ANALISIS VALUE CHAIN UNTUK PENINGKATAN NILAI TAMBAH INDUSTRI PENGOLAHAN PADA KOMODITAS PERIKANAN DI TARAKAN DENGAN PENDEKATAN AHP DAN HOQ



dokumen-dokumen yang mirip
Dosen Pembimbing: Imam Baihaqi S.T., M.Sc., Ph.D Dosen Ko Pembimbing: Yudha Prasetyawan S.T., M.Eng

ANALISIS RANTAI PASOK SEMEN DI PAPUA BARAT

PEMILIHAN KONTRAKTOR PERBAIKAN ROTOR DI PEMBANGKIT LISTRIK PT XYZ DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN GOAL PROGRAMMING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam

VALUE CHAIN ANALYSIS UNTUK PERANCANGAN REKOMENDASI KEBIJAKAN INDUSTRI PERIKANAN DI KOTA TARAKAN DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SISTEM DINAMIK

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS DI PT. EWINDO BANDUNG)

PEMILIHAN SUPPLIER MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI PT. HARVITA TISI MULIA SEMARANG

Penerapan Metode Multi Attribute Decision Making) MADM- (Weighted Product) WP dalam Pemilihan Supplier di PT. XYZ

Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Supplier Botol Galon Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

Evaluasi Kinerja Supplier Bahan Baku Menggunakan Metode Fuzzy Analytic Hierarchy Process (Studi Kasus di PT. Inti Luhur Fuja Abadi)

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

EVALUASI KINERJA PEMASOK BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODE FUZZY ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (F-AHP) (Studi Kasus : PTPN XIII)

Seminar Nasional IENACO ISSN:

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS DATA Metode Pembobotan AHP

ANALISIS STRATEGI RANTAI PASOKAN UDANG VANAME (STUDI KASUS PETANI PLASMA TAMBAK PANDU KARAWANG, KABUPATEN KARAWANG, JAWA BARAT) SKRIPSI

RANTAI NILAI BERAS IR64 DI KECAMATAN WANAREJA KABUPATEN CILACAP

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR MAGISTER.. HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING TESIS HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS ABSTRAKSI.

PENGEMBANGAN MODEL KLASIFIKASI INVENTORY DENGAN MEMPERTIMBANGKAN COMPONENT COMMONALITY

3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian

PENGEMBANGAN MODEL KELEMBAGAAN KLASTER INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL LAUT ABSTRAK

METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN GALANGAN KAPAL UNTUK PEMBANGUNAN KAPAL TANKER DI PULAU BATAM

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN REKOMENDASI PENGANGKATAN KARYAWAN PESERTA TRAINING MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DI PT.

IMPLEMENTASI KOMBINASI METODE AHP DAN SAW DALAM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN KREDIT PERUMAHAN RAKYAT ABSTRAK

EVALUASI SUPPLIER BAHAN BAKU PEMBUATAN TIANG PANCANG PADA PT.XYZ DENGAN MENGGUNAKAN AHP DAN LOSS FUNCTION

Kata kunci: Posisi produk, strategi pemasaran, SWOT, Strategi Diversifikasi, AHP

MODEL ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS UNTUK MENENTUKAN TINGKAT PRIORITAS ALOKASI PRODUK

ANALISA DAN APLIKASI METODE ZERO ONE DAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PERANCANGAN BECAK

PEMILIHAN SUPPLIER ALUMINIUM OLEH MAIN KONTRAKTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lingkungan Industri Perusahaan Ekspor Pembekuan

METODE PENELITIAN. Kata Kunci analytical hierarchy process, analytic network process, multi criteria decision making, zero one goal programming.

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk

ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH PRODUK KERUPUK BERBAHAN BAKU IKAN DAN UDANG (Studi Kasus Di Perusahaan Sri Tanjung Kabupaten Indramayu)

BAB I PENDAHULUAN. Supply chain (rantai pasok) merupakan suatu sistem yang

BAB III METODE FUZZY ANP DAN TOPSIS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. lokasi penelitian secara sengaja (purposive) yaitu dengan pertimbangan bahwa

III. METODE PENELITIAN

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PRIORITAS PERBAIKAN JALAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

PENENTUAN PRIORITAS PENGEMBANGAN JENIS KEGIATAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DI PT. SPIL DENGAN PENDEKATAN AHP

SKRIPSI. Disusun Oleh : DONNY BINCAR PARULIAN ARUAN NPM :

5 KINERJA, SUMBER RISIKO, DAN NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BUAH MANGGIS DI KABUPATEN BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendukung pembangunan ekonomi nasional. Namun potensi tersebut. dengan pasokan produk kelautan dan perikanan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan fungsi dan peran supply chain management (SCM) pada. sebuah perusahaan agar menjadi lebih efisien dan produktif?

Bab III Metodologi Penelitian

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 1, (2016) ISSN: ( Print)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

ABSTRAKSI Kata Kunci: Kinerja Vendor , Analytical Hierarchy Process , QCDFR.

Penyebaran Kuisioner

BAB IV PENGUMPULAN DATA DAN PENGOLAHAN DATA

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Fuzzy AHP. Adapun tahapan penelitian adalah sebagai berikut

Oleh: Retno Muninggar 1. Diterima: 12 Februari 2008; Disetujui: 21 Juli 2008 ABSTRACT

EVALUASI PERFORMA SUPPLIER DENGAN METODA FUZZY AHP PADA LAYANAN CATERING DI PT GARUDA INDONESIA TESIS

PENENTUAN PRIORITAS PENGEMBANGAN JENIS KEGIATAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DI PT. SPIL DENGAN PENDEKATAN AHP

JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

Peralihan Moda Transportasi Jasa Pengiriman Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP): Studi Kasus PT. XYZ

DESIGN FRAMEWORK QUALITY RISK MANAGEMENT FOR SUPPLY CHAIN AT PT COCA-COLA AMATIL INDONESIA, SURABAYA PLANT

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Analisis Pemilihan Supplier Yang Tepat Untuk Produk Gigi Palsu (Studi Kasus Di CV. Brother Dent)

PENGUKURAN KINERJA SISTEM MANAJEMEN PENGETAHUAN MENGGUNAKAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) (Studi Kasus : PT. X cabang Surabaya)

PENGAMBILAN KEPUTUSAN ALTERNATIF ELEMEN FAKTOR TENAGA KERJA GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA DENGAN SWOT DAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS

Penerapan Analytic Hierarchy Process dan Goal Programming untuk Pengalokasian Pemesanan Bahan Baku Kertas Daur Ulang

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Pujawan dan Erawan (2010) memilih supplier merupakan

BAB II LANDASAN TEORI

Jurnal Sistem Informasi

3 METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

: Yan Ardiansyah NIM : STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

APLIKASI METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT DALAM PENENTUAN LANGKAH PERBAIKAN KINERJA DI BIDANG PROCUREMENT

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI PERANGKINGAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN SUPERIORITY INDEX

VII. IMPLEMENTASI MODEL

APLIKASI ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PADA PEMILIHAN SOFTWARE MANAJEMEN PROYEK

ANALISIS LOKASI CABANG TERBAIK MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS

2.3.1 Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan Penetapan Kriteria dan Sub Kriteria Pemilihan Pemasok Analytic Hierarchy Process

APLIKASI AHP UNTUK PENILAIAN KINERJA DOSEN

RANCANGAN STRATEGI PEMASARAN MENGGUNAKAN METODE AHP DAN MARKETING MIX

OLEH : TOMI DWICAHYO NRP :


BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Technology Science and Engineering Journal, Volume 1 No 2 June 2017 E-ISSN:

Pembahasan Materi #11

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pengelolaan pengadaan paprika, yaitu pelaku-pelaku dalam pengadaan paprika,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERANCANGAN MODEL PEMILIHAN SEKTOR INDUSTRI UNGGULAN DENGAN MENGGUNAKAN ANALYTIC NETWORK PROCESS

TUGAS AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik. Ade Kusnady

PENENTUAN FAKTOR PENYEBAB KECELAKAAN LALULINTAS DI WILAYAH BANDUNG METROPOLITAN AREA

JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 3 TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

BAB III METODOLOGI PENILITIAN

LAPORAN TUGAS AKHIR SISTEM PEMILIHAN PERUMAHAN DI BANYUMAS DENGAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Ekonomi dan Produk Domestik Regional Bruto. Istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani, terdiri atas kata oikos dan

Transkripsi:

ANALISIS VALUE CHAIN UNTUK PENINGKATAN NILAI TAMBAH INDUSTRI PENGOLAHAN PADA KOMODITAS PERIKANAN DI TARAKAN DENGAN PENDEKATAN AHP DAN HOQ Adinda Moizara Judi, Imam Baihaqi, Yudha Prasetyawan Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111 Email: adindamoizarajudi@gmail.comemail: ibahaihaqi@gmail.com Abstrak Indonesia memiliki potensi yang besar dalam bidang perikanan karena wilayah perairan yang sangat luas. Salah satu wilayah yang memiliki potensi besar dalam bidang perikanan berada di Kota Tarakan, Kalimantan Utara. Kota Tarakan memiliki potensi besar untuk menghasilkan produk bernilai tambah yang berasal dari komoditas perikanan. Potensi ini dapat diidentifikasi dengan pendekatan value chain. Untuk mengetahui komoditas perikanan yang menjadi komoditas unggulan digunakan pemilihan terhadap alternatif komoditas unggulan di Kota Tarakan dengan menggunakan AHP. Dari hasil AHP didapatkan udang sebagai komoditas unggulan dengan bobot sebesar 0.251. Setelah diketahui komoditas unggulan yang terpilih maka dilakukan pemetaan terhadap value chain produk dan stakeholder. Kemudian dilakukan identifikasi masalah pada setiap elemen value chain serta peluang perbaikan yang mungkin untuk dilakukan. Elemen value chain pada komoditas udang terdiri dari supplier, nelayan atau petambak, pengepul, UKM dan cold storage, pasar ekspor, grosir, pengecer, supermarket, dan konsumen akhir. Dalam peningkatan nilai tambah udang, elemen value chain yaitu industri pengolahan produk berupa UKM merupakan elemen yang memiliki peran terbesar untuk memberikan nilai tambah dengan melakukan pengolahan pada udang menjadi produk turunan. Identifikasi masalah yang ada pada UKM diperlukan untuk mengetahui apa saja yang dibutuhkan dan hal yang menjadi kendala UKM untuk mengembangkan usahanya. Melalui modifikasi metode House of Quality (HOQ) didapatkan tiga potensi perbaikan pada UKM yaitu akses informasi, proses pengolahan produk dan packaging. Kata kunci : AHP, Value Chain, UKM, HOQ Abstract Indonesia has great potential in the fishing industry mainly due to its vast water territories. One of these many areas with great potential is the City of Tarakan, North Borneo. Tarakan has great potential in producing value-added products derived from fishery commodities. This potential can be indentified through the value chain approach. To determine the fishery products to be the top commodities, the candidates can be selected using the AHP method. This method results in shrimps being the top commodity weighing in 0.251. After this has been identified, we proceed to the mapping of the value chain products and stakeholders. The next step is the identification of the problem in each element of the value chain as well as opportunities for improvement that can be done. The value chain elements in the shrimp commodity are suppliers, fishermen or farmers, traders, small medium business (SME) and cold storage, export market, wholesalers, retailers, supermarkets, and end user. In the shrimp value adding process, SME s food processing industry is the Value chain element with the most significant role in providing added value by processing shrimp into derivative products. Identification of the problems within SME is needed in order to see the needs and constrains that SME is facing and what is to be done to develop their business. Through a modification of the House of Quality (HOQ) method, three potentials field that can be improved are obtained: access to information, production process, and packaging. Keywords : AHP, Value chain, SME, HOQ 1

1. Pendahuluan Value chain analysis pertama kali dijelaskan oleh M. E. Porter pada tahun 1985 dan model ini masih digunakan secara luas hingga saat ini. Value chain mendeskripsikan tentang aktifitas-aktifitas yang dibutuhkan menyeluruh dalam pengadaan produk atau servis melalui berbagai fase dari proses produksi yang meliputi kombinasi antara perubahan fisik dan berbagai produsen jasa (Kaplinsky & Morris, 2000). Fokus pendekatan dalam value chain adalah supply chain management yang strategis atau kegunaan supply chain untuk menciptakan persaingan kompetitif dan meningkatkan peforma perusahaan (Ketchen et al, 2008). Istilah value chain merujuk kepada fakta jika produk mula-mula akan bertambah nilainya dengan adanya kombinasi dari sumber daya lain seperti alat, tenaga manusia, pengetahuan dan keahlian, bahan baku atau produk awal (ILO, 2009). Value chain merupakan sebuah pendekatan yang dapat memberikan dampak pada perekonomian dan penurunan tingkat kemiskinan, dimana pendekatan ini memberikan peluang kepada para pelaku didalam rantai untuk menghasilkan produk yang lebih baik, memungkinkan adanya aliran informasi, membantu memperbaiki akses pasar dan memberikan nilai tambah pada produk. Dalam value chain terdapat beberapa proses inti seperti input, farmers, produksi, pengolahan, perdagangan dan konsumsi. Didalam memtakan suatu rantai terlebih dahulu dipilih komoditas yang akan dipetakan value chain-nya. Maka dari itu dilakukan pemilihan pada komoditas unggulan dengan menggunakan Analitycal Hierarchy Process (AHP). Untuk mengetahui bagaimana proses penambahan nilai dilakukan pemetaan pada produk dan stakeholder yang berada pada rantai. Didalam sebuah value chain, proses pengolahan merupakan proses yang paling berperan dalam menigkatkan nilai tambah produk sehingga penelitian ini akan mengidentifikasi permasalahan yang ada pada setiap elemen value chain dan memberikan peluang perbaikan khususnya pada elemen pengolahan yaitu UKM yang mengolah komoditas unggulan dengan melakukan modifikasi House of Quality (HOQ) untuk mengetahui aspek potensi yang dapat dikembangkan sebagai rekomendasi perbaikan. 1. Deskripsi Penelitian Pada penelitian ini akan dilakukan pemilihan dari beberapa alternatif komoditas unggulan pada sektor perikanan yang berada di Tarakan dengan mengunakan Analitycal Hierarchy Process (AHP). Pada komoditas unggulan sektor perikanan yang telah terpilih akan dilakukan pemetaan value chain produk dan stakeholder. Dari pemtaan ini dilakukan identifikasi permasalahan dan peluang perbaikan yang dapat dilakukan melalui hasil diskusi, wawancara dan brainstorming dengan pihak-pihak terkait. Pada pemetaan value chain produk unggulan diperoleh dari produk yang diolah oleh UKM. Pemetaan ini akan dilakukan pada kondisi eksisting dan pemetaan produk rekomendasi. Pada elemen value chain proses pengolahan merupakan elemen rantai yang memiliki peran terbesar dalam penambahan nilai. Sehingga dilakukan identifikasi lebih dalam mengenai permasalahan atau kendala yang tedapat pada UKM dan apa potensi perbaikan yang dapat dilakukan. Untuk mengetahui potensi perbaikan dilakukan pemilihan atribut dan respon teknis yang kemudian diolah lebih lanjut dengan metode HOQ. 2. Pemilihan Komoditas Unggulan Pemilihan komoditas unggulan dilakukan dengan memilih alternatif terbaik dari beberapa alternatif yang ada. Pada sektor perikanan Kota Tarakan terdapat tujuh alternatif produk unggulan yaitu udang, rumput laut, ikan kakap, ikan nomei, kepiting, ikan bandeng, dan ikan tuna. Untuk pemilihan komoditas unggulan ini terdapat lima kriteria yang digunakan yaitu volume produksi, potensi usaha, sumber daya, jumlah usaha, dan pangsa pasar. Langkah pertama dalam penyusunan AHP adalah pembuatan hierarki.. Gambar 2.1 Hierarki AHP Dari hirarki dapat dilihat elemen dalam pengambilan keputusan. Karena pada pemilihan komoditas unggulan dengan menggunakan AHP ini terdapat lebih dari satu responden atau multi partisipan maka sebelum melakukan perhitungan pada matriks keterkaitan antar kriteria dan antar alternatif pada setiap kriteria dilakukan perhitungan rata-rata untuk jawaban responden dengan menggunakan geometricmean. Hasil dari geometric mean diolah dengan menghitung keterkaitan yang ada dan kemudian dilakukan normalisasi. Dari ratarata pada normalisasi matrik ini akan didapatkan bobot pada masing-masing matrik keterkaitan. Untuk mengetahui apakah jawaban dari responden dapat digunakan atau tidak dilakukan pehitungan konsistensi. Perhitungan konsitensi dilakukan dengan menghitung nilai consistency index (CI), random index (RI) dan consistency ratio (CR). Consistency index digunakan untuk mengetahui kesalahan penilaian yang dilakukan. Semakin mendekati nol maka penilaian semakin konsisten dan consistency ratio digunakan untuk melihat konsisten atau tidak jawaban responden. Apabila jawaban responden mempunyai nilai CR > 2

0,1 maka jawaban tersebut dianggap gugur, atau tidak konsisten. Perhitungan pada nilai CI, RI, dan CR pada matrik keterkaitan antar kriteria diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 2.2 Tabel CR keterkaitan antar kriteria Sedangkan pada matrik keterkaitan antar alternatif pada tiap kriteria diperoleh nilai CI,RI, dan CR sebagai berikut: Tabel 2.2 Tabel CR keterkaitan antar alternatif Baik pada matrik keterkaitan antar kriterian maupun matrik keterkaitan antar alternatif pada tiap kriteria nilai CI yang didapatkan mendekati nol, sehingga penilaian yang dilakukan adalah konsisten. Nilai RI merupakan random index yang nilainya telah ditentukan. Sedangkan pada nilai CR tidak terdapat nilai CR > 0.1 sehingga jawaban responden dikatakan konsisten. Oleh karena itu tidak perlu dilakukan pengisian kuesioner ulang, maka bobot yang telah diperoleh dapat dijadikan bobot untuk memilih alternatif. Hasil bobot pada perbandingan antar kriteria adalah: Tabel 2.3 Tabel Bobot Kriteria Sedangkan pada perbandingan antar alternatif pada setiap kriteria didapatkan bobot sebagai berikut: Udang terpilih sebagai komoditas unggulan sektor perikanan di Kota Tarakan. Untuk mengetahui apakah komoditas udang tetap terpilih sebagai komoditas unggulan ketika terjadi perubahan pada kriteria, maka dilakukan analisa sensitivitas terhadap prioritas pemilihan alternatif komoditas unggulan. Analisa ini dilakukan dengan cara trial dan error pada masing-masing kriteria. Setelah dilakukan trial dan error pada kriteria, udang tetap memiliki bobot tertinggi, sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil pemelihan alterntif tersebut konstan. Udang menjadi komoditas yang paling unggul diantara komoditas sektor perikanan yang lain antara lain disebabkan oleh tingginya devisa yang diperoleh oleh Kota Tarakan melalui hasil ekspor udang. Data yang diperoleh dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Tarakan pada tahun 2012 menunjukkan bahwa volume udang yang digunakan untuk ekspor mencapai 8.703.332,10 Kg. 3. Pemetaan Value Chain Setelah komoditas unggulan telah teridentifikasi maka langkah selanjutnya adalah melakukan pemetaan produk dan stakeholder yang berada di sepanjang rantai pasok (supply chain) dimana didalam pemetaan ini terdapat proses penambahan nilai. Dalam proses pengolahan udang hingga udang berada di tangan konsumen terdapat enam proses inti yaitu yaitu (1) input (2) Produksi (3) Pengumpulan (4) Pengolahan (5) Perdagangan (6) Konsumsi. Didalam struktur rantai nilai pada komoditas udang di Kota Tarakan terdapat elemenelemen pelaku usaha atau stakeholder berdasarkan proses inti yang dilakukan. Pemetaan stakeholder dibagi menjadi dua karena adanya perbedaan pada aliran value chain. Tabel 2.3 Tabel Bobot Alternatif Pada Tiap Kriteria Melalui perkalian bobot pada perbandingan antar kriteria dan perbandingan antar alternatif pada setiap kriteria didapatkan hasil pemilihan komoditas unggulan seperti pada tabel dibawah ini. Tabel 2.3 Tabel Bobot Alternatif Pada Tiap Kriteria Gambar 3.1 Pemetaan stakeholder Kotak A merupakan value chain pada pemangku kepentingan cold storage. Dimana pemangku kepentingan ini terdiri atas supplier, nelayan dan petambak, pengusaha cold storage, eksportir dan konsumenn akhir berupa pasar ekspor. Kotak B merupakan value chain yang menjelaskan tentang pemetaan pemangku kepentingan untuk hasil udang yang dijual lokal baik di Tarakan maupun antar pulau dan hasil produk olahan udang. Pemetaan value chain juga dilakukan pada produk eksisting, dimana produk ini telah diproduksi oleh UKM pengolahan udang di Kota Tarakan. 3

Gambar 3.2 Value Chain Udang Eksisting Terdapat lima produk turunan udang yang telah diproduksi oleh UKM di Kota Tarakan yaitu ebi, udang beku, terasi, abon udang, dan pastel abon udang. Untuk pembahasan lebih lanjut akan dilakukan studi literatur dan studi lapangan tentang pengembangan hasil produk olahan udang. Penambahan nilai value chain pada produk dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.1 Penambahan Nilai Value Chain Eksisting 4.1 Identifikasi Masalah dan Peluang Perbaikan Pada Value Chain Melalui wawancara dan pengamatan yang dilakukan diidentifikasi permasalahan yang ada pada value chain dan peluang perbaikan yang dapat dilakukan pada setiap elemen yang ada pada value chain yang terdiri dari supplier, nelayan atau petambak, pengepul, industri pengolahan (UKM), pedagang dan konsumen akhir. Tabel 4.1.1 Permasalahan dan Peluang Perbaikan Pada Supplier Tabel 4.1.3 Permasalahan dan Peluang Perbaikan Pada Pengepul Tabel 4.1.4 Permasalahan dan Peluang Perbaikan Pada UKM Pengolah Hasil Udang Tabel 4.1.2 Permasalahan dan Peluang Perbaikan Pada Nelayan dan Petambak Tabel 4.1.5 Permasalahan dan Peluang Perbaikan Pada UKM Pasar, Grosir, Pengecer dan Supermarket 4

4.2 Peningkatan Nilai Tambah Pada Komoditas Unggulan Tahap selanjutnya yang dilakukan adalah melakukan peningkatan nilai tambah pada komoditas unggulan. Peningkatan nilai tambah pada komoditas unggulan dilakukan dengan menambah variasi hasil produk olahan udang dengan memanfaatkan bukan hanya daging udang melainkan juga kulit dan kepala udang. Melalui hasil studi literatur dan studi lapangan didapatkan 14 produk turunan udang serta 4 produk hasil dari bahan dasar kulit dan kepala udang. Kondisi industri pengolahan udang masih belum dapat berkembang karena masih minimnya pengetahuan terhadap produk olahan yang dapat dibuat dari bahan dasar udang dan. Kurangnya minat sumber daya manusia di Kota Tarakan untuk berwirausaha juga masih perlu ditingkatkan. Value chain produk yang direkomendasikan ini telah terlebih dahulu divalidasi pada pihak-pihak terkait. Value chain produk yang direkomendasikan ini telah terlebih dahulu divalidasi pada pihak-pihak terkait 3.3 Permasalahan dan Potensi Perbaikan Pada Sektor Pengolahan (UKM) Melalui permasalahan pada UKM yang ada pada Tabel 4.1.4 dilakukan perhitungan nilai potensi untuk mengetahui potensi perbaikan yang dapat dilakukan. Didapatkan sepuluh atribut yaitu efisiensi sistem, kualitas produk, diferensisasi produk, peningkatan lingkungan sosial, peningkatan lingkungan bisnis, harga, fasilitas, produktifitas, pemasaran dan modal usaha. Dari sepuluh atribut diberikan competitive advantage bagi tiap atribut. Terdapat enam belas respon teknis yaitu akses informasi, ketersediaan bahan baku, proses pengolahan bahan baku, packaging, variasi produk, meminimumkan lead time, ketersediaan K3, jaminan kesehatan, SOP, regulasi hokum, kredit mikro, teknologi pengolahan udang, value added pada komoditas udang, pelatihan pengolahan bahan baku pelatihan pemasaran produk dan pelatihan peningkatan mutu produk. Melalui atribut dan respon teknis yang telah didapatkan dilakukan perhitungan nilai potensi dengan persamaan sebagai berikut : NNNNNNNNNN PPPPPPPPPPPPPP = RR jj CC ii II iiii Gambar 4.2.1 Value Chain Rekomendasi Sedangkan untuk kulit dan kepala udang dapat dimanfaatkan menjadi produk seperti dibawah ini: Gambar 4.2.1 Value Chain Rekomendasi Kepala dan Kulit dengan R j adalah besar pengaruh pada setiap respon teknis, C i adalah tingkat kepentingan pada setiap competitive advantage dan I ij adalah korelasi atau interaksi antara competitive advantade ke-i dengan respon teknis ke-j. Melalui perhitungan nilai potensi didapatkan tiga Aspek yang paling berpotensi untuk perbaikan pada UKM yaitu akses informasi dengan nilai potensi 6056, proses pengolahan bahan baku 5848 dan packaging sebesar 4600. 4. Kesimpulan Berikut adalah kesimpulan yang didapat dari penelitian ini: 1. Melalui hasil pemilihan alternatif komoditas unggulan sektor perikanan Kota Tarakan dengan menggunakan AHP didapatkan bobot tertinggi berada pada komoditas udang dengan bobot sebesar 0.251. 2. Melalui studi lapangan diketahui hingga saat ini produk olahan udang di Kota Tarakan hanya terdiri dari lima jenis 5

produk yaitu ebi, udang beku, terasi, abon udang dan pastel abon udang. Dimana produk ini hanya memanfaatkan bagian inti dari udang. Dari hasil studi lapangan dan studi literatur didapatkan 14 produk turunan dari udang yang dapat di produksi untuk skala UKM dan juga produk sampingan 3. Permasalahan utama dalam value chain pada supplier adalah kurangnya persediaan bibit unggul yang dapat dipasok pada petambak yang menyebabkan kurangnya pasokan benur dan belum adanya sistem kontrak dengan pembudidaya. Pada petambak tidak adanya control pada yang tambak menyebabkan berkurangnya jumlah tambak yang berdampak pada penurunan jumlah udang. Sedangkan permasalahan pada petambak dan juga nelayan adalah adanya praktek tokeh atau pengepulan yang tidak sehat sehingga nelayan dan petambak mengalami kesulitan untuk menentukan harga. Pada pasar dan grosir permasalahan yang teridentifikasi adalah harga udang yang relatif masih tinggi, sedangkan pada supermarket yang menjual hasil olahan udang permasalahan yang teridentifikasi adalah produk olahan udang tidak selalu tersedia. Permasalahan pada UKM adalah kurangnya pengetahuan akan pengolahan produk baik untuk variasi maupun standar kualitas yang harus dipenuhi, mahalnya harga bahan baku maupun bahan pendukung dan pemasaran produk yang masih terbatas, 4. Kebutuhan untuk perbaikan industri pengolahan komoditas unggulan yaitu UKM dapat dilakukan dengan memperbaiki tiga aspek yang telah teridentifikasi pada HOQ. Perbaikan untuk akses informasi dapat dilakukan dengan memanfaatkan situs pemerintah maupun media sosial sebagai media pemasaran yang dapat diakses oleh masyarakat untuk mengetahui informasi tentang produk hasil olahan udang dan dimana dapat memperoleh produk tersebut. Perbaikan pada proses pengolahan bahan baku dapat dilakukan dengan memberikan pelatihan mengenai variasi produk olahan udang, melakukan pemrosesan produk sesuai dengan standar pemerintah dan pemanfaatan teknologi tepat guna yang dapat membantu proses pengolahan udang menjadi produk olahan. Perbaikan pada packaging dapat dilakukan dengan adanya pelatihan desain kemasan dan mengadakan mass order untuk kemasan produk DAFTAR PUSTAKA Akintoye, A., McIntosh, G., & Fitzgerald, E. (2000). A survey of supply chain collaboration and management in the UK construction industry. European Journal of Purchasing & Supply Management 6, 159-168. Herr, M. (2007). An operational guide to Local Value Chain Development Combining Local Economic Development (LED) with Value Chain Development (VCD). Colombo, Sri Lanka: International Labour Organisation. ILO. (2009). ILO: Value Chain Development for Decent Work: A Guide for Practitioners, Government, and Private Sector Initiatives. Geneva: ILO Job Creation and Small Enterprise Development. J. S Shin et.al. (2002). Consistency check of a house of quality chart. International Journal of Quality & Reliability Management Vol. 19 No. 4Chen, L. &.-d.-m. (2010).. Kaplinsky, R., & Morris, M. (2000). A Handbook For Value Chain Research Pujawan, I., & ER, M. (2010). Supply Chain Management. Surabay: Tim Guna Widya. Ulrich, K., & Eppinger, S. (2003). Product Design and Development. New York: McGraw- Hill/Irwin. Vaidya, O., & Kumar, S. (2004). Analytic Hierarchy Process : An overview of applications. European Journal of Operational Research 169 (2006) 1-29 Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Tarakan, D. (2012). Profil Potensi dan Peluang Investasi Usaha Perikanan. Kota Tarakan: DK. 6