METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
METODE PENELITIAN Desain Penelitian Waktu dan Tempat Penelitian

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN Lokasi dan waktu Penelitian Desain Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu

METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Populasi dan Sampel

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel

METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Data dan Instrumentasi

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN. Populasi. dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Sugiyono (2008 : 2), Metode Penelitian pada dasarnya

PENGARUH DISIPLIN TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA RUMAH SAKIT PARU PROVINSI JAWA BARAT DI KABUPATEN CIREBON

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

KESIMPULAN DAN SARAN

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. yang menggunakan data yang sama dimana peneliti menjelaskan hubungan

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan rancangan penelitian yang dianggap relevan

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksplanasi

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. daya yang paling banyak berperan dalam menggerakkan seluruh aktivitas

BAB 3 METODE PENELITIAN. Pendekatan objektif menganggap perilaku manusia disebabkan oleh kekuatan-kekuatan

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. yang ingin dicapai yaitu penelitian deskriptif asosiatif, dengan menggunakan

METODE PENELITIAN. Lokasi, populasi dan Sampel Penelitian. Selatan, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. KPH Bandung Selatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Penelitian Populasi

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. metode penelitian yang menggambarkan dua variabel yang diteliti, yaitu variabel

METODE PENELITIAN. Populasi dan Sampel. Desain Penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Tipe penelitian ini adalah penelitian kuantitatif deskriptif. Menurut Jalaludin

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Panggungharjo Kecamatan Sewon Bantul dengan pertimbangan bahwa di. dibanding dengan desa lain di Kecamatan Sewon.

BAB I PENDAHULUAN. yang bersangkutan. Kondisi organisasi yang sedang dipimpin akan

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, alasan menggunakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksplanatif. Penelitian eksplanatif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Desain Penelitian dan Metode Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Peristiwa atau kejadian yang diteliti adalah suatu fenomena tertentu yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. hendaknya metode penulisan dengan memperhatikan kesesuaian antara objek yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia tidak lagi dipandang sebagai faktor produksi, namun telah

BAB 3 METODE PENELITIAN. yang bersistem; sekumpulan peraturan, kegiatan dan prosedur yang digunakan oleh

BAB II METODE PENELITIAN. bebas (X) dengan variabel terikat (Y) yang menggunakan rumus statistik. Dengan

BAB IV METODE PENELITIAN. komprehensif mengenai hubungan hubungan antar variabel variabel yang

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Variabel dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu:

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. populasi, sampel, teknik pengambilan sampel, dan variabel penelitian. Hal lain

3 METODE Rancangan Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di CV. Akar Daya Mandiri yang berlokasi di Jalan

III. METODE PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Pendekatan penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Data yang

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel

BAB III METODE PENELITIAN. mengumpulkan, mengorganisir, menganalisa, serta menginterpretasikan data. Hal

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini mengungkapkan tentang keputusan pembelian konsumen di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi Penelitian Rancangan Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Berikut ini merupakan diagram alur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini.

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1.Objek Penelitian Variabel dalam penelitian ini terdiri dari tiga variabel independen yaitu

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. fenomena atau masalah penelitian yang telah diabstraksi menjadi suatu konsep

III. METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif, sedangkan Metode yang digunakan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Dalam melaksanakan penelitian terlebih dahulu ditentukan objek

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

III. METODE PENELITIAN. pendekatan kuantitatif. Menurut Mohammad Nazir (1998: 63), metode

III. METODE PENELITIAN. pendekatan kuantitatif. Menurut Mohammad Nazir (1998: 63), metode

BAB III METODE PENELITIAN. Kabupaten Jepara. Penelitian dimulai dari bulan Oktober 2013.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III PENDEKATAN LAPANG

BAB III METODE PENELITIAN. sampel tertentu, teknik pengambilan sampel biasanya dilakukan dengan cara random,

Transkripsi:

62 METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Mengacu pada tujuan penelitian ini, peneliti berusaha mencari hubungan antar peubah yang terkait dengan kompetensi aparatur pemerintahan desa. Dalam upaya meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan pembangunan. Untuk mencapai tujuan tersebut, peneliti merancang penelitian ini dengan menggunakan jenis penelitian menerangkan (explanatory research), melalui penelitian deskriptif (descriptive research) dan penelitian asosiatif (associative research). Penelitian penjelasan dimaksudkan untuk menjelaskan hubungan kausal antara peubah-peubah melalui pengujian hipotesis (Singarimbun dan Effendi, 1989:5). Sebelum menjelaskan hubungan kausal, terlebih dahulu dilakukan hal-hal sebagai berikut: (1) Mendeskripsikan data dan informasi peubah berdasarkan fakta yang diperoleh dari lapangan melalui instrumen dan wawancara mendalam. Data dan informasi diperoleh dari berbagai sumber dicross-check dan dicatat sehingga diperoleh kesimpulan yang valid. (2) Menguji hubungan antar peubah yang dihipotesiskan. (3) Menguji pengaruh antar peubah yang dihipotesiskan. Dari hasil pengujian hipotesis tersebut, dan merujuk pada data dan informasi yang relevan, kemudian dilakukan analisis lebih lanjut. Dengan demikian dapat diketahui atau dijelaskan seberapa kuat hubungan antar peubah tersebut, dan seberapa kuat pengaruh peubah yang satu terhadap peubah lainnya. Dengan demikian selain dapat memperoleh hasil pengujian hipotesis, sekaligus dapat menjawab tujuan penelitian. Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk memberi gambaran tentang suatu fenomena sosial, yaitu: suatu penelitian yang berusaha menjawab pertanyaan seperti: seberapa besar produktivitas kerja pegawai/aparatur desa, seberapa baik kepemimpinan, etos kerja dan prestasi kerja pegawai/aparatur desa?. Penelitian asosiatif merupakan suatu penelitian yang mencari hubungan 62

63 dengan peubah yang lain. Hubungan antara peubah ada tiga bentuk yaitu: simetris, kausal dan interaktif (Abustam, 2001:29). Populasi dan Sampel Populasi Populasi dengan rincian sebagai berikut; (1) Populasi aparatur pemerintahan desa dan aparatur pemerintahan kecamatan di Kabupaten Bone sejumlah 2583 orang. (2) Populasi aparatur pemerintahan desa dan aparatur pemerintahan kecamatan di Kabupaten Jeneponto sejumlah 821 orang. Teknik sampling area (sampel wilayah) digunakan untuk menentukan jumlah sampel yang terdiri atas aparatur yang diambil secara proporsional pada dua daerah kabupaten sebagai responden karena populasi memiliki homogenitas cukup tinggi. Pertimbangan penentuan sampel kedua kabupaten di atas didasari atas kekhasan Kabupaten Bone dan Kabupaten Jeneponto. Kabupaten Bone sebagai suatu daerah bekas kerajaan yang ditandai dengan rekruitmen politik seorang kepala desa biasanya yang terpilih adalah orang yang masih ada garis keturunan ningrat di desa itu. Hal ini dapat dikatakan budaya yang agak feodal tradisional dengan identiti sebagai ciri khasnya dan Kabupaten Jeneponto merupakan daerah yang agak marjinal dilihat dari segi sumber daya alam dan tergolong banyak memiliki desa tertinggal di Provinsi Sulawesi Selatan. Dengan demikian kajian tentang birokrasi dan masyarakat difokuskan pada kedua kabupaten tersebut. Kerangka sampel dipilih kombinasi Probability Sampling dengan non Probability Sampling yang dimulai dengan pengelompokan kecamatan menjadi tiga yaitu: kecamatan yang bernuansa kota/maju dan kecamatan yang tergolong biasa, serta kecamatan pemekaran. Kemudian dirandom dan menghasilkan untuk Kabupaten Jeneponto dua kecamatan dengan responden 20 orang aparatur dan untuk Kabupaten Bone tiga kecamatan dengan responden 30 orang aparatur. Selanjutnya sebagai pertimbangan dengan adanya perbedaan jumlah sampel kecamatan ialah jumlah desa dan kecamatan, jumlah populasi, luas

64 wilayah Kabupaten Bone yang lebih besar dibanding Kabupaten Jeneponto. Penentuan sampel desa ditetapkan melalui random untuk mendapatkan empat sampai sembilan desa dari masing-masing kecamatan sehingga dengan demikian diperoleh 21 desa untuk Kabupaten Bone, 14 desa untuk Kabupaten Jeneponto. Responden ditetapkan yaitu aparatur desa dan kecamatan dengan menggunakan tehnik Simple Random Sampling untuk memperoleh empat sampai enam responden dari setiap desa. Kriteria responden ditetapkan berdasarkan latar belakang pendidikan, pengalaman kerja, pendidikan dan pelatihan yang pernah diikuti, jenjang jabatan atau posisi serta unit-unit satuan yang ada dalam institusi desa. Responden yang dijadikan sampel dalam penelitian ini berjumlah 200 aparatur. Selanjutnya informan dari tokoh masyarakat ditetapkan secara proporsional dengan menggunakan teknik Snowball Sampling yaitu: 40 orang; masing-masing 25 responden untuk Kabupaten Bone, 15 responden untuk Kabupaten Jeneponto dengan kriteria berdasarkan latar belakang profesi yaitu dari kalangan tokoh masyarakat, pegawai negeri, petani, pedagang, nelayan dan buruh yang banyak mengetahui tentang kondisi sosial ekonomi dan budaya masyarakat, pemerintahan, pembangunan dan sering terlibat dalam pertemuan dan musyawarah dan berbagai kegiatan pemberdayaan masyarakat. Informan kunci lainnya ditentukan secara purposive, ialah para pejabat pemerintah kabupaten dan kecamatan, kalangan pengusaha, para pakar, kalangan akademisi, LSM, dan para pemerhati masalah pemerintahan dan pembangunan. Unit analisisnya adalah personil aparatur pemerintahan desa dan kecamatan. Teknik Penarikan Sampel Sistematika penentuan responden dilakukan dengan menggunakan teknik Simple Random Sampling dengan pertimbangan bahwa populasi penelitian ini adalah pegawai/aparatur Desa dan Kecamatan. Penarikan atau penentuan jumlah sampel dari setiap populasi dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin (Sevilla, dkk. 1993-161) yaitu: Bone Jeneponto n = N n = 2583 = 121 n = 821 = 79 1 + N (e) 2 1 + 2583 (0.09) 2 1 + 821 (0.11)

65 Keterangan: n : Ukuran Sampel N : Ukuran Populasi e : Persen kelonggaran sebesar 15 % Berdasarkan rumus Slovin tersebut, didapatkan sejumlah 200 sampel. Secara rinci terlihat sebagaimana disajikan pada Tabel 5. Penetapan sampel desa dan responden tetap mengacu pada nilai-nilai obyektivitas, kondisi aktual dan representase dari kondisi aparatur desa dan kecamatan pada kedua Kabupaten lokasi penelitian. Tabel 5. Jumlah sampel penelitian Aparatur Desa dan Kecamatan per kabupaten Nama Kecamatan Kategori Jumlah Desa Sampel/responden (orang aparatur) Bone 2583 Kahu Maju 9 51 Libureng Biasa 8 50 Patimpeng Pemekaran 4 20 + Jeneponto 821 Kelara Maju 7 40 Bangkala barat Pemekaran 7 39 + 121 79 Total 200 Pengumpulan Data Ditinjau dari asal sumber datanya, data tersebut dapat dibedakan menjadi data utama, dan data pelengkap (yang mendukung data utama). Dalam hal ini, data primer adalah data yang diambil dari responden dan informan, sedangkan data sekunder adalah data yang diambil dari pihak-pihak lain yang terkait berupa dokumen-dokumen, seperti data tentang jumlah pegawai, jumlah desa, jumlah kecamatan, jumlah RW, serta data kependudukan tahun terakhir dan sebagainya. Untuk memperoleh data tersebut digunakan teknik sebagai berikut: (1) Melakukan wawancara langsung dengan responden, atau nara sumber dengan menggunakan petunjuk interview yang sudah disiapkan untuk memperoleh data utama, kemudian melakukan tanya jawab untuk bagian-bagian tertentu yang dianggap penting dan perlu pendalaman (indepth interview) dari responden atau nara sumber yang bersangkutan. Kuesioner untuk aparatur

66 dan informan kunci disajikan dalam Lampiran 2 dan Lampiran 3. Pedoman umum indepth interview disajikan dalam Lampiran 4. (2) Mengedarkan angket untuk dijawab para responden yang telah ditetapkan dengan petunjuk yang jelas sesuai dengan jumlah sampel yang telah ditetapkan dengan menggunakan tenaga pembantu lapangan (enumerator) yang telah dilatih seperlunya. (3) Mengumpulkan dokumen yang relevan dari pihak-pihak yang terkait (4) Melakukan pengamatan langsung di lapangan mengenai situasi dan kondisi keadaan aparatur pemerintahan desa dalam melaksanakan tugas kesehariannya terutama dalam pelaksanaan program pembangunan dan pelayanan publik. Peubah, Definisi Operasional, Indikator, Parameter dan Pengukuran Peubah erat kaitannya dengan konsep. Konsep adalah abstraksi mengenai suatu fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari sejumlah karakteristik, keadaan, kelompok, atau individu tertentu. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka konsep-konsep tersebut harus dioperasionalkan menjadi peubah. Peubah adalah sesuatu yang mempunyai variasi nilai. Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu peubah. Dengan kata lain, definisi operasional adalah semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur suatu peubah. Singkatnya definisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang amat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan peubah yang sama (Singarimbun dan Effendi, 1989:34-46). Sebagaimana diketahui bahwa dari definisi operasional dapat diketahui dimensi-dimensi yang tercakup di dalam peubah/sub peubah tersebut. Dimensidimensi tersebut sebagai indikator-indikator peubah/sub peubah. Selanjutnya indikator-indikator tersebut dioperasionalkan kembali dalam bentuk parameterparameter. Dari parameter-parameter tersebut, kemudian dibuat pertanyaanpertanyaan atau pernyataan untuk pengukuran (Ancok, 1987:5-9). Untuk mengetahui sikap, persepsi dan pemahaman responden dalam penelitian ini

67 digunakan pertanyaan atau pernyataan yang disusun dalam bentuk skala likert yang dimodifikasi ke dalam lima skala, yaitu: Sangat setuju, skor lima, Setuju skor empat, Ragu-ragu skor tiga, Tidak setuju skor dua dan Sangat tidak setuju skor satu, untuk item pertanyaan positif dan skor sebaliknya untuk item pertanyaan negatif. Bentuk pernyataan positif adalah bentuk pernyataan yang menjadi indikasi sikap positif, dan bentuk pernyataan negatif adalah bentuk pernyataan yang menjadi indikasi sikap negatif. Adapun peubah, definisi operasional, indikator, parameter dan pengukuran dalam penelitian ini untuk analisis statistik adalah sebagai berikut: (1) Karakteristik Aparatur Pemerintahan dan Pembangunan Perdesaan yang dimaksudkan di sini; adalah umur, jenis kelamin, masa kerja dan pendidikan aparatur tingkatan perdesaan dan kecamatan, yang berperanan sebagai pelopor, motivator, katalisator dan fasilitator atau pelayan masyarakat, baik yang ada di lembaga formal, maupun yang ada di lembaga non formal dan swasta. Untuk jelasnya mengenai indikator dan parameter peubah ini dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Karakteristik aparatur pemerintahan dan pembangunan Perdesaan partisipatif Sub peubah Indikator Jenis data Parameter dan pengukuran X 11 Umur X 12 Jenis Kelamin Tua dan muda Ratio Nominal Tahun Pengelompokan X 13 Masa kerja Lamanya menjabat Ratio Tahun X 14 Pendidikan Jenjang pendidikan Nominal Tinggi, menengah, dan rendah (2) Faktor Eksternal yang dimaksudkan di sini adalah implikasi otonomi daerah dan otoritas pemerintahan dan pembangunan yang meliputi; pembinaan dan pengembangan SDM aparatur, kepemimpinan, partisipasi stakeholders, good governance, program pemberdayaan masyarakat, penyediaan unsur fasilitas pembangunan, pengawasan pembangunan dan jaringan kerja serta lingkungan global. Kepemimpinan dan lingkungan eksternal dalam pengelolaan pembangunan merupakan faktor kunci terhadap semua unsur birokrasi dan masyarakat di daerahnya. Untuk jelasnya terlihat pada Tabel 7.

68 Tabel 7. Faktor eksternal kelembagaan pemerintahan dan pembangunan perdesaan Sub Peubah Indikator Jenis data Parameter dan Pengukuran X 21 Pembinaan dan Pengembangan Aparatur Mengungguli prestasi teman Persaingan antar teman Semangat kerja Mengabaikan tugas Mengerjakan pekerjaan menyimpang Menghindari tanggung jawab X 22 Kepemimpinan Menjelaskan tugas kelompok Memperhatikan kerja kelompok Mendorong pegawai untuk mendapat hadiah Mendorong semangat kerja Keterbukaan terhadap masalah X 23 Partisipasi Stakeholders Penyusunan rencana Peningkatan kompetensi msasyarakat Penetapan tujuan Tugas tanggung jawab pribadi Mengatasi kendala Persentase kehadiran Pengaruhnya terhadap Income dan ksejahteraan X 24 Good Governance Perhatian terhadap konflik/perbedaan Mengabaikan tugas Memanfaatkan kepercayaan untuk pribadi Menyususn tugas bersama anggota Menetapkan hubungan yang jelas tentang garis komando Efektivitas pembangunan Kejelasan penetapan tujuan Sikap terhadap tugas yang mengantar kemajuan Partisipasi sebagai media komunikasi Tingkat kejelasan X 25 Kebijakan pemberdayaan masyarakat Pembangunan infrastruktur Bantuan masyarakat Pelayanan administrasi Dampak otonomi daerah Otoritas Pembangunan Instruksi kepada pegawai Bimbingan atasan Tingkat kesesuaian Tingkat efektivitas Tingkat kualitas Tingkat kemampuan, Tingkat kontribusi (3) Efektivitas Kinerja Birokrasi Kelembagaan Desa; yang dimaksudkan di sini adalah keberhasilan institusi perdesaan melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan yang dapat dilihat dari pelayanan publik yang bermutu

69 kompetensi dan budaya kerja yang profesional, motivasi berprestasi yang tinggi, meningkatnya kepedulian dan kesadaran serta kepekaan aparatur dalam pembangunan dan lain-lain. Ukuran-ukuran parameternya dapat terlihat secara singkat pada Tabel 8. Tabel 8. Efektivitas kinerja birokrasi Sub peubah Indikator Jenis data Parameter dan Pengukuran X 31 Pelayanan Publik Penguasaan kerja pegawai Gagasan baru Tingkat penguasaan Tugas yang kurang sesuai kemampuan Tugas dengan prosedur yang kaku Kualitas SDM pegawai Tingkat kualitas X 32 Kompetensi dan Budaya kerja Pelaksanaan tugas Keterpaduan kerja administrasi dan lapangan Kesibukan lain di luar Menolak kerja Bosan kerja menantang Menghindari tugas Menghindari peran Mendapat tugas rutin Tingkat kelancaran Tingkat kemampuan X 33 Motivasi berprestasi Komunikasi dengan atasan Kerja untuk prestasi Sukses untuk panutan Bersaing untuk berhasil Mempertimbangkan masa lalu Mempertahankan setiap kepercayaan X 34 Kepedulian dan kepekaan aparatur Menghindari menyelesaikan tugas Mendapatkan pemecahan Memperbaiki kinerja Menyukai situasi prestasi Mempertimbangkan tindakan Menghindari tugas beresiko (4) Manajemen Pemerintahan dan Pembangunan Perdesaan Partisipatif; yang dimaksudkan dalam kajian ini adalah pengelolaan pemerintahan dan pembangunan berdasarkan aturan, kebijakan, undang-undang dan segala macam bentuk norma yang menjadi acuan dalam desentralisasi pemerintahan bukan hanya sekedar norma tetapi berimplikasi positif di daerah. Birokrasi menjadi pelayan masyarakat yang handal dan profesional, masyarakat

70 menjadi berdaya dan mandiri, memiliki trust yang kental di antara sesama masyarakat demikian pula dengan pemerintah. Program pembangunan yang dilancarkan betul-betul sesuai dengan real need dan felt need yang ada di masyarakat dan bergulir sesuai dengan mekanisme pembangunan partisipatif yang senantiasa berupaya melakukan evaluasi, tindakan korektif untuk follow upnya melalui media pembelajaran secara berkelanjutan. Oleh karena itu seluruh potensi dapat dioptimalkan. Jelasnya dapat dilihat Tabel 9. Tabel 9. Manajemen pemerintahan dan pembangunan perdesaan partisipatif Sub Peubah Indikator Jenis Data Parameter dan Pengukuran Y 1 Optimalisasi sumber daya Data sumber daya Pelaksanaan program Sistem pembelajaran Perhatian atasan terhadap kelompok yang tidak sukses Menghindari kegiatan untuk berperan Tingkat kelengkapan Tingkat relevansi Tingkat efektivitas Y 2 Birokrasi yang profesional Pemahaman pardigma pembangunan Penggunaan incentive untuk kontrol pegawai Menikmati tugas dan tanggung jawab Memikul tanggung jawab pribadi Mendapat tugas beresiko Tingkat kejelasan Y 3 Masyarakat madani yang mandiri Kesempatan menggunakan keterampilan Kebebasan menyelesaikan pekerjaan Swakelola, swadaya, Swasembada Tanggung jawab terhadap semua tindakan Harapan terpenuhi di tempat ini (5) Persepsi elemen masyarakat mengenai dinamika manajemen pemerintahan dan pembangunan perdesaan partisipatif, yang dimaksudkan dalam kajian ini adalah menyangkut tentang pengertian dan pemahaman serta sikap dan pendapat warga masyarakat mengenai: partisipasi stakeholders, good governance, optimalisasi sumber daya, pembinaan dan pengembangan SDM,

71 pelayanan publik, kepedulian dan kepekaan aparatur dan birokrasi yang profesional. Untuk Jelasnya dapat dilihat Tabel 10. Tabel 10. Persepsi masyarakat mengenai dinamika manajemen pemerintahan dan pembangunan perdesaan partisipatif Aspek yang dinilai Indikator Jenis Data Parameter dan Pengukuran Partisipasi stakeholders Kedisiplinan, Kemauan, Keseriusan dan kemampuan Tinggi, sedang, rendah aparatur. Motivasi kerja aparatur pemerintah dan swasta, Keberpihakan program pembangunan kepada masyarakat Good governance Transparansi, Responsiveness Efektivitas koordinasi, Ketepatan dan Kecepatan mengambil keputusan Tinggi, sedang, rendah Optimalisasi sumber daya Pemahaman aparatur dan masyarakat mengenai program pembangunan, Kemajuan usaha swasta, Pendanaan pembangunan, Tingkat pendidikan dan lapangan kerja Tinggi, sedang, rendah Pembinaan dan pengembangan SDM aparatur Kesadaran kerjasama tim, Kerelaan berkorban, Kejujuran dan keadilan, Ketaatan pada aturan Tinggi, sedang, rendah Pelayanan publik Kemampuan kerja aparatur, Efisiensi waktu pengurusan administrasi, Penepatan janji aparatur Tepat, cukup, dan kurang tepat Kepedulian dan kepekaan aparatur Birokrasi yang profesional Penciptaan peluang kerja, Keseriusan mewjudkan rencana, Kepedulian dan kepekaan kepada warga masyarakat,. Kemampuan lobby, Prestasi kerja, Kekompakan para pejabat Peduli, cukup peduli dan kurang peduli. Tinggi, sedang, rendah Validitas Instrumen Instrumentasi penelitian menunjuk pada alat ukur, berupa instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data. Instrumen untuk mengumpulkan data penelitian adalah Questionnaire yang berisi butir-butir pernyataan dan pertanyaan yang berhubungan dengan peubah atau sub peubah penelitian. Kuesioner tersebut berisi pertanyaan tertutup dan pertanyaan terbuka. Kuesioner pertanyaan tertutup

72 kepada responden jawabannya sudah ditentukan, berupa alternatif jawaban yang disediakan yang dianggapnya paling sesuai dengan pendapatnya, sedangkan pertanyaan terbuka kepada responden untuk memberikan jawaban lain sesuai pendapatnya atau penilaiannya. Penyusunan instrumen penelitian dilakukan dengan memperhatikan aspek validitas dan reliabilitas alat ukur. Validitas atau kesahihan menunjuk pada sejauh mana alat ukur mengukur apa yang ingin diukur, dan reliabilitas atau keterandalan menunjuk pada sejauh mana alat ukur relatif konsisten apabila pengukuran dilakukan kembali sebanyak dua kali atau lebih. Ancok (Singarimbun dan Effendi, 1989:122-123). Alat ukur, seperti instrumen setidak-tidaknya mempunyai dua perangkat penting, yaitu validitas (validity) dan keterandalan (reliability) (Black dan Champion, 1999:193). Hasil penelitian yang valid perlu instrumen penelitian yang valid, artinya instrumen dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur (Sugiono, 1994:97). Instrumen dikatakan valid, bila memiliki butir-butir pertanyaan yang saling berhubungan dengan konsep-konsep yang hendak diukur. Jika ada pertanyaan yang tidak berhubungan berarti pertanyaan itu tidak valid, karena itu pertanyaan tersebut harus diganti dengan pertanyaan lain yang valid atau dihilangkan saja. Dalam penelitian ini digunakan validitas isi dan validitas konstruk. Validitas berdasarkan kriteria tidak digunakan, karena sulit mencari alat ukur serupa yang dapat dijadikan kriteria: (1) Validitas Isi Menurut Ancok (Singarimbun dan Effendi, 1989:128) validitas isi (content validity) suatu alat ukur ditentukan oleh sejauh mana isi alat ukur tersebut mewakili semua aspek yang dianggap sebagai aspek kerangka konsep. Berdasarkan pengertian tersebut, instrumen sebagai alat ukur yang dikembangkan dalam penelitian ini, mengacu pada indikator-indikator sebagai aspek dari konsep atau peubah. Dengan demikian, validitas isi yang baik atau tinggi dapat terlihat dari sejauh mana butir-butir pertanyaan atau pernyataan yang dikembangkan dari parameter-parameter tersebut mewakili dan mengukur indikator tertentu; demikian selanjutnya sehingga butir-butir pertanyaan dan pernyataan itu secara keseluruhan dapat mewakili atau

73 mengukur peubah yang akan diukur. Kegiatan telaah pertanyaan atau pernyataan merupakan kegiatan esensial dalam mengkaji validitas isi. (2) Validitas Konstruk Menurut Ancok (Singarimbun dan Effendi, 1989:125) konstruk adalah kerangka dari suatu konsep. Selanjutnya Singarimbun dan Effendi mengemukakan setidaknya ada tiga cara untuk mencari kerangka konsep tersebut, yaitu: (1) Mencari definisi-definisi konsep yang dikemukakan para ahli di literatur; (2) Mendefinisikan sendiri definisi tersebut, bila tidak ditemukan literature dan (3) Menanyakan definisi konsep yang akan diukur kepada calon responden. Berdasarkan pengertian dan cara-cara tersebut, maka untuk menyusun kerangka konsep dalam penelitian ini, pertama-tama membuat definisi operasional dari peubah atau sub peubah. Dari definisi operasional, selanjutnya ditentukan indikator-indikatornya, dari indikatorindikator ditentukan parameter-parameternya. Berdasarkan parameter-parameter tersebut dirumuskan pertanyaan atau pernyataan untuk pengukuran. Setiap indikator dapat dikembangkan menjadi beberapa pernyataan atau pertanyaan sesuai jumlah parameternya. Menurut Sevilla, dkk. (1993:196) dalam validitas konstruk yang utama adalah teori-teori ataupun konsep-konsep yang mendukung test, karena itu validitas konstruk disebut validitas konsep yang menunjukkan korelasi positif antara beberapa peubah yang menegaskan konsep. Dikemukakan pula bahwa analisis faktor telah dipertimbangkan sebagai metode yang paling kuat dalam validitas konstruk. Sejalan dengan pendapat tersebut, maka dalam penelitian ini analisis faktor digunakan untuk menguji konsep-konsep atau peubah karakteristik SDM aparatur, Kompetensi dan motivasi aparatur daerah, profil kelembagaan, tugas pokok fungsi dan kepemimpinan pemerintah daerah dan lingkungan eksternal sehingga dapat diketahui loading nilai dari masingmasing faktor tersebut. Berdasarkan loading nilai tersebut dapat ditetapkan tingkat keterandalan dari masing-masing konsep tersebut.

74 (3) Validitas Eksternal Dalam dunia penelitian sosial sudah cukup banyak alat pengukur yang diciptakan oleh para peneliti untuk mengukur gejala sosial, dan alat pengukur tersebut sudah memiliki validitas. Sebagai contoh skala pengukur motivasi berprestasi yang diciptakan oleh Mehrabian (Ancok, 1987) para peneliti di Amerika Serikat banyak memakai skala pengukur tersebut, karena dianggap sudah teruji validitasnya. Di Indonesia, alat ini sudah diteliti dan ternyata memiliki validitas yang cukup tinggi (Ancok, 1987). (4) Validitas Prediktif Alat pengukur yang dibuat oleh peneliti seringkali dimaksudkan untuk memprediksi hal-hal yang akan terjadi di masa yang akan datang. Contoh alat pengukur yang demikian adalah ujian seleksi masuk perguruan tinggi. Ujian masuk tersebut adalah upaya untuk memprediksi apa yang terjadi di masa yang akan datang. Peserta yang lulus dengan nilai baik diprediksikan akan dapat mengikuti pelajaran di perguruan tinggi dengan sukses. Demikian pula dengan ujian seleksi penerimaan pegawai di pemerintahan. Adapun langkah-langkah cara menguji validitas menurut Ancok (1987:132) sebagai berikut: (1) Mendefinisikan secara operasional konsep yang akan diukur (2) Melakukan uji coba skala pengukur pada sejumlah responden (3) Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban. (4) Menghitung korelasi antara masing-masing pernyataan dengan skor total dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment (Singarimbun dan Effendi, 1989:137) dengan formula sebagai berikut: Keterangan : r = Koefisien korelasi N = Banyaknya kasus X = Peubah bebas y = Peubah terikat Pada penelitian ini digunakan uji validitas konstruk, dengan cara menyususn indikator pengukuran operasional berdasarkan kerangka teori dari

75 konsep yang akan diukur. Validitas konstruk instrumen ditentukan dengan jalan mengkorelasikan skor masing-masing item dengan skor total masing-masing item. Jika r-hitung lebih besar dari r-tabel pada taraf signifikan tertentu, berarti instrumen yang dibuat memenuhi kriteria validitas. Secara statistik angka korelasi yang diperoleh harus dibandingkan dengan angka kritik tabel korelasi nilai r. Cara melihat angka kritik adalah dengan melihat baris N-2. Misalnya, untuk taraf signifikan lima persen, jika angka korelasi yang diperoleh dari setiap pertanyaan di atas angka kritis taraf lima persen, maka pertanyaan tersebut signifikan dan memiliki validitas konstruk. Sebaliknya jika angka korelasi yang diperoleh di bawah angka kritis atau berkorelasi negatif, maka pertanyaan tersebut bertentangan dengan pertanyaan lainnya, dan dapat dikatakan pertanyaan tersebut tidak valid. Analisis validitas dengan menggunakan rumus korelasi product moment. Item pernyataan atau pertanyaan dinyatakan valid jika mempunyai nilai r hitung lebih besar dari r.tabel atau nilai -p < taraf nyata lima persen. Hasil pengujian validitas instrumen penelitian dinyatakan valid dan terlihat pada Lampiran 5. Reliabilitas Instrumen Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya dan diandalkan. Suatu alat ukur disebut reliabel apabila digunakan dua kali atau lebih untuk mengukur gejala yang sama, hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten (Ancok dalam Singarimbun dan Effendi, 1989:128). Selain itu reliabilitas suatu alat ukur dapat dilihat dari galat pengukurannya (Kerlinger, 2004). Sejalan dengan pengertian tersebut, maka untuk menguji keterandalan instrumen penelitian akan dilakukan uji coba terhadap sejumlah pegawai di daerah. Jumlah responden untuk uji coba sedikitnya 30 orang sudah cukup memadai, karena distribusi skor (nilai) hasil pengukuran akan mendekati distribusi normal (Ancok, 1987:13). Lebih lanjut Kerlinger (2004:708) menyatakan bahwa ada tiga pendekatan untuk mengukur reliabilitas yaitu: (1) Suatu alat ukur dikatakan reliabel apabila alat ukur tersebut digunakan berulang kali dan memberikan hasil yang sama, (2) Suatu alat ukur dikatakan reliabel

76 apabila alat ukur tersebut dapat mengukur hal yang sebenarnya, dari sifat yang diukur dan (3) Reliabilitas suatu alat ukur dapat dilihat dari galat pengukurannya (galat acak yang merupakan himpunan akibat dari berbagai pengaruh). Langkah-langkah cara menguji reliabilitas menurut Ancok (1989:143) adalah sebagai berikut: (1) Menyajikan alat pengukur kepada sejumlah responden kemudian dihitung validitas itemnya. Item-item yang valid kemudian dikumpulkan jadi satu, yang tidak valid dibuang. (4) Membagi item-item yang valid menjadi dua belahan, dengan cara acak separuh masuk belahan pertama, dan separuh lagi masuk belahan kedua atau membagi item berdasarkan nomor genap dan ganjil. Nomor ganjil belahan pertama dan nomor genap belahan kedua. (5) Menjumlahkan skor pada masing-masing belahan. Langkah ini akan menghasilkan dua skor total. (6) Melakukan korelasi skor total belahan pertama dengan skor total belahan kedua dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment, dengan rumus yang telah disampaikan di atas. (7) Mengukur angka reliabilitas untuk keseluruhan item tanpa dibelah. Selanjutnya untuk mengukur reliabilitas instrumen digunakan uji reliabilitas. Singarimbun dan Effendi (1989:144) menunjukkan cara mencari reliabilitas untuk keseluruhan item adalah dengan mengoreksi angka korelasi yang diperoleh dengan memasukkannya ke dalam rumus: Keterangan: r. tot = Angka reliabilitas keseluruhan item r. tt = Angka korelasi belahan pertama dan belahan kedua. Dapat pula digunakan uji reliabilitas Alpha Cronbach dengan Formula sebagai berikut: Keterangan: r = Koefisien reliabilitas k = Banyaknya bagian (potongan test) σi = Varian test bagian pertama yang panjangnya tak terbatas σ = Varian skor total.

77 Menurut Azwar (2003:184) tingkat reliabilitas instrumen diukur berdasarkan skala Alpha Cronbach antara nol sampai dengan satu yang dikelompokkan sebagai berikut: 0,00-0,20 berarti kurang reliabel 0,61 0,80 berarti reliabel 0,21-0,40 berarti agak reliabel 0,81 1,00 berarti sangat reliabel 0,41-0,60 berarti cukup reliabel Tahap-tahap dalam pengujian keterandalan instrumen penelitian adalah sebagai berikut: (1) Melakukan survei ke lembaga pemerintahan desa sampel yaitu di Kabupaten Jeneponto dan Kabupaten Bone Provinsi Sulawesi Selatan. (2) Membuat tabulasi butir-butir pertanyaan yang mampu dijawab pegawai pada setiap peubah, kemudian dihitung validitas butir-butir pertanyaan tersebut. (3) Hasil perhitungan yang diperoleh berupa koefisien keterandalan Alpha Cronbach dari setiap instrumen peubah yang berbeda. Hasil uji validitas dan reliabilitas dapat menunjukkan bahwa instrumen tersebut sahih dan terpercaya untuk digunakan dalam pengumpulan data penelitian atau sebaliknya perlu direvisi terlebih dahulu sebelum diimplementasikan pada responden penelitian. Kuesioner dinyatakan reliabel jika mempunyai nilai koefisien alpha yang lebih besar dari r.tabel (n=200) dan alfa 0.05 = 0.138. Hasil pengujian selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Uji reliabilitas instrumen penelitian Peubah Koefi Status Peubah Koefi Status Peubah Koefi Status sien sien sien X 21.509 Reliabel X 25.673 Reliabel X 34.586 Reliabel X 22.761 Reliabel X 31.311 Reliabel Y 1.447 Reliabel X 23.444 Reliabel X 32.474 Reliabel Y 2.438 Reliabel X 24.479 Reliabel X 33.611 Reliabel Y 3.506 Reliabel Analisis Data (1) Analisis Korelasi Rank Spearman Untuk menganalisis arah hubungan antar sub peubah terhadap sub peubah yang lain digunakan analisis korelasi Rank Spearman, yaitu korelasi yang

78 didasarkan atas tingkatan atau peringkat (Rank) dari peubah bebas dan peubah tak bebas (Kusmaryadi, 2004) dengan rumus sebagai berikut: Keterangan: r s = Koefisien Korelasi; d = Ranking X Ranking Y; n = Banyaknya pasangan Ranking. (2) Analisis Korelasi Kanonik Analisis Korelasi Kanonik yaitu analisis keeratan hubungan antara kelompok peubah dengan kelompok peubah lainnya. Kelompok-kelompok peubah tersebut bisa berupa kelompok peubah berbeda atau kelompok peubah yang sama akan tetapi diamati pada waktu yang berbeda. Ciri-ciri dari metode analisis ini adalah: Input data: yaitu data dari observable variable atau merupakan skor faktor dari indikator peubah latent. Data yang dapat dianalisis adalah data hasil pengukuran (metrik). Metode perhitungan: Konsep eigen value dan eigen vector, Out put: Koefisien korelasi kanonik. Kegunaan: Merupakan alat untuk eksplanasi keeratan hubungan antar kelompok peubah (Solimun 2002:24). Eigen value adalah akar ciri yang diperoleh dari matriks persamaan yang menggunakan vector, dan berhubungan dengan nilai korelasi kanonik untuk dapat dinyatakan nyata (erat) atau tidak nyata (tidak erat). Komponen terpenting dalam analisa korelasi kanonik ini ialah nilai koefisien korelasi, setelah terlebih dahulu diketahui eigen value (akar ciri) yang nyata. Analisis Korelasi Kanonik ini akan dilakukan untuk mengetahui: (a) Hubungan keterkaitan antara karakteristik aparatur pemerintahan (X 1 ) dengan faktor eksternal (X 2 ). (b) Hubungan keterkaitan antara karakteristik aparatur pemerintahan (X 1 ) dengan efektivitas kinerja birokrasi (X 3 ).

79 (c) Hubungan keterkaitan antara faktor eksternal (X 2 ) dengan efektivitas kinerja birokrasi (X 3 ). (d) Hubungan keterkaitan antara karakteristik aparatur pmerintahan (X 1 ) dengan manajemen pemerintahan dan pembangunan perdesaan partisipatif (Y) (e) Hubungan keterkaitan antara faktor eksternal (X 2 ) dengan manajemen pemerintahan dan pembangunan perdesaan partisipatif (Y). (f) Hubungan keterkaitan antara efektivitas kinerja birokrasi (X 3 ) dengan manajemen pemerintahan dan pembangunan perdesaan partisipatif (Y). Pemaknaan angka koefisien korelasi ditetapkan sebagai berikut: <0.20 : korelasi tidak ada 0.21-0.30 : korelasi lemah 0.31-0.50 : korelasi cukup kuat 0.51-0.90 : korelasi sangat kuat 0.91-0.99 : korelasi tertinggi Analisis data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Salah satu fungsi pokok statistik adalah menyederhanakan data penelitian yang amat besar jumlahnya menjadi informasi yang sederhana dan lebih mudah untuk dipahami. Di samping itu, statistik membandingkan hasil yang diperoleh dengan hasil yang terjadi secara kebetulan (Singarimbun dan Effendi, 1989:263). Pendekatan analisis yang digunakan adalah secara kuantitatif dan kuanlitatif berdasarkan data dan fakta yang diperoleh di lapangan. Data yang bersifat kuantitatif dianalisis dengan menggunakan analisis korelasi kanonik dan analisis korelasi Rank Spearman, dan data kualitatif digunakan untuk mendukung dan mempertajam hasil analisis kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan dengan mendeskripsikan dan mengetengahkan kasus terutama yang berkaitan dengan proses dan tahapan kebijakan pembangunan perdesaan atau pemberdayaan masyarakat pada suatu program tertentu melalui wawancara langsung dan pengamatan.