BAB 1 PENDAHULUAN. dalam suatu satuan waktu (Kep. Menpan No.75/2004). Sementara menurut

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. secara terus menerus, tulus, ikhlas, peduli dengan masalah pasien yang di hadapi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rumah sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan dengan fungsi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang

BAB 1 PENDAHULUAN. investasi dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pembangunan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Tahun Pemerintah berkewajiban mengupayakan tersedianya pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan baik dalam lingkup nasional maupun global.hal ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan

BAB 1 PENDAHULUAN. bidang, termasuk kesehatan dituntut agar lebih berkualitas. Rumah sakit juga berubah

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, hal itu disebabkan karena semakin tingginya kesadaran masyarakat akan

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan

INDIKATOR KINERJA UTAMA

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat menjadi lebih selektif dalam memilih jasa pelayanan dari suatu rumah

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan non profit, yaitu unit usaha yang bertujuan tidak untuk mencari

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghasilkan dampak pada kematian, kesakitan, ketidakmampuan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. nyata penyediaan layanan publik di bidang kesehatan adalah adanya rumah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Peneliti akan

BAB 1 PENDAHULUAN. kompleks. Undang-undang Rumah Sakit Nomor 44 tahun 2009 rumah sakit

BAB 1 PENDAHULUAN. tingginya tingkat pendidikan dan kesejahteraan masyarakat, maka tuntutan

I. PENDAHULUAN. dilaksanakan di seluruh sarana pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta,

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi

BAB I PENDAHULUAN. cepat, sehingga masyarakat dengan mudah memperoleh informasi yang diinginkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai industri jasa kesehatan pada dasarnya bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Nursalam, Manajemen Keperawatan, Ed 3, Salemba Medika, Jakarta, Hal : 295

BAB 1 PENDAHULUAN. dimana salah satu upaya yang dilakukan oleh rumah sakit adalah mendukung rujukan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Medan sebagai organisasi yang bergerak

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) KABUPATEN SIDOARJO

BAB 1 : PENDAHULUAN. upaya kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan (1, 2)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN. 4.1 Visi dan Misi Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan a.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

INDIKATOR KINERJA UTAMA

BAB 1 PENDAHULUAN. yang profit maupun yang non profit, mempunyai tujuan yang ingin dicapai melalui

Penilaian pelayanan di RSUD AM Parikesit menggunakan indikator pelayanan kesehatan, adapun data indikator pelayanan dari tahun yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. baik dari pihak penyedia jasa pelayanan kesehatan itu sendiri, maupun dari

BAB I PENDAHULUAN. (Sumber: diakses pada 25/04/2014 pukul WIB)

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan. penelitian dan manfaat penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut mengakibatkan ketertarikan masyarakat umum semakin berlomba

BAB 1 : PENDAHULUAN. sehat. Namun saat ini rumah sakit bukan hanya sebagai fasilitas sarana kesehatan

INDIKATOR KINERJA UTAMA

PENDAHULUAN. derajat kesehatan dilakukan dengan berbagai upaya salah satunya dengan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit disamping penyembuhan dan pemulihan. segenap lapisan masyrakat. Sasaran dari program tersebut yakni tersedianya

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan suatu proses pekerjaan yang berlangsung untuk mencapai hasil kerja

BAB I PENDAHULUAN. upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu

BAB 1 PENDAHULUAN. yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan derajat kesehatan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LAPORAN KINERJA UPT RUMAH SAKIT KUSTA SUMBERGLAGAH TAHUN 2016

Penampilan rumah sakit dapat diketahui dari beberapa indikator antara lain : a. Cakupan dan mutu pelayanan dilihat melalui indikator :

BAB I PENDAHULUAN. mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan. Pada hakekatnya rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya kompetisi di sektor kesehatan. Persaingan antar rumah sakit

1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. of Hospital Care yang dikutip Azwar (1996) mengemukakan beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Penyedia pelayanan kesehatan dimasyarakat salah satunya adalah rumah sakit. Peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. khususnya rumah sakit pemerintah (daerah maupun pusat) menghadapi

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SOETOMO SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2015

EVALUASI KINERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) PATUT PATUH PATJU KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2015

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP PESERTA JAMKESMAS DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. adalah sumber daya manusia (Depkes, 2002). penunjang lainnya. Diantara tenaga tersebut, 40% diantaranya adalah

BAB I PENDAHULUAN. baik di pasar domestik (nasional) maupun di pasar internasional/global. Untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang. Kesehatan menjelaskan bahwa tenaga kesehatan adalah setiap orang yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kinerja adalah penampilan hasil karya personil baik kuantitas maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan perangkat keilmuannya masing-masing berinteraksi satu sama lain (Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan pasien adalah sebuah sistem pencegahan cedera terhadap pasien dengan

BAB I PENDAHULUAN. kompleks, padat pakar, dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan jasa kesehatan. Keberhasilan sebuah rumah sakit dinilai dari mutu

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan fungsi yang luas sehingga harus memiliki sumberdaya, baik modal

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Kesehatan Nasional menyebutkan bahwa salah satu bentuk dari

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang memuaskan (satisfactory healty care). (Depkes RI, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. ditetapkan. Jadi dapat disimpulkan mutu pelayanan keperawatan adalah. ditemukan permasalahan terkait mutu pelayanan keperawatan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 44 tahun 2009 menyatakan bahwa rumah sakit. merupakan pelayanan kesehatan yang paripurna (UU No.44, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. bentuk pelayanan yang diberikan kepada klien oleh suatu tim multidisiplin

BAB I PENDAHULUAN. yang tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kesehatan dan. mencegah penyakit dengan sasaran utamanya adalah masyarakat.

BAB 1 : PENDAHULUAN. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era global berdampak pada tingginya kompetisi dalam sektor kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung terhadap sistem pendidikan dan pelayanan kepada masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Salah satu profesi yang mempunyai peran penting di rumah

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepemimpinan organisasi rumah sakit memainkan peranan yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Unsur terpenting dalam organisasi rumah sakit untuk dapat mencapai

BAB 1 PENDAHULUAN. Organisasi tempat kerja merupakan wadah dimana para pegawai melakukan interaksi

BAB I PENDAHULUAN. Sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Banyak persepsi yang menganggap komunikasi itu hal yang mudah, yang menerima pesan dalam berkomunikasi (Suryani, 2015)

RENCANA KINERJA TAHUNAN RSUD PLOSO KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2015 RUMUS/ FORMULA. tahun = Jumlah pasien rawat inap + Jumlah pasien rawat jalan

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi yang salah satunya ditandai dengan adanya pasar bebas untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas, dengan memperbaiki sumber daya manusia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, yang

BAB I PENDAHULUAN. Caring merupakan unsur sentral dalam keperawatan. Menurut Potter & Perry (2005),

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia dan menjadi hak asasi

BAB 1 PENDAHULUAN. dan perilaku pada seseorang. Selain itu, individu mengalami keterbatasan

LAPORAN KINERJA TRIWULANAN RSUD LAWANG TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Sakit kritis adalah kejadian tiba-tiba dan tidak diharapkan serta

BAB I PENDAHULUAN. biaya tetapi juga dari segi kualitas. Meningkatkan kualitas layanan dan

BAB I PENDAHULUAN. perawat dalam praktek keperawatan. Caring adalah sebagai jenis hubungan

BAB I PENDAHULUAN. penerima jasa pelayanan kesehatan. Keberadaan dan kualitas pelayanan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Motivasi sembuh merupakan sumber kekuatan untuk pasien yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Rumah sakit sebagai institusi penyedia jasa pelayanan kesehatan

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beban kerja adalah sejumlah target pekerjaan atau hasil yang harus dicapai dalam suatu satuan waktu (Kep. Menpan No.75/2004). Sementara menurut Marquis dan Houston (2010) beban kerja perawat adalah seluruh kegiatan atau aktifitas yang dilakukan oleh seorang perawat selama bertugas di suatu unit pelayanan keperawatan. Beban kerja perawat menjadi isu yang selalu menarik untuk diperbincangkan baik pada pelayanan kesehatan milik pemerintah maupun swasta, karena masalah beban kerja memiliki karakterstik yang berbeda antara unit pelayanan dan antar rumah sakit. Masalah beban kerja perawat memiliki dampak yang luas sehingga harus menjadi perhatian bagi institusi pelayanan kesehatan terlebih bagi profesi perawat, seperti penelitian (Carayon dan Gurses, 2007) menyatakan bahwa beban kerja perawat yang tinggi dapat menyebabkan kurang atau buruknya komunikasi antara pasien dan perawat, berdampak pada buruknya kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan serta berpengaruh terhadap kondisi pasien. Soschalski (2004) menyatakan bahwa perawat dengan beban kerja yang tinggi lebih sering melakukan kesalahan yang menyebabkan kejadian pasien jatuh pada saat perawat bertugas. Kone (2007) menyatakan bahwa rumah sakit dengan tenaga perawat yang kurang menghadapi resiko terhadap hal-hal yang merugikan bagi pasien, seperti angka kejadian infeksi, shock. Tetapi jumlah perawat yang adekuat akan menurunkan resiko kematian, pengunduran diri dan

kepuasan kerja, sedangkan menurut Tarnow, Hauc, Warden, Shearer (2000) kelebihan beban kerja menyebabkan terjadinya kesalahan dalam tindakan keperawatan dan pengobatan oleh karena faktor human error/iatrogenic, komplikasi, lambat dalam memberikan kebutuhan klien, menghentikan ventilasi mekanik belum pada waktunya, menjadi faktor yang berkonstribusi terhadap akibat yang merugikan. Menurut Azwar (1996) mutu pelayanan kesehatan bagi pasien lebih terkait pada dimensi ketanggapan petugas untuk memenuhi kebutuhan pasien, kelancaran komunikasi antar petugas dan pasien, keprihatinan dan keramah tamahan petugas dalam melayani untuk kesembuhan penyakit pasien. Kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan didasarkan pada perilaku caring perawat, seperti: ramah, respon cepat terhadap kebutuhan pasien, mau mendengar kebutuhan pasien dan mendahulukan kepentingan pasien. Perilaku caring memiliki beberapa pengertian. Beberapa ahli keperawatan mengartikan caring sebagai ciri atau karakter dari manusia, caring sebagai ideal moral perawat. Pengertian caring sebagai hubungan interaksi manusia di jelaskan oleh Watson (2002, dalam Tomey 2006). Caring memiliki fungsi esensial pada keperawatan di ICU dan merupakan aktifitas penting perawat dalam bentuk pemberian dukungan teknis yang terintegrasi dalam asuhan keperawatan. Bentuk-bentuk wujud caring perawat dilakukan dengan menumbuhkan sikap sensitif, tenang, sabar, jujur, tulus, menghormati, tidak mengharapkan imbalan terhadap apa yang dilakukan, mendorong klien untuk dapat mengekspresikan perasaannya dan dapat menerima keberadaannya, melibatkan pasien dalam setiap tindakan yang akan dilakukan, menggunakan metode yang sistematis dalam penyelesaian masalah yang dihadapi

pasien melalui proses asuhan keperawatan, memberi penjelasan tentang penyakit pasien, menyiapkan lingkungan yang kondusif, meyakinkan pasien akan kesediaan perawat memberikan informasi, pertolongan dan memfasilitasi pasien bertemu dengan pemuka agama. Keseluruhan sikap caring tersebut merupakan aplikasi dari 10 faktor karatif (Watson, 2007). Intensive Care Unit adalah tempat pasien dalam kondisi kritis/kondisi hidup mengancam, tingkat ketergantungan total terhadap perawat, penggunaan alat medis modern untuk mendukung hidup pasien karena mengalami berbagai masalah kesehatan sehingga keadaan tersebut menyebabkan tingginya mobilitas perawat, peningkatan beban kerja yang berdampak pada kurang optimalnya pelayanan terhadap pasien dan beresiko meningkatnya angka kematian (Nedleman, Buerhaus, 2003, Numata, et al, 2006) Perawatan di Intensive Care Unit di dominasi perawatan yang berteknologi tinggi karena kondisi pasien yang dirawat berada dalam periode rentan akibat tindakan invasif, tidak stabil (Ashworth, 1990), sehingga perawat dituntut bekerja sesuai aturan untuk menjamin efisiensi, presisi, standarisasi, dan regulasi (Hamilton, 1998). Tindakan perawat untuk mengatasi berbagai gangguan yang dihadapi pasien memberi kesan bahwa perawat hanya mengatasi masalah fisik dan mengabaikan masalah fisiologi pasien dan berpotensi pada merosotnya perilaku caring perawat.peristiwa tersebut menjadi tantangan bagi perawat yang bekerja di ICU untuk tidak kehilangan karakter dengan tetap fokus pada praktek keperawatan yang harmonis, holistik dengan mengelola teknologi yang ada di lingkungan ICU menjadi sesuatu yang bernilai positif, jika perawat menguasai

teknologi yang ada dan mampu merespon data yang muncul dari berbagai monitor (Wilkin, 2003). Perilaku caring tidak sekedar bersikap ramah, sabar, sensitif, namun perilaku caring dapat disikapi dalam bentuk lain, misal klien yang dirawat di ruang ICU banyak sekali menggunakan peralatan dengan teknologi canggih dan kompetensi perawat terhadap teknologi dapat dipandang sebagai bentuk caring di ICU (Locsin, 2005), karena peralatan dan teknologi canggih di ICU dapat digunakan perawat untuk melakukan pengkajian, evaluasi melalui respon fisiologis pasien. Pryzby (2004) menyatakan Perilaku caring perawat di ICU memiliki potensi yang besar terhadap penurunan respon stres keluarga karena anggota keluarga dari penderita yang dirawat di ICU mengalami gejolak emosional, tidak percaya, cemas (Azoulay, et al, 2003). Wilkin & Slevin, 2003 dalam penelitian kualitatif tentang makna caring di ICU menyatakan bahwa teknologi merupakan bagian integral dari perilaku caring pada lingkungan ICU dan penguasaan teknologi merupakan sarana penunjang dalam praktek keperawatan dan sekaligus memperhatikan aspek kemanusiaan dalam keperawatan. Sobirin (2006) dan Juliati (2009) pada penelitian terkait hubungan beban kerja dan motivasi penerapan perilaku caring, bahwa perawat dengan beban kerja rendah memiliki motivasi yang tinggi dalam penerapan perilaku caring dan perawat dengan beban kerja tinggi memiliki motivasi rendah dalam penerapan perilaku caring. Meilati (2010), dalam penelitiannya bahwa pengaturan beban kerja perawat yang baik dapat menciptakan perilaku caring. Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik merupakan rumah sakit tipe A milik pemerintah dan menjadi pusat rujukan untuk wilayah Sumatera. Memiliki Visi sebagai Pusat rujukan kesehatan regional sedangkan misi (Bidang

keperawatan) memberikan pelayanan kesehatan Paripurna, bermutu dan terjangkau oleh lapisan masyarakat, menyelenggarakan pendidikan dan latihan yang bermutu untuk menghasilkan SDM yang professional dibidang kesehatan, menyelenggarakan penelitian dan pengembagan dibidang kesehatan, menyelenggarakan pelayanan penunjang kesehatan yang berkualitas dalam rangka meningkatan mutu pelayanan. Penelitian Arlinda (2008) tentang pelaksanaan karatif caring Perawat di ruang rawat inap RSUP H. Adam Malik Medan adalah 58% dan kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan 52%, sedangkan menurut Qomariah (2012), perilaku caring perawat dalam praktek keperawatan di ruang rawat inap RSUP. H. Adam Malik Medan adalah 53,3%. Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik telah melaksanakan akreditasi nasional pada tahun 2003, 2006, dan 2010. Saat ini Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik mempersiapkan diri untuk pelaksanaan akreditasi internasional. Hasil studi dokumentasi periode Jan-Des 2011 didapatkan bed occupancy rate ( BOR ) 69,5%. Standard DepKes 2010 adalah 60-85 %, artinya BOR) RS berada dalam standar,length of stay ( LOS) 4,8 hr. Standar DepKes 2010, 6-9 hr, turn over interval ( TOI) 2 hr, bed turn over ( BTO) 52 kali. 1.2 Perumusan Masalah Perilaku Caring harus merupakan perilaku melekat pada perawat dalam memberikan asuhan keperawatan, dan menjadi indikator mutu pelayanan di rumah sakit karena perawat ada dalam proporsi terbesar tenaga kesehatan, namun kenyataan perilaku caring perawat di RSUP. H. Adam Malik Medan baru mencapai 53,5% (Qomariah, 2012). Artinya bahwa hampir sebagian besar perawat (46,5%) yang bekerja di RSUP. H. Adam Malik Medan belum

berperilaku caring dan kondisi yang menyebabkan keadaan tersebut belum diketahui penyebabnya. Perilaku caring dapat dipengaruhi beberapa faktor, salah satu diantaranya adalah faktor eksternal beban kerja perawat. Perawat yang berkerja pada unit pelayanan intensif menghadapi beban kerja lebih besar daripada perawat yang bekerja pada unit pelayanan lain, hal ini karena kondisi kritis yang dihadapi pasien sehingga membutuhkan pelayanan keperawatan yang intensif/total care. Hasil wawancara dengan kepala ruangan ICU bahwa perawat belum berperilaku caring secara optimal karena beban kerja yang banyak sehingga perawat setiap hari bekerja lebih berorientasi pada tugas rutinitas yang tinggi. Berdasarkan fakta tersebut maka rumusan masalah penelitian yang ingin diketahui adalah hubungan beban kerja perawat pelaksana dan perilaku caring perawat di ICU RSUP. H. Adam Malik Medan. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan beban kerja perawat pelaksana dengan perilaku Caring perawat di ICU Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. 1.3.2 Tujuan Khusus a. Untuk mengidentifikasi beban kerja perawat pelaksana di ICU RSUP. H. Adam Malik Medan. b. Untuk mengidentifikasi perilaku Caring perawat pelaksana di ICU RSUP. H. Adam Malik Medan. c. Untuk mengidentifikasi hubungan beban kerja perawat pelaksana dengan perilaku Caring di RSUP. H. Adam Malik Medan.

1.4 Hipotesis Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah Terdapat hubungan antara beban kerja perawat pelaksana dengan perilaku Caring perawat di ICU Rumah Sakit Umum Pusat Haji. A. Malik Medan. 1.5 Manfaat Penelitian a. Rumah Sakit Menjadi bahan masukan bagi bidang keperawatan untuk menilai ketepatan dalam menetapkan kebutuhan tenaga perawat yang disesuaikan dengan beban kerja di ruang perawatan intensif. Menjadi bahan masukan bagi bidang keperawatan untuk menyusun program pengembangan dalam meningkatkan perilaku caring perawat. b. Penelitian Keperawatan Hasil penelitian dapat menjadi dasar untuk pengembangan penelitian tentang beban kerja perawat pada unit pelayanan intensif dan perilaku caring perawat dengan menggunakan pendekatan metode yang berbeda. c. Pendidikan Keperawatan Menjadi bahan masukan pada pendidikan keperawatan untuk meningkatkan pembelajaran mengenai perilaku caring pada pasien untuk menunjang keberhasilan kesembuhan pasien.