BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beban kerja adalah sejumlah target pekerjaan atau hasil yang harus dicapai dalam suatu satuan waktu (Kep. Menpan No.75/2004). Sementara menurut Marquis dan Houston (2010) beban kerja perawat adalah seluruh kegiatan atau aktifitas yang dilakukan oleh seorang perawat selama bertugas di suatu unit pelayanan keperawatan. Beban kerja perawat menjadi isu yang selalu menarik untuk diperbincangkan baik pada pelayanan kesehatan milik pemerintah maupun swasta, karena masalah beban kerja memiliki karakterstik yang berbeda antara unit pelayanan dan antar rumah sakit. Masalah beban kerja perawat memiliki dampak yang luas sehingga harus menjadi perhatian bagi institusi pelayanan kesehatan terlebih bagi profesi perawat, seperti penelitian (Carayon dan Gurses, 2007) menyatakan bahwa beban kerja perawat yang tinggi dapat menyebabkan kurang atau buruknya komunikasi antara pasien dan perawat, berdampak pada buruknya kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan serta berpengaruh terhadap kondisi pasien. Soschalski (2004) menyatakan bahwa perawat dengan beban kerja yang tinggi lebih sering melakukan kesalahan yang menyebabkan kejadian pasien jatuh pada saat perawat bertugas. Kone (2007) menyatakan bahwa rumah sakit dengan tenaga perawat yang kurang menghadapi resiko terhadap hal-hal yang merugikan bagi pasien, seperti angka kejadian infeksi, shock. Tetapi jumlah perawat yang adekuat akan menurunkan resiko kematian, pengunduran diri dan
kepuasan kerja, sedangkan menurut Tarnow, Hauc, Warden, Shearer (2000) kelebihan beban kerja menyebabkan terjadinya kesalahan dalam tindakan keperawatan dan pengobatan oleh karena faktor human error/iatrogenic, komplikasi, lambat dalam memberikan kebutuhan klien, menghentikan ventilasi mekanik belum pada waktunya, menjadi faktor yang berkonstribusi terhadap akibat yang merugikan. Menurut Azwar (1996) mutu pelayanan kesehatan bagi pasien lebih terkait pada dimensi ketanggapan petugas untuk memenuhi kebutuhan pasien, kelancaran komunikasi antar petugas dan pasien, keprihatinan dan keramah tamahan petugas dalam melayani untuk kesembuhan penyakit pasien. Kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan didasarkan pada perilaku caring perawat, seperti: ramah, respon cepat terhadap kebutuhan pasien, mau mendengar kebutuhan pasien dan mendahulukan kepentingan pasien. Perilaku caring memiliki beberapa pengertian. Beberapa ahli keperawatan mengartikan caring sebagai ciri atau karakter dari manusia, caring sebagai ideal moral perawat. Pengertian caring sebagai hubungan interaksi manusia di jelaskan oleh Watson (2002, dalam Tomey 2006). Caring memiliki fungsi esensial pada keperawatan di ICU dan merupakan aktifitas penting perawat dalam bentuk pemberian dukungan teknis yang terintegrasi dalam asuhan keperawatan. Bentuk-bentuk wujud caring perawat dilakukan dengan menumbuhkan sikap sensitif, tenang, sabar, jujur, tulus, menghormati, tidak mengharapkan imbalan terhadap apa yang dilakukan, mendorong klien untuk dapat mengekspresikan perasaannya dan dapat menerima keberadaannya, melibatkan pasien dalam setiap tindakan yang akan dilakukan, menggunakan metode yang sistematis dalam penyelesaian masalah yang dihadapi
pasien melalui proses asuhan keperawatan, memberi penjelasan tentang penyakit pasien, menyiapkan lingkungan yang kondusif, meyakinkan pasien akan kesediaan perawat memberikan informasi, pertolongan dan memfasilitasi pasien bertemu dengan pemuka agama. Keseluruhan sikap caring tersebut merupakan aplikasi dari 10 faktor karatif (Watson, 2007). Intensive Care Unit adalah tempat pasien dalam kondisi kritis/kondisi hidup mengancam, tingkat ketergantungan total terhadap perawat, penggunaan alat medis modern untuk mendukung hidup pasien karena mengalami berbagai masalah kesehatan sehingga keadaan tersebut menyebabkan tingginya mobilitas perawat, peningkatan beban kerja yang berdampak pada kurang optimalnya pelayanan terhadap pasien dan beresiko meningkatnya angka kematian (Nedleman, Buerhaus, 2003, Numata, et al, 2006) Perawatan di Intensive Care Unit di dominasi perawatan yang berteknologi tinggi karena kondisi pasien yang dirawat berada dalam periode rentan akibat tindakan invasif, tidak stabil (Ashworth, 1990), sehingga perawat dituntut bekerja sesuai aturan untuk menjamin efisiensi, presisi, standarisasi, dan regulasi (Hamilton, 1998). Tindakan perawat untuk mengatasi berbagai gangguan yang dihadapi pasien memberi kesan bahwa perawat hanya mengatasi masalah fisik dan mengabaikan masalah fisiologi pasien dan berpotensi pada merosotnya perilaku caring perawat.peristiwa tersebut menjadi tantangan bagi perawat yang bekerja di ICU untuk tidak kehilangan karakter dengan tetap fokus pada praktek keperawatan yang harmonis, holistik dengan mengelola teknologi yang ada di lingkungan ICU menjadi sesuatu yang bernilai positif, jika perawat menguasai
teknologi yang ada dan mampu merespon data yang muncul dari berbagai monitor (Wilkin, 2003). Perilaku caring tidak sekedar bersikap ramah, sabar, sensitif, namun perilaku caring dapat disikapi dalam bentuk lain, misal klien yang dirawat di ruang ICU banyak sekali menggunakan peralatan dengan teknologi canggih dan kompetensi perawat terhadap teknologi dapat dipandang sebagai bentuk caring di ICU (Locsin, 2005), karena peralatan dan teknologi canggih di ICU dapat digunakan perawat untuk melakukan pengkajian, evaluasi melalui respon fisiologis pasien. Pryzby (2004) menyatakan Perilaku caring perawat di ICU memiliki potensi yang besar terhadap penurunan respon stres keluarga karena anggota keluarga dari penderita yang dirawat di ICU mengalami gejolak emosional, tidak percaya, cemas (Azoulay, et al, 2003). Wilkin & Slevin, 2003 dalam penelitian kualitatif tentang makna caring di ICU menyatakan bahwa teknologi merupakan bagian integral dari perilaku caring pada lingkungan ICU dan penguasaan teknologi merupakan sarana penunjang dalam praktek keperawatan dan sekaligus memperhatikan aspek kemanusiaan dalam keperawatan. Sobirin (2006) dan Juliati (2009) pada penelitian terkait hubungan beban kerja dan motivasi penerapan perilaku caring, bahwa perawat dengan beban kerja rendah memiliki motivasi yang tinggi dalam penerapan perilaku caring dan perawat dengan beban kerja tinggi memiliki motivasi rendah dalam penerapan perilaku caring. Meilati (2010), dalam penelitiannya bahwa pengaturan beban kerja perawat yang baik dapat menciptakan perilaku caring. Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik merupakan rumah sakit tipe A milik pemerintah dan menjadi pusat rujukan untuk wilayah Sumatera. Memiliki Visi sebagai Pusat rujukan kesehatan regional sedangkan misi (Bidang
keperawatan) memberikan pelayanan kesehatan Paripurna, bermutu dan terjangkau oleh lapisan masyarakat, menyelenggarakan pendidikan dan latihan yang bermutu untuk menghasilkan SDM yang professional dibidang kesehatan, menyelenggarakan penelitian dan pengembagan dibidang kesehatan, menyelenggarakan pelayanan penunjang kesehatan yang berkualitas dalam rangka meningkatan mutu pelayanan. Penelitian Arlinda (2008) tentang pelaksanaan karatif caring Perawat di ruang rawat inap RSUP H. Adam Malik Medan adalah 58% dan kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan 52%, sedangkan menurut Qomariah (2012), perilaku caring perawat dalam praktek keperawatan di ruang rawat inap RSUP. H. Adam Malik Medan adalah 53,3%. Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik telah melaksanakan akreditasi nasional pada tahun 2003, 2006, dan 2010. Saat ini Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik mempersiapkan diri untuk pelaksanaan akreditasi internasional. Hasil studi dokumentasi periode Jan-Des 2011 didapatkan bed occupancy rate ( BOR ) 69,5%. Standard DepKes 2010 adalah 60-85 %, artinya BOR) RS berada dalam standar,length of stay ( LOS) 4,8 hr. Standar DepKes 2010, 6-9 hr, turn over interval ( TOI) 2 hr, bed turn over ( BTO) 52 kali. 1.2 Perumusan Masalah Perilaku Caring harus merupakan perilaku melekat pada perawat dalam memberikan asuhan keperawatan, dan menjadi indikator mutu pelayanan di rumah sakit karena perawat ada dalam proporsi terbesar tenaga kesehatan, namun kenyataan perilaku caring perawat di RSUP. H. Adam Malik Medan baru mencapai 53,5% (Qomariah, 2012). Artinya bahwa hampir sebagian besar perawat (46,5%) yang bekerja di RSUP. H. Adam Malik Medan belum
berperilaku caring dan kondisi yang menyebabkan keadaan tersebut belum diketahui penyebabnya. Perilaku caring dapat dipengaruhi beberapa faktor, salah satu diantaranya adalah faktor eksternal beban kerja perawat. Perawat yang berkerja pada unit pelayanan intensif menghadapi beban kerja lebih besar daripada perawat yang bekerja pada unit pelayanan lain, hal ini karena kondisi kritis yang dihadapi pasien sehingga membutuhkan pelayanan keperawatan yang intensif/total care. Hasil wawancara dengan kepala ruangan ICU bahwa perawat belum berperilaku caring secara optimal karena beban kerja yang banyak sehingga perawat setiap hari bekerja lebih berorientasi pada tugas rutinitas yang tinggi. Berdasarkan fakta tersebut maka rumusan masalah penelitian yang ingin diketahui adalah hubungan beban kerja perawat pelaksana dan perilaku caring perawat di ICU RSUP. H. Adam Malik Medan. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan beban kerja perawat pelaksana dengan perilaku Caring perawat di ICU Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. 1.3.2 Tujuan Khusus a. Untuk mengidentifikasi beban kerja perawat pelaksana di ICU RSUP. H. Adam Malik Medan. b. Untuk mengidentifikasi perilaku Caring perawat pelaksana di ICU RSUP. H. Adam Malik Medan. c. Untuk mengidentifikasi hubungan beban kerja perawat pelaksana dengan perilaku Caring di RSUP. H. Adam Malik Medan.
1.4 Hipotesis Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah Terdapat hubungan antara beban kerja perawat pelaksana dengan perilaku Caring perawat di ICU Rumah Sakit Umum Pusat Haji. A. Malik Medan. 1.5 Manfaat Penelitian a. Rumah Sakit Menjadi bahan masukan bagi bidang keperawatan untuk menilai ketepatan dalam menetapkan kebutuhan tenaga perawat yang disesuaikan dengan beban kerja di ruang perawatan intensif. Menjadi bahan masukan bagi bidang keperawatan untuk menyusun program pengembangan dalam meningkatkan perilaku caring perawat. b. Penelitian Keperawatan Hasil penelitian dapat menjadi dasar untuk pengembangan penelitian tentang beban kerja perawat pada unit pelayanan intensif dan perilaku caring perawat dengan menggunakan pendekatan metode yang berbeda. c. Pendidikan Keperawatan Menjadi bahan masukan pada pendidikan keperawatan untuk meningkatkan pembelajaran mengenai perilaku caring pada pasien untuk menunjang keberhasilan kesembuhan pasien.