Best Practices Anggota APKASI 2003

dokumen-dokumen yang mirip
Upaya Pemberantasan Kemiskinann Masyarakat Pesisir MEMBERI NELAYAN KAIL, BUKAN UMPANNYA

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PROFIL PELAKSANAAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU) KABUPATEN DELI SERDANG

I. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat

PROFIL KOTA BONTANG GAMBARAN UMUM

Dokumentasi Best Practices Kota-Kota - APEKSI

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari pemanfaatan wilayah pesisir dan lautan. Oleh sebab itu, banyak

BAB I PENDAHULUAN. juta km2 terdiri dari luas daratan 1,9 juta km2, laut teritorial 0,3 juta km2, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain:

USULAN PENDEKATAN DAN METODOLOGI RENCANA KERJA DAN JADWAL KEGIATAN CALON TENAGA AHLI PEMASARAN PARTISIPATIF

Berbagi Pengalaman, Maju Bersama Dokumentasi Best Practices Kota-Kota - APEKSI

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (2007) Indonesia memiliki kawasan mangrove yang terluas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan ekonomi diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan

METODE PENELITIAN. satu daerah yang memiliki jumlah kelompok nelayan terbanyak. Dari data

Berbagi Pengalaman, Maju Bersama Dokumentasi Best Practices Kota-Kota - APEKSI

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan Perikanan, terlebih bagi negara kepulauan seperti Indonesia yang

Dokumentasi Best Practises Pendidikan (Tentang Penerapan Prinsip-Prinsip Tata Pemerintahan yang Baik dalam Pengelolaan Pendidikan)

BAB I PENDAHULUAN. Trilogi pembangunan yang salah satunya berbunyi pemerataan pembangunan

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia karena memiliki luas

PENDAHULUAN Latar Belakang

Tentang Hutan Kemasyarakatan. MEMUTUSKAN PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN KEMISKINAN DALAM PELAKSANAAN HUTAN KEMASYARAKATAN BAB I KETENTUAN UMUM.

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di dunia yang masih

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN DI INDONESIA. Oleh: Dr. Sunoto, MES

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.07/MEN/2008 TENTANG BANTUAN SOSIAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PESISIR DAN PEMBUDIDAYA IKAN

KABUPATEN GRESIK RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI PENDAPATAN,BELANJA DAN PEMBIAYAAN TAHUN ANGGARAN 2017

BUPATI PAKPAK BHARAT

Rencana Strategis

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR KEP.25/MEN/2009 TENTANG

BAB II. Deskripsi Lokasi Penelitian. Dalam bab ini akan disajikan deskripsi lokasi penelitian dan rincianrincian

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN MAROS. NOMOR : 05 Tahun 2009 TENTANG KEHUTANAN MASYARAKAT DI KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ANALISIS PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DENGAN PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT PESISIR DI KECAMATAN PEMANGKAT KABUPATEN SAMBAS

BAB I. PENDAHULUAN. yang signifikan, dimana pada tahun 2010 yaitu mencapai 8,58% meningkat. hingga pada tahun 2014 yaitu mencapai sebesar 9,91%.

PENDAHULUAN. diantara dua benua besar Asia dan Australia, dan di antara Lautan Pasifik dan

PERSEN TASE (%) Dinas Kelautan dan Perikanan ,81 JUMLAH ,81

BAB I PENDAHULUAN. adalah Pulau Nias. Luasnya secara keseluruhan adalah km 2. Posisinya

MELIHAT POTENSI EKONOMI BAWEAN pada acara

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pernyataan Menteri Kelautan dan Perikanan RI (nomor kep.

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi dan Keadaan Umum Kabupaten Tojo Una-una

BAB I PENDAHULUAN. berkelanjutan (sustainabel development) merupakan alternatif pembangunan yang

BUPATI TABANAN PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG

BAB 6 PENUTUP. temuan penelitian tentang bagaimana pengelolaan sektor kelautan dan perikanan

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU

BAB I PENDAHULUAN. Pukat merupakan semacam jaring yang besar dan panjang untuk. menangkap ikan yang dioperasikan secara vertikal dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia. Hai ini mengingat wilayah Indonesia merupakan negara kepulauan

MENTERI TRANSMIGRASI DAN PEMUKIMAN PERAMBAH HUTAN R.I. KEPUTUSAN MENTERI TRANSMIGRASI DAN PEMUKIMAN PERAMBAH HUTAN REPUBLIK INDONESIA

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

BAB I PENDAHULUAN. dan 25,14 % penduduk miskin Indonesia adalah nelayan (Ono, 2015:27).

Buku Pedoman PENGHARGAAN ENERGI MENUJU DESA MANDIRI ENERGI DI JAWA TENGAH TAHUN 2015

LAPORAN MONITORING DAN EVALUASI KINERJA PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI THIRD KECAMATAN DEVELOPMENT PROJECT

RUMUSAN RAPAT KERJA TEKNIS KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Tahunan

KEPMEN NO. 96 TH 1998

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG

PROYEK PENINGKATAN KAPASITAS & KEBERLANJUTAN PINJAMAN DANA BERGULIR

7 SOLUSI KEBIJAKAN YANG DITERAPKAN PEMERINTAH TERKAIT SISTEM BAGI HASIL NELAYAN DAN PELELANGAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

DEMOCRATIC-GOVERNANCE APPROACH

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan

KAJIAN PERMASALAHAN EKONOMI DI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH

I. PENDAHULUAN. secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

Rumusan dan Penentuan Prioritas Strategi Program Pemberdayaan Ekonom i Masyarakat Pesisir (PEMP) di Kota Bengkulu

PROFIL PELAKSANAAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU) KOTA TANJUNGBALAI

BAB I PENDAHULUAN. Produksi dari suatu usaha penangkapan ikan laut dan perairan umum sebahagian

1.8.(2) Peremajaan Permukiman Kota Bandarharjo. Semarang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Deklarasi Djoeanda (1957) yang berisikan konsepsi Negara Nusantara

3.3.(1) Kawasan Pemberdayaan Desa Adat di

Tabel IV.B.12.1 Program dan Realisasi Anggaran Urusan Ketenagakerjaan tahun 2010

BAB II GAMBARAN UMUM PEKERJA ANAK DI KOTA TANJUNGBALAI

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Ketahanan Pangan dan Gizi adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

PERANCANGAN PROGRAM. 6.5 Visi, Misi dan Tujuan Pembangunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lampung Barat

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG

Oleh Prof Dr Abdullah Ali

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan ekonomi masyarakat dalam bidang perikanan Indonesia, telah menjadi

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB I PENDAHULUAN. 1994). Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi

I. PENDAHULUAN. Perumahan dan pemukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Perencanaan dan Perjanjian Kerja

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan dan tanggung jawab penuh dalam mengatur dan mengurus rumah

BAB I PENDAHULUAN. biasa disebut faktor sosial seperti pertumbuhan jumlah penduduk yang tinggi,

I. PENDAHULUAN. perikanan. Usaha di bidang pertanian Indonesia bervariasi dalam corak dan. serta ada yang berskala kecil(said dan lutan, 2001).

III. METODE PENELITIAN. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive (sengaja), karena Desa

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU

POKJA AIR MINUM DAN SANITASI KABUPATEN KEPULAUAN ARU

Peningkatan Pemberdayaan Masyarakat Perikanan Budidaya Melalui PUMP Perikanan Budidaya Sebagai Implementasi PNPM Mandiri Kelautan Dan Perikanan

STUDI TENTANG UPAYA UPT

Berbagi Pengalaman, Maju Bersama Dokumentasi Best Practices Kota-Kota - APEKSI

Transkripsi:

Best Practice : Pembentukan LEPP-M3 sebagai Upaya Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir Yayasan Inovasi Pemerintahan Daerah (YIPD) Jl. Tebet Barat Dalam III A no 02 Jakarta 12810, Indonesia Phone: +62-21-83794469 Fax: +62-21-83791270 E-mail: resourcenter@yipd.or.id Clearinghouse YIPD - 1

Pembentukan LEPP-M3 sebagai Upaya Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir Kabupaten : Deli Serdang Kelompok Sektor : Penanggulangan kemiskinan; Pengenalan Metode dan Teknologi Kelompok Daerah : Pesisir Gambaran Umum kabupataen Deli Serdang Letak geografis kabupaten Deli Serdang adalah 2 0 57-3 0 16 LU dan 98 33-99 27 BT, yang berada pada posisi silang dikawasan palung pasifik barat, dengan luas wilayah 4.397 km2 atau 6,21% dari luas propinsi Sumatra Utara. Batas-batas wilayah Deli Serdang: Sebelah utara : Selat sumatra dan kabupaten Langkat Sebelah selatan : Kabupaten Karo dan Kabupaten Simalungun Sebelah timur : Selat Sumatra da Kabupaten Asahan Sebelah barat : Kabupaten Karo dan Kabupaten Langkat Dari total luas wilayahnya, sebagian besar (85,43%) adalah merupakan areal pertanian dan perkebunan; 8,15% kawasan hutan; dan 4,12% merupakan pemukiman dan untuk penggunaan lainnya. Jumlah penduduk menurut hasil sensus ekonomi tahun 2001 adalah sebanyak 2.047.488dengan tingkat pertumbuhan 2,10% dan kepadatan rata-rata 455 jiwa/km 2. jumlah penduduk di Deli Serdang merupakan jumlah penduduk terbesar kedua di propinsi Sumatera Utara setelah Medan. Komposisi mata pencaharian utama penduduk adalah; Petani (60,22%), Pegawai Negeri/ ABRI/ Karyawan (21,83%), Pedagang (5,40%), Jasa-jasa (3,17%), Nelayan (2,86%), Pengrajin (0,40%) dan lain-lain (6,12%). Adapun gambaran perkembangan keuangan daerah Kabupaten Deli Serdang dari Tahun 2000 sampai tahun 2002 adalah sebagai berikut: Perkembangan APBD No Tahun Anggaran Target Realisasi 1 2000 203.802.707.000,- 205.278.932.035.87 2 2001 409.684.553.000,- 449.464.500.000.00 3 2002 520.777.005.000,- Perkembangan PAD No Tahun Anggaran Target Realisasi 1 2000 12.817.694.000,- 12.508.414.208.97 2 2001 25.666.844.423,- 24.669.610.646,19 3 2002 35.093.722.000,- Clearinghouse YIPD - 2

Situasi Sebelum Inisiatif Seperti umumnya kondisi ekonomi masyarakat nelayan didaerah pantai, kondisi nelayan di Kabupaten Deli Serdang cukup memprihatinkan karena jumlah pendapatanya yang rendah. Hal tersebut di sebabkan oleh situasi dan kondisi sebagai berikut; Nelayan di kebanyakan wilayah pesisir di Indonesia umunya merupakan kelompok yang sangat sulit untuk diorganisasikan. Nelayan juga umunya merupakan kelompok masyarakatyang tidak memiliki alur-kas sehingga konsep perencanaan ekonominya sangat tidak pasti. Oleh Karena itu kelompok nelayan lebih banyak bergerak dalam kesatuan-kesatuan informal tanpa memiliki perencanaan ekonomi yang jangka panjang. Kondisi nelayan di Kabupaten Deli Serdang belum banyak tersentuh dengan program-program yang benar-benar dapat mengembangkan ekonomi mereka secara riil, terorganisasi dan berkelanjutan. Belum banyak LSM maupun institusi Perguruan Tinggi local yang secara riil fisik membantu pada peningkatan ekonomi nelayan, walaupun telah banyak peran mereka dalam membantu di bidang non-fisik pada banyak kelompok nelayan. Pada tahun 2000 Pemerinyah pusat meluncurkan program PEMP (Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir) yang secara khusus diarahkan pada peningkatan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat nelayan diwilayah pesisir. Program ini disalurkan oleh pemerintah Pusat melalui Departemen Perikanan dan Kelautan kepada daerah-daerah yang ditentukan berdasarkan kriteria tertentu. Adapun jenis karakteristik program ini adalah program pengentasan kemiskinan dengan alokasi Dana dari APBN unutk program JPS-PK (Jaring Pengaman Sosial Pengentasan Kemiskinan). Mengacu pada Surat Edaran Bersama (SEB) antara Departemen Perikanan dan Kelautan, Dirjen Anggaran Departemen Keuangan, dan Bappenas, maka mekanisme penyaluran dana untuk pelaksanaan program ini adalah seluruh dana (tidak termasuk dana untuk Administrasi Proyek) diserahkan langsung pada Kelompok Sasaran (Poksar) yang pengalokasiannya telah ditentukan dalam SEB tersebut melalui mekanisme revolving fund. Selanjutnya pada pelaksanaan dilapangan Pimpinan Bagian Proyek yang terdapat di Kabupaten, dapat menentukan lokasi dan poksar sesuai dengan Pedoman Umum yang telah disusun oleh Pimpinan Proyek Pusat. Inisiatif Pemanfaatan keberadaan program PEMP untuk memperkenalkan berbagai inovasi/metodologi/teknik penangkapan ikan yang aman dan ramah lingkungan serta untuk memperoleh hasil yang lebih optimal. Pengorganisasian nelayan melalui pembentukan lembaga yang difasilitasi oleh Pemerintah Daerah. Pengembangan fungsi lembaga nelayan sebagai wadah untuk penciptaan lapangan usaha dan pemberian fasilitas kredit dan simpan pinjam Clearinghouse YIPD - 3

Strategi yang dipakai dan Tindakan Ketaatan pada Pedoman Umum Pelaksanaan Program dan kemampuan berinovasi dari pemerintah daerah untuk memanfaatkan program PEMP sebagai pemicu pembangunan dan pemberdayaan sector kelautan adalah sesuatu yang menjadi menonjol di Deli Serdang. Pemerintah Daerah Deli Serdang (cq. Dinas Perikanan) melakukan serangkaian justifikasi dan penyesuaian atas Pedoman Umum dari PEMP. Proses penyesuaian ini dilaksanakan dengan mempertimbangankan situasi, kondisi dan kebutuhan dari Kabupaten Deli Serdang, serta keberadaan lembaga yang dapat berperan sebagai fasilitator dan mediator. Dinas Perikanan telah mengembangkan program PEMP sebagai program yang berkelanjutan dan saling terintegrasi dengan program lainnya yang ada di Dinas Perikanan. Pimpinan Bagian Proyek di Dinas Perikanan mengalokasikan kegiatan PEMP pada dua desa di Kecamatan Percut Sei Tuan. Adapun dana yang diperoleh untuk melaksanakan program ini adalah sebesar Rp 632.600.000,- dengan mekanisme penyaluran berdasarkan Surat Edaran Dirjen Anggaran No. SE.128/A/2001. Sebagai upaya pelaksanaan pendampingan bagi masyarakat, pihak pemerintah daerah bersama masyarakat pesisir di Percut Sei Tuan membentuk sebuah lembaga bersama yang dapat menjadi wadah yang dapat menjaga tingkat keberlangsungan program. Lemabga tersebut kemudian dinamai LEPP-M3 (Lembaga Ekonomi Pengembangan Pesisir Mikro Mitra Mina). Selanjutnya LEPP-M3 merekrut seorang staf pendamping yang memahami hal-hal antara lain tentang system perikanan dan kelautan; dan system distribusi perdagangan. Dana yang disuntikan oleh Pemerintah Pusat telah berhasil dikelola dengan sangat efektif melalui manajemen sederhana dan disalurkan pada pelaksanaan 5 sub program yaitu: a. Pengadaan 14 unit kapal penangkap ikan b. Pemberian modal usaha pembudidayaan ikan dan udang kepada 20 unit tambak c. Pemberian modal usaha untuk pengolahan ikan sebanyak 2 unit d. Pemberian modal usaha untuk pengadaan BBM sebanyak 1 unit e. Pemberian modal usaha untuk usaha bakulan sebanyak 10 orang Dengan bantuan manajemen dari LEPP-M3, program PEMP telah dapat menggulirkan sub program pengadaan kapal penangkap ikan (ukuran sedang untuk 4 penumpang) dari jumlah awal sebanyak 14 menjadi 19 buah dalam jangka waktu selama 6 bulan. Seb program pengadaan kapal penangkap ikan dilaksanakan dengan memberikan modal kapal kepada para kelompok nelayan (yang masing-masing kelompok terdiri dari 4 nelayan) dengan kewajiban pengembalian modal melalui angsuran selama 1 tahun. Dengan bertambahnya jumlah pengadaan kapal, maka jumlah anggota binaan yang tergabung dalam sub program pengadaan kapal penangkap ikan juga bertambah, dari anggota sebanyak 56 menjadi 76 nelayan. Anggota binaan lainnya yang diatur dan dikelola oleh LEPP-M3 adalah : 10 orang pengusaha ikan bakulan, 6 orang dari unit pengolahan ikan, dan 20 orang dari 20 pengolahan unit tambak. Jadi total nelayan yang berada dalam lingkungan binaan LEPP-M3 berjumlah 112 orang nelayan. Clearinghouse YIPD - 4

Selain dengan pemberian modal usaha, LEPP-M3 juga memberikan peluang bagi anggota binaannya untuk melakukan kegiatan simpan pinjam. Setiap anggota memiliki hak untuk meminjam dana yang tersedia di LEPP-M3 dengan persyaratan yang bersangkutan tidak memiliki tunggakan atau sekurang-kurang yang bersangkutan dapat membayar cicilan tepat waktu. Dana pinjaman dapat diberikan untuk digunakan sebagai tambahan modal kerja dengan plafon maksimal sebesar Rp 1.000.000,-. LEPP-M3 tidak hanya menjadi mitra Pemrintah Daerah dalam melaksanakan pemberdayaan masyarakat pesisir, tapi juga menjadi laboratorium lapangan Pemerintah Daerah dalam mengembangkan teknologi penangkapan ikan. Dinas Perikanan berhasil mengembangkan sebuah alat penangkap ikan yang efektif yaitu pukat layang, yang dapat dikategorikan sebagai alat yang ramah lingkungan dibandingkan dengan pukat harimau, karena struktur jarring maupun ukurannya lebih proporsional sehingga tidak berpotensi untuk merusak keanekaragaman hayati laut. Selanjutnya pukat laying tersebut diujicobakan pada masyarakat nelayan di bawah koordinasi LEPP-M3. Kerjasama antara Dinas Perikanan dan LEPP-M3 lainnya adalah dalam proses produksi dan pemasaran pukat laying dalam bentuk pengembangan usaha mereka dalam produksi dan penjualan alat tangkap ikan pukat laying, dan pengembangan kelompok-kelompok nelayan baru yang diarahkan untuk melayani permintaan pukat laying yang sangat tinggi dari para nelayan di sepanjang pesisir timur Sumatera bagian utara. LEPP-M3 dalam pelaksanaan berbagai kegiatannya ternyata dihadapkan pada berbagai masalah, terutama pada masalah persaingan usaha. LEPP-M3 yang dinilai Pemerintah Daerah sebagai lembaga telah berhasil membangun kinerja organisasi nelayan sehingga mampu meningkatkan taraf hidup nelayan, ternyata menjadi ancaman bagi para tengkulak yang umumnya berusaha untuk dapat memetik banyak keuntungan dari tidak terorganisirnya masyarakat nelayan. Namun melalui fasilitasi Pemerintah Daerah, dan dukungan dari tokoh masyarakat setempat yang dijadikan anggota LEPP-M3, maka masalah-masalah yang mengarah pada berbagai jenis konflik yang lebih tajam berhasil diminimalisasi. LEPP-M3 secara berkala melakukan diskusi antar anggota atau sering juga disebut sebagai Rapat Anggota sebagai wadah tukar informasi antar nelayan. Pada kesempatankesempatan seperti Rapat Anggota tersebut, pihak Pemerintah Daerah sebagai mitra sejajar selalu hadir teruatama mensosialisasikan berbagai kebijakan dan memfasilitasi berbagai kebutuhan pelayanan dari kemitraan antara Pemerintah dengan LEPP-M3 tersebut. Hasil Yang Dicapai dan Pelajaran Yang Diperoleh Dengan keberhasilan LEPP-M3 seperti dalam menambah jumlah armada kapal sebanyak 5 buah dalam kurun waktu 6 bulan dan juga memberikan peluang kredit simpan pinjam, maka semakin banyak jumlah nelayan yang tertarik untuk bergabung dalam binaan LEPP-M3. Masyarakat nelayan pesisir yang sebelumnya merupakan komunitas yang sulit untuk dikoordinasikan ternyata dapat diorganisir dan dapat ditingkatkan pendapatannya. Dengan adanya partisipasi nelayan setempat untuk bergabung dalam LEPP-M3 dan juga dengan adanya berbagai ujicoba inovasi dari Dinas Perikanan yang ditransfer pada LEPP-M3 telah menajdikan program kemitraan (antara pemerinah LSM masyarakat nelayan) bergerak sangat memuaskan. Oleh karena itu tidak hanya Clearinghouse YIPD - 5

para nelayan setempat yang semakin tertarik untuk bergabung dalam LEPP-M3, tapi banyak juga LSM dan perusahaan swasta yang mencoba melihat peluang untuk mengembangkan kerjasama. Keberhasilan pelaksanaan program PEMP sebagai pemicu dan mekanisme dalam upaya pemberdayaan masyarakat pesisir dan peningkatan taraf hidup nelayan telah memberikan nilai tambah bagi Pemerintah Daerah Deli Serdang, khususnya Dinas Perikanan. Keberhasilan LEPP-M3 tersebut telah mendapatkan perhatian khusus dari pihak Pemerintah Pusat dengan adanya program subsidi BBM untuk nelayan. Program subsidi BBm tersebut diberikan melalui penyediaan SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar) khusus bagi nelayan, sehingga nelayan bias membeli BBM dengan potingan harga yang cukup besar. SPBU Nelayan tersebut dikelola oleh LEPP-M3 dan merupakan satu-satunya SPBU nelayan di wilayah Sumatera. Kemampuan melokalkan sebuah intervensi program dan menjadikannya terinternalisasi di dalam masyarakat membuthkan komitmen dan kemampuan yang tinggi untuk membangun kemitraan yang melibatkan banyak pihak. Mekanisme pemeliharaan system merupakan hal yang paling penting untuk mendorong adanya upaya pembesaran efek berganda. Pemerintah Daerah Deli Serdang telah berhasil memanfaatkan dan mengembangkan program pemerintah pusat melalui berbagai inovasinya untuk pemberdayaan masyarakat yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi local. Kebersinambungan Program LEPP-M3 dapat berkesinambungan karena adanya: Kemampuan dalam mengakomodasikan berbagai kebutuhan para nelayan anggotanya, seperti kebutuhan akan ketersediaan perahu dengan fasilitas kredit, dana talangan untuk modal kerja, dan ketersediaan BBm bagi nelayan Rasa kepemilikan yang tinggi dari anggota untuk terlibat secara aktif dalam setiap proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan kegiatan Dukungan kemitraan dari pemerintah daerah dan pihak lainnya. Kemampuan untuk Ditransfer Walaupun program PEMP merupakan sebuah program luncuran dari Pemerintah Pusat, namun Deli Serdang telah berhasil mengembangkan program-program inovatif yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi local, seperti pemanfaatan lembaga LEPP-M3 sebagai lembaga mediasi kemitraan Pemerintah Daerah Swasta Masyarakat, pengembangan dan produksi teknologi inovatif, peningkatan kepercayaan masyarakat pada organisasi formal, penjaminan ketersediaan modal kerja, penjaminan ketersediaan infrastruktur penunjang produksi (BBM), dan pelibatan masyarakat dalam lapangan pekerjaan baru. Selama Pemerintah Daerah memiliki komitmen yang tinggi untukmemfasilitasi dan memberikan pelayanan peningkatan kesejahteraan masyarakat, serta berupaya membangun kemitraan dengan pihak-pihak terkait, maka program pemberdayaan masyarakat pesisir seperti yang telah dilakukan di Deli Serdang menjadi sangat layak untuk dapat ditransfer kepada Pemerintah Daerah lainnya di Indonesia. Clearinghouse YIPD - 6

Alamat Kontak Pemerintah Kabupaten Deli Serdang Ir. Roniazir Agus H. Kepala Dinas Perikanan, Kabupaten Deli Serdang Jl. Mahoni No. 1 Lubuk Pakam Deli Serdang Telp. 061 795 4296 Hp 0816 313 3155 APKASI Eko Subhan Wisma Alia Lt. 4 Jl. Ridwan Rais 10-18 Jakarta Telp. 021 386 7670 Fax 021 386 7671 Email eko_subhan@apkasi.or.id Clearinghouse YIPD - 7