ANALISIS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PADA BENTUK USAHA TETAP INDONESIA JEPANG (STUDI KASUS: PT TOYOFUJI SERASI INDONESIA)

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 DAN PASAL 4 AYAT (2) PADA PT BHANDA GHARA REKSA (PERSERO)

PERHITUNGAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN SPT MASA PPH PASAL 21

Evaluasi Pelaksanaan Pajak Pertambahan Nilai di PT IO

ANALISIS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 PADA PT.GKS

Kewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib pajak badan setelah memperoleh NPWP

ANALISIS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA CV INDAH UTAMA 171

ANALISIS PENERAPAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN PADA PT SM ANUGRAH RAYA TAMA

PPh Pasal 26. Pengantar

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk membiayai pengeluaran yang berkaitan dengan pembangunan

BAB 3 GAMBARAN UMUM OBJEK PEMBAHASAN

PERLAKUAN PAJAK PENGHASILAN ATAS PERUBAHAN BENTUK USAHA (STUDI KASUS DI RESTORAN T)

BAB IV PEMBAHASAN. memiliki pengenaan pajak pada Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 yang penjelasaannya. telah diatur dalam UU PPh Nomor 36 Tahun 2008.

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

PAJAK PENGHASILAN PASAL 23/26

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dimana pendapatan terbesar

ANALISIS PENERAPAN PEMOTONGAN DAN PENYETORAN SERTA PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 DAN PASAL 26 TAHUN (STUDI KASUS: PERUM PERURI)

PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH: STUDI KASUS PT. IMS

Oleh : I Nyoman Darmayasa, SE., M.Ak., Ak. BKP. Politeknik Negeri Bali 2011

REKONSILIASI FISKAL PADA LAPORAN LABA RUGI PT. DPM UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERHUTANG

DAFTAR ACUAN. Agoes, S. dan Trisnawati, E. (2009). Akuntansi perpajakan edisi 2. Jakarta: Salemba

ANALISIS PENERAPAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DI PT. DDT

I. UMUM II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

ANALISIS PEMOTONGAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 (Studi Kasus Pada PT. Cipta Kridatama)

BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENERAPAN PP 46/2013 TERHADAP PERHITUNGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PPH PADA WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

BAB II LANDASAN TEORI / PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pengertian bank menurut Pasal 1 Undang-undang No.10 Tahun 1998

Modul Perpajakan PAJAK PENGHASILAN PASAL 23/26 DEFINISI

BAB IV PEMBAHASAN. Pengenaan Pajak atas Penghasilan PT PIBS. PT PIBS adalah perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

EVALUASI PENERAPAN PPH PASAL 23 PADA PT. BIN (PERSERO) DI TAHUN 2012

PERTEMUAN 13: PPh Pasal 25 (Umum /Perhitungan)

ANALISIS PEMERIKSAAN PAJAK DALAM UPAYA OPTIMALISASI PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA KEMAYORAN

EVALUASI PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PADA PT. VB

Oleh : I Nyoman Darmayasa, SE., M.Ak., Ak. BKP. Politeknik Negeri Bali 2011

PERTEMUAN 7 By Ely Suhayati SE MSi Ak PENGKREDITAN PPH PASAL 24 DAN ANGSURAN PPH PASAL 25

PAJAK PENGHASILAN PASAL 26. Disusun guna memenuhi tugas : Mata Kuliah : Perpajakan Dosen Pengampu : Agus Arwani, M. Ag

BAB II LANDASAN TEORI

Pertemuan 5 PAJAK PENGHASILAN PASAL 23, 25, & 26

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. membayar pajak secara langsung maupun tidak langsung. negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Tansuria, 2010).

BAB 4. Pembahasan Hasil Penelitian

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Kondisi yang Melatarbelakangi Kesalahan atas Kewajiban Pemotongan PPh 23

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. salah satunya perlakuan akuntansi pajak atas sewa dan imbalan jasa. Oleh sebab

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

EVALUASI MEKANISME PPh PASAL 21 PADA PT AIN TAHUN PAJAK Iramaulina Damanik Rachmat Kurniawan Fharel Hutajulu

BAB II LANDASAN TEORI. pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pajak dan tidak menjalankan kewajibannya sebagai wajib pajak.

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dalam kehidupan masyarakat seiring dengan perkembangan dan. untuk membiayai pembangunan negara dan juga merupakan sumber

CONTOH PENERAPAN DAN PENGHITUNGAN FASILITAS PAJAK PENGHASILAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB IV. EVALUASI PROSES PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PPh PASAL 23/26 PADA PT. FEDERAL INTERNATIONAL FINANCE

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

4. PPh TERUTANG (Pilih salah satu sesuai dengan kriteria Wajib Pajak. Untuk lebih jelasnya, lihat Buku Petunjuk Pengisian SPT) 10a. 10b.

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 ATAS KARYAWAN PADA PT. BUMI SRIWIJAYA ABADI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. tanpa balas jasa yang dapat ditunjuk secara langsung.

CONTOH PENERAPAN DAN PENGHITUNGAN FASILITAS PAJAK PENGHASILAN

Penerapan Tax Review atas Pajak Penghasilan Pada PT Indo

BAB II LANDASAN TEORI. Ilyas dan Richard Burton (2010:6), Pajak adalah prestasi yang dapat dipaksakan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

EVALUASI MEKANISME PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 PADA PT.HUTAMA KARYA (Persero)

PEMERIKSAAN PAJAK BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2009 ATAS PPH PASAL 21 CV FAZAR UTAMA DI SAMARINDA

PAJAK PENGHASILAN. Tujuan Instruksional :

ANALISIS ATAS PENERAPAN PERHITUNGAN, PENYETORAN, SERTA PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN 22 DAN PAJAK PENGHASILAN 23 STUDI KASUS PERUM PERURI

A. Dasar Hukum. Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.65755/PP/M.VIIIA/12/2015. Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Pasal 23. Tahun Pajak : 2008

Keputusan Dirjen Pajak KEP-537/PJ./2000 tgl 29 Desember 2000

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. karangan Prof. Dr. Mardiasmo (2011:1) pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. bisa ditarik apa yang telah dibahas dan dianalisis oleh penulis dalam skripsi ini

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani

Ruth Rassita Kembaren. Universitas Bina Nusantara Jalan Rawa Belong Raya No.8, Kemanggisan Jakarta Barat

PELATIHAN PENGISIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PADA USAHA KECIL

BAB I PENDAHULUAN. Kontraprestasi yang diterima pembayar pajak bersifat tidak langsung, sebab pajak

Apakah Pemilik Indekos Harus Bayar Pajak Juga?

PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM UPAYA PENGHEMATAN PAJAK PENGHASILAN PADA PT TUNAS ESA MANDIRI SEJAHTERA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ANALISIS PENERAPAN PAJAK STUDI KASUS PADA PT. BINA KARNADA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR I.1 SPT MASA PAJAK PENGHASILAN FINAL PASAL 4 AYAT (2) (F )

PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 15

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 ayat 1:

Perpajakan Joint Operation Usaha Jasa Konstruksi

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Penghitungan Pajak yang Dilakukan oleh PT Semar Jaya Indah Tahun

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi pada PT QN

Evaluasi Mekanisme PPh Pasal 22 Bendaharawan Pemerintah Pada PPPTMGB LEMIGAS

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. hewan) yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP) pada

BAB II LANDASAN TEORI PAJAK PENGHASILAN. II.1.1. Pengertian dan Pelaksanaan Pajak Penghasilan

PERPAJAKAN I PENDAFTARAN NPWP, PENGAJUAN SPPKP & PEMBAYARAN PAJAK. Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Soal USKP A Mata Ujian PPh Pot/ Put Pasal (15, 21, 22, 23, 26) Periode Juni Tahun 2013 (Bagian Pertama)

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BAB I KETENTUAN UMUM.

EVALUASI ATAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 TAHUN (STUDI KASUS PERUM PERUMNAS)

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN

PERTEMUAN 12: PPh Pasal 24 (Umum /Perhitungan)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Tri Murti (Universitas Lambung Mangkurat)

Transkripsi:

ANALISIS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PADA BENTUK USAHA TETAP INDONESIA JEPANG (STUDI KASUS: PT TOYOFUJI SERASI INDONESIA) Thiodora Fidevia Fakultas Ekonomi dan Komunikasi Universitas Bina Nusantara Maya Safira Dewi, SE., Ak., M.Si Fakultas Ekonomi dan Komunikasi Universitas Bina Nusantara ABSTRAK Tujuan penelitian, ialah untuk memberikan pengetahuan secara relevan yang berkaitan dengan perpajakan di Indonesia khususnya mengenai pajak penghasilan terhadap bentuk usaha tetap kepada pembaca. Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode kualitatif, yaitu metode yang menggunakan data primer sebagai acuan data yang digunakan. Analisis yang dilakukan adalah dengan menganalisis mengenai kewajiban perpajakan pada bentuk usaha tetap dan juga menganalisis pemotongan, penyetoran serta pelaporan pajak penghasilan suatu perusahaan. Hasil yang dicapai adalah perusahaan sudah melakukan pemotongan, penyetoran serta pelaporan pajak penghasilan setiap bulannya. Simpulan atas keseluruhan penulisan skripsi ini adalah bentuk usaha tetap berkewajiban sama halnya dengan wajib pajak dalam negeri, yaitu melakukan pemotongan, penyetoran dan pelaporan Pajak Penghasilan. Kata Kunci: Pajak Penghasilan, Bentuk Usaha Tetap, Tax Treaty Indonesia-Jepang ABSTRACT The purpose of the research, is to provide the relevant knowledge relating to taxation in Indonesia, particularly regarding income tax on the permanent establishment to the reader. The method used in this thesis is a qualitative method, is a method that uses primary data as the reference data used. The analysis is performed by analyzing the tax obligations on the permanent establishment and also analyze cutting, depositing and reporting of a company's income tax. The results achieved are companies already doing cutting, depositing and reporting of income taxes each month. Conclusion on overall writing this thesis is a permanent establishment as well as the obligation of taxpayers in the country, namely cutting, depositing and reporting income tax. Keywords: Income Tax, Permanent Establishment, Indonesia-Japan Tax Treaty

PENDAHULUAN Setiap negara biasanya mempunyai sistem atau prinsip perpajakan dimana suatu sistem tersebut akan dipengaruhi beberapa hal, antara lain oleh falsafah bangsa yang bersangkutan dan kebijakan kebijakan tertentu yang berhubungan dengan pemberian dorongan investasi kepada sektor sektor tertentu. Di Indonesia, pajak merupakan sektor penting penyokong perekonomian bangsa dimana dalam lima tahun terakhir, peranan penerimaan pajak dalam pendapatan negara meningkat dari 60% menjadi hampir 70% (Depkeu, 2013) Berdasarkan Undang Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum Perpajakan dan Tata Cara Perpajakan bahwa Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Sumber penerimaan pajak berasal dari penghasilan yang sebagiannya dibayarkan kepada negara yang dikenakan untuk wajib pajak, baik wajib pajak dalam negeri maupun wajib pajak luar negeri. Salah satu penerimaan pajak ialah melalui bentuk usaha tetap. Secara garis besar bentuk usaha tetap adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, serta badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia. Tempat usaha tersebut bersifat permanen dan digunakan untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan dari orang pribadi yang tidak bertempat tinggal atau badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia. Berkaitan dengan hal tersebut, bentuk usaha tetap dalam sistem perpajakan Indonesia menempati suatu kedudukan yang khusus. Karena di samping pemajakan atas bentuk usaha tetap tersebut, berbeda dibandingkan dengan pemajakan atas wajib pajak pada umumnya. Dalam hal ini, kaitannya dengan perjanjian pajak (tax treaty), ada tidaknya suatu bentuk usaha tetap sangat menentukan dapat atau tidaknya suatu negara sumber mengenakan pajak atas laba usaha yang diperoleh suatu perusahaan yang berkedudukan di luar negeri. Dalam perkembangannya, menurut Undang Undang Nomor 7 Tahun 1984 Tentang Pajak Penghasilan, bentuk usaha tetap tidak lagi dikelompokkan sebagai subjek pajak badan dalam negeri, tetapi dikelompokkan sebagai subjek pajak yang berdiri sendiri dan dianggap sebagai subjek pajak luar negeri. Namun demikian, kewajiban kewajiban perpajakannya dipersamakan dengan subjek pajak dalam negeri. Keadaan tersebut masih tetap tidak berubah setelah adanya Undang Undang Nomor 17 Tahun 2000 dan Undang Undang Nomor 36 Tahun 2008 sebagai Undang Undang perubahan terhadap Undang Undang Pajak Penghasilan yang terbaru. Pajak Penghasilan merupakan pajak yang dipungut sebagai objek pajak atas penghasilan yang diperoleh suatu perusahaan. Pajak Penghasilan akan selalu dikenakan terhadap orang atau badan usaha selaku wajib pajak yang memperoleh penghasilan. Setiap perusahaan yang bergerak di bidang jasa maupun non jasa sebagai wajib pajak diwajibkan untuk membayar pajak. Bagi perusahaan, pajak merupakan sumber pengeluaran tanpa adanya imbalan langsung untuk perusahaan tersebut. Sehingga biasanya, perusahaan melakukan upaya untuk membayar pajak terutangnya sekecil mungkin selama hal tersebut memungkinkan. Mengenai pajak penghasilan dan bentuk usaha tetap yang telah dikemukakan oleh penulis, maka penulis melakukan sebuah penelitian pada PT Toyofuji Serasi Indonesia. Dalam hal ini, penulis melakukan observasi langsung yaitu mendedikasikan waktunya pada jangka waktu sementara untuk bekerja di perusahaan tersebut. PT Toyofuji Serasi Indonesia merupakan perusahaan pelayaran yang bergerak di bidang jasa pengiriman barang melalui jalur transportasi laut. Sebagai bentuk usaha tetap PT. Toyofuji Serasi Indonesia merupakan perusahaan yang sudah memiliki pengalaman serta berdedikasi untuk memberikan kerja yang handal serta mengutamakan pelayanan untuk kepentingan pelanggan. Selain itu, PT Toyofuji Serasi Indonesia mengambil bagian penting pada program pengiriman barang ke sejumlah daerah yang berada di Indonesia.

Berdasarkan alasan diatas, penulis mencoba untuk menggali lebih dalam mengenai pajak penghasilan yang terkait pada PT Toyofuji Serasi Indonesia sebagai bentuk usaha tetap, maka dalam hal ini penulis menyusun skripsi dengan judul: ANALISIS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PADA BENTUK USAHA TETAP INDONESIA JEPANG (STUDI KASUS: PT TOYOFUJI SERASI INDONESIA) Penelitian ini dilakukan dengan tujuan : 1. Untuk mengetahui kewajiban perpajakan pada PT Toyofuji Serasi Indonesia sebagai Bentuk Usaha Tetap. 2. Untuk mengetahui penerapan perjanjian penghindaran pajak berganda antara Indonesia Jepang terkait dengan PT Toyofuji Serasi Indonesia. 3. Untuk mengetahui pelaksanaan pemotongan, penyetoran, serta pelaporan Pajak Penghasilan pada PT Toyofuji Serasi Indonesia. METODE PENELITIAN Pengumpulan data ini didalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif analisis, yaitu mendeskriptifkan data-data yang telah terkumpul dan menganalisisnya Dalam pengumpulan dan mengkaji data-data yang diperoleh dari penelitian ini, metodologi penelitian yang digunakan oleh peneliti sebagai berikut: 1. Metode Studi Literatur (Library Research) Berdasarkan data yang telah diperoleh, penulis kemudian melakukan penelitian literatur untuk mendapatkan data sekunder, yaitu dengan mengumpulkan, membaca, menelaah peraturan undangundang perpajakan, serta literatur lainnya yang dapat membantu penulis memecahkan masalah. 2. Metode Wawancara Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber data. Komunikasi tersebut dilakukan dengan dialog (tanya-jawab) secara lisan, yang dilakukan secara langsung terhadap objek penelitian. 3. Metode Observasi Metode observasi atau pengamatan adalah satu cara yang digunakan untuk memperoleh data dengan pengamatan ke obyek dari percobaan yang dilakukan atau pada obyek survei. HASIL DAN BAHASAN Pemenuhan Ketentuan Formal Perpajakan PT. Toyofuji Serasi Indonesia merupakan perusahaan yang telah terdaftar sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) di Kantor Pelayanan Badan Penanaman Modal Asing Lima dengan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) 02-194-570-4-058-000. Dalam hal penghitungan PPh Pasal 15, Pasal 4(2) dan Pasal 23. PT Toyofuji Serasi Indonesia menghitung pajak atas penghasilan perusahaan yang mendukung kegiatan perusahaan PT. Toyofuji Serasi Indonesia. Kewajiban Perpajakan pada PT Toyofuji Serasi Indonesia sebagai Bentuk Usaha Tetap Dalam hal ini PT Toyofuji Serasi Indonesia yang merupakan BUT, namun dalam kewajiban perpajakan, BUT hampir sama seperti Wajib Pajak Badan Dalam Negeri. PT Toyofuji Serasi Indonesia dalam hal ini berkewajiban mempunyai NPWP dan memenuhi ketentuan di Undang Undang PPN, sehingga PT Toyofuji Serasi Indonesia dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP). Maka diketahui bahwa PT Toyofuji Serasi Indonesia memiliki NPWP yaitu 02-194-570-4-058-000 dan dalam hal ini telah terdaftar sebagai Pengusaha Kena Pajak pada Kantor Pelayanan Badan Penanaman Modal Asing Lima. PT Toyofuji Serasi Indonesia juga berkewajiban untuk menyampaikan

SPT PPh Badan, SPT PPh Pasal 21/26, PPh Pasal 23/26, PPh Pasal 4(2) dan/atau PPN sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda antara Indonesia dengan Jepang Terkait dengan PT Toyofuji Serasi Indonesia Seperti yang sudah dijelaskan diatas mengenai perjanjian pajak berganda antara Indonesia dengan Jepang maka dapat diketahui bahwa: 1. PT Toyofuji Serasi Indonesia memiliki pegawai asing, namun dalam hal ini pegawai asing tersebut dikenakan PPh pasal 21. Hal ini dikarenakan pegawai asing tersebut sudah memiliki NPWP dan bekerja lebih dari 183 hari di Indonesia. 2. Berdasarkan SPT Tahunan dapat diketahui bahwa pemegang saham/pemilik modal dan jumlah dividen yang dibagikan periode 3 tahun pajak (2010-2012) sebagai berikut: Tabel 1 Pembagian Dividen Kepada Pemegang Saham Tahun Pajak 2010-2012 No Nama Pemegang Saham NPWP Jumlah Modal Disetor Rupiah % Dividen (Rupiah) 046.000 20.110.000.000 40 4.134.000.000 2 Toyofuji Shipping Co.Ltd 000.000 12.568.750.000 25 2.583.750.000 3 PT Jelajah Laut Nusantara 1 PT Serasi Autoraya 01.357.583.2-00.000.000.0-01.484.483.1-801.000 7.541.250.000 15 1.550.250.000 4 PT Karyaputra Lokatirta 01.589.419.9-038.000 2.513.750.000 5 1.550.250.000 5 Fujitrans Corporation 00.000.000.0-000.000 7.541.250.000 15 516.750.000 Jumlah 50.275.000.000 100 10.335.000.000 Sumber: SPT Tahunan PT Toyofuji Serasi Indonesia 3. Pada PPh pasal 26 dijelaskan bahwa PT Toyofuji Serasi Indonesia melakukan pemotongan sesuai dengan tax treaty antara Indonesia dengan Jepang pada keterangan mengenai dividen yang tertera dalam pasal 10. Berikut ini adalah keterangan mengenai PPh pasal 26 PT Toyofuji Serasi Indonesia tahun pajak 2010 2012:

Tabel 2 Pemotongan PPh Pasal 26 terkait dengan Tax Treaty Indonesia Jepang No Tahun Nama pemotong Jumlah Objek Pajak Tax Treaty Jumlah PPh yang Dipotong 1 2010 Fujitrans Corporation Rp 1.076.250.000 15% Rp 161.437.500 Toyofuji Shipping Co.Ltd Rp 1.793.750.000 10% Rp 179.375.000 2 2011 Fujitrans Corporation Rp 2.741.250.000 15% Rp 456.875.000 Toyofuji Shipping Co.Ltd Rp 4.568.750.000 10% Rp 411.187.500 3 2012 Fujitrans Corporation Rp 1.550.250.000 15% Rp 232.537.500 Toyofuji Shipping Co.Ltd Rp 2.583.750.000 10% Rp 258.375.000 Sumber: Daftar Bukti Potong SPT Masa PPh Pasal 23/26 PT Toyofuji Serasi Indonesia Berikut adalah keterangan mengenai tax treaty antara Indonesia Jepang pada tabel 2: 1. Fujitrans Corporation Pada tax treaty pasal 10 mengenai dividen, PT Fujitrans Corporation dikenakan tarif sebesar 15% karena tidak memiliki modal diatas 25%. 2. Toyofuji Shipping Co.Ltd Sesuai dengan tax treaty antara Indonesia Jepang pada pasal 10 menyatakan bahwa 10% dari jumlah kotor dividen jika penerima dividen adalah suatu badan yang selama 12 bulan pada akhir masa pembukuan dimana pembagian keuntungan dilakukan, apabila memiliki sekurang-kurangnya 25% modal dari badan yang membayarkan dividen. PT. Toyofuji Shipping Co.Ltd dalam hal ini memiliki modal sebesar 25% sehingga PT Toyofuji Shipping Co. Ltd dikenakan tarif sebesar 10%. Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan Mengenai PPh Pasal 15, PPh Pasal 4(2) dan PPh Pasal 23 Tahun Pajak 2010, 2011, 2012 Berdasarkan Penelitian pada Tahun Pajak 2010 2012 bahwa PT Toyofuji Serasi Indonesia telah melakukan pemotongan, penyetoran dan pemotongan dengan baik, berikut penjelasannya; a. Tahun 2010 1. PPh Pasal 15 Berdasarkan SSP dan SPT PPh Pasal 15 Tahun 2010 bahwa PT Toyofuji Serasi Indonesia telah melakukan penyetoran dan pelaporan tepat pada waktunya. Dalam hal ini objek pajak yang dipotong ialah Imbalan yang dibayarkan/terutang kepada perusahaan pelayaran dalam negeri dan Imbalan yang diterima/diperoleh sehubungan dengan pengangkutan orang dan/atau barang termasuk charter kapal laut oleh perusahaan pelayaran dalam negeri. Dalam hal ini PPh disetor sendiri oleh wajib pajak. 2. PPh Pasal 4(2) Berdasarkan SSP dan SPT PPh Pasal 4(2) Tahun 2010 bahwa PT Toyofuji Serasi Indonesia telah melakukan penyetoran dan pelaporan tepat pada waktunya. Berdasarkan SPT Masa PPh Pasal 4(2)

objek pajak yang dipotong ialah persewaan tanah dan/atau bangunan. Dalam hal ini, penyewa sebagai pemotong pajak. 3. PPh Pasal 23 Berdasarkan SSP dan SPT PPh Pasal 23 Tahun 2010 bahwa PT Toyofuji Serasi Indonesia telah melakukan penyetoran dan pelaporan tepat pada waktunya. Dalam hal ini objek PPh Pasal 23 adalah dividen yang dikenakan tarif sebesar 15%, bunga dikenakan tarif sebesar 2%, sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan harta dikenakan tarif sebesar 2%, serta jasa seperti jasa teknik, jasa manajemen, jasa konsultan, jasa perantara dan/atau keagenan, jasa perawatan/perbaikan/pemasangan mesin, peralatan, listrik serta jasa lain sesuai PMK- 244/PMK.03/2008 yang dikenakan tarif sebesar 2%. Dalam hal ini penulis melakukan analisis pada SPT Masa PPh Pasal 23 sebagai berikut: a. Januari Pada bulan ini adanya perbedaan jumlah PPh pasal 23 yang dihitung pada penulis dengan yang tertulis pada SPT. Pada Penulis sebesar Rp 5.495.019 sedangkan menurut SPT pada perusahaan sebesar Rp 7.852.325 maka selisih keduanya adalah sebesar Rp. 2.357.306 b. April Di bulan ini adanya perbedaan jumlah PPh pasal 23 yang dihitung menurut penulis dengan perusahaan. Diketahui pada SPT masa bulan april PPh pasal 23 yang dipotong sebesar Rp 228.168.463 dan menurut hasil penghitungan penulis sebesar Rp 228.111.124 diketahui selisih keduanya adalah sebesar Rp 57.339 c. Mei Perbedaan jumlah PPh pasal 23 yang dihitung pada penulis dengan yang tertulis pada SPT. Pada Penulis sebesar Rp 30.795.992 sedangkan menurut SPT pada perusahaan sebesar Rp 32.938.303 maka selisih keduanya adalah sebesar Rp 2.142.311 d. Juni Bulan juni adanya perbedaan jumlah PPh pasal 23 yang dihitung pada penulis dengan yang tertulis pada SPT. Pada Penulis sebesar Rp 28.702.434 sedangkan menurut SPT pada perusahaan sebesar Rp 30.751.221 maka selisih keduanya adalah sebesar Rp. 2.048.787 b. Tahun 2011 1. PPh Pasal 15 Berdasarkan SSP dan SPT PPh Pasal 15 Tahun 2011 bahwa PT Toyofuji Serasi Indonesia telah melakukan penyetoran dan pelaporan selalu tepat pada waktunya. Dalam hal ini objek pajak yang dipotong ialah Imbalan yang dibayarkan/terutang kepada perusahaan pelayaran dalam negeri dan Imbalan yang diterima/diperoleh sehubungan dengan pengangkutan orang dan/atau barang termasuk charter kapal laut oleh perusahaan pelayaran dalam negeri. Dalam hal ini PPh disetor sendiri oleh wajib pajak. 2. PPh Pasal 4(2) Berdasarkan SSP dan SPT PPh Pasal 4(2) Tahun 2011 bahwa PT Toyofuji Serasi Indonesia telah melakukan penyetoran dan pelaporan selalu tepat pada waktunya. Berdasarkan SPT Masa PPh Pasal 4(2) objek pajak yang dipotong ialah persewaan tanah dan/atau bangunan. Dalam hal ini, penyewa sebagai pemotong pajak. 3. PPh Pasal 23 Berdasarkan SSP dan SPT PPh Pasal 23 Tahun 2011 bahwa PT Toyofuji Serasi Indonesia telah melakukan penyetoran dan pelaporan selalu tepat pada waktunya. Dalam hal ini objek PPh Pasal 23 adalah dividen yang dikenakan tarif sebesar 15%, bunga dikenakan tarif sebesar 2%, sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan harta dikenakan tarif sebesar 2%, serta jasa seperti jasa teknik, jasa manajemen, jasa konsultan, jasa perantara dan/atau keagenan, jasa perawatan/perbaikan/pemasangan mesin, peralatan, listrik serta jasa lain sesuai PMK- 244/PMK.03/2008 yang dikenakan tarif sebesar 2%. Dalam hal ini penulis melakukan analisis pada SPT Masa PPh Pasal 23 sebagai berikut: a. Januari Pada bulan ini ada 2 perusahaan yang tidak memiliki NPWP yaitu PT. PK dan PT. GSM. Perusahaan tersebut dikenakan tarif sebesar 4%.

b. Februari Pada bulan ini ada perusahaan yang tidak memiliki NPWP yaitu PT. PK. Perusahaan tersebut dikenakan tarif sebesar 4%. c. April Pada bulan ini ada perusahaan yang tidak memiliki NPWP yaitu PT. PK. Perusahan tersebut dikenakan tarif sebesar 4%. d. Mei Pada bulan ini ada perusahaan yang tidak memiliki NPWP yaitu PT. PK. Perusahaan tersebut dikenakan tarif sebesar 4%. e. Juni Pada bulan ini ada perusahaan yang tidak memiliki NPWP yaitu PT. PK. Perusahaan tersebut dikenakan tarif sebesar 4%. f. Juli 1. Pada bulan ini ada perusahaan yang tidak memiliki NPWP yaitu PT. PK. Perusahaan tersebut dikenakan tarif sebesar 4%. 2. Adanya perbedaan jumlah pembayaran pada bulan Juli pada penulis dengan yang tertulis pada SPT. Pada Penulis sebesar Rp 37.114.937 sedangkan pada SPT sebesar Rp 34.892.705 maka selisih keduanya adalah sebesar Rp 2.222.232 g. September Adanya perbedaan jumlah pembayaran pada bulan September pada penulis dengan yang tertulis pada SPT. Pada Penulis sebesar Rp. 73.139.124 sedangkan pada SPT sebesar Rp 76.199.836 maka selisih keduanya adalah sebesar Rp 3.060.712 h. Oktober Adanya perbedaan jumlah pembayaran pada bulan Oktober pada penulis dengan yang tertulis pada SPT. Pada Penulis sebesar Rp 72.682.562 sedangkan pada SPT sebesar Rp 75.317.673 maka selisih keduanya adalah sebesar Rp 2.635.111 i. November Adanya perbedaan jumlah pembayaran pada bulan November pada penulis dengan yang tertulis pada SPT. Pada Penulis sebesar Rp 20.624.760 sedangkan pada SPT sebesar Rp 22.732.111 maka selisih keduanya adalah sebesar Rp 2.107.351 j. Desember Adanya perbedaan jumlah pembayaran pada bulan Desember pada penulis dengan yang tertulis pada SPT. Pada Penulis sebesar Rp 35.857.635 sedangkan pada SPT sebesar Rp 38.361.750 maka selisih keduanya adalah sebesar Rp 2.504.115 c. Tahun 2012 1. PPh Pasal 15 Berdasarkan SSP dan SPT PPh Pasal 15 Tahun 2012 bahwa PT Toyofuji Serasi Indonesia telah melakukan penyetoran dan pelaporan tepat pada waktunya. Dalam hal ini objek pajak yang dipotong ialah Imbalan yang dibayarkan/terutang kepada perusahaan pelayaran dalam negeri dan Imbalan yang diterima/diperoleh sehubungan dengan pengangkutan orang dan/atau barang termasuk charter kapal laut oleh perusahaan pelayaran dalam negeri. Dalam hal ini PPh disetor sendiri oleh wajib pajak. 2. PPh Pasal 4(2) Berdasarkan SSP dan SPT PPh Pasal 4(2) Tahun 2012 bahwa PT Toyofuji Serasi Indonesia telah melakukan penyetoran dan pelaporan selalu tepat pada waktunya. Berdasarkan SPT Masa PPh Pasal 4(2) objek pajak yang dipotong ialah persewaan tanah dan/atau bangunan. Dalam hal ini, penyewa sebagai pemotong pajak. 3. PPh Pasal 23 Berdasarkan SSP dan SPT PPh Pasal 23 Tahun 2012 bahwa PT Toyofuji Serasi Indonesia telah melakukan penyetoran dan pelaporan selalu tepat pada waktunya. Dalam hal ini objek PPh Pasal 23 adalah dividen yang dikenakan tarif sebesar 15%, bunga dikenakan tarif sebesar 2%, sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan harta dikenakan tarif sebesar 2%, serta jasa seperti jasa teknik, jasa manajemen, jasa konsultan, jasa perantara dan/atau keagenan, jasa perawatan/perbaikan/pemasangan mesin, peralatan, listrik serta jasa lain sesuai PMK-

244/PMK.03/2008 yang dikenakan tarif sebesar 2%. Dalam hal ini penulis melakukan analisis pada SPT Masa PPh Pasal 23 sebagai berikut: a. Januari Adanya perbedaan jumlah PPh yang dihitung pada penulis dengan yang tertulis pada SPT. Pada penulis sebesar Rp 66.192.158 sedangkan pada SPT sebesar Rp 91.219.757 maka selisih keduanya adalah sebesar Rp 25.027.599 b. Februari Pada bulan ini terdapat perbedaan jumlah PPh yang dihitung pada penulis dengan yang tertulis pada SPT. Pada penulis sebesar Rp 172.979.243 sedangkan pada SPT sebesar Rp 175.264.701 maka selisih keduanya adalah sebesar Rp 2.285.458 c. April Bulan april ini terdapat perbedaan jumlah PPh yang dihitung pada penulis dengan yang tertulis pada SPT. Pada penulis sebesar Rp 23.421.038 sedangkan pada SPT sebesar Rp 25.938.165 maka selisih keduanya adalah sebesar Rp 2.517.127 d. Juli Perbedaan jumlah PPh pasal 23 yang dihitung pada bulan juli. Pada Penulis sebesar Rp 35.266.059 sedangkan pada SPT sebesar Rp 35.274.929 maka selisih keduanya adalah sebesar Rp 8.870 e. Agustus Pada bulan Agustus terlihat perbedaan PPh pasal 23 yang dihitung menurut penulis dengan perusahaan. Pada penulis sebesar Rp 35.266.059 sedangkan pada perusahaan sebesar Rp 35.274.929 maka selisih keduanya adalah sebesar Rp 8.543 f. September Di bulan ini penulis menemukan perbedaan mengenai pemotongan PPh pasal 23. Menurut penulis PPh yang dihitung adalah sebesar Rp 35.418.120 sedangkan pada perusahaan sebesar Rp 35.426.765 maka selisih keduanya adalah sebesar Rp 8.645 g. Oktober Adanya perbedaan jumlah pemotongan PPh pasal 23 pada bulan Oktober pada penulis dengan yang tertulis pada SPT. Pada Penulis sebesar Rp 13.870.938 sedangkan pada SPT sebesar Rp 13.879.123 maka selisih keduanya adalah sebesar Rp 8.185 h. Desember Adanya perbedaan jumlah pemotongan PPh pasal 23 pada bulan Desember pada penulis dengan yang tertulis pada SPT. Pada Penulis sebesar Rp 14.060.355 sedangkan pada perusahaan sebesar Rp 14.088.476 maka selisih keduanya adalah sebesar Rp 28.121 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis atas penerapan dan perhitungan Pajak Penghasilan serta peraturan perpajakan pada PT Toyofuji Serasi Indonesia, maka penulis mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Sebagai Bentuk Usaha Tetap PT Toyofuji Serasi Indonesia sudah melakukan kewajibannya, yaitu mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak dan terdaftar sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) di Kantor Pelayanan Badan Penanaman Modal Asing. 2. PT Toyofuji Serasi Indonesia sudah menerapkan perjanjian penghindaran pajak berganda antara Indonesia Jepang. Dalam hal ini, PT Toyofuji Serasi Indonesia sudah memenuhi persyaratan dalam melakukan tax treaty antara Indonesia Jepang yaitu memiliki Surat Keterangan Domisili. 3. Dalam hal ini, tax treaty yang dikenakan PT Toyofuji Serasi Indonesia adalah mengenai deviden yang terdapat pada pasal 10 yaitu sebesar 10% yang apabila memiliki modal sekurang-kurangnya 25% dan 15% apabila memiliki modal dibawah 25%. 4. Berdasarkan seluruh bukti pemotongan, penyetoran serta pelaporan yang dikemukakan oleh penulis dari tahun 2010 sampai dengan 2012, secara keseluruhan PT Toyofuji Serasi Indonesia telah menjalankan peraturan dengan baik sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 80/PMK.03/2010.

Saran Berdasarkan kepada hasil analisis dan simpulan tersebut. Penulis ingin menyampaikan beberapa saran kepada PT Toyofuji Serasi Indonesia sebagai berikut: 1. PT Toyofuji Serasi Indonesia dalam hal melakukan penghindaran perjanjian pajak berganda antara Indonesia Jepang sudah melakukannya dengan baik maka dari itu harus dipertahankan agar semakin lebih baik dan optimal lagi. 2. Melakukan penghitungan ulang pada setiap pajak penghasilan yang akan disetorkan atau dilaporkan, sehingga tidak terjadi lagi kesalahan pada saat melakukan pemotongan. 3. Melakukan penyetoran dan pelaporan yang tepat pada waktunya agar terhindar dari sanksi berdasarkan Undang-Undang Pajak Penghasilan yang berlaku. REFERENSI Barata, Atep Adya. (2011). Panduan Lengkap Pajak Penghasilan. Jakarta: Visimedia Djuanda, Gustian dan Lubis, Irwansyah. (2012). Pajak Penghasilan Edisi Revisi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Marsyahrul, Tony. (2010). Pengantar Perpajakan. Jakarta: Grasindo. P., Diaz. Perpajakan Indonesia edisi 2. Jakarta: Mitra Wacana Media. Prastowo, Yustinus. Panduan Lengkap Pajak. Jakarta: Raih Asa Sukses. R.B, Wirawan B. Ilyas. (2010). Hukum Pajak edisi 5. Jakarta: Salemba Empat. Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 2014. Diakses 25 April 2014 dari http://www.anggaran.depkeu.go.id/content/rapbn.pdf Republik Indonesia, Keputusan Menteri Keuangan Nomor 416/KMK.04/1996 tanggal 14 Juni 1996 tentang Norma Penghitungan Khusus Penghasilan Neto Bagi Wajib Pajak Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri Republik Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 80/PMK.03/2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.03/2007 Tentang Penentuan Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran dan Penyetoran Pajak, Penentuan Tempat Pembayaran Pajak, dan Tata Cara Pembayaran, Penyetoran dan Pelaporan Pajak, serta Tata Cara Pengangsuran dan Penundaan Pembayaran Pajak. Republik Indonesia, Surat Edaran DIRJEN Pajak Nomor SE-29/PJ.4/1996 Tanggal 13 Agustus 1996 tentang PPh Terhadap Wajib Pajak Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri. (SERI PPH UMUM NO. 35) Republik Indonesia, Undang Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2000 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan. S. M, Mardiasmo. (2009). Perpajakan revisi 2009. Yogyakarta: ANDI OFFISET. Suparmono dan Damayanti, Theresia Woro. (2010). Perpajakan Indonesia Mekanisme dan Perhitungan. Yogyakarta: ANDI OFFISSET.

Tansuria, Billy Ivan. Pajak Penghasilan Final: Sifat, Pengertian, Pengenaan Pajak, serta Tatacara Penyetoran dan Pelaporannya edisi pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu. RIWAYAT PENULIS Thiodora Fidevia lahir di kota Jakarta pada 2 Juli 1992. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Akuntansi pada 2014.