LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITI UTAMA. IR. M. FERIZAL, M.Sc.

dokumen-dokumen yang mirip
PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI PROVINSI ACEH

Mengenal KRPL. Kawasan Rumah Pangan Lestari

KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL): Sebagai Solusi Pemantapan Ketahanan Pangan 1 Oleh: Handewi Purwati Saliem 2

TINJAUAN PUSTAKA. A. Lahan Pekarangan. Pekarangan merupakan sebidang tanah yang mempunyai batas-batas tertentu,

PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita

PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) SI KIB. Soli,loilo Ll* Xak"d hdrmi4&m1{

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KOTA KEDIRI

MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) KABUPATEN LUWU TIMUR

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA. ketidakmampuan untuk membeli pangan sesuai kebutuhan rumah tangga.

POLA PENATAAN LAHAN PEKARANGAN BAGI KELESTARIAN PANGAN DI DESA SEBORO KRAPYAK, KABUPATEN PURWOREJO

PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM DI PROVINSI BENGKULU

PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM DI PROVINSI BENGKULU

M-KRPL MENGHIAS RUMAH DENGAN SAYURAN DAN UMBI- UMBIAN, SEHAT DAN MENGUNTUNGKAN

Perkembangan m-krpl Di Kabupaten Dompu Dan Dukungan Penyuluh Pertanian Lapangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DAN PERKEMBANGANNYA DI SULAWESI TENGAH BPTP Sulawesi Tengah

KEGIATAN M-KRPL KABUPATEN BARRU

PROGRAM KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KELURAHAN PAAL V KOTA JAMBI MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI JAMBI PENDAHULUAN

Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan Melalui M-KRPL di Kabupaten Cianjur

MEMANFAATKAN PEKARANGAN PEROLEH RUPIAH

sebelumnya berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Selatan dan Dinas Pertanian, dan Peternakan berkunjung ke Desa Marga Kaya.

Penganekaragaman Konsumsi Pangan Proses pemilihan pangan yang dikonsumsi dengan tidak tergantung kepada satu jenis pangan, tetapi terhadap

KONTRIBUSI PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DALAM MENDUKUNG KESEJAHTERAAN MASYARAKAT:

PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI MENDUKUNG USAHA DIVERSIFIKASI PANGAN DI KABUPATEN SOPPENG

oleh : Haryono Kepala Badan Litbang Kementerian Pertanian

Oleh: Misran Khaidir Ahmadi Zarwan Aguswarman AN BALAI BESAR

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Provinsi Jawa Timur. Batas-batas wilayah Desa Banjarsari adalah: : Desa Purworejo, Kecamatan Pacitan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pulau Jawa, dan sebaliknya. Provinsi Lampung memiliki 12 kabupaten dan 2

POLA KONSUMSI PANGAN B2SA

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM UPAYA PENINGKATAN PANGAN DAN GIZI KELUARGA MELALUI RUMAH HIJAU DI KECAMATAN SUNGAI GELAM KABUPATEN MUARO JAMBI.

No. Kode: RDHP /022.E LAPORAN AKHIR MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI PROVINSI BENGKULU. Oleh : Umi Pudji Astuti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Buletin IKATAN Vol. 3 No. 1 Tahun

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Sosial, Budaya dan Ekonomi Masyarakat di Desa Kalimulyo

SELAYANG PANDANG. KILAS BALIK MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (m-krpl) PROVINSI BENGKULU

PERANAN PKK DALAM MENDUKUNG PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN SEBAGAI SUMBER GIZI KELUARGA. Oleh: TP. PKK KABUPATEN KARANGANYAR

PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG

Desy Nofriati, Defira Suci Gusfarina, Syafri Edi

Kontribusi Pemanfaatan Lahan Pekarangan terhadap Pemenuhan Gizi Keluarga dan Pengeluaran Pangan Rumah Tangga

STUDI EKONOMI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN MELALUI PENERAPAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI KOTA BENGKULU ABSTRAK PENDAHULUAN

Pekarangan Sebagai Pendongkrak Pendapatan Ibu Rumah Tangga di Kabupaten Boyolali

LAPORAN SPEKTRUM DISEMINASI MULTI CHANEL (SDMC) MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) BPTP BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN. dekade ini termasuk di Indonesia. Berdasar Undang-undang Nomor 18 tahun 2012

II. TINJAUAN PUSTAKA. usaha mencapai tujuan organisasi. Partisipasi menurut Kamus Besar Bahasa

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Manfaat Ruang Lingkup Penelitian... 9

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

POTENSI PERTANIAN PEKARANGAN*

DENAH LOKASI OBJEK OBJEK MODEL KRPL +++ Desa Kayen, Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.17 No.1 Tahun 2017

padi-padian, umbi-umbian, sayuran, buah-buahan, dan pangan dari hewani yaitu

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

TEKNOLOGI TEPAT GUNA UNTUK OPTIMALISASI PEKARANGAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LAPORAN AKHIR KEGIATAN PENDAMPINGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) DI PROPINSI ACEH

BADAN KETAHANAN PANGAN PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN Disampaikan pada : Pertemuan Sinkronisasi Kegiatan dengan Kabupaten/Kota

MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) KABUPATEN SIDRAP

MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (MKRPL) KABUPATEN TORAJA UTARA PENDAHULUAN

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG

IPTEKS BAGI WILAYAH (IbW) KOTA SUNGAI PENUH. Trias Novita, Hanibal dan M. Sugihartono Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis wilayah Kota Bandar Lampung berada antara 50º20 -

KERAGAAN HASIL IMPLEMENTASI MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KABUPATEN KENDAL (Studi Kasus di Desa Blimbing, Kecamatan Boja, Kebupaten Kendal)

SINKRONISASI OPERASIONAL KEGIATAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TENGAH TA. 2017

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 16 TAHUN 2011

PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON Volume 1, Nomor 2, April 2015 ISSN:

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

BUPATI KUDUS. PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 Tahun 2010 TENTANG

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RODHP) MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI BENGKULU TA 2012

KAJIAN USAHA PENGOLAHAN HASIL SAYURAN PRODUKSI MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (MKRPL) KABUPATEN BOYOLALI

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN. Pertanian. Konsumsi Pangan. Sumber Daya Lokal.

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

4. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

Batas-batas Desa Pasir Jambu adalah sebagai berikut:

PROGRAM DAN KEGIATAN BIDANG KONSUMSI DAN PENGANEKARAGAMAN PANGAN TAHUN 2017

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 71 TAHUN 2009 TENTANG

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PANEN RAYA PADI DI DESA SENAKIN KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS PADI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

BAB I PENDAHULUAN. dengan Presiden Republik Indonesia pada tahun , yang bertujuan untuk

I.PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

Analisis Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Perkotaan Dalam Mewujudkan Diversifikasi Konsumsi Pangan (Studi Kasus di Kota Bandar Lampung)

LAMPIRAN PERJANJIAN KINERJA NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SATUAN TARGET PROGRAM KEGIATAN ALOKASI ANGGARAN (RP)

I. PENDAHULUAN. menduduki posisi yang sangat vital (Mardikanto,1993). Sector pertanian

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2011 DAMPAK PROGRAM KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI TERHADAP KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA DAN PENGEMBANGAN EKONOMI DI PERDESAAN

32,1,30,3,28,5,26,7,24,9,22,11,20,13,18,15 2,31,4,29,6,27,8,25,10,23,12,21,14,19,16,17

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TABEL T-VI.C.10 RUMUSAN RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN SKPD TAHUN 2016 DAN PRAKIRAAN MAJU TAHUN... PEMERINTAH KABUPATEN PRABUMULIH

POTENSI DAN PROSPEK PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

A. Realisasi Keuangan

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI

Transkripsi:

LAPORAN AKHIR TAHUN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI PROVINSI ACEH PENELITI UTAMA IR. M. FERIZAL, M.Sc. BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEH BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012

KATA PENGANTAR Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh pada tahun 2012 ditugaskan untuk membangun Model Kawasan Rumah Pangan Lestari sebagai tindak lanjut dari program Kementerian Pertanian dalam pengembangan pemikiran dan konsep bagi optimalisasi pemanfaatan pekarangan, utamanya melalui pemanfaatan berbagai inovasi yang telah dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian dan lembaga penelitian lainnya. BPTP Aceh berperan dalam mendorong upaya optimalisasi pemanfaatann pekarangan adalah melalui dukungan inovasi teknologi dan bimbingan teknis, serta mewujudkannya dalam pengembangan Model KRPL di Provinsi Aceh. Laporan kegiatan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban atas pelaksanaan kegiatan dan juga sebagai bahan bagi penyebarluasan informasi atas capaian-capaian yang telah dapat dilaksanakan dalam kurun waktu satu tahun pada kegiatan pengembangan model KRPL di Provinsi Aceh. Semoga Laporan ini dapat menjadi kilas balik dan bahan pertimbangan dalam perumusan, perencanaan, serta pelaksanaan kegiatan serupa pada masa-masa selanjutnya. Penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan memberi partisipasi positif baik selama pelaksanaan kegiatan maupun dalam penyuusan laporan ini. Banda Aceh, Desember 2012 Penanggung jawab Kegiatan, Ir. M. Ferizal, M.Sc. NIP. 19650219 199103 1 002 i

RINGKASAN Pada tahun 2012 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh membangun 8 (delapan) unit Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M -KRPL) yang berlokasi di delapan kabupaten/kota, dimana di setiap kabupaten/kota dibentuk 1 (satu) kelompok KRPL dan di setiap unit KRPL dibangun Kebun Bibit Desa (KBD). Tujuan kegiatan adalah (1) Meningkatkan keterampilan keluarga dan masyarakat dalam pemanfaatan lahan pekarangan di perkotaan maupun pedesaan untuk budidaya tanaman pangan, buah, sayuran dan tanaman obat keluarga (toga), pemeliharaan ternak dan ikan, pengolahan hasil serta pengolahan limbah rumah tangga menjadi kompos; (2) Memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga dan masyarakat secara lestari dalam suatu kawasan; dan (3) Mengembangkan kegiatan ekonomi produktif keluarga dan menciptakan lingkungan hijau yang bersih dan sehat secara mandiri. Kegiatan yang telah dilaksanakan antara lain: survey pendahuluan, sosialisasi program, pelatihan teknis budidaya dan pengolahan hasil, pembangunan Kebun Bibit Desa (KBD), pembinaan penguatan kelembagaan, pemanfaatan lahan pekarangan dengan tanaman sayuran, tanaman obat, dan buah pada media tanah bedengan, rak vertikultur (polibag dan ba mbu), kolam ikan dan teknak itik. Penerapan M-KRPL pada rumah tangga peserta telah dapat meningkatkan skor Pola Pangan Harapan (PPH) rumah tangga peserta, melalui penganekaragaman konsumsi keluarga terutama sayuran dan protein hewani serta tidak hanya tergantung pada konsumsi beras. Kegiatan M-KRPL mendapat respon yang positif dari Pemerintah Daerah dan masyarakat. Pemerintah Daerah berkomitmen akan mereplikasi KRPL di wilayah lainnya pada masing-masing kabupaten/kota. Masyarakat memiliki antusias yang tinggi untuk mengembangkan KRPL secara swadaya. Kata Kunci : rumah pangan, pekarangan, kebun bibit desa, dan vertikultur. ii

DAFTAR ISI Hal HALAMAN PENGESAHAN... i KATA PENGANTAR... ii RINGKASAN... iii DAFTAR ISI... iv I. PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Tujuan... 3 1.3. Keluaran yang diharapkan... 3 1.4. Hasil Yang Diharapkan... 4 1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak... 4 II. TINJAUAN PUSTAKA... 5 III. PROSEDUR... 6 3.1. Ruang Lingkup Kegiatan... 6 3.2. Pendekatan... 6 3.3. Pemilihan Lokasi... 8 3.4. Tahapan Pengembangan... 9 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 14 4.1. Hasil... 14 4.2. Pembahasan... 15 V. KESIMPULAN DAN SARAN... 22 5.1. Kesimpulan... 22 5.2. Saran... 22 VI. Kinerja Hasil Kegiatan... 23 DAFTAR PUSTAKA... 24 LAMPIRAN... 24 iii

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesadaran tentang pentingnya upaya diversifikasi pangan telah lama dilaksanakan di Indonesia, namun demikian hasil yang dicapai belum seperti yang diharapkan. Kebijakan diversifikasi pangan diawali dari Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 14 tahun 1974 tentang Upaya Perbaikan Menu Makanan Rakyat (UPMMR), dengan menggalakkan produksi telo, Kacang dan Jagung yang dikenal dengan Tekad, sampai yang terakhir adanya Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal. Walaupun telah berbagai upaya telah dilakukan pemerintah dan berbagai kalangan terkait, namun pada kenyataannya tingkat konsumsi masyarakat masih bertumpu pada pangan utama beras. Hal itu diindikasikan oleh skor Pola Pangan Harapan (PPH) yang belum sesuai harapan, dan belum optimalnya pemanfaatan sumber bahan pangan lokal dalam mendukung penganekaragaman konsumsi pangan (BKP, 2010). Dikaitkan dengan potensi yang ada, Indonesia memiliki sumber daya hayati yang sangat kaya. Ironisnya, tingkat konsumsi sebagian penduduk Indonesia masih dibawah anjuran pemenuhan gizi. Oleh karena itu salah satu upaya untuk meningkatkan ketahanan pangan dan gizi keluarga dapat dilakukan melalui pemanfaatan sumberdaya yang tersedia maupun yang dapat disediakan di lingkungannya. Upaya tersebut dapat dilakukan melalui pemanfaatan lahan pekarangan yang dikelola oleh rumah tangga. Ketersediaan jenis pangan dan rempah yang beraneka ragam terbentang dari wilayah Sabang sampai Merauke. Berbagai jenis tanaman pangan seperti padipadian, umbi-umbian, kacang-kacangan, sayur, buah, dan pangan dari hewani banyak kita jumpai. Demikian pula berbagai jenis tanaman rempah dan obat-obatan dapat tumbuh dan berkembang dengan mudah di wilayah kita ini. Namun demikian realisasi konsumsi masyarakat masih dibawah anjuran pemenuhan gizi. Oleh karena itu salah satu upaya untuk meningkatkan ketahanan pangan keluarga dan gizi 1

masyarakat harus diawali dari pemanfaatkan sumberdaya yang tersedia maupun yang dapat disediakan di lingkungannya. Upaya tersebut ialah memanfaatkan pekarangan yang dikelola oleh keluarga. Lahan pekarangan memiliki fungsi multiguna, karena dari lahan yang relatif sempit ini, bisa menghasilkan bahan pangan seperti umbi-umbian, sayuran, buahbuahan; bahan tanaman rempah dan obat, bahan kerajinan tangan; serta bahan pangan hewani yang berasal dari unggas, ternak kecil maupun ikan. Manfaat yang akan diperoleh dari pengelolaan pekarangan antara lain dapat memenuhi kebutuhan konsumsi dan gizi keluarga, menghemat pengeluaran, dan juga dapat memberikan tambahan pendapatan bagi keluarga. Kementerian Pertanian melihat potensi lahan pekarangan ini sebagai salah satu pilar yang dapat diupayakan untuk mewujudkan kesejahteraan keluarga, baik bagi rumah tangga di pedesaan maupun di perkotaan. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian mengembangakan konsep KRPL. Untuk mewujudkan gagasan tersebut di tingkat lapangan di daerah, maka setiap Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) di masing-masing provinsi ditugaskan melaksanakan pembangunan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M- KRPL). Sasaran yang ingin dicapai dari Model KRPL ini adalah berkembangnya kemampuan keluarga dan masyarakat secara ekonomi dan sosial dalam memenuhi kebutuhan pangan dan gizi secara lestari, menuju keluarga dan masyarakat yang sejahtera (Kementerian Pertanian, 2011). Melalui pengembangan KRPL tersebut ditargetkan skor Pola Pangan Harapan (PPH) masyarakat meningkat dari 65,6 persen menjadi lebih dari 90 persen dan pengeluaran pangan keluarga menurun menjadi 50-55 persen. Dalam masyarakat perdesaan, pemanfaatan lahan pekarangan untuk ditanami tanaman kebutuhan keluarga sudah berlangsung dalam waktu yang lama dan masih berkembang hingga sekarang meski dijumpai berbagai pergeseran. Komitmen pemerintah untuk melibatkan rumah tangga dalam mewujudkan kemandirian pangan perlu diaktualisasikan dalam menggerakkan lagi budaya menanam di lahan pekarangan, baik di perkotaan maupun di pedesaan. 2

1.2. Tujuan Tujuan umum pengembangan Model KRPL di Provinsi Aceh antara lain: 1. Meningkatkan keterampilan keluarga dan masyarakat dalam pemanfaatan lahan pekarangan di perkotaan maupun pedesaan untuk budidaya tanaman pangan, buah, sayuran dan tanaman obat keluarga (toga), pemeliharaan ternak dan ikan, pengolahan hasil serta pengolahan limbah rumah tangga menjadi kompos. 2. Memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga dan masyarakat secara lestari dalam suatu kawasan. 3. Mengembangkan kegiatan ekonomi produktif keluarga dan menciptakan lingkungan hijau yang bersih dan sehat secara mandiri. Tujuan tahunan pengembangan Model KRPL di Provinsi Aceh adalah: 1. Membangun unit percontohan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) di delapan kabupaten/kota di Provinsi Aceh. 2. Membangun jejaring kerjasama dengan Pemerintah Daerah, swasta, dan organisasi masyarakat lainnya dalam pengembangan pemanfaatan lahan pekarangan menggunakan pola KRPL. 1.3. Keluaran Yang Diharapkan Keluaran jangka panjang kegiatan M-KRPL adalah: 1. Meningkatnya keterampilan keluarga dan masyarakat dalam pemanfaatan lahan pekarangan di perkotaan maupun pedesaan untuk budidaya tanaman pangan, buah, sayuran dan tanaman obat keluarga (toga), pemeliharaan ternak dan ikan, pengolahan hasil serta pengolahan limbah rumah tangga menjadi kompos.peningkatan adopsi teknologi anjuran tepat guna 2. Terpenuhinya kebutuhan pangan dan gizi keluarga dan masyarakat secara lestari dalam suatu kawasan. 3. Berkembangnya kegiatan ekonomi produktif keluarga dan menciptakan lingkungan hijau yang bersih dan sehat secara mandiri. Keluaran tahunan kegiatan M-KRPL adalah: 3

1. Terbangunnya unit percontohan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M - KRPL) di delapan kabupaten/kota di Provinsi Aceh. 2. Terbangunnya jejaring kerjasama dengan Pemerintah Daerah, swasta, dan organisasi masyarakat lainnya dalam pengembangan pemanfaatan lahan pekarangan menggunakan pola KRPL 1.4. Hasil yang Diharapkan 1. Penerapan M-KRPL pada rumah tangga peserta diharapkan dapat meningkatkan skor Pola Pangan Harapan (PPH) rumah tangga peserta, melalui penganekaragaman konsumsi keluarga terutama sayuran dan protein hewani serta tidak hanya tergantung pada konsumsi beras. 2. Kegiatan M-KRPL yang dilaksanakan oleh BPTP Aceh diharapkan akan terus dikembangkan dan discaling-up oleh Pemda dan pihak lainnya melalui dana APBD maupun dari dukungan APDN melalui kegiatan-kegiatan sejenis baik dari Kementerian Pertanian maupun Kementerian lainnya. 1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak 1. Berkembangnya kemampuan keluarga dan masyarakat secara ekonomi dan sosial, dalam memenuhi kebutuhan pangan dan gizi secara lestari, menuju keluarga dan masyarakat yang mandiri dan sejahtera melalui pemanfaatan lahan pekarangan. 2. Peningkatan ekonomi keluarga dapat terjadi dengan jalan mengurangi pengeluaran untuk biaya kebutuhan pangan maupun dengan peningkatan pendapatan dari hasil penjualan produksi pertanian yang berasal dari lahan pekarangan. 4

II. TINJAUAN PUSTAKA Berdasarkan pemikiran bahwa dalam mewujudkan ketahanan dan kemandirian pangan nasional harus dimulai dari rumah tangga, maka pemanfaatan lahan pekarangan untuk pengembangan pangan rumah tangga merupakan salah satu alternatif untuk mewujudkan kemandirian pangan rumah tangga. Pemanfaatan lahan pekarangan untuk ditanami tanaman kebutuhan keluarga sudah dilakukan masyarakat sejak lama dan terus berlangsung hingga sekarang namun belum dirancang dengan baik dan sistematis pengembangannya terutama dalam menjaga kelestarian sumberdaya. Oleh karena itu, komitmen pemerintah untuk melibatkan rumah tangga dalam mewujudkan kemandirian pangan melalui diversifikasi pangan berbasis sumberdaya lokal, dan konservasi tanaman pangan untuk masa depan perlu diaktualisasikan dalam menggerakkan kembali budaya menanam di lahan pekarangan, baik di perkotaan maupun di perdesaan. Kementerian Pertanian menyusun suatu konsep yang disebut dengan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (Model KRPL) yang merupakan himpunan dari Rumah Pangan Lestari (RPL) yaitu rumah tangga dengan prinsip pemanfaatan pekarangan yang ramah lingkungan dan dirancang untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga, diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal, pelestarian tanaman pangan untuk masa depan,serta peningkatan pendapatan yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk menjaga keberlanjutannya, pemanfaatan pekarangan dalam konsep Model KRPL dilengkapi dengan kelembagaan Kebun Bibit Desa, unit pengolahan serta pemasaran untuk penyelamatan hasil yang melimpah (Kementerian Pertanian, 2011). 5

III. PROSEDUR 3.1. Ruang Lingkup Kegiatan a. Kegiatan ini terdiri dari beberapa tahapan antara tahapan kegiatan persiapan, pelaksanaan, pengumpulan data, monitoring dan evaluasi serta pelaporan. Kooperator dalam pelaksanaan pengembangan model KRPL adalah kelompok tani, kelompok wanita tani (KWT), dan seluruh masyarakat desa/kota yang tergabung dalam desa/kota KRPL. b. Pelaksanaan: Pembangunan model KRPL di Provinsi Aceh akan dilaksanakan di 8 kabupaten/kota, di masing-masing kabupaten/kota akan dipilih dua desa/kelurahan binaan. c. Monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan d. Pelaporan. 3.2. Pendekatan Untuk merencanakan dan melaksanakan pengembangan Model KRPL, dibutuhkan 9 (sembilan) tahapan kegiatan seperti telah dituangkan dalam Pedoman Umum Model KRPL (Kementerian Pertanian, 2011), yaitu: a. Persiapan: (1) Pengumpulan informasi awal tentang potensi sumberdaya, lokasi dan kelompok sasaran, (2) Pertemuan dengan dinas terkait untuk mencari kesepakatan dalam penentuan calon kelompok sasaran dan lokasi, (3) koordinasi dengan Dinas pertanian dan dinas terkait lainnya di kabupaten/kota, (4) Memilih pendamping yang menguasai teknik pemberdayaan masyarakat sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. b. Pembentukan Kelompok: Kelompok sasaran adalah rumahtangga atau kelompok rumahtangga dalam satu Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga (RW) atau satu dusun/kampung. Pendekatan yang digunakan adalah partisipatif, dengan melibatkan kelompok sasaran, tokoh masyarakat, dan perangkat desa. Kelompok dibentuk dari, oleh, dan untuk kepentingan para anggota kelompok 6

itu sendiri. Dengan cara berkelompok akan tumbuh kekuatan beriinisiatif dari para anggota dengan prinsip keserasian, kebersamaan dan kepemimpinan dari mereka sendiri. c. Sosialisasi: Menyampaikan maksud dan tujuan kegiatan dan membuat kesepakatan awal untuk rencana tindak lanjut yang akan dilakukan. Kegiatan sosialisasi dilakukan pada kelompok sasaran dan pemuka masyarakat serta petugas pelaksana dari instansi terkait. d. Penguatan Kelembagaan Kelompok: Dilakukan untuk meningkatkan kemampuan kelompok: (1) Mengambil keputusan bersama melalui musyawarah; (2) Menaati keputusan yang telah ditetapkan bersama; (3) Memperoleh dan memanfaatkan informasi; (4) Bekerjasama dalam kelompok (sifat kegotong-royongan); dan (5) Bekerjasama dengan aparat maupun dengan kelompok-kelompok masyarakat lainnya. e. Perencanaan Kegiatan: Melakukan perencanaan/rancang bangun pemanfaatan lahan pekarangan dengan menanam berbagai tanaman pangan, sayuran dan obat jeluarga, ikan dan ternak, diversifikasi pangan berbasis sumberdaya lokal, pelestarian tanaman pangan untuk masa depan, kebun bibit desa, serta pengelolaan limbah rumah tangga. Selain itu, dilakukan juga penyusunan rencana kerja untuk satu tahun. Kegiatan ini dilakukan bersamasama dengan kelompok dan instansi terkait. f. Pelatihan: Pelatihan dilakukan sebelum pelaksanaan di lapang. Jenis pelatihan yang dilakukan diantaranya: teknik budidaya tanaman pangan, buah dan sayuran, toga, teknik budidaya ikan dan ternak, perbenihan dan pembibitan, pengolahan hasil dan pemasaran serta teknologi pengelolaan limbah rumah tangga. Jenis pelatihan lainnya adalah tentang penguatan kelompok. g. Pelaksanaan: Pelaksanaan kegiatan dilakukan oleh kelompok dengan pengawalan teknologi oleh peneliti dan pendampingan antara lain oleh Penyuluh dan Petani Andalan. Secara bertahap, pelaksanaan kegiatan ini diarahkan untuk menuju pada pencapaian kemandirian pangan rumah tangga, diversifikasi 7

pangan berbasis sumberdaya lokal, konservasi tanaman pangan untuk masa depan, pengelolaan kebun bibit desa, dan peningkatan kesejahteraan. h. Pembiayaan: Bersumber dari kelompok, masyarakat, partisipasi pemerintah daerah dan pusat, perguruan tinggi, Lembaga Swadaya Masyarakat, swasta dan dana lain yang tidak mengikat. i. Monitoring dan Evaluasi: Dilaksanakan untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan kegiatan kawasan, dan menilai kesesuaian kegiatan yang telah dilaksanakan dengan perencanaan. Evaluator dapat dibentuk oleh kelompok. Evaluator dapat juga berfungsi sebagai motivator bagi pengurus, anggota kelompok dalam meningkatkan pemahaman yang berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya yang tersedia di lingkungannya agar berlangsung lestari. 3.3 Pemilihan Lokasi Model KRPL dapat diterapkan pada suatu satuan komunitas yang mencakup luasan satu dusun dalam satu desa ataupun satu desa secara keseluruhan yang berada di daerah pedesaan atau perkotaan. Skala luasnya model KRPL tergantung pada ketersedian sumberdaya yang ada, baik sumberdaya alam (lahan pekarangan), sumberdaya manusia sebagai pelaksana (rumah tangga dan tenaga pendamping), dan sumberdaya keuangan untuk pembiayaan awal pengembangan KRPL. Lokasi pengembangan Model KRPL Provinsi Aceh pada tahun 2012 terdapat di delapan kabupaten/kota. Pada masing-masing kabupaten/kota dibangun satu unit model KRPL. Pemilihan lokasi didasarkan pada kesesuaian model yang akan dikembangkan dengan potensi lahan pekarangan yang tersedia, minat dan partisipasi masyarakat lokal dalam pemanfaatan pekarangan, serta ketersediaan sarana dan prasarana penunjang seperti akses informasi, komunikasi, dan transportasi. 8

Tabel 1. Nama kabupaten/kota lokasi M-KRPL di Provinsi Aceh Tahun 2012 No Kabupaten/Kota Tipe M-KRPL 1. Aceh Besar Perdesaan 2. Aceh Jaya Perdesaan 3. Aceh Barat Perdesaan 4. Banda Aceh Perkotaan 5. Aceh Utara Perdesaan 6. Pidie Perdesaan 7. Pidie Jaya Perdesaan 8. Langsa Perkotaan 3.4 Tahapan Pengembangan Setelah lokasi desa untuk model pengembangan Kawasan Rumah Pangan ditentukan, selanjutnya dilakukan survey rumah tangga calon peserta program KRPL dengan menggunakan metode Participatory Rural Appraisal (PRA) untuk mendapatkan informasi tentang karakteristik desa dan masyarakatnya. Data-data yang dihimpun terdiri dari data penduduk, lahan, sarana dan prasarana, dan kondisi sosial ekonomi lainnya, termasuk pemetaan desa. Berdasarkan data-data hasil survey tersebut maka akan dapat dianalisa potensi-potensi dan hambatan yang ada di desa tersebut dari berbagai aspek untuk menyusun strategi pembangunan, khususnya dalam pemanfaatan lahan pekarangan. Data-data tersebut dapat juga dimanfaatkan sebagai database untuk dasar penyusunan program-program pembangunan lainnya. Rumah tangga yang termasuk dalam wilayah KRPL tersebut dihimpun dalam satu unit kelompok KRPL. Kepala keluarga dalam kelompok tersebut digolongkan menjadi 4 strata, yaitu: (1) pekarangan sangat sempit (tanpa halaman), (2) pekarangan sempit (< 12 0 m2), (3) pekarangan sedang (120-400 m2), dan (4) pekarangan luas (> 400 m2). Pada masing-masing strata akan diperkenalkan paket pemanfaatan pekarangan secara insentsif yang sesuai dengan potensi dan keterbatasan yang dimiliki seperti disajikan pada Tabel 2. 9

Teknologi budidaya yang diperkenalkan adalah teknik-teknik budidaya yang sudah menganut prinsip-prinsip Good Agriculture Practices (GAP) dan Good Harvest Practices (GHP). Dengan demikian produk pertanian rumah tangga yang dihasilkan akan memiliki nilai tambah yang lebih baik dibandingkan cara-cara budidaya konvensional, baik dari segi kuntitas produksi maupun kualitas kesehatan. Penataan tanaman pada KRPL didasarkan pada prinsip konservasi dan diversifikasi pangan berbasis sumberdaya lokal, terutama untuk pemenuhan kebutuhan rumah tangga dan dipasarkan jika terdapat hasil lebih. Pemanfaatan limbah rumah tangga dan pertanian juga akan diterapkan dengan mengajarkan kepada rumah tangga peserta tentang pengolahan dan pembuatan kompos. Untuk melestarikan KRPL, para petugas lapangan setempat dan ketua kelompok agar sejak awal dilibatkan secara aktif mulai perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kegiatan. Diharapkan keterlibatan ini akan memudahkan proses keberlanjutan dan kemandiriannya. Keberlanjutan pengembangan rumah pangan lestari dapat diwujudkan melalui pengaturan pola dan rotasi tanaman termasuk sistem integrasi tanamanternak dan model diversifikasi yang tepat sehingga dapat memenuhi pola pangan harapan dan memberikan kontribusi pendapatan keluarga. Untuk menjaga keberlanjutannya, pemanfaatan pekarangan dalam konsep model KRPL dilengkapi dengan dengan kelembagaan Kebun Bibit Desa (KBD) dan unit pengolahan serta pemasaran untuk penyelamatan hasil yang melimpah. Kebun Bibit Desa dibangun dan dikelola secara baik di setiap unit KRPL. KBD yang dikelola oleh kelompok berfungsi sebagai penyedia benih/bibit untuk rumah tangga yang membutuhkan sehingga selalu tersedia benih/bibit yang murah dan sesuai kebutuhan. Disamping itu juga dilestarikannya bibit plasmanutfah lokal. Unit-unit pengolahan dan pemasaran berfungsi untuk menciptakan nilai tambah produk olahan yang memiliki nilai ekonomi lebih tinggi daripada bahan segarnya, menambah lapangan kerja, dan menambah pendapatan rumah tangga. Unit pengolahan tersebut seperti pembuatan tepung berbahan baku beras, ubi kayu, dan jagung; pengolahan kedelai untuk susu dan tempe; pembuatan keripik dari pisang, talas, ubi kayu, dll). Oleh karena itu, pelatihan-pelatihan juga akan 10

dilaksanakan di desa lokasi KRPL dengan peserta terdiri dari rumah tangga-rumah tangga pengrajin, ibu-ibu anggota PKK, dan kelompok-kelompok usaha lainnya. Tabel 2. Basis komoditas dan model budidaya rumah pangan lestari menurut kelompok lahan Pekarangan Perdesaan No. Kelompok Lahan Model Budidaya Basis Komoditas 1. Pekarangan sangat sempit (tanpa halaman) Vertikultur (model gantung, tempel, tegak, rak) Sayuran: Sawi, kucai, pakcoi, kangkung, bayam, kemangi, caisim, seledri. Selada bokor, bawang daun Toga: kencur, jahe merah, sirih, daun jinten, sambiloto, antanan, gempur batu Pot/polibag Benih/bibit Sayuran: cabai,terong, tomat, mentimun Toga: jahe, kencur, kunyit, temulawak, kumis kucing, sirih hijau/merah, pegagan, lidah buaya, sambiloto 2. Pekarangan sempit (<120 m2) Vertikultur (model gantung, tempel, tegak, rak) Sayuran: Sawi, kucai, pakcoi, kangkung, bayam, kemangi, caisim, seledri. Selada bokor Toga: kencur, jahe merah, sirih, daun jinten, sambiloto, antanan, gempur batu Pot/polibag/ tanam langsung Benih/bibit Pelestarian tanaman pangan Sayuran: cabai, kenikir, terong, tomat, kecipir, kacang panjang, buncis tegak, buncis rambat Toga: jahe, kencur, kunyit, temulawak, kumis kucing, sirih hijau/merah, pegagan, lidah buaya, sambiloto Buah: pepaya, jeruk nipis, jambu Tanaman pangan: talas, ubijalar, ubikayu, ubikelapa, garut, ganyong, jagung, atau tanaman lokal lainnya. Kandang Ternak ayam buras Kolam terpal Pemeliharaan ikan 11

No. Kelompok Lahan Model Budidaya Basis Komoditas 3. Pekarangan sedang (120-400 m2) Pot/polibag/ tanam langsung Sayuran: cabai, sawi, kenikir, terong, tomat, bayam, kangkung, kacang panjang, kecipir Toga: jahe, kencur, lengkuas, kunyit, temulawak, sirih Kandang Ternak kambing, domba dan/ atau ayam buras Kolam Pemeliharaan ikan atau lele: lele/nila/gurame Bedengan, surjan, multistrata Intensifikasi pekarangan: Sayuran/buah/umbi/kacang-kacangan Multistrata Intensifikasi pagar: kaliandra, dadap, gliriside, rumput, garut, talas, pisang, nenas, melinjo, ganyong, garut. 4. Pekarangan luas (>400 m2) Bedengan, pot/polibag Sayuran: cabai, sawi, kenikir, terong, tomat, bayam, kangkung, kacang panjang, kecipir, buncis tegak & rambat Bedengan, pot/polibag Toga: jahe, kencur, lengkuas, kunyit, temulawak, kumis kucing, sirih hijau/merah, pegagan, lidah buaya, sambiloto Kandang Ternak kambing, domba dan/ atau ayam buras Kolam Pemeliharaan ikan atau lele: lele/nila/gurame Bedengan, surjan, multistrata Benih/bibit Intensifikasi pekarangan: Sayuran/buah/umbi/kacang-kacangan Multistrata Intensifikasi pagar: kaliandra, dadap, gliriside, rumput, garut, talas, pisang, nenas, melinjo, ganyong, garut. 12

No. Kelompok Lahan Model Budidaya Basis Komoditas 5. Intensifikasi pagar jalan Multistrata Tanaman buah, tanaman hijauan makanan ternak 6. Intensifikasi halaman kantor desa, sekolah, dan fasilitas umum lainnya Pot, bedengan, tanam langsung Tanaman sayuran Tanaman buah Tanaman pagar multistrata 7. Kebun Bibit Desa Pot, rak, bedengan Tanaman sayuran Tanaman pangan 8. Pelestarian tanaman pangan lokal untuk masa depan Bedengan Tanaman pangan lokal: aneka umbi (ubi gembili, dll), aneka talas, suweg, aneka jenis jagung dan serealia (sorgum, jewawut, hotong, dll) 13

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Tahapan pelaksanaan kegiatan Pengembangan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) di Provinsi Aceh yang telah diselesaikan antara lain: 1. Sosialisasi kegiatan kepada Pemerintah Daerah (Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian dan Ketahanan Pangan) tingkat kabupaten dan masyarakat sasaran. 2 Penentuan lokasi dan survey Participatory Rural Appraisal pada lokasi sasaran. 3. Persiapan pelaksanaan kegiatan, berupa penyusunan rencana kegiatan bersama kelompok masyarakat peserta kegiatan M-KRPL di lokasi masing-masing desa/kelurahan terpilih. 4. Pelatihan budidaya dan pengolahan hasil pertanian. 5. Pembangunan Kebun Bibit Desa (KBD) dimasing-masing lokasi. 6. Survey tingkat konsumsi pangan pada keluarga peserta KRPL. 7. Pelaksanaan budidaya tanaman sayuran, pangan, tanaman obat keluarga, dan pemeliharaan ternak/ikan di pekarangan rumah tangga peserta. Tabel 3. Lokasi M-KRPL di Provinsi Aceh tahun 2012. No. Kabupaten Tipe M-KRPL Kecamatan/ Desa 1. Aceh Besar Perdesaan Kec. Kota Baro Desa Meunasah Dayah 2. Pidie Perdesaan Kec. Peukan Baro Desa Balee Pineung 3. Pidie Jaya Perdesaan Kec. Meurah Dua Desa Meunasah Raya 4. Aceh Utara Perdesaan Kec. Lapang Desa Gelanggang Baro 5. Kota Langsa Perkotaan Kec. Langsa Baru Desa Karang Anyar 6. Kota Banda Aceh Perkotaan Kec. Kuta Alam Desa Bandar Baru 7. Aceh Jaya Perdesaan Kec. Krueng Sabee Desa Panggong 8. Aceh Barat Perdesaan Kec. Kawai XVI Desa Pasie Ara Koordinat (GPS) N: 05.33.0.43 E: 95 o 22.25.12' N: 05.18.430 E: 095.57.349 N: 05.14.0880 E: 096.15.742 N: 05.08.887 E: 097.17.328 N: 04.28.781 E: 097.56.684 N: 05.33.37.52 E: 095.19.53.92 N: 04.38.41.13 E: 095.39.18.17 N 04.17.58.5 E 096. 12.20.8 14

Tabel 4. Perkembangan jumlah rumah tangga peserta pada lokasi M-KRPL di Provinsi Aceh, 2012. No. Kabupaten/ Kota Desa/Kelurahan Tahun awal perkembangan Jumlah KK (KRPL) Awal Per 30 Des 2012 1. Bireuen Ds. Lipah Rayeuk 2011 35 50 2. Aceh Besar Ds. Meunasah Deyah 2012 20 31 3. Banda Aceh Kel. Bandar Baru 2012 5 6 4. Pidie Ds. Balee Pineung 2012 23 30 5. Pidie Jaya Ds. Meunasah Raya 6. Aceh Utara Ds. Gelanggang Baro 2012 20 20 2012 22 25 7. Langsa Kel. Karang Anyar 2012 23 23 8. Aceh Jaya Ds. Panggong 2012 20 20 9. Aceh Barat Ds. Pasie Ara 2012 38 45 Tabel 5. Perkembangan Skor Pola Pangan Harapan pada lokasi M-KRPL Aceh, 2012. No. Kabupaten/ Kota Desa/Kelurahan Tahun awal perkembangan Pola Pangan Harapan (PPH) Awal Per 30 Des 2012 1. Bireuen Ds. Lipah Rayeuk 2011 74 76 2. Aceh Besar Ds. Meunasah Deyah 2012 73 75 3. Banda Aceh Kel. Bandar Baru 2012 78 78 4. Pidie Ds. Balee Pineung 2012 73 75 5. Pidie Jaya Ds. Meunasah Raya 2012 71 73 6. Aceh Utara Ds. Gelanggang Baro 2012 71 71 7. Langsa Kel. Karang Anyar 2012 76 76 8. Aceh Jaya Ds. Panggong 2012 72 72 9. Aceh Barat Ds. Pasie Ara 2012 72 72 15

Tabel 6. Penghematan pengeluaran biaya konsumsi sayuran pada lokasi M-KRPL Aceh, 2012. No. Kabupaten/ Kota Desa/Kelurahan Tahun awal perkembangan Analisis Penghematan Pengeluaran (Rp/KK/bln) 1. Bireuen Ds. Lipah Rayeuk 2011 450.000,- 2. Aceh Besar Ds. Meunasah Deyah 2012 450.000,- 3. Banda Aceh Kel. Bandar Baru 2012 150.000,- 4. Pidie Ds. Balee Pineung 2012 300.000,- 5. Pidie Jaya Ds. Meunasah Raya 2012 250.000,- 6. Aceh Utara Ds. Gelanggang Baro 2012 150.000,- 7. Langsa Kel. Karang Anyar 2012 150.000,- 8. Aceh Jaya Ds. Panggong 2012 150.000,- 9. Aceh Barat Ds. Pasie Ara 2012 150.000,- 4.2. Pembahasan 1. Lokasi dan tipe M-KRPL 2. Perkembangan jumlah rumah tangga peserta 3. Peningkatan mutu konsumsi pangan keluarga 4. Nilai ekonomi pemanfaatan pekarangan 5. Replikasi KRPL oleh Pemerintah daerah 16

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan 1. Pengembangan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) di Propinsi Aceh pada tahun 2012 telah dilaksanakan di 8 (delapan) kabupaten kota, dimana di setiap kabupaten/kota dibentuk 1 (satu) kelompok KRPL dan di setiap unit KRPL dibangun Kebun Bibit Desa (KBD). 2. Penerapan M-KRPL pada rumah tangga peserta telah dapat meningkatkan skor Pola Pangan Harapan (PPH) rumah tangga peserta, melalui penganekaragaman konsumsi keluarga terutama sayuran dan protein hewani serta tidak hanya tergantung pada konsumsi beras. 3. Kegiatan M-KRPL mendapat respon yang positif dari Pemerintah Daerah dan masyarakat. Pemerintah Daerah berkomitmen akan mereplikasi KRPL di wilayah lainnya pada masing-masing kabupaten/kota. Masyarakat memiliki antusias yang tinggi untuk mengembangkan KRPL secara swadaya. 5.2. Saran Setiap penanggung jawab dan pelaksana di lapangan harus mampu dan bersedia menjadi tenaga pendamping bagi kegiatan replikasi KRPL yang akan dilaksanakan dan di danai oleh pemerintah daerah/kabupaten. 17

VI. KINERJA HASIL KEGIATAN Pelaksanaan Pengembangan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari di Provinsi Aceh pada umumnya berjalan mendekati baik, yang dimulai dari koordinasi Dinas/Instansi terkait baik di tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota, terutama dalam penentuan/penetapan lokasi. Di masing-masing lokasi telah dibangun Kebun Bibit Desa (KBD) yang berfungsi sebagai pemasok bibit untuk rumah tangga peserta. Rancang bangun KBD pada-masing-masing lokasi telah selesai dibangun dan berfungsi, tetapi masih harus terus perbaiki dan ditingkatkan agar sesuai perkembangan kebutuhan rumah tangga peserta. Anggota kelompok pada masing-masing lokasi tingkat perkembangannya sangat bervariasi. Pada sebagian besar kelompok KRPL jumlah anggota peserta tetap seperti saat dimulai, tetapi ada juga beberapa kelompok yang jumlah anggota pesertanya bertambah. Peningkatan jumlah peserta RPL pada satu kawasan merupakan partisipasi secara swadaya, yang menunjukkan dampak dari kegiatan pengembangan model KRPL yang telah dilakukan. Penerapan M-KRPL pada rumah tangga peserta telah dapat meningkatkan skor Pola Pangan Harapan (PPH) rumah tangga peserta dengan peningkatan 1-5 skor dari sebelumnya. Hal ini disebabkan telah terjadinya penganekaragaman konsumsi keluarga terutama sayuran dan protein hewani hasil dari pemanfaatan lahan pekarangan mereka. Kegiatan M-KRPL mendapat respon yang positif dari Pemerintah Daerah dan masyarakat. Pemerintah Daerah dimana kegiatan M-KRPL dilaksanakan berkomitmen akan mereplikasi KRPL di wilayah lainnya pada masing-masing kabupaten/kota dengan tetap menjalin kerjasama dengan BPTP Aceh sebagai tenaga konsultasi teknologi dan pendamping pelaksanaan di lapangan. 18

DAFTAR PUSTAKA Badan Ketahanan Pangan (BKP). 2010. Perkembangan Situasi Konsumsi Penduduk di Indonesia. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. 2011. Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari. Bogor. Handewi P. S. 2011. Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL): Sebagai Solusi Pemantapan Ketahanan Pangan. Makalah pada Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional (KIPNAS), Jakarta, 8-10 Nopember 2011. http://bengkulu.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=artic le&id=236:model-kawasan-rumah-pangan-lestari&catid=153:adhock&itemid=192 Model Kawasan Rumah Pangan Lestari. http://jambi.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=categor y&layout=blog&id=63&itemid=70. KRPL. http://www.litbang.deptan.go.id/berita/one/903/. di Pacitan http://www.litbang.deptan.go.id/berita/one/916/ Pangan Lestari di Pacitan. Kawasan Rumah Pangan Lestari Mentan Tinjau Kawasan Rumah http://www.litbang.deptan.go.id/berita/one/1020/. Rumah Pangan Lestari menjadi Primadona di HPS Gorontalo. Kementerian Pertanian. 2011. Lestari. Jakarta. Pedoman Umum Model Kawasan Rumah Pangan Rachman, Handewi.P.S. dan M. Ariani. 2007. Penganekaragaman Konsumsi Pangan di Indonesia: Permasalahan dan Implikasi untuk Kebijakan dan Program. Makalah pada Workshop Koordinasi Kebijakan Solusi Sistemik Masalah Ketahanan Pangan Dalam Upaya Perumusan Kebijakan Pengembangan Penganekaragaman Pangan, Hotel Bidakara, Jakarta, 28 November 2007. Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia. 19

Lampiran 1 : DAFTAR RISIKO BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN UNIT KERJA/UPT : BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEH NAMA PIMPINAN : Ir. T. Iskandar, MSi NIP : 19580121 198303 1 001 KEGIATAN : Pengembangan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari TUJUAN KEGIATAN : 1. Membangun unit model KRPL 2. Membangun jejaring kerjasama No. Risiko Penyebab Dampak 1. Kurang responnya masyarakat terhadap rencana kegiatan. 2. Kurangnya respon Pemerintah Daerah dalam mendukung dan mengembangkan M- KRPL 3. Ketersediaan benih/bibit tanaman yang akan dikembangkan terbatas. Kurangnya pemahaman masyarakat tentang manfaat kegiatan bagi kehidupan keluarganya Ketersediaan dana APBD untuk mendukung dan mengembangkan kegiatan M-KRPL. Penyediaan benih/bibit varietas yang diinginkan tidak tersedia di Balai Penelitian lingkup Badan Litbang. Kegiatan pembangunan unit M-KRPL menjadi terhambat. Jenis dan volume kegiatan di lokasi unit M-KRPL sangat terbatas sehingga kurang efektif dan tidak berkelanjutan. Pelaksanaan pembenihan/pembibitan dan plasma nutfah tanaman terhambat. Disusun Tanggal : Desember 2012 Penjab Kegiatan : Ir. M. Ferizal, MSc. NIP. 19650219 199203 1 002 1

Lampiran 2 : PENANGANAN RESIKO BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN UNIT KERJA/UPT : BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEH NAMA PIMPINAN : Ir. T. Iskandar, MSi NIP : 19580121 198303 1 001 KEGIATAN : Pengembangan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari TUJUAN KEGIATAN : 1. Membangun unit model KRPL 2. Membangun jejaring kerjasama No. Risiko Penyebab Dampak Upaya Penanganan 1. Kurang responnya masyarakat terhadap rencana kegiatan. 2. Kurangnya respon Pemerintah Daerah dalam mendukung dan mengembangkan M-KRPL 3. Ketersediaan benih/bibit tanaman yang akan dikembangkan terbatas. Kurangnya pemahaman masyarakat tentang penting dan manfaatnya kegiatan bagi kehidupan keluarganya Ketersediaan dana APBD untuk mendukung dan mengembangkan kegiatan M-KRPL. Penyediaan benih/bibit varietas yang diinginkan tidak tersedia di Balai Penelitian lingkup Badan Litbang. Kegiatan pembangunan unit M-KRPL menjadi terhambat. Jenis dan volume kegiatan di lokasi unit M-KRPL sangat terbatas sehingga kurang efektif dan tidak berkelanjutan. Pelaksanaan pembenihan/pemb ibitan dan plasma nutfah tanaman terhambat. Mengintensifkan sosialisasi, promosi, dan komunikasi dengan tokoh masyarakat setempat. Memadukan kegiatan- kegiatan Pemda lainnya pada lokasi M- KRPL yang dapat menunjang pembangunan kawasan setempat. Memanfaatkan jenis/varietas tanaman yang sudah tersedia di pasaran setempat untuk sementara. Disusun Tanggal : Desember 2012 Penjab Kegiatan : Ir. M. Ferizal, MSc. NIP. 19650219 199203 1 002 2

Lampiran 3. Organisasi Pelaksana Kegiatan No Nama Jabatan dalam Kegiatan Uraian Tugas 1. Ir. M. Ferizal, MSc. Penjab Kegiatan Mengkoordinir kegiatan mulai perencanaan sampai laporan 2. Ir. Basri A. Bakar, MSi. Pelaksana Penanggung jawab kegiatan di kabupaten 3. Cut Nina Herlina, S.Pi. Pelaksana Penanggung jawab kegiatan di kabupaten 4. Fenti Ferayanti,SP. Pelaksana Penanggung jawab kegiatan di kabupaten 5. Idawanni, SP. Pelaksana Penanggung jawab kegiatan di kabupaten 6. Ir. Syarifah Raihanah Pelaksana Penanggung jawab kegiatan di kabupaten 7. M. Ramlan, SP Pelaksana Penanggung jawab kegiatan di kabupaten 8. Ir. Nani Yunizar Pelaksana Penanggung jawab kegiatan di kabupaten Alokasi Waktu (Jam/mg) 10 5 5 5 5 5 5 5 3

Lampiran 5. Pengukuran Kinerja Kegiatan (PKT) Tahun 2012 INSTANSI : BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) ACEH KEGIATAN Rencana Tingkat Capaian Target Realisasi Persentasi Pencapaian Rencana Tingkat Capaian Target (%) Program Uraian Indikator Kinerja Satuan 1 2 3 4 5 6 7 8 Pengembangan Model Kawasan Masukan : - Dana : Rp. 759.600.000,- Rupiah 759.600.000 720.873700 94,90 Rumah Pangfan Lestari SDM : - Peneliti : 3 orang 3 3 100,00 - - Penyuluh : 3 orang 3 3 100,00 - - Teknisi : 4 orang 4 4 100,00 - - Administrasi : 1 orang 1 1 100,00 - Ket Keluaran : 1. Terbangunnya unit Model Kawasan Rumah Pangan Lestari 2. Terbangunnya jejaring kerjasama dengan Pemda, swasta, dan LSM Lokasi 8 8 100,00 - Lokasi 8 8 100,00-29

KEGIATAN Rencana Tingkat Capaian Target Realisasi Persentasi Pencapaian Rencana Tingkat Capaian Target (%) Program Uraian Indikator Kinerja Satuan 1 2 3 4 5 6 7 8 Hasil : 1. Penerapan M-KRPL pada rumah tangga peserta diharapkan dapat meningkatkan skor Pola Pangan Harapan (PPH) rumah tangga peserta, melalui penganekaragaman konsumsi keluarga terutama sayuran dan protein hewani serta tidak hanya tergantung pada konsumsi beras. Kabupaten 8 8 100,00 - Ket 2. Kegiatan M-KRPL yang dilaksanakan oleh BPTP Aceh diharapkan akan terus dikembangkan dan discalingup oleh Pemda dan pihak lainnya melalui dana APBD maupun dari dukungan APDN melalui kegiatankegiatan sejenis baik dari Kementerian Pertanian maupun Kementerian lainnya. Dampak : Berkembangnya kemampuan keluarga dan masyarakat secara ekonomi dan sosial, dalam memenuhi kebutuhan pangan dan gizi secara lestari, menuju keluarga dan masyarakat yang mandiri dan sejahtera melalui pemanfaatan lahan pekarangan. Kabupaten 8 8 100 Kabupaten 8 8 100 30

PROFIL M-KRPL ACEH BESAR PROPINSI ACEH MENGUBAH DESA KUMUH MENJADI AGROWISATA MINI Kawasan Rumah Pangan Lestari Aceh Besar terletak di desa Deyah Kecamatan Kota Baro. Desa ini cukup strategis karena tidak jauh dari Ibukota Propinsi hanya berjarak 15 km dari Banda Aceh dan dapat ditempuh dalam waktu sekitar 20 menit atau sekitar 10 menit dari bandara internasional Sultan Iskandar Muda. Sebagai salah satu daerah sentra produksi pertanian, usahatani yang dikelola oleh masyarakat di desa ini didominasi dengan usahatani padi dengan Indeks pertanaman lahan sawah irigasi teknis dalam se tahun 2 kali tanam dan lahan sawah tadah hujan 1 kali tanam. Kebanyakan usahatani padi di desa ini dilakukan oleh perempuan. Laki-laki umumnya lebih menyukai pekerjaan sebagai pedagang dan buruh bangunan. Perempuan desa Deyah termasuk perempuan yang mampu berperan ganda yaitu sebagai ibu rumah tangga dan pencari nafkah. Pada musim tanam padi perempuan desa ini melakukan usahatani padinya dari pagi hingga sore hari menggarap sawah milik sendiri maupun sebagai tenaga upah disawah milik orang lain. Disela-sela waktu yang hanya sedikit, mereka masih tetap mengurus keluarga. Kenyataan ini menjadi modal bagi program pengembangan rumah pangan lestari di Aceh Besar untuk merekrut kaum perempuan agar berperan serta memanfaatkan lahan pekarangan. Lahan pekarangan memiliki fungsi multiguna, karena dari lahan yang relatif sempit ini, bisa menghasilkan bahan pangan seperti sayuran, buahbuahan; bahan tanaman rempah dan obat, serta bahan pangan hewani yang berasal dari unggas, ternak kecil maupun ikan. Manfaat yang akan diperoleh dari pengelolaan pekarangan antara lain dapat memenuhi kebutuhan konsumsi dan gizi keluarga, menghemat pengeluaran, dan juga dapat memberikan tambahan pendapatan bagi keluarga. Memasuki Kawasan Rumah Pangan Lestari desa Deyah di sepanjang jalan masuk desa hampir setiap rumah menanam tanaman sayuran baik dipekarangan depan rumah maupun pekarangan belakang rumah. Untuk pekarangan yang luas dan sedang tanaman sayuran ditanam dalam bedengan. Sedangkan pada lahan pekarangan yang sempit sayuran ditanam dalam polibag dan rak. 30

Bedengan Sawi di Rumah Pangan Lestari Persemaian di Kebun Bibit Desa Persemaian bibit sayuran dilakukan di kebun bibit yang dikelola oleh kelompok beranggotakan 20 orang ibu rumah tangga. Fungsi Kebun Bibit Desa selain sebagai tempat penyediaan bibit sayuran dan tanaman obat bagi anggota dan masyarakat yang membutuhkan, juga berfungsi sebagai bentuk percontohan desain pertanaman yang mudah dan murah untuk diikuti oleh masyarakat. Kelompok peserta M-KRPL diketuai oleh Sakdiah. Walaupun usianya sudah tidak muda lagi (60 tahun), beliau masih bersemangat memimpin kelompoknya untuk memanfaatkan pekarangan bukan hanya sebagai stok pangan tetapi juga sebagai salah satu pendapatan keluarga. Kebun bibit desa tidak hanya menyediakan bibit persemaian, tetapi juga mengoleksi beberapa jenis tanaman obat seperti lidah buaya, kemangi, jahe, kunyit, sambiloto, pegagan, sirih merah, jeruk purut, kumis kucing, bunga melur dan lain sebagainya. Kegiatan M-KRPL Desa Deyah baru dilaksanakan mulai bulan April tahun 2012, namun respon masyarakat dalam program ini cukup tinggi. Hal ini terlihat dengan bertambahnya rumah pangan lestari. Dari 20 rumah RPL bertambah sekitar 11 rumah menjadi 32 RPL yang mengikuti Model Kawasan Rumah Pangan Lestari secara swadaya. Desa yang sebelumnya terlihat kumuh tidak terurus, kini telah mulai berbenah diri agar terlihat rapi dan asri. Hampir merata di setiap rumah yang memiliki pekarangan, tidak ada lahan yang dibiarkan kosong tanpa dimanfaatkan untuk berbagai macam tanaman, baik tanaman sayuran, obat-obatan, dan ternak. 31

Pada tanggal 9 Agustus 2012 Kepala Badan Litbang Pertanian Haryono beserta rombongan berkunjung ke M-KRPL Aceh Besar. Kedatangan Haryono disambut dengan antusias oleh sebagian besar warga desa khususnya kelompok M-KRPL. Kedatangan beliau didampingi oleh Kepala BBP2TP dan beberapa pejabat lingkup Badan Litbang. Dalam arahannya Haryono menyatakan gembira atas antusias masyarakat menyambut program KRPL yang dicanangkan Badan Litbang. Beliau berharap semoga KRPL di desa Deyah ini tetap lestari sehingga bisa memberi dampak bagi peningkatan pendapatan rumah tangga. Ibu Rosleni salah satu anggota KRPL menceritakan, pada awalnya penanaman sayuran dilakukan hanya untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, namun dengan banyaknya sayuran yang diusahakan di desa ini, mengundang para agen pedagang sayur untuk menampung hasil panen. Di halaman rumah ibu Rosleni tersusun bedengan yang rapi ditanami sayuran sawi, kangkung, bayam dan seledri. Selain itu ada juga beberapa tanaman yang ditanam dalam polybag seperti cabe, tomat dan terong, cabai rawit, dll dalam jumlah kecil untuk dikonsumsi. Walaupun pada musim tanam padi ibu Rosleni disibukan dengan waktu tanam, tetapi pemeliharaan tanaman pekarangan masih tetap dilakukan demi mendapatkan tambahan pendapatan bagi keluarga 32

Umumnya sayuran yang ditanam untuk dijual oleh rumah tangga di desa Deyah tidak banyak jenisnya hanya beberapa jenis yang ditanam dan dianggap lebih menguntungkan. Jenis sayuran tersebut diantaranya adalah kangkung, bayam, sawi, selada, dan daun seledri. Alasannya komoditi ini selain mudah dipelihara, cepat panen, bisa mendatangkan keuntungan yang lumayan. Contohnya saja kangkung dan bayam dalam ikatan besar dijual dengan harga Rp. 5.000,- Sawi dan selada untuk setiap ikat dengan 3-4 helai daun dijual seharga Rp. 750,- Rp. 1.000,-. Sedangkan daun seledri. disusun dalam ikatan kecil-kecil (4-5 batang) senilai Rp. 400,- yang digabung dalam satu ikatan sebanyak 10 ikatan kecil dijual seharga Rp. 4.000,-. Dengan adanya pemanfaatan pekarangan melalui program M-KRPL di desa Deyah Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar telah mampu mengurangi pengeluaran keluarga bahkan bisa menambah pendapatan sekitar antara Rp. 400.000,- Rp. 750.000,- per panen. Pasar Lambaro merupakan pasar yang banyak menampung sayuran yang berasal dari desa ini. Secara berkala pedagang pengumpul akan mendatangi desa ini untuk menampung sayuran yang dipanen. Namun tidak tertutup peluang bagi petani sayuran untuk menjual sendiri hasil panennya ke pasar.dan kios-kios sayuran. Saat ini kegiatan M-KRPL di desa Deyah Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar telah menjadi contoh bagi kegiatan-kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan sejenis di daerah sekitarnya, bahkan di kabupaten lainnya. Telah banyak pengunjung yang datang melihat, baik petugas-petugas PPL dari kecamatan sekitar, LSM dari kabupaten lain, masyarakat tani, dan peminat pertanian lainnya. Umumnya mereka memberi kesan yang cukup baik karena merasa terkesan dengan keberhasilan dan antusias setempat, sehingga mengunjungi desa ini seperti melihat daerah agrowisata mini. 33

PROFIL M-KRPL KABUPATEN ACEH JAYA MEMANFAATKAN LAHAN PEKARANGAN TERLANTAR Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (MKRPL) di Kabupaten Aceh Jaya di laksanakan di Desa Panggong Kecamatan Krueng Sabee, hal ini ditetapkan berdasarkan koordinasi dengan Badan Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Aceh Jaya. Di sisi lain Desa Panggong memiliki potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia serta prasarana jalan desa atau usahatani yang baik sehingga dapat mendukung pengembangan usahatani maupun usaha ternak. Masyarakat Desa Panggong umumnya bermata pencaharian sebagai petani. Desa ini memiliki lahan kering yang lebih luas dibandingkan dengan lahan sawah. Luas lahan kering mencapai 152 ha yang terdiri dari 146 ha tegalan dan 6 ha pekarangan. Sedangkan lahan sawah mencapai 103 ha terdiri dari lahan sawah tanah hujan 100 ha dan lahan sawah irigasi tersier 3 ha. Bila diilihat dari kondisi lahan sawahnya yaitu lebih dominan sawah tadah hujan sehingga petani hanya dapat menanam padi setahun sekali dan kegiatan tersebut dilakukan oleh kaum perempuan. Sementara lahan pekarangan yang ada belum secara optimal dimanfaatkan. Padahal bila dilihat dari luas pekarangan di masing-masing rumah tangga maka dapat dikelompokan pada pekarangan sedang dengan luas rata rata per KK 130 m 2. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan maka kaum perempuan di desa Panggong dapat diikut sertakan dalam program pengembangan rumah pangan lestari sehingga kaum perempuan yang memiliki waktu luang yang banyak mampu memanfaatkan lahan pekarangan dengan menanam sayuran, tanaman obat, buahbuahan, dan berbagai sumber pangan lokal seperti ubi kayu, ubi jalar dll serta memelihara ternak itik/ayam. Disisi lain dengan pengelolaan pekarangan yang dilakukan secara intensif oleh kaum perempuan dapat memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga, menghemat pengeluaran, dan bila hasilnya dijual dapat memberikan tambahan pendapatan bagi keluarga. Kegiatan MKRPL di Desa Panggong pada awalnya diikuti oleh 16 orang yang tergabung dalam kelompok wanita tani Peduli Kawan, beberapa bulan berjalan kegiatan bertambah lagi anggota sebanyak 5 orang. Selanjutnya dalam memproduksi benih dan bibit untuk memenuhi kebutuhan pekarangan anggota kelompok dan juga masyarakat disekitarnya maka kegiatan MKRPL ini membangun Kebun Bibit Desa (KBD) yang dikelola oleh anggota kelompok secara partisipatif. Selain pelaksanaan pengelolaan KBD, anggota kelompok juga diberi pelatihan-pelatihan yang mendukung kegiatan MKRPL dan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan anggota kelompok dalam pengelolaan tanaman sayuran dan pemeliharaan ternak di pekarangan. Pelatihan yang dilakukan dalam bentuk teori dan praktek/demonstrasi. Materi pelatihan meliputi: teknik pembuatan MOL dan Insektisida Nabati, pembuatan kompos, budidaya tanaman sayuran, dan budidaya pemeliharaan itik. 34

PROFIL M-KRPL KABUPATEN ACEH UTARA PROPINSI ACEH KINI DESA PINGGIR PANTAI HIJAU DENGAN SAYURAN Ada nada pesimis di wajah warga Desa Geulanggang Baro Kecamatan Lapang Kabupaten Aceh Utara ketika pertama kali diajak untuk memanfaatkan pekarangan rumah dengan menanam tanaman sayuran. Mereka beralasan tidak mungkin tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik di bibir pantai yang air dan tanahnya agak asin. Anggapan tersebut buyar seiring menghijaunya pekarangan rumah 28 KK dengan aneka tanaman sayuran seperti; kacang panjang, terong, sawi, kangkung, bayam dan beberapa jenis tanaman sayuran lainnya melalui kegiatan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) yang dilaksanakan oleh BPTP Aceh. Kekhawatiran masyarakat sirna ketika Kebun Bibit Desa (KBD) ditempatkan di desa tersebut dengan luas sekitar 400 m 2. Pada kebun KBD bukan hanya didapati bibit tanaman saja, namun berbagai jenis tanaman sebagai replika dari tanaman yang ada dihalaman rumah warga. Bahkan ada juga beberapa jenis tanaman lainnya yang dianggap potensial untuk dikembangkan seperti melon, tomat, seledri, cabai dan mentimun. KBD juga menyimpan koleksi tanaman obat yang dilengkapi dengan keterangan masing-masing manfaatnya, seperti; jahe merah, kunyit putih, sambiloto, mahkota dewa, kumis kucing, temu kunci, bangle, tapak dara dan lainlain. Tidak hanya itu, KBD juga dilengkapi dengan kolam ikan lele dan kandang ayam. M-KRPL di Kabupaten Aceh Utara, telah dilaksanakan launching yang dipadu dengan kegiatan workshop serta pelatihan wanita tani mengolah bahan pangan pada Selasa ( 11/12). Kegiatan ini diikuti oleh Kepala Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan, Muspika, PPL, kontak tani dan masyarakat setempat. Turut hadir ketua tim penggerak PKK Kabupaten yang juga isteri bupati Aceh Utara Ny. Cut Ratna Irawati, SE, Istri wakil bupati Ny. Suswita dan juga dinas/instansi terkait lainnya. Cut Ratna Irawati, SE di hadapan lebih kurang 60 orang peserta, mengungkapkan kegembiraannya terhadap keberhasilan yang telah dicapai oleh masyarakat Desa Geulanggang Baro yang telah mampu memanfaatkan pekarangan dengan tanaman produktif. Kita berharap, semua masyarakat di Kabupaten Aceh Utara dapat melaksanakan kegiatan serupa, melalui kegiatan PKK hal ini memungkinkan untuk ditindaklanjuti, ujarnya. Penanggungjawab kegiatan M-KRPL Aceh Utara Ir. Syarifah Raihanah menjelaskan bahwa wanita tani yang bergabung dalam kelompok Bungong Pik juga dilatih mengolah beberapa bahan pangan yang ada di desa menjadi produk yang bernilai ekonomis dan memenuhi standar kesehatan. 35

PROFIL M-KRPL KABUPATEN PIDIE JAYA PROPINSI ACEH TAHUN 2013 PIDIE JAYA REPLIKASI 16 DESA MKRPL Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya Provinsi Aceh memprogramkan 16 desa Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M -KRPL) tahun 2013. Hal tersebut disampaikan Kepala Dinas Tanaman pangan dan Peternakan Pidie Jaya, Drh. Muzakir pada acara launching MKRPL oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), Kamis (22/11) di Desa Meunasah Raya Kecamatan Meurah Dua. Dalam sambutannya pada acara tersbut, Muzakir menyampaikan apresiasi dan rasa gembira karena masyarakat desa tersebut telah memanfaatkan lahan pekarangan melalui kegiatan KRPL. Ternyata bila dirancang dan direncanakan dengan baik, lahan pekarangan mampu memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga sendiri dan berpeluang menambah pendapatan rumah tangga, ujarnya. Acara launching tersebut dihadiri oleh Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan Kab. Pidie Jaya Drh. Muzakir, Camat Meurah Dua Mahdi, S.Sos, Koramil Kecamatan Meurah dua M. Gade, Kepala Desa Mahmudi MD, Kepala BPP Meurah Dua Ir Abdul Jalil Nurdin, para penyuluh, tim penggerak PKK se kecamatan serta masyarakat setempat. Acara launching juga telah dilaksanakan di Kabupaten Pidie sehari sebelumnya, yakni Selasa (21/11) yang dihadiri isteri Bupati Pidie selaku ketua tim penggerak PKK Pidie. Dalam sambutannya, kepala BPTP Aceh yang diwakili Ir. M. Ferizal, M.Sc. menyampaikan tujuan MKRPL adalah untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga, mengembangkan ekonomi produktif, serta menciptakan lingkungan hijau bersih dan sehat. Selain itu mampu memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga sendiri dan berpeluang menambah pendapatan rumah tangga. Ditambahkan, fokus utama kegiatan ini adalah pembentukan Kebun Bibit Desa (KBD) yang berfungsi sebagai penyedia bibit sayuran bagi anggota masyarakat sekitarnya. Desa Meunasah Raya Kabupaten Pidie Jaya merupakan salah lokasi contoh kegiatan M-KRPL. Lahan perkarangan atau tanah-tanah kosong sekitar rumah yang selama ini dibiarkan tanpa dimanfaatkan kini telah ditanami dengan beragam tanaman sayuran yang dapat memenuhi kebutuhan gizi keluarga. Pada tahap pertama kegiatan ini diikuti 22 anggota yang semuanya kaum ibu. BPTP Aceh untuk tahun 2012 telah melaksanakan M-KRPL di delapan kabupaten untuk seluruh Provinsi Aceh. Bahkan untuk tahun 2013, jumlah lokasi bertambah untuk tiap kabupaten menjadi dua atau tiga lokasi. Sedangkan untuk replikasi dan pengembangan lebih lanjut diharapkan peran Pemerintah Daerah dan partisipasi masyarakat. 36

PROFIL M-KRPL KOTA LANGSA PROPINSI ACEH KEBUN SAYUR DI TENGAH PEMUKIMAN KOTA Kegiatan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (MKRPL) merupakan salah satu program Nasional dari Kementerian Pertanian, yang bertujuan meningkatkan ekonomi masyarakat berbasis optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga, mengembangkan ekonomi produktif serta menciptakan lingkungan hijau berbasis tanaman pangan maupun tanaman obat untuk kebutuhan kelurga (TOGA). MKRPL Kota Langsa merupakan suatu model rumah pangan yang dibangun dalam suatu kawasan RT/RW dengan prinsip pemanfaatan lahan pekarangan yang ramah lingkungan untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga dalam mengurangi belanja rumah tangga atau peningkatan pendapatan yang pada akhirnya meningkatkan kesejateraan melalui partisipasi masyarakat setempat. Pencanangan MKRPL di Kota Langsa dilakukan di Desa Karang Anyar Kecamatan Langsa Baru dengan titik Koordinat N 04.28.781 dan E 097. 56.684 dengan ketinggian 20 meter dari permukaan laut. Desa Karang Anyar merupakan salah satu desa dengan mata pencaharian masyarakat umumnya sebagai buruh tani dan industri rumah tangga di bidang pertanian. Di desa ini sangat berpotensi dalam pemanfaatan lahan pekarangan untuk menambah pendapatan keluarga dengan cara menanam beraneka jenis tanaman sayuran untuk di konsumsi sendiri bahkan untuk dijual ke pasar tradisional terdekat. Pelaksanaan MKRPL di lapangan mencakup kegiatan: koordinasi ke intansi terkait dari tingkat kabupaten, ke kecamatan hingga ke kelurahan/desa, mengkarakterisasi calon lokasi dan calon kooperator yang telah ditentukan oleh instansi terkait, melakukan pertemuan kooperator dan menjelaskan kegiatan MKRPL serta pembentukan pengurus kelompok wanita yang berbasis MKRPL, membangun kebun bibit desa (KBD), dan memasyarakatkan kebutuhan pangan dan gizi serta tanaman obat untuk keluarga berbasiskan lahan pekarangan. Pelaksanaan kegiatan MKRPL di Desa Karang Anyar pada awalnya diikuti oleh anggota sebanyak 20 orang, namun kemudian bertambah 2 orang yang tergabung menjadi kelompok dan 10 (sepuluh) orang dibina se cara swadaya yang hanya dibanti bibit yang ada di KBD. Tanaman sayuran yang ditanam di pekarangan umumnya sayuran, hortikultura dan tanaman pangan seperti kangkung, bayam, sawi, selada, terong, Paria, timun, jagung manis dan lain-lain. 37

Dalam pelaksanaannya, kegiatan M-KRPL melakukan pelatihan pelatihan untuk mendukung kegiatan di lapangan. Pelatihan pelatihan yang telah dilakukan antara lain: pelatihan pengolahan/pembuatan kompos dari sampah rumah tangga, sisa sisa daun dan batang tanaman. Selain itu juga di lakukan pelatihan pengolahan dan diversifikasi pangan yaitu pembuatan, manisan terong dan keripik bayam. Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M -KRPL) Kota Langsa, Kamis, 6 Desember 2012 telah di launching yang dipadukan dengan kegiatan workshop, bertempat di Desa Karang Anyar Kec. Langsa Baro. Acara tersebut ikut dihadiri Ketua Tim penggerak PKK tingkat Kecamatan, Kepala, Kepala Dinas Pertanian, Peternakan Penyuluhan dan Ketahanan pangan, Muspika yang diwakili oleh Dan Ramil, sejumlah PPL dan Kontak Tani wilayah setempat. Dalam rangkaian kegiatan launching juga di berikan meteri pelatiahan pengolahan pangan berupa manisan terong, keripik bayam dan keripik kangkung. Diharapkan dengan pelatihan ini akan dapat menggugah ibu-ibu peserta untuk melakukan pengolahan dan diversifikasi pangan dan ada prospek yang cukup baik menjadi tamabahan keuntungan dalam melaksanakan kegiatan M-KRPL. 38

PROFIL M-KRPL KABUPATEN PIDIE PROPINSI ACEH KEBUN SAYUR INDAH TUMBUHKAN MINAT PENGUNJUNG Kegiatan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (MKRPL) merupakan salah satu program Nasional dari Kementerian Pertanian, guna pengembangan program berbasis optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan maupun lahan tidur. Tujuan dari MKRPL yakni untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga, mengembangkan ekonomi produktif serta menciptakan lingkungan hijau berbasis tanaman pangan maupun tanaman obat untuk kebutuhan kelurga (TOGA). MKRPL adalah suatu model rumah pangan yang dibangun dalam suatu kawasan (RT/RW, Dusun, Desa, Kecamatan, dst.) dengan prinsip pemanfaatan lahan pekarangan yang ramah lingkungan untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga dalam mengurangi belanja rumah tangga atau peningkatan pendapatan yang pada akhirnya meningkatkan kesejateraan melalui partisipasi masyarakat. Pencanangan MKRPL di Kabupaten Pidie dilakukan di Desa Balee Pineung Kecamatan Peukan Baro. Desa Balee Pineung merupakan salah satu desa dengan mata pencaharian masyarakat umumnya sebagai petani. Selain sebagai salah satu sentra produksi pertanian khususnya padi desa ini juga memiliki potensi dalam pemanfaatan lahan pekarangan untuk menambah pendapatan keluarga dengan cara menanam beraneka jenis tanaman sayuran untuk di konsumsi sendiri bahkan untuk dijual ke pasar tradisional terdekat. Pelaksanaan MKRPL di lapangan mencakup kegiatan: koordinasi ke intansi terkait dari tingkat kabupaten, ke kecamatan hingga ke kelurahan/desa, mengkarakterisasi calon lokasi dan calon kooperator yang telah ditentukan oleh instansi terkait, melakukan pertemuan kooperator dan menjelaskan kegiatan MKRPL serta pembentukan pengurus kelompok wanita yang berbasis MKRPL, membangun kebun bibit desa (KBD), dan memasyarakatkan kebutuhan pangan dan gizi serta tanaman obat untuk keluarga berbasiskan lahan pekarangan maupun pemanfaatan lahan tidur, khususnya di Desa Balee Pineung Kecamatan Peukan Baro. Pelaksanaan kegiatan MKRPL di Desa Balee Pineung pada awalnya diikuti oleh anggota sebanyak 23 orang, namun kemudian bertambah sebanyak 15 orang yang dibina secara swadaya. Tanaman sayuran yang ditanam di pekarangan umumnya sayuran, hortikultura dan tanaman pangan seperti kangkung, bayam, sawi, selada, terong, bawang merah, timun, jagung dan lain-lain. Dalam pelaksanaannya, kegiatan MKRPL melakukan pelatihan 39

pelatihan untuk mendukung kegiatan dilapangan. Pelatihan pelatihan yang telah dilakukan antara lain: pelatihan pengolahan/pembuatan kompos dari sampah rumah tangga, sisa sisa daun dan batang tanaman. Selain itu juga di lakukan pelatihan pengolahan dan diversifikasi pangan yaitu pembuatan tempe, manisan terong dan keripik bayam. Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M -KRPL) Kabupaten Pidie, Rabu (21/11) telah di launching yang dipadukan dengan kegiatan workshop, bertempat di Desa Balee Pineung Kec. Peukan Baro. Acara tersebut ikut dihadiri Ketua Tim penggerak PKK yang juga isteri Bupati Pidie Ny Rohana Razali Sarjani STP, Kepala Bapel Penyuluhan dfan Ketahanan (BP2KP), Kepala Din as Pertanian dan Peternakan Pidie, Muspika, sejumlah PPL dan Kontak Tani wilayah setempat. Dalam sambutannya, kepala BP2KP T. Sabirin, SH mengaku gembira terhadap apa yang dilakukan oleh para ibu di Desa Balee Pineung dalam memanfaatkan pekarangan dengan aneka sayuran melalui program KRPL. Sebelumnya lahan pekarangan belum termanfaatkan karena tekstur tanah umumnya berpasir sehingga sulit dikelola. Kini, telah terbukti bahwa melalui pengelolaan lahan yang baik ternyata dapat mencukupi pangan keluarga dan bahkan dapat menambah penghasilan. Ketua Badan Penggerak PKK memberikan apresiasi terhadap kegiatan M- KRPL yang dilaksanakan di Desa Balee Pineung ini. Ny. Rohana Razali berharap pada tahun 2013, kegiatan ini dapat bersinergis dengan kegiatan desa binaan ibuibu PKK yang ada di Kab. Pidie. Dengan demikian tidak ada lagi lahan pekarangan yang terbengkalai, namun dapat memberikan manfaat untuk menunjang kebutuhan gizi keluarga dengan penanaman sayuran. Selain itu juga diharapkan MKRPL dapat direplikasi oleh kelompok PKK lainnya, sehingga gerakan ini dapat berjalan secara intensif dan manfaatnya dapat segera dirasakan oleh masyarakat Kabupaten Pidie. 40