1 PENDAHULUAN Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Buah-buahan merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memegang

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi berarti peluang pasar internasional bagi produk dalam negeri dan

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan produktivitas buah-buahan nasional di Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian merupakan sektor yang mendapatkan perhatian cukup besar dari

I. PENDAHULUAN. Produk hortikultura memiliki peranan penting bagi pembangunan pertanian yang

BAB I PENDAHULUAN. dapat pula dikonsumsi dengan diolah terlebih dahulu. Buah-buahan dengan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian sebagai penyedia bahan baku untuk sektor industri. Produksi sektor

Latar Belakang Berdasarkan Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Indonesia sudah mencapai 237,6 juta jiwa atau bertambah 32,5 juta jiwa sejak tahun

PENDAHULUAN. Latar Belakang Sektor pertanian Indonesia terdiri dari enam sub sektor, yaitu sub sektor

I. PENDAHULUAN. Komoditi. commit to user

I PENDAHULUAN (%) (%) (%) Buahbuahan , , , ,81

BAB I PENDAHULUAN. salah satu potensi terbesar yang ada di Indonesia. Hal ini tercermin dari

BAB I PENDAHULUAN. buahan juga bersifat spesifik lokasi, responsif terhadap teknologi maju, produk

I. PENDAHULUAN menunjukkan bahwa masih rendahnya kepercayaan atau loyalitas konsumen

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang sangat mudah untuk

I. PENDAHULUAN. dengan besarnya jumlah penduduk yang ada. Banyaknya penduduk yang ada

PETA PENELITIAN TERHADAP 12 JENIS BUAH LOKAL INDONESIA PADA SKRIPSI, TESIS, DAN DISERTASI LULUSAN IPB

BAB I PENDAHULUAN. Kekayaan alam Indonesia sangat melimpah, tak heran jika banyak aneka jenis

I. PENDAHULUAN. Uraian Jumlah penduduk (juta jiwa) Konsumsi beras (juta ton) (Sumber: BPS, 2012)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Keluarga

PENDAHULUAN. Setelah peluang pasar diperoleh, baru beranjak ke ketersediaan modal. Dua hal

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. di Indonesia. Menurut Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia (1990) menyatakan

I. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang,

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sayuran merupakan sebutan umum bagi bahan pangan asal tumbuhan yang

I. PENDAHULUAN. 1 Sambutan Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian, Ahmad Dimyati pada acara ulang tahun

TINJAUAN PUSTAKA. daerahnya masing-masing. Oleh karena itu tiap daerah sudah lebih bebas dalam

Perkembangan luas panen buah-buahan di Indonesia dalam. lain disebabkan terjadinya peremajaan tanaman tua yang tidak produktif

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009

PENDAHULUAN. dan banyak penduduk masih bergantung pada sektor ini, sehingga di masa

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun (Milyar rupiah)

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan hortikultura meningkat setiap tahunnya, tetapi hal tersebut

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR PISANG INDONESIA SKRIPSI. Oleh : DEVI KUNTARI NPM :

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Masih banyak warga negara Indonesia yang bermata

gizi mayarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat. Produksi hortikultura yaitu sayuran dan buah-buahan menyumbang pertumbuhan

AGRIBISNIS SAYURAN DAN BUAH: PELUANG PASAR, DINAMIKA PRODUKSI DAN STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. ekonomi. Peranan sektor pertanian memiliki kontribusi terhadap Produk

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku pada Tahun Nilai PDB (dalam milyar rupiah) Pertumbuhan (%)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia akan terlindas oleh era globalisasi dan perdagangan bebas.

BUAH BUAHAN TROPIKA Oleh Prof. Dr Ir Roedhy Poerwanto Departemen Agronomi & Hortikultura Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan

Rumusan FGD Cabai dan Bawang

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus

I. PENDAHULUAN. tinggi secara langsung dalam pemasaran barang dan jasa, baik di pasar domestik

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Berdasarkan Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun

yang terbagi Pasar Johar (Bangunan Induk) m 2 Menyediakan : Kain, souvenir pernikahan, peralatan rumah tangga grosir dan satuan

Konsumsi Buah Dan Sayur Susenas Maret Dalam rangka Hari Gizi Nasional, 25 Januari 2017

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan berbasis agroindustri semakin ketat. Selain itu, ketatnya

I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. suatu jenis tanaman yang menghasilkan buah yang dapat dimakan mentah ataupun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok

. Lampiran 1. Perkembangan volume ekspor buah Volume Ekspor (Ton) 1 Nanas %

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mempunyai agroekologi dataran rendah sampai dataran tinggi yang hampir semua dapat menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Eliza dkk, Analisis Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Konsumen dalam Pengambilan

ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI

BAB I PENDAHULUAN Pertanian, perikanan dan kehutanan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat dalam pertanian Indonesia. Jenis tanaman yang

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dan buah impor. Mengetahui karakteristik konsumen buah akan menjawab dari

BAB VI SASARAN PEMBANGUNAN HORTIKULTURA

PASAR. Oleh: Delima Hasri. Azahari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Informasi ini hanya digunakan untuk penelitian dalam rangka penulisan skripsi.

Republik Indonesia. SURVEI HARGA PEDESAAN Subsektor Tanaman Hortikultura (Metode NP)

STRATEGI PEMASARAN BUAH DI GIANT HYPERMARKET MARGO CITY

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MASYARAUAT KE LAS ATAS

BAB I PENDAHULUAN. dalam periode 5 tahun terakhir. Berdasarkan indikator-indikator ekonomi makro yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan pasal 1 ayat (6) menyatakan bahwa buah lokal adalah semua jenis buahbuahan

VIII. IDENTIFIKASI FAKTOR STRATEGIS. kelemahan PKPBDD merupakan hasil identifikasi dari faktor-faktor internal dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa pertanian merupakan hal yang sangat

Ironi Perdagangan Bebas: Dilema Pemerintah Terkait Isu Produk Holtikultura 1. Oleh: Ferdiansyah R

A N A L I S IS P ER I L A KU KO N S UM EN BU AH D I PASAR TRADISIONAL DAN PASAR MODERN KECAMATAN KALIWATES, KABUPATEN JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. ditingkatkan nilai tambah, daya saing dan ekspornya adalah produk hortikultura.

1 PENDAHULUAN. Tahun Manggis Pepaya Salak Nanas Mangga Jeruk Pisang

I. PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura yang terdiri dari tanaman buah-buahan dan sayuran,

I. PENDAHULUAN sangat kaya akan ragam tanaman berbunga dan hasil pertanian yang


I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Buah-buahan merupakan komoditas yang mudah sekali mengalami kerusakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Proyeksi konsumsi kedelai nasional

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya didukung oleh pertanian. Salah satu produk pertanian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. penting di Indonesia. Buah-buahan memiliki tingkat permintaan yang tinggi.

PELUANG AGRIBISNIS BUAH

Transkripsi:

1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis, oleh karena itu Indonesia memiliki keanekaragaman buah-buahan tropis. Banyak buah yang dapat tumbuh di Indonesia namun tidak dapat tumbuh dengan baik di daerah subtropis, diantaranya adalah buah salak, durian, jambu air, dan sebagainya. Indonesia pun mampu menghasilkan buah-buahan yang dihasilkan oleh daerah subtropis, seperti jeruk, apel, dan anggur. Namun keunggulan ini tidak dimanfaatkan secara maksimal oleh pemerintah dan masyarakat Indonesia. Pada era pasar bebas seperti sekarang ini, banyak produk impor yang masuk ke Indonesia dengan mudah, salah satunya adalah buah-buahan impor. Buah-buahan lokal harus mampu bersaing agar dapat bertahan di pasaran nasional atau bahkan mampu merambah ke pasar internasional. Pada dasarnya varietas buah-buahan lokal tidak kalah dengan varietas buah-buahan impor. Oleh karena itu, diperlukan strategi khusus dalam mempromosikan buah lokal dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesukaan atau preferensi konsumen terhadap buah lokal. Pada tahun 2010, BPS mencatat impor buah-buahan Indonesia sebesar 655 juta dolar AS. Nilai impor buah ini sempat turun di tahun 2011 menjadi 411.57 juta dolar AS (Rp 3.7 triliun). Namun, di tahun 2012 nilai impor buah Indonesia kembali melonjak mencapai 848.6 juta dolar AS (Rp 8.1 triliun). Banyaknya buah impor yang ada di pasaran disebabkan oleh biaya distribusi yang lebih efisien dibandingkan dengan buah lokal, tarif bea masuk impor yang rendah menjadi salah satu penyebabnya. Selain itu, buah impor banyak varietasnya dan selalu tersedia di pasaran. Sedangkan buah lokal tidak selalu tersedia di pasaran karena sifatnya yang musiman dan biaya pengiriman buah lokal pun mahal dikarenakan minimnya infrastruktur untuk mendistribusikan buah lokal ke daerah lain. Jumlah dan kontinuitas buah lokal juga masih belum bisa stabil memenuhi kebutuhan pasar. Hal ini yang menyebabkan dari segi harga, buah lokal menjadi kurang kompetitif dibandingkan dengan buah impor. Tabel 1 menunjukkan pengeluaran rata-rata per kapita per bulan untuk buahbuahan di Indonesia dari tahun 2008 sampai tahun 2012 yang mengalami peningkatan. Semakin sadarnya masyarakat Indonesia terhadap manfaat buah bagi kesehatan dan terus berkembangnya trend gaya hidup sehat telah merubah pola pikir dan kehidupan masyarakat. Namun hal ini tidak diimbangi dengan banyaknya kehadiran buah lokal di pasaran. Hal ini menyebabkan Indonesia harus mengimpor jenis buah tertentu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Tabel 2 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan volume impor buah-buahan (ton) dari tahun 2007 sampai tahun 2011. Menurut Kementerian Pertanian (2012), rata-rata pertumbuhan volume impor komoditas buah dari tahun 2007 sampai 2011 sebesar 14%. Hal ini dikarenakan produksi buah lokal yang tidak mampu memenuhi permintaan masyarakat terhadap buah. Ketidakmampuan Indonesia dalam memenuhi permintaan dan konsumsi buah masyarakat Indonesia menyebabkan buah impor semakin banyak berada di pasaran. Dewasa ini, tidaklah sulit

2 menemukan buah impor di pasaran, terutama di pasar modern seperti supermarket dan swalayan. Tabel 1 Pengeluaran rata-rata per kapita per bulan untuk buah-buahan (Rp/bulan) tahun 2008-2012 Tahun 2008 8 779 2009 8 821 2010 12 335 2011 12 134 2012 15 199 Sumber : Badan Pusat Statistik (2012) Pengeluaran rata-rata per kapita per bulan (Rp/bulan) Secara umum atribut buah impor juga lebih disukai oleh konsumen, dilihat dari penampilannya yang lebih menarik, ukurannya yang seragam, kualitasnya yang baik serta harganya lebih murah dibandingkan dengan buah lokal jenis tertentu. Namun apabila mengingat lamanya jalur distribusi atau pengiriman buahbuahan impor sampai ke Indonesia, maka buah-buahan impor tersebut memerlukan penanganan pasca panen agar tetap segar sampai ke tangan konsumen. Dewasa ini, banyak bermunculan isu mengenai buah-buahan impor yang menggunakan bahan pengawet berbahaya bagi manusia, seperti formalin dan lilin agar tetap segar sampai ke tangan konsumen. Oleh karena itu, pentingnya kewaspadaan diri bagi konsumen dalam memilih dan mengonsumsi buah-buahan impor. Tabel 2 Perkembangan volume impor komoditas buah tahun 2007-2011 Komoditas Volume impor (ton) 2007 2008 2009 2010 2011 Jeruk 119 740 143 770 216 785 203 916 231 542 Apel 146 655 141 239 155 277 199 484 214 245 Pir 94 558 86 755 90 390 111 276 133 592 Anggur 29 136 28 156 37 745 44 087 59 162 Durian 23 149 24 679 28 935 24 368 27 149 Pisang 25 56 328 2 779 1 631 Mangga 1 088 969 821 1 129 989 Semangka 921 390 761 1 036 832 Strawberi 639 833 567 452 564 Melon 111 100 632 364 348 Pepaya 57 163 300 580 299 Nanas 345 2 014 198 219 267 Nangka 5 0 18 35 66 Rambutan 87 0 33 23 27 Manggis 14 2 10 13 20 Langsat 9 0 284 146 5 Belimbing 1 1 4 4 1 Buah lainnya 86 585 72 944 107 576 102 791 161 399 Total 503 125 502 070 640 667 692 703 832 080 Sumber : Kementerian Pertanian (2012) Pada Tabel 2 terlihat bahwa jumlah volume impor jenis buah-buahan tertentu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Namun ada dua jenis buahbuahan yang difokuskan dalam penelitian ini, yaitu jeruk dan apel. Hal ini dikarenakan jenis buah-buahan ini merupakan buah-buahan tertinggi tingkat

impornya dan mengalami peningkatan volume impor dari tahun 2007 sampai tahun 2011. Selain itu, jeruk dan apel sering dikonsumsi oleh konsumen. Terlihat pada Tabel 3 bahwa berdasarkan konsumsi rata-rata per kapita seminggu menurut jenis buah-buahan dan golongan pengeluaran per kapita sebulan tahun 2009, buah jeruk merupakan buah yang paling banyak dikonsumsi dibandingkan dengan jenis buah lain sedangkan apel paling sedikit dikonsumsi. Walaupun demikian, berbagai jenis buah apel impor dapat ditemui dengan mudah di pasar sehingga buah apel tetap dijadikan fokus dalam penelitian ini selain buah jeruk. Di samping itu, buah pisang dan pepaya termasuk ke dalam jenis buah yang dilarang impornya masuk ke Indonesia sehingga pisang dan pepaya tidak difokuskan dalam penelitian ini dan dianggap tidak relevan dengan tujuan penelitian. Tabel 3 Konsumsi rata-rata per kapita seminggu menurut jenis buah-buahan dan golongan pengeluaran per kapita sebulan tahun 2009 Golongan pengeluaran per Konsumsi jenis buah-buahan (kg/kapita) kapita sebulan (Rp) Jeruk Pisang Pepaya Rambutan Apel <100 000-0.030-0.001-100 000-149 999 0.008 0.042 0.010 0.011 0.000 150 000-199 999 0.023 0.048 0.018 0.019 0.002 200 000-299 999 0.050 0.056 0.027 0.029 0.004 300 000-499 999 0.096 0.067 0.042 0.038 0.012 500 000-749 999 0.163 0.076 0.050 0.040 0.029 750 000-999 999 0.214 0.084 0.082 0.035 0.053 >1000 000 0.263 0.096 0.082 0.028 0.101 Rata-rata per kapita 0.119 0.069 0.046 0.034 0.025 Sumber : Susenas BPS (2009) Pemerintah telah mencanangkan untuk mengonsumsi buah lokal di tengahtengah kehadiran buah impor. Salah satunya dengan melakukan promosi dan sosialisasi mengenai manfaat buah lokal bagi kesehatan dan perannya yang signifikan bagi peningkatan kualitas hidup masyarakat. Buah-buahan lokal paling aman dikonsumsi karena bebas dari penanganan pasca panen berupa pengawetan. Pada tanggal 10 Juli 2010, pemerintah mengadakan kampanye gemar buah Indonesia (Aziz 2011). Melalui kampanye ini diharapkan dapat memicu peningkatan konsumsi buah-buahan lokal dan menekan angka impor buah-buahan. Selain itu, untuk menghambat membanjirnya buah impor masuk ke pasaran Indonesia, pada periode Januari sampai Juni 2013 pemerintah telah mengeluarkan kebijakan melarang impor 6 jenis buah, yaitu pepaya, melon, durian, nanas, pisang, dan mangga. Kebijakan tersebut terdapat di dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor 60 Tahun 2012 tentang Rekomendasi Impor Hortikultura, serta Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 60 Tahun 2012 tentang Ketentuan Impor Produk Hortikultura. Alasan utama pemerintah mengeluarkan kebijakan ini adalah 6 jenis produk buah yang dihasilkan di dalam negeri masih mencukupi permintaan dan kebutuhan konsumen. Kebijakan ini dikeluarkan untuk melindungi petani domestik dari kehadiran buah impor yang semakin banyak, di samping itu juga untuk meningkatkan jiwa nasionalisme masyarakat Indonesia agar lebih menyukai dan mengonsumsi buah lokal. Menurut Kementerian Pertanian (2013), tingkat konsumsi buah dan sayur masyarakat Indonesia masih rendah yaitu hanya 40 kg per kapita per tahun, angka ini masih di bawah rekomendasi Food Agriculture Organization sebesar 65 kg per 3

4 kapita per tahun. Tingkat konsumsi masyarakat terhadap buah-buahan diantaranya dipengaruhi oleh perilaku konsumen dalam mengambil keputusan pembelian buah. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat pola pikir masyarakat cenderung berubah. Banyak pertimbangan yang dilakukan oleh konsumen ketika membeli suatu produk. Terlihat pula pada Tabel 3 di atas, semakin tinggi tingkat pengeluaran per kapita untuk buah-buahan maka semakin tinggi pula tingkat konsumsi buah-buahannya. Oleh karena itu, penelitian ini difokuskan pada konsumen kelas menengah ke atas yang diasumsikan mempunyai tingkat konsumsi buah-buahan yang tinggi, terutama untuk jenis buah jeruk dan apel. Selain itu, menurut Prijanggono (1996) golongan kelas menengah ini mempunyai daya beli yang cukup tinggi dan kesadaran yang baik terhadap gizi dan kesehatan. Selain itu, masyarakat golongan ini mempunyai akses yang besar terhadap buah-buahan, baik buah impor maupun buah lokal terutama buah jeruk dan apel. Preferensi konsumen buah merupakan tindakan seseorang untuk mengonsumsi buah berdasarkan kesukaannya terhadap karakteristik atau atribut yang dimiliki oleh buah tersebut. Menurut Simamora (2003), preferensi konsumen terhadap suatu produk mempengaruhi perilaku pembelian konsumen, yaitu sebagai penentu bagi konsumen dalam mengambil keputusan untuk memilih maupun membeli suatu produk. Keanekaragaman jenis produk buah yang ada di pasaran menyebabkan konsumen dihadapkan pada pilihan yang semakin banyak, oleh karena itu kekuatan tawar menawar konsumen semakin besar. Konsumen bebas memilih produk yang akan dibelinya sesuai dengan kebutuhan, selera, dan daya belinya. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dibahas mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi preferensi konsumen terhadap buah lokal. Saat ini, konsumen semakin sensitif terhadap atribut-atribut yang dimiliki oleh buah. Pada umumnya, konsumen akan memilih produk yang bermutu lebih baik dengan harga yang lebih murah. Oleh karena itu, produsen seharusnya mengetahui apa kebutuhan dan keinginan konsumen serta berusaha untuk memenuhinya, mengingat konsumen sebagai pengguna produk yang merupakan sasaran akhir dari rangkaian kegiatan produksi. Menurut Sudiyarto (2011), memahami perilaku konsumen terhadap buah-buahan merupakan informasi pasar yang sangat penting. Informasi ini diperlukan sebagai bahan masukan untuk mengembangkan dan memasarkan produk buah-buahan dengan baik agar dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen. Kebutuhan dan selera konsumen akan terpenuhi jika ketersediaan produk dan daya beli masyarakat juga mampu mengatasinya. Perumusan Masalah Buah-buahan termasuk ke dalam jenis tanaman holtikultura yang dapat dikonsumsi langsung, baik dalam kondisi mentah maupun matang di pohon, serta dapat pula dikonsumsi dengan diolah terlebih dahulu. Dewasa ini, semakin banyak masyarakat yang sadar akan manfaat buah-buahan. Selain itu, adanya trend gaya hidup sehat yang sering dipromosikan baik di televisi, internet maupun media informasi lainnya membuat masyarakat semakin sensitif terhadap konsumsi buah-buahan. Buah-buahan merupakan sumber vitamin A, C, serat, dan mineral yang sangat diperlukan untuk menjaga kesehatan tubuh manusia. Oleh karena itu,

buah-buahan dianjurkan untuk dikonsumsi setiap hari sehingga komoditas buahbuahan harus selalu ada di pasaran untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Di tengah banyaknya buah-buahan impor yang ada di pasaran menyebabkan buah-buahan lokal harus mampu bersaing agar tetap bertahan. Pemerintah telah melakukan berbagai tindakan agar masyarakat lebih menyukai produk dalam negeri, dalam hal ini buah-buahan lokal. Salah satunya adalah dengan mengampanyekan cinta buah lokal serta mengeluarkan kebijakan larangan impor untuk 6 jenis buah (pepaya, melon, durian, nanas, pisang, dan mangga). Usahausaha ini dilakukan untuk meningkatkan konsumsi buah lokal dan jiwa nasionalisme terhadap produk lokal. Ketersediaan buah lokal merupakan permasalahan yang sering dihadapi oleh pengusaha buah segar. Permintaan konsumen yang secara umum dipengaruhi oleh berbagai atribut buah-buahan, diantaranya warna, rasa, aroma, ukuran, dan harga yang cenderung berubah-ubah setiap waktunya harus menjadi bahan pertimbangan bagi pegusaha buah dalam melakukan persediaan buah. Buahbuahan lokal cenderung mudah rusak jika disimpan dalam waktu yang lama dikarenakan buah-buahan lokal masih menggunakan penanganan yang sederhana pada pasca panennya, namun menjadi aman untuk dikonsumsi. Selain itu, untuk beberapa jenis buah lokal sangat tergantung kepada musimnya, sehingga tidak selalu tersedia di pasaran. Hal ini berbeda dengan buah-buahan impor, penanganan yang lebih modern pada buah-buahan impor membuat buah-buahan impor lebih tahan lama dan tampilannya lebih menarik daripada buah-buahan lokal. Penggunaan bahan pengawet berbahaya bagi kesehatan manusia, dewasa ini menjadi isu yang penting untuk dicermati oleh konsumen dalam memilih buahbuahan impor. Pada umumnya, ada kecenderungan semakin tinggi tingkat pendapatan maka semakin tinggi pula tingkat konsumsi konsumen terhadap buah-buahan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini konsumen yang menjadi fokus penelitian adalah konsumen buah lokal yang termasuk ke dalam golongan menengah ke atas, yang ditentukan berdasarkan pengeluaran per kapita per bulan untuk makanan. Hal ini dikarenakan, kelas konsumen ini dianggap paling mudah mengakses buahbuahan baik buah lokal maupun buah impor. Konsumen ini biasanya sering mengonsumsi jenis buah seperti jeruk dan apel baik impor maupun lokal. Preferensi konsumen terhadap buah merupakan kesukaan konsumen yang didasarkan atas sikap konsumen dalam memilih dan menentukan buah yang dikonsumsinya, hal ini akan berpengaruh pada konsumsi konsumen terhadap buah dalam hal ini adalah buah lokal. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi preferensi konsumen terhadap buah lokal, salah satunya adalah atribut pada buah itu sendiri. Preferensi konsumen terhadap buah lokal akan menentukan seberapa besar buah lokal tersebut dapat diterima oleh konsumen. Buah impor dan buah lokal memiliki perbedaan dari segi atribut rasa, aroma, warna, ukuran, dan harga. Hal tersebut dapat mempengaruhi konsumen dalam memilih dan membeli buah. Masing-masing buah terdiri dari varietas-varietas yang mempunyai sifat unggul yang spesifik baik dari segi rasanya maupun penampilan fisik buah itu sendiri. Banyak konsumen buah-buahan yang mengonsumsi buah-buahan dengan berbagai alasan, misalnya pengaruh lingkungan, atribut buah, dan lain sebagainya. Penelitian ini difokuskan pada dua jenis buah yaitu jeruk dan apel. 5

6 Berdasarkan permasalahan di atas diketahui bahwa konsumsi buah lokal yang menurun di tengah-tengah keberadaan buah-buahan impor yang dapat masuk ke Indonesia dengan mudah dan membuat konsumen mempunyai banyak pilihan dalam membeli produk buah. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dapat dirumuskan beberapa masalah, sebagai berikut: 1. Bagaimana perilaku pembelian dan konsumsi konsumen terhadap buah lokal? 2. Bagaimana preferensi konsumen terhadap atribut jeruk dan apel lokal? 3. Bagaimana perilaku pembelian dan konsumsi konsumen terhadap jeruk dan apel lokal? 4. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi preferensi konsumen terhadap jeruk dan apel lokal? Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas, maka penelitian ini bertujuan, sebagai berikut: 1. Menganalisis perilaku pembelian dan konsumsi konsumen terhadap buah lokal. 2. Menganalisis preferensi konsumen terhadap atribut jeruk dan apel lokal. 3. Menganalisis perilaku pembelian dan konsumsi konsumen terhadap jeruk dan apel lokal. 4. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi konsumen terhadap jeruk dan apel lokal. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, baik secara teoritis maupun praktis. 1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai acuan oleh peneliti-peneliti lebih lanjut yang mempunyai kesamaan dengan tema penelitian yang diajukan. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan masukan, bahan rujukan maupun bahan pembanding dalam perbendaharaan kepustakaan bagi pembaca terutama untuk mengembangkan teori yang telah ada sebelumnya. 2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan penting untuk pengembangan strategi manajamen, terutama produsen jeruk dan apel lokal untuk meningkatkan kualitas buah-buahannya sesuai dengan preferensi konsumen melalui rekayasa genetika. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini difokuskan pada faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi konsumen terhadap buah lokal. Penelitian ini memiliki batasan-batasan permasalahan, hal ini dimaksudkan agar penelitian ini menjadi lebih fokus. Batasan-batasan permasalahan tersebut mencakup: 1. Penelitian dilakukan di wilayah Kota Bogor. 2. Responden yang diwawancarai adalah responden umum dan responden yang sedang berbelanja buah di toko buah di Kota Bogor pada saat dilakukan penelitian.

Untuk Selengkapnya Tersedia di Perpustakaan MB-IPB