Andreasta Meliala. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia yang ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendapatan per kapita saat itu hanya Rp. 129,615 (sekitar US$ 14) per bulan.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dengan tujuan menjamin kesehatan bagi seluruh rakyat untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Anggaran Belanja Sektor Kesehatan Perkapita Kabupaten/Kota di Provinsi D.I. Yogyakarta

Kebijakan NEPCon untuk Penyelesaian Sengketa

Kebijakan Penyebaran Dokter di Indonesia:

BAB I PENDAHULUAN. Persebaran tenaga kesehatan di wilayah-wilayah Indonesia masih menjadi

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

yang sangat stategis dalam fasilitas pelayanan kesehatan (Abdelhak, 2010). Oleh sebab itu pekerja dan manajer dalam bidang kesehatan perlu memahami

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam rangka mewujudkan komitmen global sebagaimana amanat resolusi

Permintaan Aplikasi Hibah (Request for Applications) Knowledge Sector Initiative. Untuk. Judul Kegiatan: Skema Hibah Pengetahuan Lokal

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Adaptasi & Ketangguhan

III. LITERATUR REVIEW

FORUM KEBIJAKAN KETENAGAKERJAAN INDONESIA. Diskusi Round Table Pertama 16 Januari, 2014

INDONESIA NEW URBAN ACTION

Departemen Perbankan Syariah. ib RESEARCH FELLOWSHIP PROGRAM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Grobogan 1-1

BAB I PENDAHULUAN. adalah salah satu fungsi manajemen pendidikan yang harus diaktualisasikan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

KERANGKA ACUAN Workshop Penyusunan Protokol Penelitian Tahap I. Pemetaan Kebijakan AIDS dan Sistem Kesehatan di Tingkat Nasional dan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. dapat mempertahankan hidupnya tanpa adanya pangan. Karena itu, usaha

SK DIREKTUR SENAT POLITEKNIK TEDC BANDUNG MAHASIS WA YAYASAN ALUMNI MASYARA KAT INDUSTRI DOSEN ASOSIASI PROFESI

RANCANG BANGUN PEMBELAJARAN MATA DIKLAT/GBPP

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 48 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI KANTOR KESATUAN BANGSA DAN POLITIK KOTA BATU

STRATEGI SANITASI KOTA KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Penyebaran dan Pendapatan Dokter (Spesialis) Pemerintah di Indonesia. Andreasta Meliala Laksono Trisnantoro

Yogyakarta, Juni 2013

TARGET PEMBANGUNAN TAHUN KEMENTERIAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal dengan meningkatkan

RANGKUMAN RAPAT KERJA KESEHATAN NASIONAL (RAKERKESNAS) 2015 REGIONAL TIMUR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Deputi Bidang Kajian Kebijakan

Kerangka Acuan Kegiatan PENGUATAN PERFORMA MANAJEMEN HUMAN RESOURCE DI PR TB GLOBAL FUND KEMENKES

BAB I PENDAHULUAN. adanya potensi yang besar dalam pengembangan sumber daya manusia, terutama

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

Lustrum ke-13 FK-UGM Yogyakarta, 4 Maret 2011

ib RESEARCH GRANT PROGRAM 2017

Monitoring Pelaksanaan Kebijakan BOK dan Jampersal Di DIY, Papua dan NTT. PMPK UGM dan UNFPA Laksono Trisnantoro Sigit Riyarto Tudiono

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Komite Advokasi Nasional & Daerah

Press Release The Asia Pacific Regional Parliamentarian and CSO Forum on MDG Acceleration and the Post 2015 Development Agenda

Centre for Disability Research and Policy

Laporan Kegiatan. Workshop Penyusunan Protokol Penelitian. Pemetaan Kebijakan AIDS dan Sistem Kesehatan di Tingkat Nasional dan Daerah

PUSAT KAJIAN ADMINISTRASI INTERNASIONAL LAN (2009)

BAB 1 PENDAHULUAN. dan rehabilitasi dengan mendekatkan pelayanan pada masyarakat. Rumah sakit

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (TERM OF REFERENCE)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

SKEMA GRAND DESIGN LAM-PTKes

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan nafkah, yang berada di luar kekuasaannya (Kemenkes RI, 2012).

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

C. PENELITIAN STRATEGIS NASIONAL

Latar Belakang. Sejumlah peraturan negara mengamanatkan penyelenggaraan penanggulangan bencana yang efektif:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Implikasi Regulasi Pendidikan Tinggi. Direktorat Kelembagaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Mei 2015

BAB I PENDAHULUAN. Strategi sanitasi kabupaten bintan Tahun anggaran Latar Belakang

PROPOSAL KERJASAMA PIRG 4 RUMAH KIR INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RESUME OF PARALLEL DISCUSION

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Jaminan Kesehatan untuk Semua? Tantangan Pembiayaan Kesehatan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

7-8 DESEMBER 2012 JOGJA PLAZA HOTEL

BENTUK POKOK SISTEM KESEHATAN NASIONAL

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan

Borang Audit Internal Mutu (AIM) Lingkup ISO: Program Studi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Berdasarkan isu strategis tersebut, rekomendasi untuk Perbaikan Layanan Kesehatan, antara lain:

Term of Reference. Asisten Pengkaji Sistem Perencanaan dan Penganggaran Terpadu Program Riset IPTEK. I. Gambaran umum

BAB VIII RANCANGAN PROGRAM STRATEGIS

Sistem Pencegahan, Deteksi, dan Penindakan Fraud Layanan Kesehatan dalam Era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

SEKILAS TENTANG NUSANTARA SEHAT

BAB II SUMATERA EYE CENTER MEDAN. yang menyediakan barang dan jasa bagi masyarakat dengan maksud untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. reformasi dengan didasarkan pada peraturan-peraturan mengenai otonomi daerah.

BAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. sakit adalah data atau informasi dari rekam medik yang baik dan lengkap. Indikator

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN. Dunia saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat dan semua aspek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Subsidi Kesehatan (bukan) untuk Orang Miskin. Lola Amelia

PEDOMAN BELAJAR ANALISIS KEBIJAKAN KESEHATAN SEMESTER II TAHUN 2011

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Sosialisasi CALL FOR PROPOSAL TAHUN ANGGARAN 2018

STARTEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) KELOMPOK KERJA AMPL KABUPATEN ENREKANG

KESIAPAN & STRATEGI RUMAH SAKIT SWASTA MENGHADAPI JKN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA,

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Silabus Analisis Kebijakan Kesehatan Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

Transkripsi:

Mengembangkan Penelitian Kebijakan dan yang Berdampak pada Kebijakan: Pengalaman Kolaborasi antara PMPK UGM dengan Nossal Institute, Melbourne University dan UNSW, Sydney, Australia Andreasta Meliala Latar Belakang Penelitian yang berdampak pada kebijakan menjadi sangat penting untuk mengevaluasi dan memperbaiki kebijakan yang berlaku saat ini. Hasil penelitian pada tingkat ini dapat menjadi bahan masukan bagi pengambil kebijakan untuk mengembangkan kebijakan di masa yang akan datang. Kebijakan yang dikembangkan berdasarkan bukti ilmiah sangat bermanfaat, tidak saja bagi pengambil kebijakan, tetapi juga untuk pihak yang terkena dampak kebijakan tersebut. Banyak kebijakan yang berlaku saat ini, mungkin sudah tidak sesuai dengan visi ke depan atau tidak sesuai lagi dengan konteks yang terjadi saat ini. PMPK UGM berupaya untuk mengembangkan penelitian kebijakan dan yang berdampak pada kebijakan untuk membantu pengambil kebijakan mengembangkan policy options, sebelum menetapkan kebijakan yang berlaku secara luas di Indonesia. Keragaman situasi regional, variasi kemampuan daerah, serta banyaknya kepentingan, merupakan alasan penting untuk melakukan penelitian, agar dapat mengakomodasi berbagai konteks, fakta, dan diversity, yang terdapat secara nyata di lapangan. Hasil penelitian tersebut akan digunakan oleh pengambil kebijakan untuk mengembangkan kebijakan yang akomodatif terhadap variasi dan situasi tertentu. PMPK UGM bekerja sama dengan mitra dari luar negeri, terutama Australia (Nossal Institute dan UNSW, Sydney, Australia), berupaya untuk mengembangkan penelitian kebijakan dan yang berdampak pada kebijakan. Kerjasama ini telah berlangsung sejak 2005 dan masih terus berlanjut sampai saat ini. Tulisan ini bertujuan untuk: 1. Menggambarkan pengembangan penelitian yang dilakukan PMPK UGM dengan mitra dari luar negeri, terutama Australia (Nossal Institute dan UNSW, Sydney, Australia) serta dampaknya terhadap kebijakan sistem kesehatan di Indonesia 2. Mengidentifikasi langkah- langkah yang dilakukan untuk mengembangkan penelitian kebijakan dan yang berdampak pada kebijakan di Indonesia

A. Pengembangan penelitian antara PMPK UGM dengan Nossal Institute dan UNSW Sampai saat ini kegiatan penelitian dan pengembangan kebijakan berdasarkan hasil kajian bersama antara PMPK UGM dengan Nossal Institute adalah: a. Analisis penyebaran rumah sakit, terutama rumah sakit private, di Indonesia Kegiatan ini bertujuan untuk menggambarkan sejarah, jumlah, jenis, posisi, serta utilisasi rumah sakit di Indonesia. Metode yang dipergunakan adalah metode kuantitatif deskriptif untuk menggambarkan situasi rumah sakit, metode kuantitatif analitik untuk mengukur kuat hubungan antar berbagai faktor yang berkaitan dengan penyebaran rumah sakit. Metode kualitatif untuk menggambarkan situasi rumah sakit dengan karakteristik tertentu. Data yang dipergunakan adalah data primer yang diperoleh langusng melalui wawancara dan data sekunder dari Biro Kepegawaian Kementrian Kesehatan RI. Kegiatan ini dibiayai oleh Nossal Institute, Melbourne University. Hasil yang diperoleh adalah sejarah rumah sakit di Indonesia, jumlah, jenis, klasifikasi, kepemilikan, dan pemanfaatan rumah sakit di Indonesia, keadaan rumah sakit faktual saat pengambilan data dilakukan. Hasil tersebut dituliskan dalam satu buku yang berjudul Non State Hospital in Indonesia. Dampak yang diperoleh dari kegiatan ini adalah adanya perubahan di Kementrian Kesehatan untuk mulai mempublikasikan rumah sakit dengan berbagai fiturnya, di web- site milik Kementrian Kesehatan. Format publikasi dikembangkan dari format yang dipergunakan dalam riset. Saat ini, publik dapat mengakses fitur rumah sakit di seluruh Indonesia, dan data yang tersedia divalidasi dalam periode waktu tertentu. Kementrian Kesehatan juga mulai mengembangkan berbagai informasi penting dari tiap- tiap rumah sakit, agar dapat diketahui dan dipetakan keunggulan masing- masing b. Pengelolaan rumah sakit nirlaba dan perumusan kebijakan pajak untuk rumah sakit nir laba di Indonesia Setelah menilai kembali bahwa rumah sakit swasta yang nirlaba kurang berkembang, terutama dari sisi manajemen, maka dirancang suatu kegiatan yang bertujuan untuk menyiapkan privilege bagi rumah sakit nirlaba agar dapat memperoleh kebijakan pajak yang mendukung keberadaan serta pengembangan rumah sakit nir laba. Kegiatan dilakukan dengan melakukan studi banding ke Melbourne untuk membuka wawasan pada stakeholder mengenai filosofi dan teknik pengelolaan rumah sakit nirlaba, terutama rumah sakit keagamaan.

Kegiatan studi banding difasilitasi oleh Nossal Institute, Melbourne. Studi banding ditindaklanjuti dengan pembentukan kelompok kerja yang bertugas untuk menajamkan rekomendasi kepada pemerintah pusat terkait dengan kebijakan pajak untuk rumah sakit nirlaba, serta kelompok kerja yang membuat draft peraturan pemerintah tentang kebijakan pajak tersebut. Kegiatan ini masih terus berlangsung sampai saat ini. c. Analisis distribusi dokter spesialis di Indonesia Kegiatan ini merupakan desk review terhadap data penyebaran dokter spesialis di Indonesia, yang terekam di Biro Kepegawaian Kementrian Kesehatan RI (2008-2010). Alasan pelaksanaan kegiatan ini adalah karena banyaknya variasi informasi yang tidak mendukung pengambil kebijakan untuk mengevaluasi dan mengembangkan kebijakan terkait dengan penyebaran dokter spesialis di Indonesia. Hasilnya menunjukkan bahwa asumsi- asumsi normative yang digunakan untuk membuat kebijakan, ada yang tidak tepat, sehingga fenomena maldistribusi masih terus terjadi di Indonesia. Rekomendasi yang dikeluarkan adalah: membuat kebijakan khusus untuk mendukung penyebaran dokter spesialis di daerah terpencil, perbatasan, dan kepulauan. Kebijakan khusus ini akan mendukung kebijakan yang sudah ada dengan memberikan berbagai alternative strategi penyebaran dokter spesialis di daerah remote. Rekomendasi ini telah diterima dan ditindaklanjuti dengan membuat kajian baru, yang khusus dikembangkan untuk menganalisis situasi di lapangan. Kajian ini dilakukan oleh Kementrian Kesehatan, dalam hal ini Badan PPSDM. Hasil kajian ini akan dipergunakan untuk membuat justifikasi pengembangan kebijakan khusus penyebaran dokter spesiais di daerah rural. Kajian mengenai distribusi dokter spesialis di Indonesia sedang dalam proses review (tahap akhir) untuk dipublikasikan di Jurnal Social Science & Medicine. d. Penguatan peran asosasi profesi dalam upaya pengembangan sistem kesehatan di Indonesia, terutama pada aspek distribusi dokter spesialis dan pembiayaan pelayanan kesehatan berbasis asuransi sosial (SJSN) Pengembangan sistem kesehatan di Indonesia memerlukan peran dan kontribusi asosiasi profesi. Asosiasi profesi adalah organisasi yang mewadahi profesi, untuk mengelola anggotanya, dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota dan menjaga tujuan profesi agar tetap berpihak pada kepentingan nasional. Namun demikian, asosiasi profesi jarang dilibatkan dalam upaya pengembangan sistem kesehatan. Indonesia akan menerapkan universal health coverage (UHC) pada tahun 2014. Salah satu isu yang berkembang adalah mekanisme pembayaran dokter di era asuransi sosial. Oleh sebab itu perlu dikaji peran dan

kontribusi asosiasi profesi dalam pengembangan mekanisme pembiayaan kesehatan di Indonesia. Salah satu dasar dari kajian ini adalah studi banding ke Melbourne, dimana pada peserta studi banding dipapar dengan model pengelolaan organisasi asosiasi profesi dan hubungannyan dengan sistem pembiayaan. Pengalaman Australia menunjukkan bahwa pengembangan kebijakan pemerintah selalu melibatkan secara aktif asosiasi profesi. Hasil dari kajian ini adalah adanya: Terjadi kolaborasi aktif antara pemerintah (kementrian kesehatan) dengan asosiasi profesi Masuknya agenda sistem kesehatan dalam program dan topic diskusi internal asosiasi profesi Peran aktif dari organisasi profesi dalam persiapan SJSN di Indonesia tahun 2014. Situasi yang baru ini merupakan perkembangan besar dalam sistem kesehatan di Indonesia, dimana asosiasi profesi terlibat aktif dalam pengembangan berbagai kebijakan, terutama yang terkait dengan pencapaian tujuan pembangunan kesehatan nasional. e. Pengembangan sistem akreditasi rumah sakit untuk mendukung peningkatan mutu pelayanan rumah sakit. (Bagian Pak Hanevi) f. Pengembangan manajemen dan leadership di kabupaten/kota. Kegiatan ini merupakan kolaborasi antara PMPK dengan UNSW, Human Resource Hub. Kegiatan ini meneliti peran manajemen dan leadership dinas kesehatan dalam pencapaian indikator kesehatan regional. Subyek dalam penelitian ini adalah eksekutif dinas kesehatan dan puskesmas dari kota yang memiliki indikator kesehatan yang baik dan kabupaten yang memiliki angka indicator kesehatan yang kurang baik (penialain secara relative diantara kabupaten- kota dalam satu provinsi). Hasil kajian ini menunjukkan bahwa kapasitas manajemen dan leadership dinas kesehatan serta puskesmas berhubungan erat dengan pencapaian indikator kesehatan di daerah tersebut. Hasil kajian ini telah dibahas dalam workshop nasional yang melibatkan kabupaten- kota terpilih. Peserta workshop mengkonfirmasi temuan dan merekomendasikan penguatan manajemen dan leadership di tingkat dinas kesehatan kabuaten/kota untuk meningkatkan pencapaian indikator kesehatan regional. Saat ini, hasil kajian sedang ditulis ulang untuk dipublikasikan. g. Evaluasi Pengembangan SDM Kesehatan di Aceh pasca Tsunami Kegiatan yang diselenggarakan bersama antara: PMPK UGM, UNSW, dan Dinas Kesehatan Provinsi Aceh, ini bertujuan untuk menggambarkan situasi SDM Kesehatan di Aceh pasca Tsunami 2004. Setelah 8 tahun pasca Tsunami,

dan proses recovery & reconstruction telah selesai, bagaimanakah situasi SDM Kesehatan di Aceh saat ini? Kajian ini sedang berlangsung dan masih pada tahap awal untuk persiapan pengambilan data. Hasilnya diharapkan dapat membantu pengambil kebijakan di Aceh untuk mengembangkan SDM Kesehatan sesuai dengan perkembangan kontekstual terkini. B. Langkah Pengembangan Kegiatan Kolaborasi Langkah pengembangan kegiatan kolaborasi dapat diringkas dalam poin- poin berikut ini: 1. Picking the sexy issues: langkah pertama ini adalah upaya untuk mengidentifikasi dan memilih isu dalam sistem kesehatan yang memiliki daya ungkit besar, namun belum banyak dibahas oleh pihak- pihak yang berkepentingan. a. Melihat isu ke depan yang akan berdampak pada sistem kesehatan b. Melihat topic atau area yang belum disentuh dalam upaya penguatan sistem kesehatan di Indonesia c. Mengidentifikasi stakeholder utama yang akan memberikan daya ungkit dalam pengiatan sistem kesehatan d. Merancang penelitian dari berbagai aspek (actor dan issue) 2. Sosialisasi dan mencari komentar dari lapangan: langkah kedua ini adalah upaya untuk menilai interest dan komitmen awal dari pihak yang akan diajak bekerja sama. a. Pertemuan awal untuk melontarkan issue dan menilai tanggapan b. Bertemu secara personal dengan actor kunci c. Workshop bersama di dalam dan luar negeri d. Menetapkan tindak lanjut berupa: i. Penelitian ii. Eksposure bagi stakeholder kunci terhadap isu penting dan meningkatkan engagement dengan sistem kesehatan 3. Kegiatan merancang kegiatan: langkah ini bertujuan untuk merancang agenda kegiatan bersama dengan stakeholder kunci. Kegiatan berikutnya akan dimotori oleh stakeholder kunci dan menjadi kegiatan rutin untuk saling memberi masukan. a. Merancang penelitian i. Merancang grand design secara kasar ii. Menetapkan topic iii. Rancangan studi untuk masing- masing topic b. Mengintegrasikan kegiatan dengan kegiatan stakeholder kunci i. Mengikuti kegiatan stakeholder ii. Memberikan masukan kepada stakeholder iii. Mengobservasi perilau stakeholder dalam upaya penguatan health system

4. Menjalankan penelitian: langkah keempat ini merupakan langkah tambahan, apabila stakeholder kunci menginginkan ada tindaklanjut yang berupa kajian atau penelitian. a. Kegiatan dilaksanakan bersama stakeholders kunci b. Membuka ruang diskusi untuk melakukan konfirmasi temuan di lapangan c. Merumuskan policy paper untuk mengembangkan kebijakan baru. Penutup Kolaborasi PMPK dengan Nossal Institute dan UNSW berupaya untuk menyentuh area pengembangan kebijakan di Indonesia. Adanya fasilitasi dari mitra di Australia untuk membuat kajian, studi banding, workshop, dan membuat policy paper, telah memungkinkan terjadinya perkembangan baru dalam dialog antar stakeholder dalam sistem kesehatan serta memungkinkan timbulnya kebijakan baru di Indonesia.