Ruth Rassita Kembaren. Universitas Bina Nusantara Jalan Rawa Belong Raya No.8, Kemanggisan Jakarta Barat

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Ruth Rassita Kembaren. Universitas Bina Nusantara Jalan Rawa Belong Raya No.8, Kemanggisan Jakarta Barat"

Transkripsi

1 PERLAKUAN PERPAJAKAN TERHADAP PENERBANGAN BERDASARKAN PERJANJIAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA (PERBANDINGAN INDONESIA DENGAN CHINA DAN INDONESIA DENGAN JEPANG) Ruth Rassita Kembaren Universitas Bina Nusantara Jalan Rawa Belong Raya No.8, Kemanggisan Jakarta Barat ABSTRACK The purpose of this study is to discuss and provide a fundamental understanding of the tax treatment of international flight paths and tax treatment of foreign airlines in the form of permanent establishment in Indonesia based on the Tax Treaty and the prevailing Income Tax Act. Research methodology that being used in this research is qualitative research methods with the object of research international flight paths and flight that are in the form of permanent establishment based on Tax Treaty of Indonesiawith China andindonesia with Japan. The airlines that provide international services and airlines that are in the form of permanent establishmentin Indonesia is vulnerable taxpayers subject to double taxation, so that it can be one of the obstacles of investment in a country. Therefore various means adopted to reduce the impact of international double taxation, either unilaterally or bilaterally. The purpose of Tax Treaty that overseeing international flights is that international aviation is not subject to double taxation on the same income and to prevent tax evasion. (RRK) Keywords :Tax Treaty, double taxation,international flight path, airlines that are in the form of permanent establishmentin Indonesia.

2 ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk membahas dan memberikan pemahaman mendasar tentang perlakuan perpajakan penerbangan jalur internasional dan perlakuan perpajakan perusahaan penerbangan luar negeri dalam bentuk Badan Usaha Tetap (BUT) di Indonesia berdasarkan Tax Treaty dan UU PPh yang berlaku. Metode penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan objek penelitian penerbangan jalur internasional dan BUT penerbangan di Indonesia berdasarkan Tax Treaty Indonesia dengan China dan Indonesia dengan Jepang. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa perusahaan penerbangan yang menyediakan rute internasional dan perusahaan penerbangan dalam bentuk BUT di Indonesia adalah wajib pajak yang rentan dikenakan pajak berganda, sehingga dapat menjadi salah satu penghambat investasi pada suatu negara, karenanya berbagai cara ditempuh untuk mengurangi dampak pengenaan pajak berganda atas penerbangan internasional dan perusahaan penerbangan dalam bentuk BUT di Indonesia, baik secara unilateral maupun secara bilateral (Tax Treaty). Kesimpulan penelitian ini dengan adanya Tax Treaty yang mengatur penerbangan internasional dan BUT penerbangan di Indonesiaialah agar penerbangan internasional tidak dikenakan pajak berganda pada pendapatan yang sama dan agar tidak terjadi pengelakan pajak serta memudahkan WPLN yang akan melakukan usaha di Indonesia. (RRK) Kata Kunci : Tax Treaty, pajak berganda, penerbangan jalur internasional, BUT penerbangan di Indonesia.

3 PENDAHULUAN Pajak merupakan salah satu penerimaan negara yang sangat penting bagi pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional di Indonesia. Apabila jumlah pajak yang diterima semakin besar, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia semakin meningkat (Prasetya, 2013). Penerimaan pajak sangat berpengaruh untuk suatu negara dan ketergantungan sebuah negara akan penerimaan pajak tidak dapat dihindarkan, tidak terkecuali dengan Indonesia. Pajak berasal dari berbagai transaksi ekonomi, salah satunya adalah transaksi ekonomi antar negara. Dalam era globalisasi ini segala kegiatan yang dilakukan antar negara menjadi mudah dan lancar seolah tidak ada pembatas yang menghalangi. Kemudahan tersebut juga berpengaruh pada hubungan ekonomi antar negara, di mana perusahaan dapat memperluas usahanya, melakukan kegiatan perdagangan, dan memperoleh penghasilan di negara lain, termasuk dalam bidang transportasi. Tingginya jumlah wisatawan yang berkunjung ke Indonesia seperti wisatawan China memperoleh penghasilan di negara lain, termasuk dalam bidang transportasi. Tingginya jumlah wisatawan yang berkunjung ke Indonesia seperti wisatawan China dan Jepang pada tahun berdasarkan data dari Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif, untuk jumlah wisatawan China yang berkunjung ke Indonesia sebesar dan untuk wisatawan Jepang yang berkunjung ke Indonesia sebesar Tingginya jumlah wisatawan China dan Jepang yang berkunjung ke Indonesia tentu menunjukan bahwa pentingnya alat transportasi yang menjadi salah satu sarana penghubung ekonomi internasional, dengan adanya transportasi dapat menghubungkan jarak antar negara sehingga mudah di capai dalam waktu yang efisien. Pesawat udara merupakan pilihan transportasi yang tepat untuk menempuh perjalanan internasional dengan waktu temput perjalanan yang lebih efisien. Namun, perusahaan penerbangan yang menyediakan rute perjalanan internasional dan perusahaan penerbangan luar negeri yang melakukan usaha melalui Bentuk Usaha Tetap (BUT) di Indonesia adalah wajib pajak yang rentan dikenakan pajak berganda (double taxation), sehingga dapat menjadi salah satu penghambat investasi pada suatu negara. Setiap negara mempunyai hukum perpajakan untuk mengatur sistem pemungutan pajak atas penghasilan yang diperoleh di negaranya dan atas penghasilan yang diperoleh oleh penduduk dari negaranya. Oleh karenanya berbagai cara ditempuh untuk mengurangi dampak pajak berganda internasional, baik secara unilateral maupun secara bilateral. Secara unilateral dilakukan dengan mengadopsi metode-metode penghindaran pajak berganda internasional di dalam undang-undang domestik. Sedangkan secara bilateral dibuat Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B) yang dilaksanakan oleh dua negara atau lebih termasuk antara Indonesia denga Jepang dan Indonesia dengan China dan biasanya disebut dengan istilah Tax Treaty. Tax Treaty bertujuan untuk memudahkan pengenaan pajak dalam berinvestasi antar negara dan memberikan keuntungan kepada negaranegara yang melaksanakan Tax Treaty. Dalam penerapan Tax Treaty harus memberikan perlakuan yang sama (equal treatment), artinya keberadaan Tax Treaty antar dua negara atau lebih sama-sama memberikan kemudahan dan perlindungan hukum serta menguntungkan bagi setiap negara yang melaksanakan Tax Treaty tersebut. P3B merupakan produk hukum yang memberikan perlindungan dan kepastian hukum dari pengenaan pajak berganda.

4 METODE PENELITIAN Jenis data yang digunakan oleh penelitian ini adalah data kualitatif, Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian yang bersifat yuridis normatif, data utama yang digunakan adalah data sekunder dan data primer. Penelitian ini merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain) dan data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara), dan sumber data yang diperoleh langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan,sedangkan data primer berupa opini subjek (orang) secara individual atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian. Berdasarkan data historis, peneliti dapat membaca permasalahan dengan tujuan agar dapat menggali lebih dalam dan berusah mencari teori teori atau hubungan baru menyangkut pada pembahasan masalah skripsi ini. Metode deskriptif analisis, mengumpulkan data data dan informasi tentang penelitian masalah yang selanjutnya akan diolah, sehingga penulis dapat menjelaskannya untuk kemudian ditarik kesimpulan secara sistematis, factual, dan akurat mengenai fakta fakta serta karakter dari masalah yang diteliti. HASIL DAN BAHASAN Perlakuan Perpajakan antara Indonesia dengan China dan Indonesia dengan Jepang atas Penerbangan Jalur Internasional berdasarkan Tax Treaty Perlakuan Perpajakan antara Indonesia dengan China dan Indonesia dengan Jepang atas Penerbangan Jalur Internasional berdasarkan Tax Treaty Indonesia dengan China dan Indonesia dengan Jepang sama. Berdasarkan Tax Treaty antara Indonesia dengan China maka perlakuan perpajakan atas penerbangan jalur lalu lintas internasional yang dioprasikan oleh maskapai China atas penerbangan tujuan Indonesia dikenakan pajak penghasilan atas keuntungan pengoprasian pesawat berdasarkan ketentuan Negara China dan dibayarkan di China (negara domisili), sebaliknya perlakuan perpajakan atas penerbangan lalu lintas internasional yang dioprasikan oleh maskapai Indonesia atas penerbangan tujuan China dikenakan pajak penghasilan atas keuntungan pengoprasian pesawat berdasarkan ketentuan Negara Indonesia dan dibayarkan di Indonesia (negara domisili). Penerapan Perlakuan Tax Treaty Pasal 8 antara Indonesia dengan China berlaku selama maskapai penerbangan tidak memiliki Badan Usaha Tetap (BUT) yang berkedudukan di negara mitra. Berdasarkan Tax Treaty antara Indonesia dengan Jepang maka perlakuan perpajakan atas penerbangan jalur lalu lintas internasional yang dioprasikan oleh maskapai Jepang atas penerbangan tujuan Indonesia dikenakan pajak penghasilan atas keuntungan pengoprasian pesawat berdasarkan ketentuan Negara Jepang dan dibayarkan di Jepang (negara domisili), sebaliknya perlakuan perpajakan atas penerbangan lalu lintas internasional yang dioprasikan oleh maskapai Indonesia atas penerbangan tujuan Jepang dikenakan pajak penghasilan atas keuntungan pengoprasian pesawat berdasarkan ketentuan Negara Indonesia dan dibayarkan di Indonesia (negara domisili). Penerapan

5 Perlakuan Tax Treaty Pasal 8 antara Indonesia dengan Jepang berlaku selama maskapai penerbangan tidak memiliki Badan Usaha Tetap yang berkedudukan di negara mitra. Perlakuan Perpajakan Badan Usaha Tetap (BUT) Penerbangan China Dan Jepang di Indonesia Berdasarkan Undang-undang Pajak Penghasilan di Indonesia Pasal 15, penghasilan dari pengangkutan orang dan/atau barang yang diterima oleh wajib pajak perusahaan pelayaran dan/ atau penerbangan luar negeri yang melakukan usaha melalui Bentuk Usaha Tetap (BUT) yang berkedudukan di Indonesia besarnya pajak penghasilan yang dikenakan adalah sebesar 2,64% dari peredaran bruto dan bersifat final. Pengakuan Penghasilan atas Laba Usaha Badan Usaha Tetap (BUT) Penerbangan China & Jepang di Indonesia berdasarkan Tax Treaty Pengakuan Penghasilan atas Laba Usaha Badan Usaha Tetap (BUT) berdasarkan Tax Treaty Indonesia dengan China dan Indonesia dengan Jepang berbeda. Perbedaan pengakuan penghasilan atas laba usaha antara Tax Treaty Indonesia dengan China dan Tax Treaty Indonesia dengan Jepang yaitu : Berdasarkan Tax Treaty Indonesia dengan China negara sumber berhak memajaki penghasilan yang berasal dari BUT (Attribution Rule ) dan penghasilan atas penjualan barang atau kegiatan lainnya yang sejenis dengan BUT (Force of Attraction Rule), sedangkan berdasarkan Tax Treaty Indonesia dengan Jepang hak pemajakan sebatas pada penghasilan yang berasal dari bentuk usaha tetap saja (Force of Attraction Rule). Perlakuan ini berlaku untuk seluruh BUT termasuk BUT Penerbangan. Berdasarkan Tax Treaty Indonesia dengan Jepang, dimana Indonesia merupakan negara UN Model sedangkan Jepang merupakan negara OECD Model, penerapan aturan dalam tax treaty Indonesia dengan Jepang mengikuti ketentuan OECD Model. Pada penerapannya sebenarnya Jepang lebih diuntungkan dalam segi perpajakan, hal ini dikarenakan penerapan tax treaty mengikuti ketentuan yang seharusnya diberlakukan untuk negara-negara OECD Model. Dalam hal ini Indonesia sebagai negara sumber pengenaan pajak atas BUT yang seharusnya dikenakan berkurang, karena menurut kententuan UN Model pengenaan pajak atas BUT di negara sumber berdasarkan atas penghasilan dari BUT tersebut dan atas penghasilan dari penjualan barang atau kegiatan lainnya yang sejenis dengan BUT, sedangkan berdasarkan OECD Model pengenaan pajak atas BUT hanya sebatas penghasilan dari BUT. Jadi yang seharusnya Indonesia sebagai negara UN Model dalam penerapan Pasal 7 mengenai laba usaha mengakui konsep pengakuan penghasilan Attribution Income dan Force of Attraction Rule, karena Indonesia membuat Tax Treaty dengan negara OECD Model seperti Jepang yang hanya mengakui konsep pengakuan penghasilan Attribution Income dalam penerapan Pasal 7 mengenai laba usaha, maka hasil negosiasi Tax Treaty Indonesia dengan Jepang mengikuti ketentuan yang berlaku pada negara OECD Model. Hal ini dikarenakan kedudukan Indonesia sebagai Capital Importing sedangkan Jepang merupakan negara Capital Eksporting, oleh karena itu dalam pembuatan Tax Treaty Indonesia dengan Jepang ketentuan negara OECD lebih

6 diproritaskan, hal ini dilakukan agar negara-negara OECD Model seperti Jepang tertarik untuk menanamkan modalnya ke negara-negara UN Model seperti Indonesia. Keuntungan Indonesia Dengan Adanya Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (Tax Treaty) dalam Penerapan Perpajakan Penerbangan Jalur Internasional dan BUT atas Kerjasama dengan Negara China dan Jepang Dengan adanya Tax Treaty Indonesia dengan China dan Indonesia dengan Jepang yang mengatur penerbangan di jalur internasional, Indonesia diuntungkan karena maskapai Indonesia yang pesawatnya terbang ke luar negeri termasuk ke Jepang dan China tidak dikenakan pajak secara ganda. Maskapai Indonesia juga dapat memeperkenalkan diri serta menjalin hubungan kekerabatan dengan negara China dan Jepang serta belajar dari maskapai negara China dan Jepang atau bahkan membuka peluang untuk menjalin kerjasama dengan negara China dan Jepang. Selain itu juga dapat menarik minat turis untuk berkunjung ke Indonesia, semakin banyak turis yang berkunjung ke Indonesia maka akan semakin banyak valuta asing yang masuk di Indonesia,sehingga dapat meningkatkan devisa negara. Untuk BUT, dengan adanya Tax Treaty yang mengatur BUT antara Indonesia dengan China dan Indonesia dengan Jepang, khususnya BUT Penerbangan di Indonesia banyak manfaat yang akan di dapat untuk Indonesia seperti negara China dan Jepang dapat membawa teknologi yang terbaru ke Indonesia khususnya di bidang transportasi udara. Selain itu juga memudahkan Wajib Pajak Luar Negeri China dan Jepang yang akan menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia, khususnya untuk BUT Penerbangan. Memberikan manfaat untuk masyarakat Indonesia seperti menyediakan lapangan kerja bagi penduduk dalam negeri, penduduk dalam negeri dapat belajar dari pekerja asing yang bekerja di Indonesia, penduduk dalam negeri mendapatkan ilmu dan pengalaman baru bekerja di perusahaan China dan Jepang yang berkedudukan di Indonesia. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan penjelasan yang dipaparkan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa Berdasarkan Tax Treaty Pasal 8 Indonesia dengan China dan Indonesia dengan Jepang, perlakuan perpajakan penerbangan jalur internasional antara Indonesia dengan China dan Indonesia dengan Jepang tidak memiliki perbedaan, dimana Hak Pemajakan dikenakan di negara domisili. Untuk BUT Penerbangan yang berada di Indonesia akan dikenakan pajak di Indonesia sesuai PPh pasal 15 dengan tarif 2,64%,ini diberlakukan baik untuk BUT Penerbangan China maupun BUT penerbangan Jepang yang berada di Indonesia. Berdasarkan Tax Treaty Pasal 7 Indonesia dengan China dan Indonesia dengan Jepang, pengakuan penghasilan atas laba usaha BUT Penerbangan China dan Jepang yang berkedudukan di Indonesia berbeda. Berdasarkan Tax Treaty Indonesia dengan China Pasal 7 ayat 1, pengakuan penghasilan atas laba usaha BUT dikenakan berdasarkan attribution rule dan force of attraction rule. Berdasarkan Tax Treaty Indonesia dengan Jepang Pasal 7 ayat 1 pengakuan penghasilan atas laba usaha BUT hanya dikenakan berdasarkan attribution rule. Pemberlakuan Tax Treaty Indonesia dengan Jepang Pasal 7 atas laba usaha pada dasarnya mengurangi penerimaan pajak di Indonesia sebagai negara sumber karena ketentuan yang diberlakukan pada Tax Treaty Indonesia dengan Jepang sesuai

7 dengan ketentuan OECD Model, sehingga mengurangi penerimaan pajak Indonesia sebagai negara sumber yang merupakan negara UN Model, walaupun dari segi penerimaan pajak Indonesia berkurang, dari segi lain Tax Treaty Indonesia dengan Jepang memberikan keuntungan seperti investasi, kerjasama dan hubungan kekerabatan yang terjalin. Keuntungan Indonesia dengan adanya perjanjian penghindaran pajak berganda (Tax Treaty) dalam penerapan perpajakan penerbangan jalur internasional dan BUT atas kerjasama dengan negara China dan Jepang seperti maskapai Indonesia yang pesawatnya terbang ke luar negeri termasuk ke Jepang dan China tidak dikenakan pajak secara ganda, maskapai Indonesia juga dapat memeperkenalkan diri serta menjalin hubungan kekerabatan dengan negara China dan Jepang serta belajar dari maskapai negara China dan Jepang atau bahkan membuka peluang untuk menjalin kerjasama dengan negara China dan Jepang, memudahkan Wajib Pajak Luar Negeri China dan Jepang yang akan menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia, khususnya untuk BUT Penerbangan, memberikan manfaat untuk masyarakat Indonesia seperti menyediakan lapangan kerja bagi penduduk dalam negeri, penduduk dalam negeri dapat belajar dari pekerja asing yang bekerja di Indonesia, penduduk dalam negeri mendapatkan ilmu dan pengalaman baru bekerja di perusahaan China dan Jepang yang berkedudukan di Indonesia. Berdasarkan kesimpulan diatas, memberikan beberapa saran terkait sebagai berikut: pemerintah harus mengupayakan agar setiap Tax Treaty yang dibuat dengan negara mitra tidak mengurangi penerimaan pajak Indonesia sebagai negara sumber, terutama Tax Treaty yang dibuat dengan negara-negara mitra yang merupakan negara OECD Model, adanya kebijakan pemerintah dalam membuat Tax Treaty dengan negara mitra yang belum memiliki Tax Treaty dengan Indonesia agar dapat memperluas hubungan kekerabatan antar negara, sehingga dapat membuka peluang untuk negara tersebut menjalankan usaha di Indonesia, termasuk untuk mendirikan BUT di Indonesia, Dengan adanya kemudahan yang diberikan Tax Treaty dalam penerbangan jalur internasional, maskapai Indonesia harus mampu bertahan untuk mendominasi pasar penerbangan internasional di Indonesia dengan terus meningkatkan pelayanan, kualitas dan memberikan inovasi-inovasi baru, serta menambah rute-rute perjalanan internasional. Maskapai Indonesia harus dapat memperkenalkan diri dan membangun kepercayaan di mata negara lain, agar maskapai Indonesia dapat diminati oleh warga negara asing dengan begitu maskapai Indonesia dapat menyentuh pasar penerbangan internasional di negara lain selain di Indonesia.

8 REFERENSI Japan Tax Guide. (2013). Japan Tax Guide-PKF. Diakses 7 28, 2015, dari Kementerian Keuangan. (2013). Laporan Semester I Pelaksanaan APBN TA Diakses April 20, 2015, dari Kementrian Keuangan: pdf Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. (2013). Wisatawan China dan Jepang di Indonesia. Diakses Agustus 30, 2015, dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif: Tax Treaty Indonesia-China. Diakses 7 28, 2015, dari Pajak.go.id: 0 Tax Treaty Indonesia-Jepang. Diakses 7 28, 2015, dari Pajak.go.id: 0 OECD. (Permanent Establishment. Diakses Maret 15, 2015, dari OECD Web site: concention.pdf OECD. (2015). Shipping, inland waterways transport and air transport. Diakses Maret 15, 2015, dari OECD Web site: UN. (2015). Permanet Establishment. Retrieved Maret 15, 2015, from UN Web site: UN. (2015). Shipping, inland waterways transport and air transport. Diakses Maret 15, 2015, dari UN Web site: RIWAYAT PENULIS Ruth Rassita Kembaren, lahir di Jakarta, 29 Januari Penulis menamatkan Pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara, Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi

BAB 1 PENDAHULUAN. Seluruh negara di dunia memperoleh sumber pendanaan utamanya adalah dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Seluruh negara di dunia memperoleh sumber pendanaan utamanya adalah dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seluruh negara di dunia memperoleh sumber pendanaan utamanya adalah dari perpajakan. Secara sederhana pajak adalah instrumen yang dipergunakan oleh pemerintah untuk

Lebih terperinci

MAKALAH PAJAK INTERNASIONAL MODEL PERJANJIAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA

MAKALAH PAJAK INTERNASIONAL MODEL PERJANJIAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA MAKALAH PAJAK INTERNASIONAL MODEL PERJANJIAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA Oleh : Misdawati 1110531019 Risa Kurnia 1210532063 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS 2015 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Santi Wijaya ; Maya Safira Dewi. Binus University, Jl.Kebun Jeruk Raya no.27, ABSTRACTS

Santi Wijaya ; Maya Safira Dewi. Binus University, Jl.Kebun Jeruk Raya no.27, ABSTRACTS ANALISIS PERLAKUAN PERPAJAKAN TERHADAP BENTUK USAHA TETAP BERDASARKAN PERJANJIAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA ( PERBANDINGAN INDONESIA DAN CHINA, INDONESIA DAN KOREA SELATAN) Santi Wijaya ; Maya Safira

Lebih terperinci

Transaksi Lintas Batas Negara dan Konsep Dasar Pemajakannya

Transaksi Lintas Batas Negara dan Konsep Dasar Pemajakannya 1 1 2 2 3 Transaksi Lintas Batas Negara dan Konsep Dasar Pemajakannya Setiap negara mempunyai Undang-Undang Perpajakan Tersendiri. Dari Segi Kekuatan modal dikelompokkan menjadi : a. Capital Exporting

Lebih terperinci

BENEFICIAL OWNER DI DALAM TAX TREATY (STUDI KASUS TAX TREATY INDONESIA BELANDA)

BENEFICIAL OWNER DI DALAM TAX TREATY (STUDI KASUS TAX TREATY INDONESIA BELANDA) BENEFICIAL OWNER DI DALAM TAX TREATY (STUDI KASUS TAX TREATY INDONESIA BELANDA) Silvia Flouren Universitas Bina Nusantara Jalan Rawa Belong Raya No.8, Kemanggisan Jakarta Barat 11480 085217772077 silviaflouren@ymail.com

Lebih terperinci

HUKUM PAJAK ( TAX LAW ) MK-14 JULIUS HARDJONO

HUKUM PAJAK ( TAX LAW ) MK-14 JULIUS HARDJONO HUKUM PAJAK ( TAX LAW ) MK-14 JULIUS HARDJONO HUKAKDSAhUKU PENGATAR HUKUM PAJAK INTERNATIONAL Istilah : - PERJANJIAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA (P3B) - International Tax Treaty (perjanjian Pajak international

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH PENERAPAN TAX TREATY INDONESIA - HONGKONG TERHADAP INVESTASI MODAL DI INDONESIA

ANALISA PENGARUH PENERAPAN TAX TREATY INDONESIA - HONGKONG TERHADAP INVESTASI MODAL DI INDONESIA ANALISA PENGARUH PENERAPAN TAX TREATY INDONESIA - HONGKONG TERHADAP INVESTASI MODAL DI INDONESIA Ervina Binus University Jl. Raya Sesetan No. 216b Denpasar- Bali 081805488886 rvinalee@gmail.com Stefanus

Lebih terperinci

Bab 4 PASAL-PASAL TAX TREATY DAN PENJELASANNYA

Bab 4 PASAL-PASAL TAX TREATY DAN PENJELASANNYA Bab 4 PASAL-PASAL TAX TREATY DAN PENJELASANNYA RUANG LINGKUP P3B Untuk mempermudah pemahaman pembaca tentang P3B, maka ruang lingkup P3B dengan menggunakan United Nations (UN) Model dikelompokkan sebagai

Lebih terperinci

Bab 3 PERJANJIAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA (P3B)

Bab 3 PERJANJIAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA (P3B) Bab 3 PERJANJIAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA (P3B) PENGERTIAN DAN TUJUAN PERJANJIAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA Perjanjian penghindaran pajak berganda adalah perjanjian pajak antara dua negara bilateral

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.I. Simpulan Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah melakukan pengamatan, penghitungan, dan pembahasan terhadap pelaksanaan Tax Treaty antara Indonesia dan United Kingdom

Lebih terperinci

PERPAJAKAN INTERNASIONAL BAB 1 : PENDAHULUAN

PERPAJAKAN INTERNASIONAL BAB 1 : PENDAHULUAN TUGAS AK-5A PERPAJAKAN INTERNASIONAL BAB 1 : PENDAHULUAN OLEH : RAYNALDO KURNIAWAN (1501035110) LOVIAWAN, AGNES VALENTINA (1501035140) WILLIAM ONGKOJOYO (1501035200) BENJAMIN (1501035266) JURUSAN AKUNTANSI

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PADA BENTUK USAHA TETAP INDONESIA JEPANG (STUDI KASUS: PT TOYOFUJI SERASI INDONESIA)

ANALISIS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PADA BENTUK USAHA TETAP INDONESIA JEPANG (STUDI KASUS: PT TOYOFUJI SERASI INDONESIA) ANALISIS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PADA BENTUK USAHA TETAP INDONESIA JEPANG (STUDI KASUS: PT TOYOFUJI SERASI INDONESIA) Thiodora Fidevia Fakultas Ekonomi dan Komunikasi Universitas Bina Nusantara Maya

Lebih terperinci

PERPAJAKAN INTERNASIONAL

PERPAJAKAN INTERNASIONAL Modul ke: Fakultas EKONOMI PERPAJAKAN INTERNASIONAL Pengertian Pajak Berganda (Double taxation) para ahli, pemajakan berganda dalam aspek Nasional dan Internasional, Penerapan pajak berganda dalam UU PPh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpartisipasi dalam pembangunan nasional. Pajak Badan lainnya (Sarwedi, 2012). Dengan melihat realita ini maka pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. berpartisipasi dalam pembangunan nasional. Pajak Badan lainnya (Sarwedi, 2012). Dengan melihat realita ini maka pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak adalah salah satu penerimaan negara yang sangat penting bagi pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional di Indonesia. Apabila jumlah pajak yang diterima

Lebih terperinci

Pembagian Hak Pemajakan Atas Suatu Jenis Penghasilan Tulisan Ilmiah Perpajakan Internasional Jurnal Perpajakan KUP

Pembagian Hak Pemajakan Atas Suatu Jenis Penghasilan Tulisan Ilmiah Perpajakan Internasional Jurnal Perpajakan KUP MATA KULIAH DOSEN TEMA Sumber diambil dari Ketentuan-ketentuan yang terdapat didalam P3B Perpajakan Internasional VED SE.,MSi Pembagian Hak Pemajakan Atas Suatu Jenis Penghasilan Tulisan Ilmiah Perpajakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berganda (double taxation). Untuk menghindari double taxation, maka dibuat

BAB I PENDAHULUAN. berganda (double taxation). Untuk menghindari double taxation, maka dibuat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tenaga kerja asing yang bekerja atau melakukan kegiatan usaha di Indonesia membawa dampak positif dalam menggerakkan perekonomian nasional. Penggunaan tenaga

Lebih terperinci

UN Model, OECD Model & Indonesian Model. Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com

UN Model, OECD Model & Indonesian Model. Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com UN Model, OECD Model & Indonesian Model Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com Perbandingan UN Model, OECD Model dan Indonesian Model UN Model Model yang dikembangkan untuk memperjuangkan

Lebih terperinci

Konsep Dasar Perpajakan Internasional (Bag.I)

Konsep Dasar Perpajakan Internasional (Bag.I) Konsep Dasar Perpajakan Internasional (Bag.I) Hello! We are : Ahmad Deza Perdana Dhiyana Riyani Viva Nurakifiya G. Table of Contents 1. Transaksi Lintas Batas Negara dan Konsep Dasar Pemajakannya 2. Ruang

Lebih terperinci

Feber Sormin, SE.,M.Ak.,Ak.,CA

Feber Sormin, SE.,M.Ak.,Ak.,CA Modul ke: PERPAJAKAN INTERNASIONAL Memahami definisi Perpajakan Internasional, Konsep Perpajakan Internasional (Unilateral/Bilateral, Multillateral). Fakultas EKONOMI Feber Sormin, SE.,M.Ak.,Ak.,CA Program

Lebih terperinci

Perpajakan internasional

Perpajakan internasional AKUNTANSI INTERNASIONAL MODUL 13 PERTEMUAN 13 Perpajakan internasional OLEH ; NUR DIANA SE, MSi JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM MALANG 2016 PERPAJAKAN INTERNASIONAL Tujuan Kebijakan

Lebih terperinci

Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wprdpress.com

Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wprdpress.com Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wprdpress.com » Dikelompokkan Sbb: Subjek pajak, jenis pajak, istilah umum dan penduduk Jenis-jenis penghasilan Hal-hal yang terkait pekerjaan Hubungan istimewa

Lebih terperinci

CONTOH PEMANFAATAN TAX TREATY

CONTOH PEMANFAATAN TAX TREATY CONTOH PEMANFAATAN TAX TREATY 1. TAX TREATY INDONESIA-SINGAPURA Perjanjian pajak Indonesia dan Singapura yang ditandatangani pada tanggal 8 Mei 1990 ini mengatur tentang penghindaran pajak berganda dan

Lebih terperinci

PESUIIT ANDI. Pajak 8erganda? Pedoman Mudah. dan. Praktis Memahami Tax Treaty. Djoko Muljono

PESUIIT ANDI. Pajak 8erganda? Pedoman Mudah. dan. Praktis Memahami Tax Treaty. Djoko Muljono PESUIIT ANDI Pajak 8erganda? Pedoman Mudah dan Praktis Memahami Tax Treaty Djoko Muljono Tax Treaty merupakan salah satu cara untuk mengatur pemajakan yang dilakukan oleh negara-negara yang penduduknya

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN BAB 4 HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN 4.1. Hubungan Indonesia dan Belanda dalam Tax Treaty Indonesia - Belanda Suatu Tax Treaty dibuat dengan tujuan untuk menghindari pengenaan pajak atas penghasilan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penentuan status..., Benny Mangoting, FH UI, 2010

BAB 1 PENDAHULUAN. Penentuan status..., Benny Mangoting, FH UI, 2010 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemajakan atas suatu penghasilan secara bersamaan oleh negara domisili 1 dan sumber 2 menimbulkan pajak ganda internasional (international double taxation). Oleh para

Lebih terperinci

Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B)

Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B) Perjanjian Penghindaran Berganda (P3B) Perjanjian Penghindaran Berganda (P3B) adalah perjanjian internasional di bidang perpajakan antar kedua negara guna menghindari pemajakan ganda agar tidak menghambat

Lebih terperinci

Perpajakan Internasional. Yurisdiksi Pemajakan. 30 Agustus Benny Januar Tannawi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Perpajakan Internasional. Yurisdiksi Pemajakan. 30 Agustus Benny Januar Tannawi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Perpajakan Internasional Yurisdiksi Pemajakan 30 Agustus 2017 Benny Januar Tannawi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia 1 Pengertian yurisdiksi Etis / retributif Etis / retributif Menurut KBBI : 1. Kekuasaan

Lebih terperinci

PERJANJIAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA

PERJANJIAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA Cara Mudah memahami PERJANJIAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA (P3b) (TAX TREATY IS EASY) Penulis : Hendharto Oetomo Olina Rizki Arizal Ngakan Putu Ardana TAX BOOK - Preliminary (8 Sept 2015).indd 1 Cara Mudah

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB 4 PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN BAB 4 PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN 4.1. Perjanjian Tax Treaty antara Indonesia dan Hongkong Setiap negara mempunyai kedaulatan dalam memungut pajak atas penghasilan yang diterima di negara tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin berkembangnya zaman, semakin meningkat pula frekuensi kegiatan bisnis yang terjadi di berbagai negara. Perlu diragukan jika ada seseorang yang berpendapat

Lebih terperinci

Program Studi Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama. Tgl. Berlaku : Mei 2012 Versi/Revisi : 01/00

Program Studi Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama. Tgl. Berlaku : Mei 2012 Versi/Revisi : 01/00 SILABUS/SAP Tgl. Berlaku : Mei 2012 Versi/Revisi : 01/00 Tgl. Revisi : - Kode Dok.: FRM-01 1 P a g e SILABUS/SAP MATA KULIAH PAJAK INTERNASIONAL DAN TAX TREATY 3 SKS Deskripsi dan tujuan mata kuliah Mata

Lebih terperinci

Silabus. EKA 5341 Perpajakan Internasional. Program Studi: Strata 1 (S-1) Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Silabus. EKA 5341 Perpajakan Internasional. Program Studi: Strata 1 (S-1) Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Silabus EKA 5341 Perpajakan Internasional Program Studi: Strata 1 (S-1) Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Institut Keuangan Perbankan dan Informatika Asia Perbanas Jalan Perbanas, Karet Kuningan, Setiabudi,

Lebih terperinci

PAJAK INTERNASIONAL. Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com

PAJAK INTERNASIONAL. Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com PAJAK INTERNASIONAL Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com Latar Belakang Perkembangan transaksi perdagangan barang dan jasa lintas negara Pemberlakukan hukum pajak di masing-masing negara

Lebih terperinci

BAB III PERLAKUAN PENETAPAN SUATU KEGIATAN SEBAGAI BUT AGEN YANG TIDAK BEBAS BERDASARKAN KETENTUAN DOMESTIK

BAB III PERLAKUAN PENETAPAN SUATU KEGIATAN SEBAGAI BUT AGEN YANG TIDAK BEBAS BERDASARKAN KETENTUAN DOMESTIK BAB III PERLAKUAN PENETAPAN SUATU KEGIATAN SEBAGAI BUT AGEN YANG TIDAK BEBAS BERDASARKAN KETENTUAN DOMESTIK Dalam Undang-undang Pajak Domestik di Negara Jerman pada tahun 1922 memberikan pandangan yang

Lebih terperinci

MODEL PERJANJIAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA [TAX TREATY]

MODEL PERJANJIAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA [TAX TREATY] MODEL PERJANJIAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA [TAX TREATY] 1 Tujuan Pembahasan Mahasiswa diharapkan mampu memahami dan melihat persamaan dan perbedaan metode perjanjian penghindaran pajak berganda(p3b)

Lebih terperinci

MEMAHAMI TAX TREATY. Taxes Covered

MEMAHAMI TAX TREATY. Taxes Covered MEMAHAMI TAX TREATY Tax treaty adalah perjanjian perpajakan antara dua negara yang dibuat dalam rangka meminimalisir pemajakan berganda dan berbagai usaha penghindaran pajak. Perjanjian ini digunakan oleh

Lebih terperinci

Metode penhindaran pajak berganda berdasarkan Perjanjian internasional dan ketentuan UU PPh. Feber Sormin, SE.,M.Ak.,Ak.,CA

Metode penhindaran pajak berganda berdasarkan Perjanjian internasional dan ketentuan UU PPh. Feber Sormin, SE.,M.Ak.,Ak.,CA Modul ke: PERPAJAKAN INTERNASIONAL Metode penhindaran pajak berganda berdasarkan Perjanjian internasional dan ketentuan UU PPh Fakultas EKONOMI Feber Sormin, SE.,M.Ak.,Ak.,CA Program Studi AKUNTANSI www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN TERHADAP WAJIB PAJAK ORANG ASING SEBAGAI UPAYA PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA

PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN TERHADAP WAJIB PAJAK ORANG ASING SEBAGAI UPAYA PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN TERHADAP WAJIB PAJAK ORANG ASING SEBAGAI UPAYA PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA KERTAS KARYA Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Ahli Madya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perdagangan dan investasi internasional, permasalahan yang sering

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perdagangan dan investasi internasional, permasalahan yang sering 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam perdagangan dan investasi internasional, permasalahan yang sering muncul adalah mengenai hak pemajakan atas penghasilan yang diterima di negara sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. transaksi dalam pasar ruang virtual ini sering disebut E-Commerce. Transaksi

BAB I PENDAHULUAN. transaksi dalam pasar ruang virtual ini sering disebut E-Commerce. Transaksi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam era globalisasi, transaksi perdagangan lintas negara semakin mudah seiring kemajuan di bidang teknologi komunikasi dan transportasi. Kemajuan teknologi informasi

Lebih terperinci

TRANSAKSI LINTAS BATAS NEGARA DAN KONSEP DASAR PEMAJAKANNYA

TRANSAKSI LINTAS BATAS NEGARA DAN KONSEP DASAR PEMAJAKANNYA TRANSAKSI LINTAS BATAS NEGARA DAN KONSEP DASAR PEMAJAKANNYA Transaksi Lintas Batas Negara Transaksi lintas batas negara adalah transaksi antar pihak yang berasal dari dua negara (ruang lingkup internasional).

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.5, 2016 PENGESAHAN. Persetujuan. Perpajakan. Indonesia. Republik Rakyat Tiongkok. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENGESAHAN PROTOKOL

Lebih terperinci

BENTUK USAHA TETAP BUT. Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com

BENTUK USAHA TETAP BUT. Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com BENTUK USAHA TETAP BUT Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com BENTUK USAHA TETAP Definisi : (pasal 2 UU Pph) bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal

Lebih terperinci

PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 15

PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 15 PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 15 DASAR HUKUM PPh Pasal 15 Pasal 15 UU PPh 36 tahun 2008 SE Nomer 29/PJ.4/1996 SE Nomer 32/PJ.4/1996 SE Nomer 35/PJ.4/1996 KMK No. 416/KMK.04/1996 KMK No.475/KMK.04/1996

Lebih terperinci

Definisi BUT dalam Perpajakan di Indonesia

Definisi BUT dalam Perpajakan di Indonesia Definisi BUT dalam Perpajakan di Indonesia BUT merupakan sarana yang digunakan oleh negara sumber untuk memperoleh hak pemajakan atas penghasilan yang diterima Wajib Pajak luar negeri di negara sumber.

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE 4 DOSEN KEDUA PAJAK INTERNASIONAL

PERTEMUAN KE 4 DOSEN KEDUA PAJAK INTERNASIONAL PERTEMUAN KE 4 DOSEN KEDUA PAJAK INTERNASIONAL Pajak internasional dibuat untuk memenuhi prinsip keadilan. Salah satu dengan adanya penghindaran pajak berganda. Contoh: PPh 26, jika pengusaha luar negeri

Lebih terperinci

BAB II TAX TREATY, PDBM, BPM DAN FDI Pengertian Hukum Pajak Internasional

BAB II TAX TREATY, PDBM, BPM DAN FDI Pengertian Hukum Pajak Internasional BAB II TAX TREATY, PDBM, BPM DAN FDI 2.1. Dasar Perpajakan 2.1.1. Pengertian Hukum Pajak Internasional Hukum pajak internasional adalah suatu kesatuan hukum yang mengupas suatu persoalan yang diatur dalam

Lebih terperinci

TAX JURISDICTION. Original Paper Created by : Eka Daswindar

TAX JURISDICTION. Original Paper Created by : Eka Daswindar TAX JURISDICTION Salah satu isu terpenting dalam perpajakan internasional adalah menetapkan negara mana yang mempunyai hak untuk mengenai pajak atas penghasilan. Sistem perpajakan yang berbeda dapat menyebabkan

Lebih terperinci

SILABUS MATA AJAR PERPAJAKAN 3 SKS

SILABUS MATA AJAR PERPAJAKAN 3 SKS SILABUS MATA AJAR PERPAJAKAN 3 SKS Deskripsi dan Tujuan Mata ajaran ini bertujuan untuk membahas berbagai peraturan perpajakan yang berlaku serta pengaruhnya perusahaan dan penyajian kewajaran penyajian

Lebih terperinci

i UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

i UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENUMPANG YANG DIRUGIKAN OLEH MASKAPAI PENERBANGAN DALAM NEGERI YANG MENGALAMI PENUNDAAN KEBERANGKATAN (DELAY) DITINJAU BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

Lebih terperinci

PENGANTAR PAJAK INTERNASIONAL

PENGANTAR PAJAK INTERNASIONAL PENGANTAR PAJAK INTERNASIONAL Latar Belakang Se8ap negara mempunyai Undang- Undang Perpajakan tersendiri. Kekuatan modal dikelompokkan: a. Capital Expor8ng Countries. b. Capital Impor8ng Countries. Kedua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investor asing berkenaan dengan permasalahan utama bagi setiap investor untuk

BAB I PENDAHULUAN. investor asing berkenaan dengan permasalahan utama bagi setiap investor untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persaingan untuk menarik investor asing menanamkan modalnya pada suatu negara semakin ketat. Oleh karena itu, negara juga secara aktif mempromosikan negaranya

Lebih terperinci

PENGERTIAN PAJAK INTERNASIONAL

PENGERTIAN PAJAK INTERNASIONAL Bab 1 PENGERTIAN PAJAK INTERNASIONAL PENDAHULUAN DAN LATAR BELAKANG Indonesia adalah bagian dari dunia internasional, setiap negara dipastikan menjalin hubungan dengan negara lainnya guna mengadakan transaksi-transaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan Controlled Foreign..., Stenny Mariani Lumban Tobing, FISIP UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan Controlled Foreign..., Stenny Mariani Lumban Tobing, FISIP UI, 2008 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi dunia yang cepat dan dinamis telah mengakibatkan hubungan perdagangan internasional semakin terbuka luas dan semakin ekstensif yang ditandai dengan terbentuknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya keadaan dan kondisi suatu negara, tentunya semakin besar pula pengeluaran-pengeluaran yang dibutuhkan oleh negara tersebut. Semakin besarnya

Lebih terperinci

BAHAN AJAR PAJAK INTERNASIONAL

BAHAN AJAR PAJAK INTERNASIONAL BAHAN AJAR PAJAK INTERNASIONAL PROGRAM DIPLOMA III KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK ANANG MURY KURNIAWAN, S.S.T., Ak., M.Si. SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2010 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi saat ini semakin memudarkan batas geografis antar negara

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi saat ini semakin memudarkan batas geografis antar negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi saat ini semakin memudarkan batas geografis antar negara di dunia. Berdasarkan cara pandang tersebut, para pengusaha dari berbagai negara dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, mendukung mobilitas manusia, barang dan jasa serta

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, mendukung mobilitas manusia, barang dan jasa serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia penerbangan saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat dan merupakan salah satu unsur penting dalam menggerakan dinamika pembangunan, mendukung mobilitas

Lebih terperinci

FUNGSI MANAJEMEN PAJAK

FUNGSI MANAJEMEN PAJAK MANAJEMEN PAJAK FUNGSI MANAJEMEN PAJAK Perencanaan Pajak (tax planning) Merupakan upaya legal yang bisa dilakukan Wajib Pajak, karena penghematan pajak hanya dilakukan dengan memanfaatkan hal-hal yang

Lebih terperinci

HUKUM PAJAK INTERNASIONAL

HUKUM PAJAK INTERNASIONAL HUKUM PAJAK INTERNASIONAL PELAKSANAAN DAN HAMBATAN DALAM PENEGAKAN PAJAK INTERNASIONAL MAKALAH Disusun dalam memenuhi nilai Tugas dalam Mata Kuliah Hukum Pajak Semester Genap - Tahun Akademik 2009-2010

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang diajukan dan tujuan dalam penelitian ini, maka jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian diskriptif,

Lebih terperinci

Universitas Bina Nusantara

Universitas Bina Nusantara Universitas Bina Nusantara Jurusan Akuntansi Skripsi Sarjana Ekonomi Semester Genap 2006 / 2007 ANALISIS PENERAPAN PERSETUJUAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA PADA PT. EMI INDONESIA Abstrak Setiap negara mempunyai

Lebih terperinci

ASPEK HUKUM PENERAPAN PERSETUJUAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA INTERNASIONAL. Abstrak

ASPEK HUKUM PENERAPAN PERSETUJUAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA INTERNASIONAL. Abstrak Mimbar Keadilan, Jurnal Ilmu Hukum Edisi: Januari - Juni 2014, Hal. 87-96 ISSN: 0853-8964 ASPEK HUKUM PENERAPAN PERSETUJUAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA INTERNASIONAL Oleh: Dewi Anggraeni Putri Alumni Fakultas

Lebih terperinci

Beneficial Owner Certificate of Domicile Limitation on Benefit Article YOHANES DWIKI R. D. FIDIRA MAHARANI YUH MELIALA

Beneficial Owner Certificate of Domicile Limitation on Benefit Article YOHANES DWIKI R. D. FIDIRA MAHARANI YUH MELIALA Beneficial Owner Certificate of Domicile Limitation on Benefit Article YOHANES DWIKI R. D. FIDIRA MAHARANI YUH MELIALA Beneficial Owner Pengertian Umum Beneficial Owner Pemilik manfaat dari penghasilan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2005 TENTANG PERLAKUAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS PENYERAHAN AVTUR UNTUK KEPERLUAN PENERBANGAN INTERNASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

Putusan Pengadilan Pajak Nomor. : Put-58606/PP/M.VIB/13/2014. Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Pasal 26. Tahun Pajak : 2006

Putusan Pengadilan Pajak Nomor. : Put-58606/PP/M.VIB/13/2014. Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Pasal 26. Tahun Pajak : 2006 Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-58606/PP/M.VIB/13/2014 Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Pasal 26 Tahun Pajak : 2006 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan banding terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gelombang krisis ekonomi di dunia, bahkan berhasil menjadi negara yang meningkat di

BAB I PENDAHULUAN. gelombang krisis ekonomi di dunia, bahkan berhasil menjadi negara yang meningkat di BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu dari segelintir negara yang berhasil menghadapi gelombang krisis ekonomi di dunia, bahkan berhasil menjadi negara yang meningkat

Lebih terperinci

ANALISIS MENGENAI PERBANDINGAN BENEFICIAL OWNER DI DALAM TAX TREATY (STUDI KASUS ANTARA NEGARA INDONESIA BELANDA DAN INDONESIA HONG KONG)

ANALISIS MENGENAI PERBANDINGAN BENEFICIAL OWNER DI DALAM TAX TREATY (STUDI KASUS ANTARA NEGARA INDONESIA BELANDA DAN INDONESIA HONG KONG) ANALISIS MENGENAI PERBANDINGAN BENEFICIAL OWNER DI DALAM TAX TREATY (STUDI KASUS ANTARA NEGARA INDONESIA BELANDA DAN INDONESIA HONG KONG) STEFY YANTI Universitas Bina Nusantara. Jl. Kebon Jeruk Raya No

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN BENTUK USAHA TETAP DI INDONESIA UNTUK NEGARA SINGAPURA, MALAYSIA, DAN JEPANG

ANALISIS PERBANDINGAN BENTUK USAHA TETAP DI INDONESIA UNTUK NEGARA SINGAPURA, MALAYSIA, DAN JEPANG ANALISIS PERBANDINGAN BENTUK USAHA TETAP DI INDONESIA UNTUK NEGARA SINGAPURA, MALAYSIA, DAN JEPANG HARTONO PURNOMO 1, YUNITA ANWAR 2 Universitas Bina Nusantara, Jl. Kebon jeruk raya No.27, (021) 53696969,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 110 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab terakhir ini bertujuan untuk menyimpulkan pembahasan dan analisa pada bab II, III, dan IV guna menjawab pertanyaan penelitian yaitu keuntungan apa yang ingin diraih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pangsa pasar terbesar di dunia. Pertumbuhan industri penerbangan juga cenderung

BAB I PENDAHULUAN. pangsa pasar terbesar di dunia. Pertumbuhan industri penerbangan juga cenderung BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang penelitian Industri penerbangan merupakan salah satu sektor industri yang memiliki pangsa pasar terbesar di dunia. Pertumbuhan industri penerbangan juga cenderung relatif

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2005 TENTANG PERLAKUAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS PENYERAHAN AVTUR UNTUK KEPERLUAN PENERBANGAN INTERNASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

PERPAJAKAN INTERNASIONAL KASUS TAX TREATY

PERPAJAKAN INTERNASIONAL KASUS TAX TREATY PERPAJAKAN INTERNASIONAL KASUS TAX TREATY Cahyaning Satyka Dina Amalia Fildzah Dessyana Margareth Sophia Kasus Tax Treaty: PT. Cantika Indah ( Perusahaan ) bergerak di bidang produksi alat-alat kosmetik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada suatu negara terdapat suatu sistem dimana setiap warga negara berhak

BAB I PENDAHULUAN. Pada suatu negara terdapat suatu sistem dimana setiap warga negara berhak BAB I 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada suatu negara terdapat suatu sistem dimana setiap warga negara berhak dikenakan pajak atas setiap penghasilan yang mereka terima. Dimana pajak tersebut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1. Perjanjian Perpajakan Internasional II.1.1 Perjanjian Internasional Pemajakan internasional tidak terlepas adanya suatu perjanjian bilateral antar dua negara guna menghindari

Lebih terperinci

PERLAKUAN PERPAJAKAN TERHADAP BENTUK USAHA TETAP DI INDONESIA BERDASARKAN PERJANJIAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA SKRIPSI

PERLAKUAN PERPAJAKAN TERHADAP BENTUK USAHA TETAP DI INDONESIA BERDASARKAN PERJANJIAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA SKRIPSI PERLAKUAN PERPAJAKAN TERHADAP BENTUK USAHA TETAP DI INDONESIA BERDASARKAN PERJANJIAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

PERANAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA MELALUI PAJAK (PERATURAN PEMERINTAH NO. 46 TAHUN 2013)

PERANAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA MELALUI PAJAK (PERATURAN PEMERINTAH NO. 46 TAHUN 2013) PERANAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA MELALUI PAJAK (PERATURAN PEMERINTAH NO. 46 TAHUN 2013) Oleh: Herman 1), Nurul Hidayah 1), Liana Raharja 2) E-mail: herman_ijan@yahoo.co.id

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 94 TAHUN 2010 TENTANG PENGHITUNGAN PENGHASILAN KENA PAJAK DAN PELUNASAN PAJAK PENGHASILAN DALAM TAHUN BERJALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULA. Pariwisata internasional merupakan sumber penting bagi pemasukan

BAB V KESIMPULA. Pariwisata internasional merupakan sumber penting bagi pemasukan BAB V KESIMPULA Pariwisata internasional merupakan sumber penting bagi pemasukan devisa sebuah negara terutama di negara berkembang. Selain itu, sektor pariwisata secara cukup signifikan juga menyerap

Lebih terperinci

Citra Mudjitianing Asih, Syafi i, Arief Rachman Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Bhayangkara Surabaya

Citra Mudjitianing Asih, Syafi i, Arief Rachman Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Bhayangkara Surabaya Analisis Pajak Penghasilan Terutang Badan Akibat Penerapan PP No. 46 Tahun 2013 Serta Kaitannya Terhadap Laba Rugi Perusahaan (Studi Kasus Pada CV. Rajawali Bina Maju Dan PT. New World Rubber Factory)

Lebih terperinci

POKOK-POKOK PERUBAHAN PAJAK PENGHASILAN MENURUT UU NO 36 TAHUN 2008

POKOK-POKOK PERUBAHAN PAJAK PENGHASILAN MENURUT UU NO 36 TAHUN 2008 POKOK-POKOK PERUBAHAN PAJAK PENGHASILAN MENURUT UU NO 36 TAHUN 2008 OLEH: RITA KOESWATIE AGUSTINE 3203005306 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA 2009 POKOK-POKOK

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pajak adalah kontribusi Wajib Pajak kepada negara yang terutang oleh pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang bercirikan nusantara yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang bercirikan nusantara yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang bercirikan nusantara yang disatukan oleh wilayah perairan dan udara. Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi membuat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Perpajakan 2.1.1 Pengertian Pajak Ada banyak definisi atau pendapat yang dikemukan oleh para pakar mengenai pengertian pajak, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara yang berdasarkan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara yang berdasarkan Undang- BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara yang berdasarkan Undang- Undang dapat dipaksakan dengan tidak mendapat kontraprestasi yang langsung dapat ditunjukkan dan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Dalam melakukan penafsiran dalam klausul PSC tentang tarif Branch

BAB V PENUTUP. 1. Dalam melakukan penafsiran dalam klausul PSC tentang tarif Branch BAB V PENUTUP V.1 KESIMPULAN Dari uraian dan pembahasan yang telah dilakukan, penulis menarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Dalam melakukan penafsiran dalam klausul PSC tentang tarif Branch Profit Tax

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat. Karena pajak mempunyai fungsi sebagai budgetair yang

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat. Karena pajak mempunyai fungsi sebagai budgetair yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang penting selain penerimaan bukan pajak. Pembayaran pajak sangat penting bagi negara untuk pelaksanaan

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN PP 46/2013 TERHADAP PERHITUNGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PPH PADA WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

PENGARUH PENERAPAN PP 46/2013 TERHADAP PERHITUNGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PPH PADA WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI ISSN: 1410-9875 Vol. 17, No. 1a, November 2015 http: //www.tsm.ac.id/jba PENGARUH PENERAPAN PP 46/2013 TERHADAP PERHITUNGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PPH PADA WAJIB PAJAK ORANG

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords : Tax, Tax Planning, income taxes rules section 21 st, Transport Allowance, Health Allowance, Tax Allowance.

ABSTRACT. Keywords : Tax, Tax Planning, income taxes rules section 21 st, Transport Allowance, Health Allowance, Tax Allowance. ABSTRACT Tax is the most important thing for every country, it as one of income sources in countries budget. To support smoothness of this activity, government hope all of their citizen who already have

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA. 1. Bagaimana perbedaan fixed base dengan Permanent Establishment dalam

PEDOMAN WAWANCARA. 1. Bagaimana perbedaan fixed base dengan Permanent Establishment dalam PEDOMAN WAWANCARA A. PRAKTISI PERPAJAKAN 1. Bagaimana perbedaan fixed base dengan Permanent Establishment dalam praktik di lapangan? 2. Apakah tepat mengasimilasikan Pasal 14 ke Pasal 7? dan jelaskan alasannya!

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. memenuhi pembangunan nasional secara merata, yang dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. memenuhi pembangunan nasional secara merata, yang dapat meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri Sumber penerimaan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagian besar berasal dari pajak. Pajak merupakan salah satu sumber dana yang digunakan

Lebih terperinci

BAB IV. yang tidak terikat dan didasarkan pada keahlian professional yang dimilikinya. 1

BAB IV. yang tidak terikat dan didasarkan pada keahlian professional yang dimilikinya. 1 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN PENGARUH ASIMILASI PASAL INDEPENDENT PERSONAL SERVICES DALAM PASAL PERMANENT ESTABLISHMENT JIKA DITERAPKAN DALAM PERJANJIAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA (P3B) INDONESIA A.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dunia serta perubahan zaman dengan dilihat dari arus globalisasi di

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dunia serta perubahan zaman dengan dilihat dari arus globalisasi di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia serta perubahan zaman dengan dilihat dari arus globalisasi di segala bidang yang membawa pengaruh cukup besar bagi perkembangan perekonomian

Lebih terperinci

MINGGU KE LIMA PPH PASAL 23, 26, DAN 25 PAJAK PENGHASILAN PASAL 23

MINGGU KE LIMA PPH PASAL 23, 26, DAN 25 PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 MINGGU KE LIMA PPH PASAL 23, 26, DAN 25 PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 A. Pengertian PPh Pasal 23 Pajak yang dipotong atas penghasilan yang berasal dari deviden, bunga, royalty, sewa dan penghasilan lain atas

Lebih terperinci

PERTEMUAN 7 By Ely Suhayati SE MSi Ak PENGKREDITAN PPH PASAL 24 DAN ANGSURAN PPH PASAL 25

PERTEMUAN 7 By Ely Suhayati SE MSi Ak PENGKREDITAN PPH PASAL 24 DAN ANGSURAN PPH PASAL 25 PERTEMUAN 7 By Ely Suhayati SE MSi Ak PENGKREDITAN PPH PASAL 24 DAN ANGSURAN PPH PASAL 25 3.1 PPH PASAL 24 Dalam kondisi bisnis internasional semakin meningkat, WP Dalam Negeri dan WP BUT mungkin saja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Perkembangan Realisasi Penerimaan Pajak

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Perkembangan Realisasi Penerimaan Pajak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perpajakan menjadi salah satu sumber penerimaan paling berkontribusi dalam APBN Negara Indonesia sampai saat ini. Dalam empat tahun terakhir ini perkembangan

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK DAN METODA PENELITIAN. penelitian ini menggunakan satu metode dalam mengumpulkan data yang. serta karakter dari masalah yang diteliti.

BAB 3 OBJEK DAN METODA PENELITIAN. penelitian ini menggunakan satu metode dalam mengumpulkan data yang. serta karakter dari masalah yang diteliti. BAB 3 OBJEK DAN METODA PENELITIAN 3.1. Metoda Penelitian Berdasarkan karakterisitik masalah dalam penelitian ini, maka penelitian ini menggunakan satu metode dalam mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERLAKUAN PAJAK PENGHASILAN ATAS KOMPENSASI OPSI SAHAM UNTUK KARYAWAN MENURUT UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN

BAB IV ANALISIS PERLAKUAN PAJAK PENGHASILAN ATAS KOMPENSASI OPSI SAHAM UNTUK KARYAWAN MENURUT UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN BAB IV ANALISIS PERLAKUAN PAJAK PENGHASILAN ATAS KOMPENSASI OPSI SAHAM UNTUK KARYAWAN MENURUT UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN A. Pajak Penghasilan atas Kompensasi Opsi Saham untuk Karyawan dari Pekerjaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teori dan Literatur 2.1.1 Pajak 2.1.1.1 Definisi Pajak Pajak menurut UU Ketentuan Umum Perpajakan (KUP) Pasal 1 ayat 1 adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang paling potensial bagi kelangsungan pembangunan Negara Indonesia karena penerimaan pajak meningkat seiring dengan

Lebih terperinci