DAYA SAING TEMBAKAU VIRGINIA LOMBOK DI PASAR EKSPOR COMPETITIVENESS OF LOMBOK VIRGINIA TOBACCO IN EXPORT MARKET

dokumen-dokumen yang mirip
KEUNGGULAN KOMPARATIF USAHATANI JAGUNG MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI NTT. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2

ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPETITIF BERAS SOLOK ORGANIK Mardianto 1, Edi Firnando 2

III. METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan data yang akan dianalisis sehubungan dengan tujuan

III. METODE PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN

KERANGKA PEMIKIRAN. berupa derasnya arus liberalisasi perdagangan, otonomi daerah serta makin

DAFTAR TABEL. 1. Produksi manggis di Pulau Sumatera tahun Produksi manggis kabupaten di Provinsi Lampung tahun

BAB IV METODE PENELITIAN

POLICY BRIEF DAYA SAING KOMODITAS PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI DALAM KONTEKS PENCAPAIAN SWASEMBADA PANGAN. Dr. Adang Agustian

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VIII. DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KEUNTUNGAN DAN DAYA SAING RUMPUT LAUT

VII. ANALISIS DAYA SAING USAHATANI JAGUNG

Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 12 No. 2, Agustus 2007 Hal: namun sering harganya melambung tinggi, sehingga tidak terjangkau oleh nelayan. Pe

DAYA SAING USAHA TERNAK SAPI RAKYAT PADA KELOMPOK TANI DAN NON KELOMPOK TANI (suatu survey di Kelurahan Eka Jaya)

IV. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS DAYA SAING APEL JAWA TIMUR (Studi Kasus Apel Batu, Nongkojajar dan Poncokusumo)

HASIL DAN PEMBAHASAN

DAYA SAING KEDELAI DI KECAMATAN GANDING KABUPATEN SUMENEP

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Harga Gula Domestik

ANALISIS DAYA SAING KOMODITAS KELAPA DI KABUPATEN FLORES TIMUR

ANALISIS DAYA SAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KOMODITI PADI SAWAH DI KECAMATAN PERBAUNGAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI ABSTRACT

I. PENDAHULUAN. pengekspor jagung (net exporter), namun situasi ini secara drastis berubah setelah

.SIMULASI KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP DAYA SAING TEMBAKAU MADURA. Kustiawati Ningsih

III METODE PENELITIAN. Daya saing adalah suatu konsep yang menyatakan kemampuan suatu produsen

IV METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang. jagung per musim tanam yang, diukur dalam satuan ton.

ANALISIS DAYASAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KOMODITAS KENTANG

VI. ANALISIS DAYA SAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH PADA USAHATANI JAMBU BIJI

IV. METODE PENELITIAN

Hirwan Hamidi Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian UNRAM

sesuaian harga yang diterima dengan cost yang dikeluarkan. Apalagi saat ini,

ANALISIS DAYA SAING AGRIBISNIS BAWANG MERAH DI KABUPATEN PROBOLINGGO

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL

Analisis Dampak Kebijakan Pemerintah Terhadap Daya Saing Komoditas Kelapa di Kabupaten Flores Timur

EFISIENSI DAN DAYA SAING USAHATANI HORTIKULTURA

DAMPAK KEBIJAKAN PEMBATASAN IMPOR BAWANG MERAH TERHADAP USAHATANI BAWANG MERAH DI KABUPATEN PROBOLINGGO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

DAYA SAING JAGUNG, KETELA POHON, DAN KETELA RAMBAT PRODUKSI LAHAN KERING DI KECAMATAN KUBU, KABUPATEN KARANGASEM PROVINSI BALI

3.5 Teknik Pengumpulan data Pembatasan Masalah Definisi Operasional Metode Analisis Data

Volume 12, Nomor 1, Hal ISSN Januari - Juni 2010

ANALISIS DAYA SAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KOMODITAS KEDELAI VS PENGUSAHAAN KEDELAI DI KABUPATEN LAMONGAN, JAWA TIMUR

VI. ANALISIS DAYASAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KOMODITAS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

VII. DAMPAK PERUBAHAN KEBIJAKAN PEMERINTAH DAN FAKTOR LAINNYA TERHADAP KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPETITIF PADA USAHATANI JAMBU BIJI

METODOLOGI PENELITIAN

VI. ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPETITIF USAHA PEMBENIHAN IKAN PATIN SIAM DEDDY FISH FARM

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian

3 KERANGKA PEMIKIRAN

METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

KEUNGGULAN KOMPARATIF KOMODITAS JAGUNG DI KABUPATEN KEDIRI

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALYSIS ON COMPETITIVENESS OF ARABICA COFFEE IN NORTH TAPANULI (Case Study: Bahal Batu III Village, Siborong-borong Subdistrict)

PERMASALAHAN PENGEMBANGAN TEMBAKAU DI JAWA TIMUR. Dinas Perkebunan Propinsi Jawa Timur

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendekatan Penelitian Sistem Usaha Pertanian dan Agribisnis

VIII. ANALISIS KEBIJAKAN ATAS PERUBAHAN HARGA OUTPUT/ INPUT, PENGELUARAN RISET JAGUNG DAN INFRASTRUKTUR JALAN

ANALISIS DAYA SAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PRODUKSI KAKAO DI JAWA TIMUR

III KERANGKA PEMIKIRAN

IV. METODE PENELITIAN. Kelurahan Kencana, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor. Pemilihan lokasi

ARTIKEL KEUNGGULAN KOMPETITIF DAN KOMPARATIF KOMODITI JAGUNG PIPIL DI MINAHASA SELATAN WINDA TRISNAWATI KARAENG. Dosen Pembimbing :

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN. A. Metode Dasar Penelitian

I. PENDAHULUAN. komoditas utama penghasil serat alam untuk bahan baku industri Tekstil dan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Empiris Tentang Jeruk

ANALISIS KEUNTUNGAN DAN PEMASARAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN. Eka Miftakhul Jannah, Abdul Wahab, Amrizal Nazar ABSTRAK

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan tujuan penelitian dan hasil analisis, maka pada penelitian ini

ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF USAHATANI BAWANG MERAH DI DESA PONJANAN BARAT, KECAMATAN BATUMARMAR, KABUPATEN PAMEKASAN

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

DAYA SAING USAHATANI LADA DI LAMPUNG

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN BERBAGAI JENIS BAHAN BAKAR PADA PENGOVENAN TEMBAKAU VIRGINIA DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN DAMPAK KEBIJAKAN PENGURANGAN SUBSIDI INPUT TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS KENTANG DI KOTA BATU

ANALYSIS OF COST EFFICIENCY AND CONRTIBUTION OF INCOME FROM KASTURI TOBACCO, RICE AND CORN TO THE TOTAL FARM HOUSEHOLD INCOME

BAB I PENDAHULUAN. melimpah. Memasuki era perdagangan bebas, Indonesia harus membuat strategi yang

ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF KOMODITAS JAGUNG (Zea mays L.) DI KABUPATEN KEDIRI

ANALISIS DAYA SAING BUAH STROBERI DI KABUPATEN PURBALINGGA JAWA TENGAH (Studi Kasus di Desa Serang Kecamatan Karangreja Kabupaten Purbalingga)

III. METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan penelitian.

I. PENDAHULUAN. Gambar 1 Proyeksi kebutuhan jagung nasional (Sumber : Deptan 2009, diolah)

Analisis Daya Saing dan Dampak Kebijakan Terhadap Beras Organik Ekspor (Suatu Kasus di Gapoktan Simpatik Kabupaten Tasikmalaya)

V. DAYA SAING, KETERKAITAN DAN SUMBER-SUMBER PERTUMBUHAN SEKTOR INDUSTRI AGRO. Komparasi sektor industri agro Indonesia dengan China dan Thailand

Oleh: Tobari dan Budi Dharmawan Fakultas Pertanian Unsoed Purwokerto (Diterima: 11 September 2004, disetujui: 21 September 2004)

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan sangat berarti dalam upaya pemeliharaan dan kestabilan harga bahan pokok,

DAMPAK KEBIJAKAN KREDIT DAN SUBSIDI PUPUK TERHADAP KEUNTUNGAN USAHATANI PADI. I Made Tamba Ni Luh Pastini

III. METODE PENELITIAN. Definisi operasional dan konsep dasar ini mencakup semua pengertian yang

POTENSI LAHAN PERTANIAN BAGI PENGEMBANGAN PALAWIJA DI LAMPUNG

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

ANALISIS INPUT-OUTPUT KOMODITAS KELAPA SAWIT DI INDONESIA

IX. KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan

ANALISIS DAYA SAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP JERUK SIAM

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia

Transkripsi:

129 DAYA SAING TEMBAKAU VIRGINIA LOMBOK DI PASAR EKSPOR COMPETITIVENESS OF LOMBOK VIRGINIA TOBACCO IN EXPORT MARKET Hirwan Hamidi Dosen Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian UNRAM ABSTRAK Dalam era perdagangan bebas hanya negara yang berdaya saing tinggi dan efisien dalam pengembangan usahanya yang akan memenangkan persaingan pedagangan tembakau virginia di tingkat dunia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keunggulan komparatif pengembangan usahatani tembakau virginia di Pulau Lombok. Survei dilakukan di dua kabupaten sentra produksi tembakau virginia, yaitu Kabupaten Lombok Tengah dan Kabupaten Lombok Timur. Metode analisis yang digunakan adalah Analisis Matriks Kebijakan (PAM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan usahatani tembakau virginia di Pulau Lombok adalah efisien dan komparatif dalam rejim perdagangan Substitusi Impor (SI), namun tidak layak sebagai promosi ekspor (PE), sebagaimana ditunjukkan oleh koefisien DRCR (SI) 0,61076 dan DRCR (PE) 1,23439. ABSTRACT In free trade era, countries who are highly competitive and efficient will win the world competition of Virginia Tobacco trading. The purpose of this research was to analyze the comparative advantage of Virginia Tobacco farm in Lombok Island. Survey was conducted in two regencies which are the centers of Virginia Tobacco production, i.e., the regencies of Central and East Lombok. Analysis was done with policy analysis matrix (PAM). The results were that Virginia Tobacco farm in Lombok Island is efficient and comparative in the regime of import substitution trade (S1), yet is not feasible for export promotion (EP), as indicated by the coefficient of DRCR (S1) 0.61076 and DRCR (EP) 1.23439. Kata kunci: daya saing, tembakau virginia, pasar ekspor Keywords : competitive, virginia tobacco, export market PENDAHULUAN Tembakau virginia sebagai bahan baku utama pabrik rokok merupakan salah satu komoditas yang memberikan andil cukup penting dalam perekonomian banyak negara. Bagi Indonesia, tembakau memegang peranan penting dalam kehidupan sosial ekonomi masyarakat, baik sebagai penyerap tenaga kerja, sumber pendapatan petani dan buruh, sumber cukai dan devisa negara. Tenaga kerja yang terlibat secara langsung pada kegiatan on-farm sebesar 4,2 juta kepala keluarga (KK) atau menghidupi 21 juta jiwa. Sementara pada kegiatan off-farm tercatat sebanyak 6 juta jiwa dan kegiatan lainnya sekitar 1,4 juta jiwa. Dalam kurun waktu 2000-2006, cukai yang diterima terus meningkat dari Rp. 17,6 trilyun pada tahun 2000 menjadi Rp. 36,5 trilyun pada tahun 2006 dan devisa sekitar US $ 180 ribu pada tahun 2004 (Dirjen Perkebunan, 2006). Salah satu wilayah produksi tembakau virginia di Indonesia adalah Pulau Lombok, menyumbang 58,15 % dari total produksi nasional. Dibanding wilayah-wilayah lainnya, Pulau Lombok memiliki keunggulan kom-paratif dalam pengembangannya karena: (i) tingkat produktivitasnya lebih tinggi (1,69 ton/ha) dibanding rata-rata nasional (1,15 ton/ha); (ii) mutunya setara dengan mutu tembakau impor, terutama dari USA, Brazil dan Zimbabwe (Surakhmad, 2002), serta (iii) warna dan aromanya yang khas. Di Pulau Lombok tembaku virginia merupakan salah satu komoditi unggulan perkebunan karena peranannya dalam perekonomian daerah melalui pembentukan PDRB, penyedia lapangan kerja dan pen-dapatan masyarakat. Berdasarkan tabel input-output 2004, PDRB Nusa Tenggara Barat dari tembakau adalah sebesar Rp. 466,020 milyar (1,57%), keseluruhannya diekspor ke luar wilayah karena industri rokok yang berbahan baku tembakau virginia belum ada. Dalam hal penyerapan tenaga kerja, usahatani tembakau mampu menyerap 57.287 orang (2,83%) dari total tenaga kerja terserap dalam perekonomian sebanyak 2.023.266 orang. Dalam hal pendapatan masyarakat, dari total nilai PDRB tembakau tersebut Rp. 115,621 milyar (24,81%) diterima oleh para pekerja dalam bentuk upah/gaji dan Rp. 348,604 milyar (74,80%)

130 diterima para pemilik modal dalam bentuk surplus usaha (BPS NTB, 2004). Selain kontribusi langsung, tembakau virginia juga memiliki kontribusi tidak langsung melalui efek penggandanya (multiplier effect) berupa keterkaitan input-output antar industri. Daya penyebaran tembakau sebesar 1,18407 dan derajat kepekaanya sebesar 1,74833 (BPS NTB, 2004). Angka daya penyebaran tersebut berarti bahwa akibat permintaan akhir sektor tembakau sebesar Rp. 1 menyebabkan output perekonomian meningkat sebesar Rp. 1,748. Hal ini terjadi sebagai akibat dari meningkatnya output sektor-sektor lain yang bertindak sebagai penyedia input sektor tembakau. Sementara terhadap derajat kepekaannya, angkanya relatif kecil. Indikasi ini menunjukkan bahwa output tembakau tidak banyak digunakan oleh sektor lain sebagai inputnya, kecuali industri rokok. Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan tembakau virginia Lombok tidak hanya terjadi di dalam negeri saja, tetapi juga saingan yang cukup berat dari negara-negara produsen tembakau virginia lainnya. Karena itu, tulisan ini mencoba untuk menganalisis daya saing tembakau virginia Lombok di pasar ekspor dengan maksud agar para pelaku usaha dan pemerintah daerah provinsi dan kabupaten sentra produksi tembakau virginia dapat merumuskan kebijakan yang cerdas dalam rangka mengantisipasi turunnya permintaan tembakau virginia Lombok di pasar ekspor. METODE PENELITIAN Pengumpulan Data dan Sampling Wilayah Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode survei melalui wawancara dengan para pelaku usahatani tembakau yang dipandu kuesioner. Lokasi sampel ditentukan dengan metode multiple stage sampling, yaitu suatu sampel yang ditarik secara bertingkat mulai dari tingkat kabupaten hingga tingkat desa. Survei dilakukan di lima desa yaitu: Desa Lekor dan Montong Gamang untuk Kabupaten Lombok Tengah, dan Desa Rarang, Rumbuk, dan Sakra untuk Kabupaten Lombok Timur. Penentuan desa-desa tersebut didasarkan atas pertimbangan luas areal pengembangan terluas pada masing-masing kecamatan. Jumlah Responen Penentuan besarnya jumlah sampel responden petani dalam penelitian ini digunakan rumus sebagai berikut (Sugiarto et al., 2003): 2 2 NZ S n = (1) 2 2 2 Nd + Z S n = total sampel N = total populasi Z = nilai distribusi normal baku (tabel-z) pada α 0,05 d = besarnya toleransi penyimpangan S = nilai varian lahan usahatani tembakau virginia petani Berdasarkan hasil pendataan petani tembakau virginia oleh Dinas Perkebunan dan Kehutanan di dua kabupaten Lombok Timur dan Lombok Tengah tahun 2006 diketahui bahwa jumlah populasi petani tembakau adalah 1.853 orang. Dari hasil perhitungan ditemukan bahwa nilai varian lahan usahatani petani adalah 0,07058. Dengan tingkat kepercayaan 95 persen atau toleransi penyimpangan (d) sebesar 5 persen, maka ukuran sampel yang diambil adalah 102 orang. Tabel 1. Matriks Analisis Kebijakan (PAM) Biaya Uraian Penerimaan Input tradable Input non tradable Keuntungan Harga privat A= Ppi B= Btpi C=Bnpi D=Kpi Harga Sosial E= Psi F= Btsi G=Bnsi H=Ksi Dampak Kebijaksanaan I= Tro J= Trit K=Trfa L=Trb Sumber: Monke and Pearson (1995) Keterangan : Keuntungan Privat (D) = (A)-(B)-(C) Keuntungan Sosial (H) = (E)-(F)-(G) Transfer Input (J) = (B) (F) Transfer Output (I) = (A) (E) Tranfer faktor (K) = (C) - (G) Transfer bersih (L) = (D) (H) atau I- (J + K) Hirwan Hamidi: daya saing tembakau

131 Analisis Data Data yang terkumpul selanjutnya dianalisis dengan Analisis Matrik Kebijakan (PAM) (Monke dan Pearson, 1995). Melalui analisis ini akan dapat diketahui daya saing tembakau virginia di pasar ekspor. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis PAM Analisis PAM digunakan untuk mengetahui tingkat efisiensi ekonomi penggunaan sumberdaya domestik dari usahatani tembakau virginia di Pulau Lombok dalam upaya menghemat dan menambah devisa melalui pengurangan impor dan menambah pangsa ekspor. Tingkat keunggulan komparatif ini ditunjukkan oleh nilai determinasi koefisien DRCR (domestic Resource Cost Ratio). Dalam hal ini bila nilai DRCR lebih kecil dari satu memberi arti bahwa memproduksi komoditas tembakau virginia dalam negeri lebih menguntungkan dibanding impor. Dengan kata lain, memproduksi tembakau virginia di Pulau Lombok efisien secara ekonomi dan unggul secara komparatif, baik dalam rangka substitusi impor (SI) maupun untuk tujuan promosi ekspor (PE). Sebaliknya jika DRCR lebih besar dari satu, berarti untuk memenuhi kebutuhan tembakau virginia dalam negeri akan lebih menguntungkan dengan cara impor, sebab memproduksi tembakau virginia di dalam negeri tidak efisien dan juga secara regionalitas diskomparatif. Hasil analisis PAM dari usahatani tembakau virginia di Pulau Lombok ditampilkan pada Tabel 2. Dari Tabel 2 dapat dijelaskan beberapa hal penting sebagai berikut: 1. Penerimaan privat dan Sosial Penerimaan privat adalah nilai produksi yang diterima petani tembakau virginia yang diperhitungkan atas dasar harga pasar yang berlaku di daerah produsen (harga privat). Hasil analisis menunjukkan bahwa rata-rata tingkat produksi tembakau (krosok) yang dihasilkan petani sebesar 1.981 kg/ha dengan tingkat harga rata-rata sebesar Rp. 11.625 per kg. Dengan demikian penerimaan privat yang diperoleh sebesar Rp. 23.029.125 per hektar. Berbeda halnya dengan penerimaan sosial, dimana nilai produksi yang diterima petani tembakau virginia diperhitungkan pada harga sosial, yaitu harga yang berlaku di pasar internasional. Untuk komoditi tembakau virginia dipakai harga CIF (Cost Incurance and Freight). Berdasarkan data statistik BPS 2001-2006 diketahui bahwa rata-rata harga CIF tembakau virginia adalah US $ 2,17 per kg atau setara dengan Rp. 18.445 per kg dengan asumsi US $ 1 = Rp. 8.500. Dengan demikian penerimaan sosial petani tembakau virginia adalah sebesar Rp. 36.559.355 per hektar. Dengan demikian, penerimaan sosial petani 58,75 % lebih tinggi dibanding penerimaan privatnya. Sebagai akibat dari tingginya perbedaan harga sosial dengan harga privat output tembakau sebagaimana diuraikan di atas berimplikasi pada keuntungan yang diterima. Tabel 2 menjukkan bahwa keuntungan privat yang diterima petani adalah sebesar Rp. 4.905.063 per hektar, sedangkan pada harga sosial keuntungan yang diterima sebesar Rp. 15.684.501 per hektar. 2. Biaya input Tradable dan Non Tradable Tabel 2 menunjukkan bahwa komponen biaya input dipilah ke dalam biaya input tradable dan non tradable. Kedua biaya tersebut telah dipisah ke dalam biaya domestik dan asing dengan pendekatan langsung (Pearson, Nelson, dan Stryker dalam Suryana, 1981). Yang termasuk ke dalam biaya input nontradable pada usahatani tembakau virginia adalah benih, bambu, tikar, tenaga kerja, sewa lahan, pengairan, bunga modal kepada rentenir, penyusutan bangunan oven/peralatan dialokasikan sebagai komponen biaya domestik nontradable 100 persen. Input lainnya seperti pupuk NPK, KNO, pestisida, ZPT (prowl, tamex), plastik penutup bibit, tali rafia, tali goni, minyak tanah, dan transportasi lokal dimasukkan ke dalam input tradable. Pengalokasian biaya input produksi pupuk, pestisida, dan ZPT dalam penelitian ini didasarkan kepada hasil perhitungan yang dilakukan oleh Hutabarat, et al. (1997) sebagai berikut: (a) Untuk pestisida dan ZPT masingmasing 75,02 persen, 23,60 persen, dan 1,38 persen untuk komponen domestik, asing, dan pajak; (b) Untuk pupuk NPK dan KNO masingmasing 14,62 persen, 84 persen, dan 1,38 persen untuk komponen domestik, asing, dan pajak. Rendahnya komponen domestik karena Indonesia termasuk net importer terhadap kedua jenis pupuk tersebut, sebab sebagian besar bahan baku yang digunakan untuk memproduksi kedua jenis pupuk tersebut adalah eks impor, yaitu mencapai sekitar 84 persen dari biaya produksi (Azhari, 1996).

132 Tabel 2. Keunggulan Komparatif Usahatani Tembakau Virginia di Pulau Lombok Berdasarkan Rejim Perdagangan, 2006 (per hektar). Keterangan Penerimaan Biaya Input Keuntungan Tradable Non tradable Harga privat 23.029.125 6.105.746 12.018.316 4.905.063 Harga Sosial 36.559.355 8.856.538 12.018.316 15.684.501 DRCR (rejim SI) 0.61076 DRCR (rejim PE) 1.23439 Sumber: Data primer dan Sekunder (diolah) Pada Tabel 2 terlihat bahwa biaya input non tradable lebih tinggi dibanding biaya input tradable, baik pada harga privat maupun sosial. Indikasi ini mengisyaratkan bahwa biaya input nontradable domestik yang digunakan pada usahatani tembakau virginia lebih tinggi, yang sekaligus mencerminkan efisiensi dalam penggunaan sumberdaya domestik. Khusus input tradabel, biaya yang dikeluarkan petani pada harga sosial lebih tinggi dibanding pada harga privat. Kondisi sedemikian ini terjadi terutama sebagai akibat dari harga sosial minyak tanah yang jauh melampui harga privat, yaitu masingmasing Rp. 1.890 per lieter untuk harga sosial dan Rp. 950 per liter untuk harga privat. 3. Daya Saing Hasil analisis PAM menunjukkan, bahwa dengan mengusahakan tembakau virginia di Pulau Lombok dipandang dari segi ekonomi adalah cukup efisien (menguntungkan) untuk dikembangkan pada rejim perdagangan substitusi impor (SI), meskipun tidak demikian untuk rejim perdagangan promosi ekspor (PE), sebagaimana ditunjukkan oleh nilai DRCR yang berbeda yaitu 0,61076 untuk rejim SI dan 1,23439 untuk rejim PE. Hal ini mengindikasikan bahwa mengusahakan tembakau virginia di Pulau Lombok hanya efisien untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri atau substitusi impor, sebab untuk memproduksi tembakau virginia pada rejim perdagangan SI hanya membutuhkan biaya sumberdaya domestik sekitar 61,076 persen. Informasi lain yang dapat diperoleh dari angka DRCR pola rejim perdagangan SI adalah kemampuan mendatangkan nilai tambah. Dengan nilai koefisien DRCR 0,61076 mengindikasikan bahwa untuk memperoleh devisa sebesar satu dolar melalui pengurangan impor hanya dibutuhkan biaya untuk memproduksinya di dalam negeri sekitar 0,61 dolar. Dengan kata lain, bahwa setiap satu dolar devisa yang dihasilkan dalam usahatani tembakau virginia di Pulau Lombok mampu mendatangkan nlai tambah sebesar 0,39 dolar atau setara dengan Rp. 3.315 untuk setiap Rp. 8.500 devisa yang diperoleh dari pola perdagangan SI. Berbeda dengan pola perdagangan SI, tampak bahwa mengusahakan tembakau virginia di Pulau Lombok dengan tujuan promosi ekspor adalah tidak efisien, sebab biaya sumberdaya domestik yang dibutuhkan untuk rejim perdagangan tersebut sebesar 123,439 persen. Tidak efisiennya dalam rejim perdagangan PE adalah lebih banyak ditentukan oleh faktor sebagai berikut: (i) Rata-rata biaya domestik untuk memproduksi posisi daun tembakau yang sama adalah lebih tinggi dibanding dengan produksi luar negeri. Hal ini terlihat dari ekspor tembakau virginia Indonesia yang umumnya adalah daun-daun kualitas jelek dengan posisi daun bawah; (ii) Tingkat produktivitas daun tembakau kualitas baik (posisi daun tengah dan atas) relatif masih rendah dibanding luar negeri, dan (iii) Produksi tembakau dalam negeri masih terbatas pada satu musim tanam sehingga tidak menjamin kontinyuitas permintaan konsumen daun tembakau. Hasil wawancara dengan manajer PT. BAT Indonesia Lombok mengatakan bahwa neraga-negara penghasil tembakau virginia fc terutama China berani menjamin pasokan daun tembakau virginia sepanjang tahun. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Ditinjau dari sudut pandang ekonomi, hasil studi menyimpulkan bahwa daya saing tembakau virginia Lombok di pasar ekspor adalah lemah. Simpulan tersebut ditunjukkan oleh koefisien DRCR rejim perdagangan promosi ekspor (PE) sebesar 1,23439. Pengembangan usahatani tembakau virginia di Pulau Lombok lebih efisien untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri atau substitusi impor sebagaimana ditunjukkan oleh Hirwan Hamidi: daya saing tembakau

133 koefisien DRCR rejim perdagangn substitusi impor (SI) sebesar 0,61076. Saran Dalam upaya meningkatkan daya saing tembakau virginia Lombok di pasar ekspor diperlukan: (1) gerakan peningkatan produktivitas oleh semua stakeholder tembakau, (2) terobosan baru dalam substitusi penggunaan tenaga kerja manusia dengan hand tractors, terutama dalam pengolahan tanah dan pembuatan guludan, (3) penelitian alternatif penggunaan bahan bakar yang efisien dalam pengovenan tembakau sebagai pengganti minyak tanah. DAFTAR PUSTAKA Azhari, D. H., 1996. Fertilizer Policy in Indonesia. Agro-Chemicals News in Brief, Specials Issue, September 1996, ESCAP FAO/UNIDO, Bangkok, p. 72-79. Badan Pusat Statistik Nusa Tenggara Barat. 2004. Tabel Input Output Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2004. BPS NTB, Mataram. Dirjen Perkebunan Departemen Pertanian, 2006. Statistik Perkebunan Indonesia (Tembakau), 2004-1006, Jakarta, Indonesia. Hutabarat, B., Djauhari, A. Agustian, T.D. Permata, B. Rahman, Ikin Sadikin, dan J. Situmorang, 1997. Potensi dan Peluang Pemanfaatan Sumberdaya Produksi Tanaman Pangan di Luar Jawa. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian, Bogor, p. 87-95. Monke, E.A. and S.R. Pearson. 1995. The Policy Analysis Matrix for Agricultural Development (2nd Edition). Cornell University Press. Ithaca and London (p.xiii, 16-73). Sugiarto, D. Siagian, L. T. Sunaryanto, dan D. S.Oetomo, 2003. Teknik Sampling, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Surachmad, 2002. Informasi Pasar dan Prediksi Tembakau Virginia di Masa Depan. Disampaikan dalam Rapat Kerja Program Intensifikasi Tembakau Virginia di NTB, 5-6 Juni 2002. Suryana, A., 1981. Keuntungan Komparatif Usahatani Ubikayu di Daerah Produksi Utama di Lampung dan Jawa Barat. Jurnal Agro Ekonomi, JAE, Vol. 1 No. 1 Oktober 1981. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian, Bogor, p. 37-55).