BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

dokumen-dokumen yang mirip
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN PT PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY

TINJAUAN PUSTAKA. Kemitraan merupakan suatu strategi bisnis dimana keberhasilan kemitraan

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk dientaskan secara bersama-sama. Menurut data dari Bappenas tahun 2010,

BAB 1 PENDAHULUAN. kunci dari konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development)

BAB I PENDAHULUAN. manfaat ekonomi yang menjadi tujuan dibentuknya dunia usaha.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesuksesan pembangunan dalam masa globalisasi saat ini mengarah kepada

PROGRAM DALAM MENGATASI KETIMPANGAN TINGKAT PERKEMBANGAN KUBE

BUPATI PAKPAK BHARAT

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) adalah salah satu kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. BAB I Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan Badan Usaha Milik Negara ( BUMN) memiliki peran, dan fungsi

BAB II PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO)

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BAB VII PERENCANAAN STRATEGI PEMBERDAYAAN BKM DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN.

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari uraian pembahasan diatas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI PENUTUP. sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa aktor sebagai bagian program yang terlibat

BAB I PENDAHULUAN. dengan permodalan yang lemah. Hal ini disebabkan oleh aktivitas ekonomi yang

BUPATI KEPAHIANG PROVINSI BENGKULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPAHIANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

PROGRAM PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PENGELOLAAN HUTAN BERBASIS MASYARAKAT (PHBM)

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kompleks yang dihadapi negara Indonesia. Untuk menidak lanjuti masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kegiatan operasionalnya. Kegiatan operasional dalam perusahaan leasing ILUFA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 82 TAHUN : 2008 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 1 TAHUN 2008 TENTANG

Direksi PT Perkebunan Nusantara III Up. Kepala Bagian Kemitraan dan Bina Lingkungan Jln. Sei Batang Hari No. 2 Sei Sikambing Medan.

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 33 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia mengeluarkan sebuah kebijakan melalui. Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mewajibkan seluruh

PERAN ASPARTAN (ASOSIASI PASAR TANI) DALAM MENDORONG BERKEMBANGNYA UMKM DI KABUPATEN SLEMAN

Keseluruhan lingkungan X merupakan wilayah pemukiman yang padat penduduk. Pada

RANCANGAN PROGRAM RENCANA AKSI PENGEMBANGAN KBU PKBM MITRA MANDIRI

BAB I PENDAHULUAN. dan sekaligus menjadi tumpuan sumber pendapatan sebagian besar masyarakat dalam

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi menjadi agenda penting dalam

VI. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan. CDC dalam PKBL Telkom telah melibatkan mitra binaan mulai dari proses

LAMPIRAN. 1. Surat Tugas 2. Daftar hadir peserta pengabdian masyarakat 3. Materi pengabdian masyarakat 4. Foto kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Kecil Dan Mikro (UKM) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. penyedia jasa dan jaringan telekomunikasi secara lengkap (full service and

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

BAB I PENDAHULUAN. mengikrarkan diri sebagai bangsa yang merdeka silih berganti masalah dan

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL DENGAN TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan sebagai sebuah sistem dalam keberlanjutan dan keseimbangannya tidak

PETUNJUK PELAKSANAAN BANTUAN SOSIAL PEMBANGUNAN RUMAH TIDAK LAYAK HUNI DI KABUPATEN KARAWANG

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

BAB 1 PENDAHULUAN. dan rintangan seakan ingin menguji kelayakan strategi pembangunan. masyarakat. Beratnya permasalahan ini memang sulit untuk ditawar

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK) FASILITASI SARANA HASIL PRODUKSI IKM KERAJINAN INDUSTRI ANEKA

Uraikan situasi yang ada sebelum inovasi pelayanan publik ini dimulai

BAB VII ANALISIS DAN SINTESIS PARTISIPASI MASYARAKAT STAKEHOLDER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV.C.6. Urusan Pilihan Perindustrian

ABSTRAK. Prosedur pemberian kredit modal kerja

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPAHIANG NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYALURAN DAN PENGELOLAAN DANA BERGULIR PEMERINTAH KABUPATEN KEPAHIANG

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 32 TAHUN 2001 SERI D NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 32 TAHUN 2001 TENTANG

V. SEJARAH PENGEMBANGAN KOMUNITAS

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi situasi ekonomi pasar bebas. Perkembangan bisnis dalam

BAB I PENDAHULUAN. Program Corporate Social Reponsibility (CSR) merupakan salah satu kewajiban

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat dinegara. kita diperlukan adanya pembangunan ekonomi yang seimbang.

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

BAB VI PENUTUP. Bab VI ini akan menjabarkan tentang kesimpulan dan saran penelitian tentang

IMPLEMENTASI PASAL 18 PERDA KOTA MOJOKERTO NOMOR 7 TAHUN 2009 TERHADAP PERLINDUNGAN USAHA DI KOTA MOJOKERTO

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. bidang nasional dan ekonomi. Di mana dalam suatu proses perubahan tersebut haruslah

HASIL SURVEY KEPUASAN MITRA KERJASAMA UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA

I. PENDAHULUAN. Pemikiran yang mendasari Corporate Social Responsibility yang selanjutnya

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber informasi penting yang dipakai oleh stakeholders untuk menilai

PARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

BAB 4 PEMBAHASAN. dalam implementasi Corporate Social Responsibility pada PT PP (Persero) Tbk

BAB V PENUTUP. Pencemaran Udara di Kota Yogyakarta dapat disimpulkan sebagai berikut:

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG

TINJAUAN PROGRAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA DESA POLA IMBAL SWADAYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAKIP Kabupaten Temanggung Tahun 2013 SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA. Meningkatnya penanaman modal bagi pengembangan potensi unggulan

10. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan;

BAB 3 GAMBARAN UMUM KEGIATAN

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

VIII. PENYUSUNAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN UAB TIRTA KENCANA

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhnya perekonomian nasional. Menurut Undang-Udang Nomor 25 Tahun

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEPELOPORAN PEMUDA,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Tujuan dari pembangunan adalah untuk memperbaiki dan

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB V PENUTUP. kemiskinan melalui kelembagaan lokal, sehingga keberdaan lembaga ini tidak murni

VII. RANCANGAN PROGRAM PENGUATAN KAPASITAS LMDH DAN PENINGKATAN EFEKTIVITAS PHBM

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan berkaitan dengan tingkat

Pengelolaan Keuangan Desa Dalam Kerangka Tata Pemerintahan Yang Baik

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

Transkripsi:

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN TSP merupakan suatu komitmen dari dunia usaha untuk bertidak secara etis dengan memberi kontribusi bagi pengembangan masyarakat di sekitar operasionalisasi perusahaan. Dalam hal ini, perusahaan dalam menjalankan usahanya tidak semata mengejar keuntungan tetapi juga memperhatikan kesejahteraan masyarakat dan lingkungan alam sekitarnya yang dikatakan Elkington sebagai triple bottom line yaitu perhatian pada profit, people dan planet (mencari keuntungan, memperhatikan masyarakat dan lingkungan alam sekitar perusahaan). PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang merupakan salah satu perusahaan yang dikenakan kewajiban untuk menjalankan peran sosial tersebut melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan. Program Kemitraan merupakan program yang memberikan perhatian kepada usaha kecil melalui pinjaman dana dan pengembangan usaha kecil melalui pembinaannya. Dengan demikian, Program Kemitraan ini mengusung konsep pemberdayaan bagi usaha kecil. Melalui pemberdayaan ekonomi produktif ini mitra binaan diharapkan mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari diri/keluarga mereka dan membuka lapangan kerja bagi warga sekitarnya. Sebagai bentuk corporate citizenship yang membedakannya dari sekedar philantropy, Program Kemitraan ini sudah terinternalisasi dalam kebijakan Pertamina dengan didukung oleh struktur organisasi, pelaksana dan pendanaan yang khusus untuk program tersebut. Penelitian ini dilakukan terhadap Program Kemitraan yang dilakukan PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang. Tujuan penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan pelaksanaan Program Kemitraan yang dilakukan PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang, 2. Mendeskripsikan partisipasi mitra binaan perajin kulit dalam pelaksanaan Program Kemitraan yang dilakukan PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang, dan 3. Mengidentifikasi faktor-faktor

141 pendorong dan penghambat partisipasi mitra binaan perajin kulit dalam pelaksanaan Program Kemitraan yang dilakukan PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang. Di bawah ini diuraikan kesimpulan yang ditarik dari hasil temuan di lapangan yang telah diuraikan dalam bab sebelumnya. Berdasarkan temuantemuan tersebut, akan disampaikan pula beberapa saran terkait dengan hasil penelitian. A. Kesimpulan Pelaksanaan Program Kemitraan ini dijalankan sesuai dengan Keputusan Menteri BUMN Nomor 236/MBU/2003 dan diimplementasikan dalam Pedoman Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Pertamina melalui surat nomor A- 003/H0-S0 0600/2004 yang berlaku mulai 1 januari 2004. Pedoman Pelaksanaan tersebut berisi tentang tata cara pelaksanaan, persyaratan serta hak dan kewajiban perusahaan dan mitra binaan. Namun sebelum itu, sejak tahun 1993 Pertamina sudah menjalankan program sosial ini yang dasar pelaksanaannya pun dari kementrian BUMN. Jika dilihat dari pelaksanaannya, Program Kemitraan di PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang dilaksanakan sesuai dengan tahap-tahap pengembangan masyarakat yaitu melalui tahap-tahap: persiapan, assessment/pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. 1. Tahap persiapan mulai dilakukan di PKBL korporat (dengan mempersiapkan struktur organisasi dari tingkat PKBL korporat hingga tingkat Area dan menyusun Pedoman Pelaksanaan) dan persiapan di Area Kamojang (dengan menempatkan tenaga pelaksana Program Kemitraan, memberikan pelatihan bagi petugas Program Kemitraan yang dilakukan oleh PKBL korporat, sedangkan koordinasi/sosialisasi program ke pemerintahan daerah setempat sudah tidak dilakukan lagi).

142 2. Tahap assessment dilakukan melalui pengkajian terhadap proposal pinjaman mitra binaan untuk melihat kelayakan dan besar bantuan pinjaman masingmasing mitra binaan. Setelah itu, dilakukan survey ke lokasi usaha mitra binaan untuk melihat usaha mereka dan memperkuat hasil analisa. Dari hasil pengkajian proposal dan survey ini dilakukan analisa untuk menentukan alokasi bantuan dana pinjaman yang akan diberikan dan dana pembinaan untuk Area Kamojang. Survey berikutnya, setelah dana dikucurkan adalah untuk melihat apakah dana pinjaman telah digunakan sesuai dengan peruntukannya. 3. Tahap perencanaan yang disusun berdasarkan hasil survey dan analisa tentang alokasi dana Program Kemitraan dan disusun dalam Rencana Kerja dan Anggaran (RKA). 4. Tahap pelaksanaan dengan melakukan kegiatan pemberian bantuan dana dan melakukan pembinaan yaitu pelatihan manajemen dan pameran. 5. Monitoring dan evaluasi yang hanya dilakukan dengan melihat ketaatan mitra binaan dalam pengembalian cicilan setiap bulannya. Bagi mitra binaan yang tidak lancar pengembalian cicilannya ke rekening Program Kemitraan Area Kamojang ini akan dikunjungi untuk diminta membayar cicilan pinjaman. Dalam pelaksanaan Program Kemitraan ini, pelibatan masyarakat/usaha kecil perajin kulit ini dimulai dari pengajuan proposal pinjaman (di mana calon mitra binaan diminta untuk melakukan assessment dan perencanaan usaha mereka), menerima bantuan Program Kemitraan (mendapat pinjaman dana, mengikuti pelatihan manajemen dan pameran), serta dilakukan monitoring/evaluasi oleh petugas Program Kemitraan bagi yang mengalami kredit macet. Di bawah ini akan diuraikan partisipasi mitra binaan dalam pelaksanaan Program Kemitraan ini. Di sini mitra binaan sebagai penerima program juga melakukan assessment dan perencanaan (melalui pengisian proposal pinjaman), pelaksanaan dan monitoring/evaluasi bersama petugas Program Kemitraan. Hal-hal yang dilakukan mitra binaan sebagai penerima program adalah sebagai berikut:

143 1. Assessment dan perencanaan. Awal dari partisipasi masyarakat - dalam hal ini adalah usaha kecil yang akan menjadi mitra binaan Area Kamojang - adalah melalui assessment dan perencanaan. Assessment dan perencanaan ini dibakukan dalam bentuk proposal pinjaman untuk memberi kemudahan bagi calon mitra binaan dan untuk menghindari permasalahan terkait penjualan jasa pembuatan proposal oleh oknumoknum pemerintahan daerah setempat yang mengeruk keuntungan dari calon mitra binaan. Pengisian proposal pinjaman merupakan salah satu persyaratan untuk menjadi mitra binaan Area Kamojang. Dalam assessment ini - selain masalah kurang modal usaha digali pula masalah dan potensi yang dimiliki calon mitra binaan dalam menjalankan usahanya seperti persediaan bahan baku dan pembelian bahan baku, tenaga kerja dan gaji pekerja, biaya penyusutan peralatan, biaya pemasaran dan administrasi hingga hambatan-hambatan yang mungkin timbul selama perjalanan usaha yang digelutinya. Selain itu juga membuat perencanaan terhadap kebutuhan-kebutuhan untuk usaha seperti perencanaan pengembangan usaha seperti peningkatan produksi, tenaga kerja, jangkauan pemasaran (lokal, nasional hingga internasional). Dari assessment dan perencanaan ini menumbuhkan kesadaran mitra binaan untuk menjalankan usahanya dengan baik karena telah mengetahui permasalahan dan kebutuhan usaha apa yang akan dicapai. 2. Pelaksanaan. Dalam pelaksanaan program ini, mitra binaan menjalankan program yang sudah ditentukan perusahaan yaitu menerima bantuan pinjaman dana dan pembinaan dari perusahaan (pelatihan manajemen dan mengikuti pameranpemeran) untuk mengembangkan usaha mitra binaan. Melalui pelatihan manajemen ini, mitra binaan diwajibkan membuat pembukuan usaha. Namun pada kenyataannya hanya sebagian kecil saja mitra binaan yang membuat pembukuan usaha. Pembuatan pembukuan usaha ini akan terkait dengan keberhasilan usaha mitra binaan karena tujuan membuat pembukuan ini adalah agar mitra binaan dapat mengatur keuangan usahanya dengan baik. Sementara itu, pameran-pameran

144 yang dilakukan memberi nilai tambah dengan banyaknya pesanan (order) produk karena melalui pameran ini produk mitra binaan bisa lebih dikenal luas. Sedangkan dari perusahaan sendiri, perusahaan belum bisa melakukan pelatihan teknis produksi terkait usaha kulit yang dijalankan mitra binaannya sebagaimana tercantum dalam Pedoman PKBL. Namun hal ini sebenarnya bisa dilakukan dengan melakukan koordinasi - sebagai mana tercantum dalam fungsi koordinasi program PKBL yaitu koordinasi dengan dinas Perindustrian dan Perdagangan yang memang mempunyai tugas, tenaga dan perlengkapan dalam membina usaha kulit. 3. Monitoring dan evaluasi Dari hasil penelitian terlihat bahwa monitoring dan evaluasi hanya dilakukan terhadap mitra binaan yang mengalami kredit macet. Ini menyebabkan mitra binaan memandang petugas Program Kemitraan sebagai debt collector atau penarik pinjaman kredit dari pada sebagai pembina dari mitra binaan. Keadaan ini mengakibatkan hubungan/komunikasi antara mitra binaan dan petugas Program Kemitraan menjadi kurang baik. Hal ini berpengaruh terhadap jalannya usaha mitra binaan. Komunikasi antara mitra binaan dan petugas Program Kemitraan perlu tetap dipelihara karena ini juga terkait dengan pinjaman yang harus dikembalikan oleh mitra binaan. Jika usaha mitra binaan berjalan baik tentu mitra binaan dapat mengembalikan pinjamannya dengan lancar. Secara umum, kegiatan yang dilakukan mitra binaan dalam Program Kemitraan ini jika dikaitkan dengan konsep pemberdayaan dan partisipasi yang digunakan dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Partisipasi masyarakat (usaha kecil) dalam Program Kemitraan ini dimulai dengan melakukan assessment dan perencanaan. Hal itu karena assessment dan perencanaan sudah menjadi kewajiban bila ingin mendapat bantuan pinjaman dana dari Program Kemitraan yang sudah terangkum dalam bentuk proposal pinjaman. Di sini calon mitra binaan mengidentifikasi sendiri kebutuhan dan sumber-sumber daya yang dimiliki. Dari hasil identifikasi ini, calon mitra binaan membuat perencanaan kegiatan dari usaha yang akan

145 dijalankan (seperti target produksi, penambahan tenaga kerja, peningkatan pemasaran termasuk laba usaha). Assessment dan perencanaan ini mampu menumbuhkan kesadaran dan pemahaman terhadap kekuatan dan kelemahan yang mereka miliki sehingga dapat menjadi antisipasi dan pendorong untuk berusaha lebih giat lagi. 2. Untuk bentuk-bentuk kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanaan Program Kemitraan seperti pelatihan manajemen dan pameran, partisipasi mitra binaan hanya sebagai alat untuk mencapai tujuan (partisipasi instrumen). Yaitu, dengan memberikan pemahaman tentang cara-cara menjalankan usaha dan memasarkan produk mitra binaan. Namun, partisipasi ini belum mampu menghasilkan pemberdayaan (partisipasi transformasional) yang dapat meningkatkan kapasitas mitra binaan dalam menjalankan usahanya. Hal ini bisa dilihat dari masih sedikitnya mitra binaan yang membuat pembukuan usaha meski sudah ada pelatihan untuk itu dan mengetahui manfaat membuat pembukuan usaha. Selain itu, adalah adanya ketergantungan pada pengaruh atau peran petugas Program Kemitraan terhadap keberhasilan usaha mitra binaan seperti mencarikan pemasaran dan aktifnya paguyuban sebagai wadah untuk saling berbagi, saling membantu serta bertukar pengalaman. 3. Monitoring dan evaluasi yang dilakukan Program Kemitraan belum menjadi feed back untuk perbaikan program yang mampu menggali permasalahan pelaksanaan Program Kemitraan dan permasalahan usaha mitra binaan. Pada kenyataannya, monitoring/evaluasi hanya menjadi sarana bagi petugas Program Kemitraan untuk menagih cicilan pinjaman dari pada melakukan fungsi pembinaan. Hal ini dirasakan mitra binaan sehingga menimbulkan citra buruk petugas Program Kemitraan di mata mitra binaan yang akhirnya berpengaruh terhadap komunikasi kedua belah pihak. Dalam pelaksanaan Program Kemitraan ini dijumpai beberapa faktor yang dapat mendorong dan menghambat partisipasi mitra binaan dalam pelaksanaan Program Kemitraan. Faktor-faktor yang mendorong partisipasi mitra binaan dalam Program Kemitraan ini adalah adanya keinginan untuk lebih mengembangkan usaha,

146 persyaratan yang mudah untuk mengikuti Program Kemitraan, dan adanya manfaat ketika mengikuti pelatihan manajemen atau pameran yaitu dapat menambah pengetahuan tentang cara menjalankan usaha dan memperluas pemasaran. Manfaat ini pada akhirnya berpengaruh pada kehidupan mitra binan seperti bisa mempunyai rumah lebih baik, mempunyai kendaraan dan memberi lapangan kerja bagi masyarakat sekitar. Sedangkan faktor pendorong partisipasi mitra binaan dari sisi perusahaan adalah pendekatan dan komunikasi yang baik dari petugas Program Kemitraan. Petugas Program Kemitraan terdahulu mempunyai pendekatan yang baik dengan mitra binaannya sehingga program berjalan lancar dan permasalahan/kebutuhan mitra binaan bisa terakomodasi namun di sisi lain hal ini menimbulkan dampak negatif yaitu munculnya ketergantungan dan tidak menumbuhkan pemberdayaan. Sebaliknya, ada pula beberapa faktor yang dapat menghambat partisipasi mitra binaan dalam Program Kemitraan ini. Hambatan dari mitra binaan adalah kurang baiknya hubungan/komunikasi antara mitra binaan dan petugas Program Kemitraan, mentalitas mitra binaan yang cenderung nrimo terhadap apa pun yang diberikan Program Kemitraan, pasif dan kurang inisiatif. Sedangkan dalam membuat pembukuan usaha, rendahnya partisipasi mitra binaan disebabkan karena kurangnya tenaga kerja karena kesibukan mitra binaan atau anggapan bahwa membuat pembukuan ini hanya bikin bingung, serta rendahnya pendidikan mitra binaan yang berpengaruh pada penyerapan materi ketika dilakukan pelatihan. Sedangkan faktor-faktor penghambat partisipasi mitra binaan dari sisi perusahaan adalah kurangnya petugas di Program Kemitraan, akibatnya pelaksanaan program lebih bersifat sentralistis (kurang mengakomodasi kebutuhan atau permasalahan mitra binaan), dan seringnya terjadi pergantian pekerja di Program Kemitraan (dan PKBL umumnya). Akibat seringnya terjadi pergantian petugas di Program Kemitraan ini menyebabkan kegiatan-kegiatan yang sudah direncanakan sebelumnya dengan petugas Program Kemitraan terdahulu tidak bisa terealisasi. Bagaimanapun akan membutuhkan cukup waktu untuk menjalin komunikasi/hubungan yang baik antara mitra binaan dan petugas Program Kemitraan.

147 B. SARAN Secara umum, Program Kemitraan telah memberi keuntungan berupa kemampuan finansial (keuntungan atau laba usaha) dan kemampuan non finansial (menambah pengetahuan dalam menjalankan usaha, memperluas pemasaran dan menyerap tenaga kerja) sehingga program ini perlu tetap dipertahankan. Namun berdasarkan hasil penelitian, ada bebarapa hal yang perlu mendapat perhatian yaitu: 1. Perlu dilakukan koordinasi dengan pemerintahan daerah setempat Koordinasi ini dilakukan untuk merekrut calon-calon usaha kecil yang ingin mendapatkan bantuan pinjaman dana untuk usaha. Koordinasi dengan pemerintahan daerah seperti RT, RW atau Kelurahan ini dimaksudkan agar bantuan-bantuan dari perusahaan ini lebih tepat sasaran dan tidak terjadi duplikasi bantuan. Koordinasi atau kerjasama juga perlu dilakukan untuk mengadakan pelatihan-pelatihan teknis yang dibutuhkan oleh perajin kulit yang belum dilakukan Program Kemitraan ini. Dalam hal ini, Dinas Industri dan perdagangan merupakan instansi yang mempunyai kewenangan, kemampuan dan sumber daya terkait pelatihan teknis untuk usaha-usaha kecil termasuk perajin kulit. 2. Mengaktifkan kembali paguyuban yang pernah ada Mengaktifkan kembali paguyuban sebagai wadah pertemuan dan komunikasi antara mitra binaan dan petugas Program Kemitraan, dan antar mitra binaan. Melalui paguyuban ini diharapkan tergali permasalahan yang muncul dalam pelaksanaan Program Kemitraan dan permasalahan terkait usaha yang dijalankan mitra binaan. Melalui paguyuban ini dirasakan lebih efektif untuk melakukan pembinaan (dibandingkan mengunjungi satu per satu mitra binaan dengan petugas Program Kemitraan yang terbatas) dan memberi peluang mitra binaan untuk mengutarakan aspirasi, masalah atau kebutuhan di antara mereka - apa lagi di Kota Wetan belum ada organisasi yang menampung aspirasi perajin/usaha kecil. Paguyuban ini diharapkan dapat menjadi solusi keterbatasan

148 jumlah petugas Program Kemitraan terutama dalam melakukan monitoring/evaluasi terhadap 501 mitra binaan yang ada (baik mitra binaan yang tidak mengalami kredit macet atau mitra binaan yang sedang mengalami masalah usaha). 3. Melakukan monitoring/evaluasi secara rutin Melakukan monitoring/evaluasi untuk melihat pelaksanaan Program Kemitraan, melihat perkembangan usaha dan kendala-kendala yang mungkin dihadapi mitra binaan dalam menjalankan usahanya. Monitoring/evaluasi ini jangan hanya sekedar melihat lancar atau tidaknya pembayaran cicilan pinjaman atau menjadi debt collector dengan menagih cicilan pinjaman. Dari hasil monitoring/evaluasi ini diharapkan menjadi acuan bagi perbaikan pelaksanaan Program Kemitraan untuk kepentingan perkembangan usaha mitra binaan. 4. Diperlukan tenaga yang kompeten dan profesional terutama yang terkait dengan profesi bagi program pengembangan masyarakat Program Kemitraan merupakan suatu program pengembangan masyarakat dan pemberdayaan masyarakat sehingga diperlukan tenaga pendampingan yang profesional. Hal ini karena Program Kemitraan tidak hanya bergelut pada masalah pinjam meminjam dana tetapi diperlukan pembinaan agar mitra binaan atau usaha kecil ini lebih mandiri dan tidak selalu bergantung pada bantuan pihak luar bahkan diharapkan bisa menjadi motor penggerak pemberdayaan masyarakat di lingkungannya.