VI. PEMODELAN SISTEM AGROINDUSTRI NENAS. Analisis sistem kemitraan agroindustri nenas yang disajikan dalam Bab 5

dokumen-dokumen yang mirip
X. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Model Pengembangan Usaha Agroindustri Nenas AINI-MS yang dihasilkan

Sistem Manajemen Basis Data

PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model

BAB V KONFIGURASI DAN PEMODELAN SISTEM

Gambar 9 Sistem penunjang keputusan pengembangan klaster agroindustri aren.

PEMODELAN SISTEM 6.1. KONFIGURASI MODEL

HASIL DAN PEMBAHASAN

METODOLOGI PENELITIAN

IV. PEMODELAN SISTEM. A. Konfigurasi Sistem EssDSS 01

III. LANDASAN TEORETIS

III METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Penentuan Metode Destilasi Minyak Pala

VII. HASIL DAN PEMBAHASAN

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN

BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pemikiran

A. Kerangka Pemikiran

III. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI. Tahap Pengumpulan Data dan Informasi

IV METODOLOGI PENELITIAN

PEMODELAN SISTEM. Konfigurasi Model. Data Pengetahuan Model. Perumusan Strategi Bauran Pemasaran MEKANISME INFERENSI SISTEM PENGOLAHAN TERPUSAT

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

V. IMPLEMENTASI EssDSS 01

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Tulang Bawang. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Juli

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani

III. METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Rugi Laba

MODEL PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI NENAS DI KABUPATEN SUBANG DENGAN PENDEKATAN KEMITRAAN SETARA PETANI-PENGUSAHA INDUSTRI PENGOLAHAN.

IV. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI. A. Kerangka Pemikiran. B. Pendekatan Studi Kelayakan

III. LANDASAN TEORI A. TEKNIK HEURISTIK

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2014.

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITXAN

IV METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran. 3.2 Metode Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian

AGROINTEK Volume 7, No.2 Agustus

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

BAB IV ANALISA SISTEM

Tabel 1. Luas areal terbesar 5 kabupaten provinsi Sumatera Utara. Tabel 2. Luas areal terbesar 5 kabupaten provinsi Riau

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

III. METODE PENELITIAN

Tabel 14 Kebutuhan aktor dalam agroindustri biodiesel

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :

3 METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

III. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

A. Kerangka Pemikiran

VIII. ANALISIS FINANSIAL

Model sisttm penunjang keputusan dalaln raiigka mendulcung program. Ipteltda direncang dalarn bentuk program Sistein Penulijang Keputusan (Decision

RANCANGAN IMPLEMENTASI

III KERANGKA PEMIKIRAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

7 REKAYASA SISTEM. Intelijensi Mesin inferensi Penalaran /Inference. Pengendalian/Control. Supervisor. Penghubung bahasa natural.

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

METODOLOGI PENELITIAN. Kerangka Pemikiran

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

VI. VERIFIKASI DAN VALIDASI MODEL

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODOLOGI A. Kerangka Pemikiran

A. KERANGKA PEMIKIRAN

VII. RENCANA KEUANGAN

3.2 METODE PERBANDINGAN EKSPONENSIAL

III. KERANGKA PEMIKIRAN

VII. ANALISIS SITUASI USAHA PERKEBUNAN DAN AGROINDUSTRI NENAS DI KABUPATEN SUBANG DAN KARAWANG

III. METODE KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu 3.2 Pengumpulan Data

VIII. ANALISIS FINANSIAL

Volume 5 No. 1 Februari 2017 ISSN: IDENTIFIKASI LOKASI POTENSIAL PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN GULA MERAH LONTAR DI KABUPATEN JENEPONTO

III. KERANGKA PEMIKIRAN

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODOLOGI 4.1. Kerangka Pemikiran

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Gambar 15 Diagram model sistem dinamis pengambilan keputusan kompleks pengembangan agroindustri gula tebu.

Lampiran 7. Aktor/Pelaku Pasar Arang Tempurung Kelapa (ATK) di Desa Gunung Terang Kabupaten Lampung Selatan. Petani Kelapa. Pelaku Pengolah Kopra

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Penentuan Responden

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Variabel. Konsep dasar dan definisi operasional variabel adalah pengertian yang

IV. METODE PENELITIAN

MATERI 7 ASPEK EKONOMI FINANSIAL

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Gambar 3. Kerangka pemikiran kajian

III. KERANGKA PEMIKIRAN

I PENDAHULUAN (%) (%) (%) Buahbuahan , , , ,81

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

Transkripsi:

VI. PEMODELAN SISTEM AGROINDUSTRI NENAS Formatted: Swedish (Sweden) Analisis sistem kemitraan agroindustri nenas yang disajikan dalam Bab 5 menunjukkan bahwa sistem kemitraan setara usaha agroindustri nenas bersifat kompleks, dinamis, dan probabilistik. Sifat-sifat ini tampak misalnya, pada adanya kebutuhan pelaku-pelaku yang dapat saling bertentangan dan saling berkaitan. Ini memerlukan perekayasaan sistem. Hasil dari perekayasaan sistem ini adalah suatu model yang bersifat kuantitatif guna menghasilkan keputusan yang bersifat rasional, terukur, dan transparan. Seperti tampak pada diagram input-output sistem usaha agroindustri nenas (Gambar 5.1), model kemitraan setara usaha agrondustri nenas yang dikembangkan akan selalu dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, input terkendali, dan input tidak terkendali. Ketiga faktor ini bersifat dinamis, artinya, ketiga faktor tersebut selalu berubah seiring dengan perjalanan waktu. Sebagai contoh, biaya produksi, harga jual produk, harga bahan baku, dan sebagainya dapat berubah, oleh karena itu dibutuhkan model yang dapat mengakomodasi hal-hal tersebut. Model ini harus dapat diaplikasikan ke dalam suatu sistem berbasis komputer yang disebut sebagai model Sistem Penunjang Keputusan (SPK). Untuk sistem kemitraan setara usaha agroindustri nenas, model berbasis komputer yang dikembangkan dinamai Model AINI-MS. Nama ini diambil dari singkatan Agroindustri Nenas Indonesia Kemitraan Setara. Model AINI-MS terdiri atas tiga komponen utama, yaitu Sistem Manajemen Basis Data, Sistem Manajemen Basis Model, dan Sistem Manajemen Dialog. Model AINI-MS dapat membantu semua pihak yang berkepentingan dengan usaha agroindustri nenas, khususnya pengusaha/investor, petani dan koperasi petani, lembaga pembiayaan usaha, dan pemerintah daerah dalam mengambil keputusan ataupun kebijakan menyangkut usaha agroindustri nenas. Dengan adanya model AINI-MS,

diharapkan dapat tercipta kedudukan yang setara di antara petani nenas dan pengusaha industri pengolahan nenas. DATA MODEL SISTEM MANAJEMEN BASIS DATA Data Pemilihan Lokasi Usaha AI Nenas Data Pemilihan Produk Nenas Olahan Data Struktur Biaya Pabrik Pengolahan Nenas Data Struktur Biaya Kebun Nenas Data Elemen Kelembagaan Kemitraan Setara SISTEM MANAJEMEN BASIS MODEL Submodel Pemilihan Lokasi Usaha AI Nenas Submodel Pemilihan Produk Nenas Olahan Submodel Kelayakan usaha Pabrik Pengolahan Nenas Submodel Kelayakan Kebun Nenas Submodel Kelayakan Integrasi Kebun Pabrik Submodel Analisis Kelembagaan Kemitraan Usaha SISTEM PENGOLAHAN TERPUSAT SISTEM MANAJEMEN DIALOG PENGGUNA Gambar 6. 1. Konfigurasi Model Sistem Penunjang Keputusan AINI-MS (diadaptasi dari Eriyatno, 1999). 73

1. Konfigurasi Model Kemitraan Setara Usaha Agroindustri Nenas Rekayasa model kemitraan setara usaha agroindustri nenas diwujudkan dalam bentuk paket program perangkat lunak komputer sistem penunjang keputusan yang dinamakan Model AINI-MS. Model ini bertujuan membantu pengguna dalam proses pengambilan keputusan untuk pengembangan usaha agroindustri nenas dengan sistem kemitraan setara. Bahasa pemrograman yang digunakan adalah Microsoft Visual Basic Versi 6.0 Komponen-komponen utama yang ada dalam model AINI-MS adalah Sistem Manajemen Basis Data, Sistem Manajemen Basis Model, dan Sistem Manajemen Dialog. Konfigurasi model AINI-MS disajikan pada Gambar 6.1. 2. Sistem Manajemen Basis Data dalam Model AINI-MS Sistem Manajemen Basis Data pada Model AINI-MS berisi berbagai data dan berfungsi untuk mengelola data yang dibutuhkan oleh Sistem Manajemen Basis Model. Pengendalian basis data melalui Sistem Manajemen Basis Data dilakukan dengan memilih menu seperti, input data, tampilan data, menghapus data, dan menyimpan data. Hal ini dimaksudkan agar model AINI-MS dapat bersifat aktual, sesuai dengan kondisi pada saat digunakan. Basis data dalam Model AINI-MS terdiri atas enam kelompok, yaitu: 1) basis data pemilihan lokasi usaha agroindustri nenas, 2) basis data pemilihan produk nenas olahan, 3) basis data kelayakan usaha perkebunan nenas, 4) basis data kelayakan usaha pabrik pengolahan nenas, 5) basis data kelayakan usaha integrasi kebunpengolahan, dan 6) basis data analisis kelembagaan kemitraan setara dalam usaha agroindustri nenas. Keenam kelompok basis data tersebut dijelaskan secara lebih rinci berikut ini: 74

a. Basis Data Pemilihan Lokasi Usaha AI-Nenas Basis data pemilihan lokasi usaha AI-Nenas berisi data hasil penilaian pakar tentang kriteria pemilihan lokasi AI-Nenas. Kriteria yang digunakan ada enam, yaitu: (1) Ketersediaan bahan baku, (2) Ketersediaan lahan, (3) Ketersediaan tenaga kerja, (4) Keamanan, (5) Fasilitas transportasi, dan (6) Ketersediaan infrastruktur. Alternatif lokasi yang tersedia di Kabupaten Subang ada lima kecamatan, yaitu: Kecamatan Tanjungsiang, Kecamatan Cijambe, Kecamatan Jalancagak, Kecamatan Sagalaherang, dan Kecamatan Cisalak. Penentuan kriteria dan alternatif lokasi dilakukan melalui diskusi dengan tiga orang pakar, yaitu Bunasor Sanim dari Fakultas Ekonomi Manajemen IPB, Endang Siwandar dari Kantor Dinas Koperasi dan PKM Kabupaten Subang, dan Bayu Krishnamurti dari Pusat Studi Pembangunan IPB.. Keenam kriteria pemilihan di atas kemudian disusun peringkat kepentingannya dengan memberikan bobot kepada masing-masing kriteria berdasarkan formula Eckenrode. Total bobot keenam kriteria adalah 1,0. Setiap alternatif lokasi kemudian ditentukan kemampuannya dalam memenuhi masing-masing kriteria dengan memberikan nilai kepada setiap alternatif. Nilai 1 menunjukkan bahwa suatu alternatif sangat tidak mampu memenuhi suatu kriteria. Nilai 2 diberikan jika suatu alternatif dianggap tidak mampu memenuhi suatu kriteria. Nilai 3 diberikan jika suatu alterantif dianggap cukup mampu memenuhi suatu kriteria. Nilai 4 diberikan jika suatu alternatif dianggap mampu memenuhi suatu kriteria, dan nilai 5 diberikan jika suatu alternatif dianggap sangat mampu memenuhi suatu kriteria. Bobot dan nilai ini ditentukan dengan menggunakan teknik MPE (Metode Perbandingan Eksponensial). Jumlah kriteria, alternatif lokasi, dan pakar yang 75

dilibatkan dalam diskusi pada basis data ini dapat diedit, ditambah, dikurangi, dan dihapus. b. Basis Data Pemilihan Produk Nenas Olahan Basis data pemilihan produk olahan nenas berisi hasil penilaian pakar tentang produk nenas olahan yang selayaknya dikembangkan di Kabupaten Subang. Proses pemilihan produk nenas olahan ini dilakukan dengan menggunakan teknik MPE (Metode Perbandingan Eksponensial). Seperti halnya pada Basis Data Pemilihan Lokasi Usaha AI Nenas, pada Basis Data Pemilihan Produk Nenas ini ditentukan sembilan kriteria keputusan, yang dalam hal ini terdiri atas: kemudahan pasar (K1), ketersediaan bahan baku (K2), nilai tambah produk (K3), daya serap tenaga kerja (K4), peningkatan pendapatan petani (K5), potensi pasar (K6), ketersediaan modal (K7), teknologi yang digunakan (K8), dan dampak terhadap lingkungan (K9). Alternatif produk yang dipertimbangkan adalah dodol nenas (P1), selai nenas (P2), nenas kaleng (P3), dan konsentrat nenas (P4). Jumlah kriteria, alternatif, dan pakar yang dilibatkan dalam diskusi pada basis data ini dapat diedit, ditambah, dikurangi, atau dihapus sesuai kebutuhan pengguna. c. Basis Data Kelayakan Usaha Perkebunan Nenas Basis data kelayakan usaha perkebunan nenas terdiri atas berbagai data yang akan digunakan untuk menghitung kelayakan finansial kebun nenas. Data yang terse dia adalah data jumlah investasi pembangunan kebun nenas, pemeliharaan tanaman selama belum menghasilkan, dan biaya pemeliharaan tanaman menghasilkan untuk luasan areal per satu hektar. Data biaya tersebut didasarkan pada pengamatan lapangan di Kabupaten Subang dan dilengkapi dengan data sekunder dari Kabupaten Belitung (Pemda Kabupaten Belitung, 2003). 76

Data proyeksi produksi kebun (ton/ha) selama umur ekonomis tanaman akan tergantung pada usia tanaman. Basis data kelayakan usaha kebun ini dapat diedit, ditambah, dikurangi, atau dihapus. d. Basis Data Kelayakan Usaha Pengolahan Nenas Dalam basis data ini ada dua usaha pengolahan nenas yang tercakup, yaitu, (1) usaha pengolahan nenas yang produk utamanya adalah nenas kalengan. Usaha ini termasuk industri yang berskala besar dan menjadi bagian dari pengusaha besar, dan (2) usaha pengolahan nenas yang produk utamanya adalah dodol nenas. Usaha ini berskala kecil dan menjadi bagian dari pengusaha kecil/menengah. Basis data ini berisi data jumlah investasi pabrik yang meliputi biaya pengadaan lahan, biaya bangunan, biaya peralatan kantor, kendaraan, dan biaya pra-operasi. Data biaya produksi terdiri atas biaya bahan baku, bahan pendukung, tenaga kerja langsung, peralatan produksi, dan biaya angkutan. Data biaya operasi meliputi biaya administrasi umum, manajemen, dan biaya pemasaran. Data biaya penyusutan dan amortisasi terdiri atas biaya penyusutan bangunan, peralatan mesin pabrik, peralatan laboratorium, peralatan kantor dan kendaraan. Biaya bunga terdiri atas bunga investasi dan biaya bunga modal kerja. Data harga jual produk, harga beli bahakn baku dan bahan penolong, dan tingkat suku bunga pinjaman dapat diubah-ubah sesuai dengan masukan dari pihak pengguna model. e. Basis Data Kelembagaan Kemitraan Setara Usaha Agroindustri Nenas Basis data kelembagaan kemitraan setara diolah dengan teknik ISM (Interpretative Structural Modeling). Sesuai dengan sasaran penelitian ini, ditetapkan enam elemen yang dibahas, yaitu, kebutuhan program, kendala utama, tujuan program pengembangan, ukuran pencapaian tujuan, aktivitas yang dibutuhkan, dan pelaku yang terlibat dalam kemitraan setara. Sub-elemen dari 77

masing-masing elemen tersebut telah diuraikan di Bab V. Jumlah elemen dan subelemen dapat diaudit, ditambah, atau dikurangi sesuai dengan kebutuhan pengguna model. 3. Sistem Manajemen Basis Model dalam Model AINI-MS Sistem manajemen basis model terdiri dari model untuk mengolah data sehingga menghasilkan informasi dan alternatif-alternatif keputusan. Model AINI-MS direkayasa untuk dapat membantu dalam pengambilan keputusan menyangkut usaha agroindustri nenas. Data atau skenario yang diinputkan ke salah satu basis model akan diolah sehingga menghasilkan output yang dikehendaki guna mendukung suatu keputusan. Sesuai dengan tujuan penelitian, keberhasilan model kemitraan setara dalam usaha agroindustri nenas sebagai tujuan utama dari model AINI-MS adalah peningkatan pendapatan petani dan kesetaraan posisi petani-industri yang ditandai oleh keseimbangan nilai BCR (benefit-cost ratio). Sistem manajemen basis model AINI-MS terdiri atas enam submodel, yaitu: 1) Submodel pemilihan lokasi agroindustri nenas, 2) Submodel pemilihan produk nenas olahan, 3) Submodel kelayakan usaha perkebunan nenas, 4) Submodel kelayakan usaha pengolahan nenas, 5) Submodel kelayakan usaha integrasi kebun dan pabrik pengolahan nenas dan 6) Submodel kelembagaan kemitraan setara. Secara lebih rinci masing-masing submodel dijelaskan di bawah ini. a. Submodel Pemilihan Lokasi Usaha Agroindustri Nenas Rekayasa submodel pemilihan lokasi usaha agroindustri nenas bertujuan membantu pengguna memilih lokasi usaha agroindustri nenas yang paling sesuai. Output dari submodel ini adalah urutan prioritas lokasi usaha sesuai dengan kriteria yang ditentukan. 78

Urutan prioritas lokasi usaha agroindustri nenas ditetapkan berdasarkan sejumlah kriteria oleh sejumlah pakar. Sejumlah alternatif lokasi kemudian akan diperbandingkan menurut kriteria yang telah ditetapkan. Proses perhitungan untuk memilih lokasi usaha dilakukan dengan menggunakan teknik MPE (Metode Perbandingan Eksponensial). Teknik ini pada dasarnya membandingkan berbagai alternatif keputusan yang tersedia berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Langkah-langkah dalam teknik MPE adalah sebagai berikut: 1) Sejumlah pakar (responden) memberikan penilaian (bobot tingkat kepentingan) terhadap setiap kriteria, 2) para pakar melakukan penilaian terhadap semua alternatif yang ada berdasarkan setiap kriteria, 3) hasil dari para pakar kemudian dihitung, dan 4) urutan prioritas alternatif lokasi dapat ditetapkan. Secara skematik alur proses untuk menentukan urutan prioritas lokasi usaha agroindustri nenas disajikan dalam Gambar 6.2. Mulai Input analisis prioritas lokasi usaha AI nenas: - Alternatif lokasi usaha - Kriteria pemilihan lokasi - Bobot untuk masing-masing kriteria - Skor relatif untuk masing-masing alternatif lokasi usaha Penentuan urutan prioritas lokasi usaha AI nenas dengan menggunakan Teknik MPE Output: Urutan prioritas lokasi usaha AI nenas Selesai Gambar 6. 2. Diagram alir deskriptif submodel pemilihan lokasi usaha agroindustri nenas 79

b. Submodel Pemilihan Produk Nenas Olahan Rekayasa submodel pemilihan produk nenas olahan bertujuan membantu pengguna model memilih produk nenas olahan yang layak dikembangkan. Output dari submodel ini adalah urutan prioritas alternatif produk nenas olahan yang layak dikembangkan sesuai kriteria yang telah ditetapkan. Seperti halnya proses pemilihan lokasi usaha agroindustri nenas, proses pemilihan produk nenas olahan dilakukan dengan menggunakan teknik MPE. Diagram alir deskriptif submodel pemilihan produk nenas olahan diperlihatkan pada Gambar 6.3. Mulai Input analisis pemilihan prioritas produk nenas olahan: - Alternatif produk nenas olahan - Kriteria pemilihan - Bobot untuk masing-masing kriteria - Skor relatif untuk masing-masing alternatif produk nenas olahan Penentuan urutan prioritas produk nenas olahan dengan menggunakan Teknik MPE Output: Urutan prioritas produk nenas olahan Selesai Gambar 6. 3. Diagram alir deskriptif submodel pemilihan produk nenas olahan. 80

c. Submodel Kelayakan Usaha Perkebunan Nenas Submodel Kelayakan Usaha Perkebunan Nenas bertujuan menganalisis kelayakan dan risiko usaha perkebunan nenas dengan luas 1500 hektar. Data yang digunakan berasal dari penelitian yang dilakukan di perkebunan nenas rakyat di Kecamatan Jalancagak, Kabupaten Subang. Submodel yang dihasilkan berguna bagi: 1) investor/calon investor yang berminat menanamkan modal dalam usaha perkebunan nenas, 2) lembaga pembiayaan usaha yang berencana melibatkan diri dalam usaha agribisnis/agroindustri, dan 3) pemerintah daerah yang berkepentingan mengembangkan usaha perkebunan nenas sebagai salah satu sumber pendapatan asli daerah dan membantu petani nenas meningkatkan pendapatan. Masukan data untuk submodel ini ada dua macam, yaitu data yang disimpan dalam file data struktur usaha perkebunan dan data yang berasal dari pengguna. Formulasi untuk menghitung kriteria penilaian investasi dan risiko usaha adalah seperti yang telah diuraikan dalam Bab 2. Skenario masukan yang dilakukan untuk submodel ini adalah berbagai tingkat suku bunga yang mungkin dan DER (debt-to-equity ratio, atau perbandingan utang dengan dana sendiri). Analisis sensitivitas dilakukan terhadap suku bunga dan harga jual nenas segar. Keluaran dari submodel ini adalah kriteria kelayakan usaha (NPV, IRR, Net B/C, PBP, dan BEP). Tingkat risiko usaha dihitung dengan menggunakan kriteria risiko CV < 0,5 untuk usaha berisiko rendah, CV > 0,5 dan CV < 0,8 untuk usaha berisiko sedang, dan CV > 0,8 untuk usaha berisiko tinggi. Diagram alir deskriptif submodel kelayakan usaha perkebunan nenas disajikan pada Gambar 6.4. 81

Mulai Input data finansial: - Biaya investasi kebun 1500 ha - Biaya tetap dan biaya variabel - Biaya produksi tanaman Input skenario usaha: - DER - Lama waktu pinjaman - Suku bunga - Harga jual nenas - Analisis Rugi-Laba - Analisis Arus Kas - Kriteria kelayakan usaha (IRR, B/C, BEP, PBP) - Risiko investasi Kriteria terpenuhi? Tidak ya Cetak: - Kriteria kelayakan usaha - Risiko investasi - -Analisis R/L dan A/K Selesai Gambar 6. 4. Diagram alir deskriptif submodel kelayakan usaha kebun nenas. d. Submodel Kelayakan Usaha Pengolahan Nenas Submodel Kelayakan Usaha Pengolahan Nenas dirancang untuk menganalisis kelayakan dan risiko usaha pengolahan nenas. Usaha pengolahan 82

nenas yang dipilih adalah usaha pengalengan nenas dan usaha dodol nenas, sesuai dengan prioritas produk yang terpilih melalui teknik MPE. Submodel ini berguna bagi 1) kalangan investor/calon investor yang berminat menanamkan dana dalam usaha pengolahan nenas, termasuk petani dan koperasi petani yang berminat memasuki industri hilir pengolahan nenas, 2) lembaga pembiayaan usaha yang berencana mengembangkan usaha ke sektor agroindustri nenas, dan 3) pemerintah daerah yang berkepentingan dalam pembinaan petani dan peningkatan pendapatan asli daerah. Langkah-langkah pengoperasian submodel kelayakan usaha pengolahan nenas ini sama dengan langkah-langkah pengoperasian submodel usaha kebun nenas. e. Submodel Kelembagaan Kemitraan Setara Submodel Kelembagaan Kemitraan Setara merupakan bagian terpenting dalam Model AINI-MS yang dapat digunakan oleh pengguna untuk membantu pengambilan keputusan dalam menganalisis program rekayas a kemitraan usaha agorindustri nenas. Pengguna yang diharapkan akan mendapat manfaat dari submodel ini adalah: 1) investor, 2) petani dan koperasi atau gabungan kelompok tani, 3) lembaga pembiayaan usaha, dan 4) pemerintah daerah. Submodel tersebut menggunakan Metode ISM yang memandang pola kemitraan sebagai suatu sistem yang terdiri elemen-elemen. Elemen-elemen yang dipilih merupakan elemenelemen yang dipandang berperan penting dalam menentukan keberhasilan rekayasa kemitraan setara dalam usaha agroindustri nenas. Ada enam elemen yang dipertimbangkan, yaitu: 1) kebutuhan program, 2) kendala program, 3) tujuan program, 4) indikator pencapaian tujuan, 5) pelaku yang terlibat, dan 6) aktivitas yang diperlukan. Pengguna model diberi keleluasaan untuk menentukan jumlah dan nama subelemen untuk setiap elemen yang dikaji. Pada dasarnya, cara 83

kerja submodel ini adalah menyusun hirarki dan interaksi di antara setiap subelemen dari elemen-elemen yang dikaji dan mengelompokkannya ke dalam empat sektor. Langkah-langkah dalam rekayasa submodel kemitraan ini secara skematik dapat dilihat pada Gambar 6.5. 4. Sistem Manajemen Dialog Sistem manajemen dialog adalah komponen model yang dirancang untuk mengatur komunikasi antara pengguna model dan model itu sendiri agar interaksi antara pengguna dan model dapat dilakukan dengan mudah. Dialog dengan pengguna dimudahkan dengan adanya menu pilihan atau pertanyaan-pertanyaan yang hanya memerlukan jawaban yang singkat. Masukan dari pengguna berupa data, variabel, pilihan skenario dan pernyataan singkat. Keluaran yang diberikan model dapat berupa tabel, grafik, keterangan atau pernyataan singkat yang mudah dipahami. 84

Mulai Input data analisis program kelembagaan kemitraan setara AI Nenas yang meliputi: - Kebutuhan program - Kendala utama program - Tujuan program - Indikator pencapaian tujuan - Aktivitas yang diperlukan - Pelaku/lembaga yang terlibat Penentuan strategi kelembagaan kemitraan setara AI Nenas dengan menggunakan Metode ISM OK? Tidak Cetak: - Hirarki setiap subelemen dari setiap elemen yang dikaji - Klasifikasi subelemen untuk setiap elemen dalam empat sektor - Subelemen kunci untuk setiap elemen yang dikaji ya Selesai Gambar 6. 5. Submodel analisis kelembagaan kemitraan setara usaha AI Nenas. 85