hukuman, Yang Ada Hanyalah Konsekuensi- Konsekuensi...47 Kelahiran Kembali (Punabhava)...47 Tuhan Menurut Ajaran Buddha...48 Manfaat Paritta 50 BAB VII... 51 APLIKASI AJARAN BUDDHA... 51 Tindakan Melepas Hewan (Fangshen)...51 Penguatan Tekad (Adhitthana)...51 Kepemimpinan Buddhis...52 Pelayanan Sosial...57 BAB VIII... 59 MISCELLANEOUS (SERBA-SERBI)... 59 Tripitaka: Kitab Suci Umat Buddha...59 Buddha Rupang...59 Tempat-Tempat Suci Umat Buddha...60 Hari Raya Umat Buddha...61 Bendera Buddhis...62 BAB IX... 63 CERITA BUDDHIS... 63 Kisa Gotami Kebenaran Mulia Pertama: Dukkha...63 Jebakan Monyet Kebenaran Mulia Kedua : Sebab Dukkha 63 Seorang Bhikkhu Yang Bahagia Kebenaran Mulia Ketiga: Akhir Dukkha 64 Rakit Kebenaran Mulia Keempat: Jalan Menuju Akhir Dukkha 65 Kamu Tidak Dapat Mengotori Langit Ucapan Benar...65 BAB X... 66 THE TRUE POWER OF BUDDHISM... 66 Sumbangsih Ajaran Buddha...66 Sebagai Penutup...67 BACAAN LANJUTAN...69 UCAPAN TERIMAKASIH...69 viii

BAB I PENDAHULUAN SISTEM KEPERCAYAAN VS AJARAN BUDDHA Terdapat perbedaan mendasar antara ajaran Buddha dengan ajaran agama-agama lainnya di dunia. Apakah itu? Bahwa ajaran Buddha bukan merupakan sebuah sistem kepercayaan ( ). Sistem kepercayaan selalu dilandasi oleh iman atau keyakinan mutlak seseorang terhadap agama yang dianutnya. Sebaliknya Buddha selalu mengajar dengan memegang prinsip Ehipassiko yang dilandasi oleh pengalaman pribadi. Ehipassiko berarti datang dan buktikanlah sendiri Seorang buddhis tidak diminta untuk memercayai begitu saja ajaran yang diterima, tetapi justru untuk mengalaminya sendiri Dengan demikian terdapat dua corak dari agama-agama di dunia dewasa ini, yaitu berpusat pada Tuhan (theis-sentris) dan berpusat pada manusia (homo-sentris). Theis-sentris Berpusat pada Tuhan Berkembang dari agama wahyu dan cenderung bersifat eksternal Homo-sentris Berpusat pada manusia Didasarkan dari pengalamanpengalaman pribadi dan bersifat internal Contohnya adalah agama Buddha 1

INDIA SEBELUM MASA BUDDHA GAUTAMA Sebagai salah satu tempat berkembangnya peradaban dan kebudayaan dunia, India telah menjadi tanah suci bagi banyak orang untuk mendalami hakikat hidup. Terdapat 2 pandangan yang lazim di India sebelum masa Buddha Gautama, yaitu Brahmanisme dan Sramanaisme. Apakah pandangan Brahmanisme dan Sramanaisme itu? Brahmanisme roh = jasmani nihilisme pemuasan nafsu Sramanaisme ternalisme penyiksaan diri Pandangan Brahmanisme merupakan paham yang diturunkan dari bangsa Arya. Menurut paham ini, roh dan jasmani adalah satu. Dengan demikian apabila roh dan jasmani merupakan satu kesatuan, maka setelah kehidupan saat ini tidak ada lagi kehidupan selanjutnya (karena matinya badan jasmani akan berarti matinya roh atau jiwa). Inilah yang disebut paham nihilisme. Apa akibat dari mereka yang memegang pandangan ini? Karena beranggapan bahwa hidup hanya sekali dan tidak ada lagi kehidupan selanjutnya, maka seseorang akan terus-menerus memuaskan nafsu keserakahannya pada kehidupan ini. Berbeda dari pandangan Brahmanisme, pandangan Sramanaisme yang diturunkan oleh bangsa Dravida menganggap bahwa roh dan jasmani bukanlah satu kesatuan. Dan karena roh tidak sama dengan jasmani, maka matinya badan jasmani tidak berarti matinya roh atau jiwa. Roh dianggap sebagai sesuatu yang kekal dan abadi dan apabila pada saatnya seseorang meninggal, rohnya akan tetap ada dan harus berupaya menyatu dengan keabadian itu sendiri. Pandangan ini memunculkan paham eternalisme (kekekalan). Apa akibat dari mereka yang memegang pandangan ini? Karena 2

beranggapan bahwa roh akan terus ada, roh ini pada akhirnya harus berhenti dalam penyatuan dengan sesuatu yang disebut Maha Kekal. Dan untuk bisa menyatu dengan sesuatu Yang Maha Kekal, roh tersebut haruslah menjadi roh yang suci dahulu. Akibatnya seseorang akan terus melakukan penyiksaan diri (bahkan sampai berlebihan) dengan tujuan menyucikan rohnya sendiri. Kedua pandangan ini ditolak oleh Buddha Gautama dan pada akhirnya Sang Buddha menawarkan sebuah jalan alternatif yang kemudian disebut sebagai Jalan Mulia Berunsur Delapan ( path) atau Jalan Tengah (the middle way). Bagi umat Buddha ajaran yang dibabarkan oleh Buddha Gautama lebih dilihat sebagai sebuah pedoman hidup ( ) daripada sebatas agama. Mengapa? Karena apa yang ditawarkan oleh Buddha Gautama bukanlah sebuah sistem kepercayaan, melainkan sebuah pedoman yang sifatnya universal (dapat diterima oleh semua orang) agar manusia dapat menjalani hidupnya dengan lebih berarti. 3

BAB II BUDDHA yang dikenal sebagai manusia yang menerima pujian dari begitu banyak umat manusia Prof. Saunders, Literary Secretary YMCA, India, Myanmar, Ceylon Buddha merupakan sebuah sebutan atau gelar yang diberikan kepada seseorang yang telah mencapai Pencerahan (Enlightenment). Buddha sendiri tidak hanya satu. Namun secara historis pada zaman ini hanya dikenal satu Buddha yaitu Buddha Gautama. Buddha Gautama hidup di bagian utara India sekitar abad ke-6 SM. Nama pribadinya adalah Siddhartha sedangkan Gautama adalah nama keluarganya. Tabel Kronologi Hidup Buddha Gautama Tahun 563 SM 555 SM 547 SM Peristiwa Lahirnya Pangeran Siddhartha di Taman Lumbini. Pangeran Siddhartha adalah penerus kerajaan Kapilawastu dari suku Sakya. Ayahnya adalah Raja Suddhodana dan ibunya adalah Ratu Maha Maya Dewi Pangeran kecil melakukan meditasi untuk pertama kalinya. Acara ini berlangsung pada saat perayaan membajak sawah Pada usia 16 tahun Pangeran Siddhartha memenangkan sayembara dan menikahi Putri 4

Pada usia 29 tahun Pangeran Siddhartha memutuskan untuk meninggalkan kehidupan duniawi dan menjadi seorang pertapa setelah melihat 4 peristiwa nyata yang pasti dialami setiap orang, yaitu: orang tua, orang sakit, orang mati, dan pertapa. Pada saat yang bersamaan lahir putera Beliau yang diberi 534 SM nama Rahula. Pangeran Siddhartha meninggalkan kehidupan duniawinya dilandasi atas rasa cinta kasihnya yang demikian besar kepada semua makhluk dengan tujuan mencari obat penawar (jalan keluar) dari ketiga utusan kehidupan (sakit, tua, dan mati) Pangeran Siddhartha melakukan pengembaraan dan 534-528 SM pertapaan selama 6 tahun Pada usia 35 tahun, Pangeran Siddhartha duduk bermeditasi di bawah pohon Bodhi (Latin: Ficus Religiosa) dan mencapai Pencerahan. Semenjak saat itulah Beliau disebut sebagai Buddha (Yang Sadar). Setelah mencapai Penerangan Sempurna, Buddha 528 SM Gautama kemudian pergi menuju Taman Rusa Isipatana. Di sana Beliau bertemu dengan 5 orang pertapa dan membabarkan ajarannya untuk pertama kalinya (disebut sebagai Dharmacakkappavattana Sutta). Pada saat itulah mulai terbentuk Sangha (perkumpulan biksu) pertama di dunia Selama 45 tahun membabarkan ajarannya, Buddha Gautama telah memberikan inspirasi dan pencerahan 528 483 SM bagi banyak orang (bahkan walau telah lama Beliau tiada, ajarannya masih dan akan terus menginspirasi banyak orang) 483 SM Wafatnya Buddha Gautama di Kusinara. (Catatan Editor: Tahun kehidupan Buddha Gautama sampai saat ini masih 5

BAB III AJARAN BUDDHA (DHARMA) TINJAUAN SECARA RINGKAS Dua puluh lima abad yang lalu India menyaksikan suatu revolusi intelektual dan religius yang berpuncak pada runtuhnya monoteisme, keegoisan yang berkenaan dengan kependetaan, serta pendirian pandangan yang dengan tepatnya disebut Dharma [Ajaran Buddha], Anagarika Dharmapala, The World s Debt to Buddha Secara umum kita menyebut ajaran Buddha dengan sebutan Entah seorang Buddha muncul atau tidak di dunia ini, Kebenaran Sejati itu selalu ada dan siap untuk ditemukan kembali oleh Buddha Sutta 1 menyebutkan bahwa: apa yang telah Beliau ajarkan sebagai Dharma dan Winaya 2 itulah yang kelak akan menjadi Guru (pengganti Adapun intisari ajaran Buddha secara ringkas terdapat dalam Kitab Dhammapada 183: Janganlah berbuat jahat Tambahkanlah kebaikan Sucikan pikiran Inilah ajaran para Buddha 1 Terdapat pada Sutta Pitaka, salah satu bagian dari Tripitaka berbahasa 2 Berasal dari bahasa Pali, Vinaya, yang merujuk pada aturan bagi para biksu juga merupakan salah satu bagian dari Tripitaka berbahasa Pali yaitu Vinaya 6

EMPAT KEBENARAN MULIA Basic Buddhism Ajaran Buddha didasarkan pada Empat Kebenaran Mulia. Apakah Empat Kebenaran Mulia itu? 1. Kebenaran Mulia tentang Dukkha 2. Kebenaran Mulia tentang sebab dari Dukkha 3. Kebenaran Mulia tentang berakhirnya Dukkha 4. Kebenaran Mulia tentang jalan menuju lenyapnya Dukkha Kita dapat menganalogikan Kebenaran Mulia yang ditemukan oleh Buddha Gautama dengan perumpamaan seorang dokter. Ketika seorang pesakit datang menemui seorang dokter, maka dokter yang baik akan memeriksa apakah benar orang tersebut sedang sakit. Langkah kedua; setelah memastikan bahwa si pasien memang sakit, si dokter akan memeriksa apa penyebabnya. Nah, setelah mengetahui apa penyebab si pasien menjadi sakit, dokter yang baik harus bisa melihat bahwa sakit itu bisa disembuhkan. Dan untuk bisa disembuhkan, maka si dokter akan memberikan resep kepada si pesakit agar pesakit itu menjadi sembuh. Masih banyak orang yang menganggap bahwa ajaran Buddha adalah ajaran yang pesimistis. Mengapa demikian? Hal itu lebih disebabkan karena mereka tidak melihat ajaran Buddha secara utuh, hanya setengah-setengah. Ajaran Buddha boleh saja disebut ajaran yang pesimis hanya bila apa yang diajarkan oleh Buddha Gautama berhenti pada tahap 1 (mengetahui bahwa seseorang sedang sakit), tahap 2 (mengetahui sebabnya), atau tahap 3 (mengetahui bahwa sakit itu bisa disembuhkan). Tetapi Buddha Gautama juga mengajarkan tahap 4 sebagai puncak dari apa yang diketahuinya, yaitu menawarkan sebuah resep bagi si pesakit agar sembuh. Dengan demikian ajaran Buddha bukanlah ajaran yang pesimistis, namun sangat realistis. 7

Kebenaran Mulia tentang Dukkha Dukkha dalam bahasa Pali (bahasa India kuno) memiliki pemahaman yang sangat mendalam, namun secara umum kata dukkha diterjemahkan sebagai penderitaan atau ketidakpuasan (walau sebagian orang pun kurang setuju dengan pengertian diatas; ada pula yang beranggapan bahwa dukkha = duka dalam bahasa Indonesia). Harus diakui bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan manusia adalah dukkha. Mengapa demikian? Karena pengertian dukkha juga mencakup hal yang lebih mendalam, seperti ketidaksempurnaan, sakit, ketidakabadian, ketidaknyamanan, maupun ketidakpuasan. Dengan demikian tidak ada seorang pun yang dapat menyanggah bahwa hidup ini memang merupakan dukkha. Selalu terdapat ketidakpuasan, ketidaknyamanan, maupun ketidakabadian. Segala sesuatu akan terus berubah, bahkan terhadap hal-hal yang kita sebut sebagai sukkha (mirip dengan kata suka dalam bahasa Indonesia) atau kesenangan. Inilah prinsip dasar dari Kebenaran Mulia yang pertama. Kebenaran Mulia tentang Sebab dari Dukkha Sumber dari dukkha adalah tanha (nafsu keinginan yang tiada habisnya) dan avijja (ketidaktahuan). Oleh karena adanya ketidaktahuan inilah maka seseorang akan terus dan terus memupuk (bernafsu) pengalaman yang menyenangkan atau tidak, nafsu akan benda-benda material, nafsu akan hidup abadi (eksistensi terusmenerus), termasuk pula nafsu akan kematian abadi (pemusnahan diri). Apa bahaya dari ketidaktahuan (avijja)? Ketidaktahuan akan menyebabkan seseorang menjadi tidak mampu memahami esensi dari hidup itu sendiri. Ketidaktahuan akan menutupi celah-celah bagi seseorang untuk bisa melihat realitas hidup ini. Oleh karena itu keinginan yang berlebihan/keserakahan (tanha) dan ketidaktahuan (avijja) keduanya akan menyebabkan seseorang terus berputar dalam penderitaan hidup. Kebenaran Mulia tentang Berakhirnya Dukkha Dukkha sebagai salah satu sifat sejati segala sesuatu yang berkondisi ternyata memiliki akhir. Proses terhentinya dukkha inilah 8

yang dinamakan oleh umat Buddha sebagai Nibbana atau Nirwana 3. Ada sebagian orang yang beranggapan bahwa Nirwana itu sendiri sebagai sesuatu yang tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata, tidak bisa diwujudkan dalam kehidupan saat ini. Apabila demikian, maka itu bukanlah Nirwana menurut konsep buddhisme. Beranggapan demikian hanya akan membuat pengertian tentang Nirwana tidak jauh berbeda dari pengertian Tuhan. Kita meyakini bahwa apa yang Buddha Gautama ajarkan adalah hal-hal yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari saat ini juga. Sang Buddha tidak mengajar untuk kepentingan kehidupan setelah mati ( ), tetapi Beliau mengajarkan untuk kepentingan kehidupan saat ini. Untuk itu Sang Buddha sendiri telah mengartikan Nirwana sebagai lenyapnya keserakahan (lobha), kebencian (dosa), dan kebodohan batin (moha) 4. Dan Beliau menyatakan bahwa Nirwana 5 dapat direalisasikan (dialami) pada saat ini juga dalam kehidupan sehari-hari. Kebenaran Mulia tentang Jalan Menuju Lenyapnya Dukkha Sebagai solusi dari penderitaan yang dialami manusia, Buddha Gautama menawarkan sebuah jalan universal yang dapat digunakan sebagai pedoman hidup bagi manusia. Jalan ini disebut sebagai Hasta Ariya Magha atau Jalan Mulia Berunsur Delapan. 3 4 Kebodohan batin berarti kebodohan dalam pikiran seseorang dimana ia tidak mau mengembangkan pandangannya terhadap hidup ini dan tidak mau membuka diri terhadap hal yang belum ia ketahui, menolak menerima realitas alam atau kebenaran sejati bahwa dunia ini selalu berubah dan tidak 5 9

Tabel Jalan Mulia Berunsur Delapan secara ringkas Mengembangkan Kebijaksanaan (Pañña) Mejalankan Moralitas (Sila) Melatih Pikiran (Samadhi) Pandangan Benar Pikiran Benar Ucapan Benar Perbuatan Benar Pencaharian Benar Daya Benar Upaya Perhatian Benar Konsentrasi Benar Pandangan hidup yang selaras dengan kebenaran sejati (relalitas), yakni: Empat Kebenaran Mulia, Tiga Corak Kehidupan (Tilakkhana), Kesalingterkaitan Antar Segala Sesuatu (Paticca-Samuppada), dan Hukum Sebab-Akibat (Karma) Pikiran yang bebas dari keserakahan, kebencian, dan kekejaman/kekerasan. Ucapan yang memenuhi 4 syarat: 1.Ucapan itu benar (sesuai kenyataan), 2.Ucapan itu beralasan (ada tujuan), 3.Ucapan itu bermanfaat, dan 4.Ucapan itu tepat pada waktunya Adalah perbuatan yang menghindari pembunuhan, pencurian, dan asusila Terdapat 5 sifat mata pencaharian yang harus dihindari: penipuan, ketidaksetiaan, penujuman, kecurangan, dan memungut bunga yang tinggi (lintah darat) Terdapat pula 5 macam pencaharian yang harus dihindari: berdagang alat senjata, makhluk hidup, daging, minum-minuman yang memabukkan, serta berdagang racun Terdiri dari 4 unsur, yaitu: mencegah munculnya unsur-unsur jahat, melenyapkan unsur-unsur jahat yang sudah ada, membangkitkan unsurunsur baik, dan mengembangkan unsur-unsur baik yang sudah ada Perenungan terhadap tubuh, perasaan, kesadaran, dan bentuk-bentuk pikiran Pemusatan pikiran sebagai bentuk latihan untuk melatih kesadaran, kontrol pikiran dari emosi, pemusatan pikiran untuk ketenangan dan pelatihan meditasi. 10

3 CORAK KEHIDUPAN (TILAKKHANA) Basic Buddhism Hukum Tilakkhana termasuk Hukum Kebenaran Mutlak, artinya bahwa hukum ini berlaku dimana-mana dan setiap waktu (tidak terikat oleh waktu dan tempat). Hukum Tilakkhana ini mengacu pada 3 corak kehidupan yang pasti terjadi dan terdapat pada segala sesuatu yang berkondisi. Apa saja 3 corak kehidupan itu? 1. Sabba Sankhara Anicca (ketidakkekalan atau perubahan) Segala sesuatu dalam alam semesta yang terdiri dari perpaduan unsur-unsur adalah tidak kekal. Buddha Gautama melihat bahwa segala sesuatu dalam alam semesta ini sebagai suatu proses yang terus berubah atau berevolusi. 2. Sabbe Sankhara Dukkha (tidak memuaskan atau penderitaan) Bahwa segala sesuatu yang tidak kekal tersebut sesungguhnya tidak memuaskan dan oleh karena itu merupakan penderitaan (dukkha) karena tidak bisa menerima perubahan yang terjadi. 3. Sabbe Dharma Anatta (tidak ada jiwa yang abadi) Pada akhirnya akan kembali pada pengertian bahwa tidak ada yang dapat disebut sebagai Aku atau jiwa atau roh yang abadi karena semua bentuk selalu berubah. Jadi tidak ada yang namanya jiwa atau roh yang abadi. Semua itu hanyalah pandangan egoisme terhadap diri. 11

PERUBAHAN (ANICCA) Ajahn Chah Sudah menjadi sifat umum dari segala sesuatu yang berkondisi untuk selalu mengalami perubahan (impermanence). Hal ini menunjukkan bahwa sesungguhnya tiada satu bentuk pun yang dapat dikatakan sebagai sesuatu yang kekal. Semua kondisi berjalan dengan sendirinya. Terkadang kita tertawa, di lain waktu kita menangis. Bahkan sejak kita dilahirkan di dunia ini, baik disadari ataupun tidak, kita terus menerus mengalami perubahan usia, karakter, intelektualitas dan kebijaksanaan. Apakah kita bisa mencegah perubahan itu? Tidak ada ilmu pengetahuan yang bisa mencegah jalan alami ini. Kita semua tidak dapat mencegahnya. Dapatkah Anda mengeluarkan napas tanpa menghirupnya? Atau Anda hanya menarik napas tanpa mengeluarkannya? Tidak mungkin itu terjadi. Manusia ingin segala sesuatu agar kekal, tetapi tidak bisa. Itu adalah hal yang mustahil. Jika seseorang menyadari bahwa segala sesuatu adalah tidak kekal, pikirannya berangsur-angsur terbuka. Dan ketika ada sesuatu yang muncul, dia hanya akan mengatakan: Oh, satu lagi wujud perubahan. PENDERITAAN (DUKKHA) Ketika penderitaan muncul, tidak seorang pun yang dengan mudah bersedia menerimanya. Kecenderungan orang akan beranggapan bahwa penderitaan ini bukan milikku, kebahagiaan adalah milikku. Namun, hal itu justru semakin menjauhkan orang tersebut dari kedamaian dan malah terus membuatnya menderita. Kemelekatan (attachment) merupakan salah satu sifat dari 12

pengumbaran nafsu keinginan. Semakin seseorang melekat pada sesuatu, semakin sulit pula bagi dia untuk melepaskan diri dari penderitaan dan melihat kebijaksanaan. TIDAK ADA ROH YANG KEKAL (ANATTA) Buddha Gautama menolak semua teori dan spekulasi mengenai jiwa sebagai sesuatu yang abadi atau kekal. Demikian juga jiwa yang sifatnya sementara maupun jiwa yang akan menyatu dengan sesuatu yang disebut Maha Abadi. Seluruh tubuh ini tersusun dari 4 elemen: tanah (unsur padatan), air (unsur cairan), api (unsur panas), dan angin (unsur gerak). Ketika semuanya bersatu dan membentuk tubuh, Ketika kita membuat roti, kita memakai tepung, ragi, gula, garam, mentega, susu, air, api, tenaga itu jadi, tidak mungkin kita akan menunjuk satu bagian tertentu dan mengatakan bahwa ini adalah tepungnya, ini menteganya, ini bahan diaduk menjadi adonan dan bahan itu telah berubah sama sekali kemudian kita menamakannya sebagai pria, wanita, dan lain-lain. Tapi itu hanya nama saja, bukanlah diri. Disamping paham anatta (tanpa jiwa) yang merupakan ciri khas ajaran Buddha, terdapat pula 2 paham lain yang saling bertolak belakang dan sama-sama tidak dibenarkan oleh Buddha Gautama, yaitu: paham bahwa roh/jiwa adalah kekal abadi dan akan berlangsung sepanjang masa paham bahwa setelah mati atma itupun akan turut lenyap 13

HUKUM KARMA Kata Karma (berasal dari bahasa Sansekerta Karma) memiliki arti sebagai perbuatan yang dilandasi oleh kehendak yang diliputi keserakahan, kebencian dan kebodohan batin. Dalam Kitab Anguttara Nikaya Buddha Gautama bersabda: Sesudah berkehendak seseorang akan berbuat dengan badan Selain itu Buddha Gautama juga mengajarkan bahwa segala sesuatu yang kita perbuat, maka kitalah yang akan memetik akibat dari perbuatan tersebut. Sesuai dengan benih yang ditabur, Pembuat kebaikan akan mendapat kebaikan, Benih apapun yang engkau tabur, Samyutta Nikaya Konsep mengenai Hukum Karma 6 inilah yang menjelaskan mengapa terjadi berbagai bentuk ketidakseimbangan dalam hidup ini. Ada yang kaya, ada pula yang miskin; yang baik, ada pula yang jahat; yang cacat dan yang sempurna; yang pintar, yang bodoh, atau yang sedang-sedang saja; dan lain sebagainya. Mengapa hal ini terjadi? Ajaran Buddha tidaklah sebatas menyatakan sebab keberuntungan atau ketidakberuntungan yang diperoleh seseorang, namun lebih dalam lagi, yaitu mengenai apa yang menyebabkan perubahan itu. Namun, di mata kebanyakan orang (bahkan oleh umat Buddha sendiri), mereka melihat karma seperti takdir ( ) sebagaimana 6 (diliputi keserakahan, kebencian dan kebodohan batin) yang terwujud dalam 14

yang diyakini oleh pemeluk agama lain. Sebagai contoh sering kali kita mendengar apabila seseorang sedang mengalami kesulitan maka dikatakan bahwa, Ah, itukan karmanya yang sedang berbuah. Hal ini merupakan sebuah kekeliruan karena sifat dan cara kerja dari karma sangat berbeda dengan konsep takdir. Karma tidaklah berjalan linear dalam sebuah garis lurus. Mengapa demikian? Karena apabila karma berjalan secara linear, maka tidak akan ada kesempatan bagi seseorang untuk terbebas dari penderitaannya. Bila kita hendak menyederhanakan cara kerja karma menurut pandangan Buddhis, maka cara kerja karma tidaklah berjalan linear bahwa momen saat ini dibentuk oleh masa lampau dan masa saat ini, dan tindakan saat ini tidak hanya membentuk masa depan tetapi juga masa saat ini. past present future Bagi seseorang yang telah terbebas, segala perbuatannya tidak lagi dilandasi oleh kehendak [yang diliputi kebencian, keserakahan dan kebodohan batin] dan oleh karena itu tidak dapat disebut sebagai karma. Karena telah memutuskan karma, maka berarti tidak ada lagi kelahiran kembali di alam penderitaan. Demikianlah telah tercapai Nibbana BAHAYA KEMELEKATAN DAN KE- AKU -AN Dari Aku 7 timbullah kemelekatan. Dari kemelekatan terjadilah karma. Dari karma seseorang akan terus mengalami kelahiran kembali. Dari kelahiran kembali inilah terjadi penderitaan. 7 15

Aku --- melekat --- karma --- kelahiran kembali --- penderitaan Apa yang diajarkan Buddha Gautama adalah melihat ke dalam diri sendiri (insight) dan menyadari bahwa tiada diri yang pantas disebut Aku. Untuk itu Buddha Gautama mengajarkan cara memutus akar dari penderitaan ini. Mengenai bahaya kemelekatan dan ke- Aku -an ini, terdapat sebuah kisah menarik yakni kisah Angulimala. Angulimala adalah seorang murid yang melekat pada pandangan salah dan terusmenerus membunuh untuk mengumpulkan 1000 ibu jari tangan manusia. Pada suatu ketika Sang Buddha melihat dengan kekuatan batin bahwa Angulimala akan membunuh ibunya sendiri. Dengan welas asih Sang Buddha menemui Angulimala dengan maksud untuk menyadarkannya. Melihat Sang Buddha datang, Angulimala mengejar dengan bersenjatakan pedang, tameng, anak panah, dan busurnya, mengikuti Sang Buddha dari jarak dekat. Namun, dengan kesaktian Beliau, Angulimala tidak dapat menyusul Sang Buddha walaupun dia telah berlari sekuat tenaga. Dengan terengah-engah dia berteriak: Tittha Samana! (Berhentilah pertapa). Yang menarik adalah jawaban dari Sang Buddha: Saya sudah berhenti. Engkau yang masih belum berhenti. Angulimala dengan keheranan bertanya: Apa maksudmu? Sang Buddha menjawab: Sudah berhenti nafsu saya, sudah berhenti ketamakan saya, sudah berhenti kegelapan batin (kebodohan batin) saya, saya sudah berhenti dari kelahiran kembali. Engkau yang masih berjalan terus. Engkau belum berhenti melakukan pembunuhan. Tersadar oleh perkataan Sang Buddha, Angulimala kemudian memutuskan untuk menjadi seorang biksu dan akhirnya mendapatkan kebahagiaan sejati. 16

KESALINGTERKAITAN ANTAR SEGALA SESUATU (HUKUM PATICCA SAMUPPADA) Prinsip dari Hukum ini adalah Dengan adanya ini, maka terjadilah itu Dengan timbulnya ini, maka timbullah itu Dengan tidak adanya ini, maka tidak adalah itu Dengan terhentinya ini, maka terhentilah pula itu Dari prinsip ini maka kita dapat melihat bahwa segala sesuatu tidak lebih dari sekedar hubungan (relation). Semua yang berkondisi akan saling bergantung untuk mempertahankan eksistensinya. Tidak ada di dunia ini yang dapat dianggap sebagai sesuatu yang permanen. Berdasarkan prinsip ini pula maka keseluruhan dari keberadaan segala sesuatu yang berkondisi dapat diterangkan dalam formula 12 mata rantai sebab-akibat, yaitu: 1. dengan adanya ketidaktahuan, maka terjadilah bentuk-bentuk karma 2. dengan adanya bentukbentuk karma, maka terjadilah kesadaran 3. dengan adanya kesadaran, maka terjadilah batin dan jasmani 4. dengan adanya batin dan jasmani, maka terjadilah enam indera Enam indera menurut buddhis adalah mata(penglihatan), telinga(pendengaran), lidah (pencicip), hidung (penciuman), kulit (peraba), dan pikiran (otak) 6. dengan adanya enam indera, maka terjadilah kesan-kesan (persepsi) 7. dengan adanya persepsi, maka terjadilah perasaan 8. dengan adanya perasaan, maka terjadilah nafsu keinginan 9. dengan adanya nafsu keinginan, maka terjadilah kemelekatan 10. dengan adanya kemelekatan, maka terjadilah proses menjadi 11.dengan adanya proses menjadi, maka terjadilah kelahiran kembali 17