BAB I PENDAHULUAN. menurut Mr.A.Pitlo adalah rangkaian ketentuan-ketentuan, dimana,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. suatu kejadian penting dalam suatu masyarakat tertentu, ketika seorang anggota dari

BAB I PENDAHULUAN. mahkluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa adanya bantuan

BAB I PENDAHULUAN. Hukum waris perdata dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, termasuk

TINJAUAN HUKUM SURAT WASIAT MENURUT HUKUM PERDATA M. WIJAYA. S / D

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan penjelasan-penjelasan pada bab sebelumnya, maka. dapat disimpulkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan akhir dari perjalanan kehidupan seorang manusia dan

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhannya manusia tetap bergantung pada orang lain walaupun sampai

BAB III PERANAN NOTARIS DALAM PEMBAGIAN HARTA WARISAN DENGAN ADANYA SURAT KETERANGAN WARIS

BAB I PENDAHULUAN. orang lain berkewajiban untuk menghormati dan tidak mengganggunya dan

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat terkenal yaitu Ubi Societas Ibi Ius ( dimana ada masyarakat disana

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan hukum yang berintikan kebenaran dan keadilan. Kepastian dan

PENERAPAN LEGITIME FORTIE (BAGIAN MUTLAK) DALAM PEMBAGIAN WARISAN MENURUT KUH PERDATA. SULIH RUDITO / D

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak mungkin hidup sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia saat ini masih terdapat beraneka sistem hukum

HUKUM WARIS. Hukum Keluarga dan Waris ISTILAH

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaanya kedua belah pihak mengacu kepada sebuah perjanjian layaknya

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan perbuatan hukum. Peristiwa hukum pada hekekatnya adalah

BAB I PENDAHULUAN. hubungan dengan manusia lainnya karena ingin selalu hidup dalam. kebersamaan dengan sesamanya. Kebersamaannya akan berlangsung baik

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Notaris sebagai pihak yang bersentuhan langsung dengan

HUKUM WARIS PERDATA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. seperti jual beli, hibah, dan lain-lain yang menyebabkan adanya peralihan hak milik

BAB I PENDAHULUAN. hukum. Tulisan tersebut dapat dibedakan antara surat otentik dan surat dibawah

BAB I PENDAHULUAN. satu cara yang dapat dilakukan adalah membuka hubungan seluas-luasnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan budaya manusia yang telah mencapai taraf yang luar biasa. Di

BAB I PENDAHULUAN. akan disebut dengan UUJNP, sedangkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Dalam fase kehidupan manusia terdapat tiga peristiwa penting yaitu, kelahiran,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya mengalami 3 peristiwa penting, yaitu peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peranan hukum dalam mengatur kehidupan masyarakat sudah dikenal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan kehidupan masyarakat saat ini suatu

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap orang yang mendalilkan bahwa ia mempunyai sesuatu hak atau

BAB III WASIAT DALAM KUH PERDATA. perbuatan pewaris pada masa hidupnya mengenai harta kekayaannya apabila

Waris Menurut BW Bab I Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. tugas, fungsi dan kewenangan Notaris. Mereka belum bisa membedakan tugas mana

BAB I PENDAHULUAN. sebuah keluarga, namun juga berkembang ditengah masyarakat. Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 2 Kitab Undang-undang Hukum

BAB I PENDAHULUAN. yang sudah ada sejak dahulu yaitu hukum Waris Adat, Hukum Waris Islam, dan hukum Waris Kitab Undang-undang Hukum Perdata.

BAB I PENDAHULUAN. Notaris sebagai pejabat umum, sekaligus sebuah profesi, posisinya

BAB I PENDAHULUAN. pemiliknya kepada pihak lain. Sesuai dengan ketentuan Pasal 2 Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut juga termasuk mengatur hal-hal yang diantaranya hubungan antar

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan sektor pelayanan jasa publik yang saat ini semakin berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam setiap hubungan hukum kehidupan masyarakat, baik dalam

BAB III PEMBAHASAN. A. Akibat Hukum terhadap Jabatan Notaris yang Dinyatakan Pailit Menurut UUJN DAN UU Kepailitan.

BAB I PENDAHULUAN. hukum diungkapkan dengan sebuah asas hukum yang sangat terkenal dalam ilmu

Judul buku: Kebatalan dan pembatalan akta notaris. Pengarang: Dr. Habib Adjie, S.H., M.Hum. Editor: Aep Gunarsa

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia di dalam. kerjasama yang mengikat antara dua individu atau lebih.

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku dalam masyarakat. Dapat pula dikatakan hukum merupakan

Lex Privatum Vol. VI/No. 1/Jan-Mar/2018

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum. 1. Hal itu

BAB I PENDAHULUAN. alamiah. Anak merupakan titipan dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Perkataan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang menimbulkan suatu hubungan hukum yang dikategorikan sebagai suatu

BAB V. KOMPARASI PEMBAGIAN WARIS DAN WASIAT DALAM PERSPEKTIF KHI, CLD KHI DAN KUHPerdata

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya dunia bisnis di Indonesia, juga turut berpengaruh pada

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan

ialah sebagai Negara yang berdasarkan pancasila, sila pertamanya ialah

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemerintah. Prinsip negara hukum menjamin kepastian, ketertiban dan

BAB I PENDAHULUAN. tetapi hakikat profesinya menuntut agar bukan nafkah hidup itulah yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam Pasal 1 ayat (3) menentukan secara tegas bahwa negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. untuk selanjutnya dalam penulisan ini disebut Undang-Undang Jabatan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupan sehari-harinya melakukan kegiatan sehari-hari

BAB II PROSEDUR PEMBUATAN AKTA KEPUTUSAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM

BAB I PENDAHULUAN. mengatur kehidupan manusia sebagai makhluk sosial. Hubungan antara

BAB I PENDAHULUAN. yaitu saat di lahirkan dan meninggal dunia, dimana peristiwa tersebut akan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang besar bagi kehidupan manusia. Manusia akan beralih dari

BAB I PENDAHULUAN. interaksi diantara masyarakat itu sendiri semakin menjadi kompleks. satu fungsi hukum adalah untuk memberikan kepastian hukum dalam

SKRIPSI KEDUDUKAN NOTARIS DALAM PEMBUATAN DAN PENCABUTAN TESTAMENT (SURAT WASIAT)

BAB I PENDAHULUAN. mencatat bahwa pada era reformasi terjadi perubahan pada lembaga Notariat yang

BAB I PENDAHULUAN. harga tanah dan bangunan yang terus naik dari tahun ke tahun. Tanah dan

BAB I PENDAHULUAN. notaris merupakan pejabat umum yang mendapatkan delegasi kewenangan. yang tidak memihak dan penasehat hukum yang tidak ada cacatnya

BAB I PENDAHULUAN. tanah, padahal luas wilayah negara adalah tetap atau terbatas 1.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kegiatannya untuk memenuhi kehidupan sehari-hari tidak

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mempunyai peran paling pokok dalam setiap perbuatan-perbuatan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk dapat mencegah permasalahan mengenai harta warisan tersebut, hukum

BAB I PENDAHULUAN. yang dibuat oleh pihak bank. Salah satu persyaratan yang wajib dipenuhi dalam

Akibat Hukum Akta Hibah Wasiat Yang Melanggar Hak Mutlak Ahli Waris (Legitieme Portie)

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan sesamanya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. 2009, hlm Penjelasan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya dengan surat wasiat maupun tanpa surat wasiat. 2. Pewaris meninggalkan harta kekayaannya yang akan diterima oleh ahli

BAB I PENDAHULUAN. dengan perikatan yang terkait dengan kehidupan sehari-hari dan juga usaha

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan yang terjadi di negara-negara berkembang pada saat ini

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan jasa notaris, telah dibentuk Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. negara. Untuk menjamin kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum

BAB I PENDAHULUAN. dasar, antara lain bersifat mengatur dan tidak ada unsur paksaan. Namun untuk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia peraturan mengenai notaris dicantumkan dalam Reglement op het

BAB IV. PEMBAGIAN WARISAN DAN WASIAT DALAM PERSPEKTIF KUHPerdata

BAB I PENDAHULUAN. robot-robot mekanis yang bergerak dalam tanpa jiwa, karena lekatnya etika pada

Seorang pria yang telah 18 tahun dan wanita yang telah 15 tahun boleh

RESUME PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENERIMA WASIAT SERTA PERTANGGUNGJAWABAN OLEH NOTARIS YANG TIDAK MENDAFTARKAN AKTA WASIAT KE PUSAT DAFTAR WASIAT

BAB I PENDAHULUAN. Pada waktu manusia dilahirkan ke dunia ini telah tumbuh tugas baru

BAB III AKIBAT HUKUM PEMBAGIAN WARISAN APABILA PADA AKHIRNYA DIKETAHUI ADANYA AKTA WASIAT.

BAB I PENDAHULUAN. jaminan akan kepastian hukum terhadap perbuatan dan tindakan sehari-hari,

BAB III PENUTUP. 62 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dan hakikat pembangunan nasional adalah untuk. menciptakan masyarakat yang adil dan makmur, sebagaimana tercantum

BAB I PENDAHULUAN. meninggal dunia. Apabila ada peristiwa hukum, yaitu meninggalnya seseorang

BAB I PENDAHULUAN. dilengkapi dengan kewenangan hukum untuk memberi pelayanan umum. bukti yang sempurna berkenaan dengan perbuatan hukum di bidang

BAB III WASIAT PENGANGKATAN AHLI WARIS (ERSFTELLING) DALAM KUHPERDATA. yaitu segala hukum yang mengatur kepentingan-kepentingan perorangan.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKTA NOTARIIL. Istilah atau perkataan akta dalam bahasa Belanda disebut acte atau akta

ANALISIS YURIDIS TERHADAP KEDUDUKAN AKTA WASIAT YANG TIDAK DIKETAHUI OLEH AHLI WARIS DAN PENERIMA WASIAT ARLIANTI IMARIA SIMANJUNTAK ABSTRACT

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia yang meninggal dunia maka hak dan kewajibannya demi hukum akan beralih kepada ahli warisnya. Hak dan kewajiban yang dapat beralih adalah hak dan kewajiban dalam lapangan hukum harta kekayaan oleh karena itu, diperlukan suatu peraturan yang mengatur hubungan hukum yaitu apa yang disebut Hukum Waris. Hukum Waris menurut Mr.A.Pitlo adalah rangkaian ketentuan-ketentuan, dimana, berhubung dengan meninggalnya seorang, akibat-akibatnya didalam bidang kebendaan, diatur, yaitu : akibat dari beralihnya harta peninggalan dari seorang yang meninggal, kepada ahli-waris, baik didalam hubungannya antara mereka sendiri, maupun dengan pihak ketiga. 5 Pewarisan dapat terjadi karena ditunjuk oleh Undang-Undang (ab intestato) dan pewarisan berdasarkan wasiat (testamen). Surat wasiat atau testamen menurut ketentuan Pasal 875 KUHPerdata ialah suatu akta yang memuat pernyataaan seorang tentang apa yang dikehendaki akan terjadi setelah ia meninggal dunia, dan yang olehnya dapat dicabut kembali. Setiap orang berhak membuat ketetapan apa saja terhadap hartanya sebelum ia meninggal dunia, seperti memberikan seluruh atau sebagian hartanya hlm. 7. 5 Ali Afandi, 1997, Hukum Waris, Hukum Keluarga, Hukum Pembuktian, PT Rineka Cipta, Jakarta, 1

2 kepada orang yang ditunjuk dalam wasiat namun pada prinsipnya surat wasiat mengandung suatu syarat atau pembatasan, yakni isinya tidak boleh bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan dan kepatutan. Ahli waris ab intestato mempunyai bagian harta peninggalan yang harus diterima oleh mereka atau bagian yang dilindungi oleh undangundang karena mereka mempunyai hubungan kekeluargaan dengan pewaris sehingga tidak pantas bila mereka tidak menerima apa-apa. Ahli waris yang mendapat hak yang dilindungi undang-undang disebut legitimaris sedangkan bagian harta peninggalan yang dilindungi undang-undang disebut legitieme portie. Ketentuan Pasal 913 KUHPerdata dijelaskan yang dimaksud legitieme portie yaitu suatu bagian dari harta peninggalan yang harus diberikan kepada ahli waris dalam garis lurus menurut undang-undang, terhadap bagian mana si yang meninggal dunia tak diperbolehkan menetapkan sesuatu, baik selaku pemberian antara yang masih hidup, maupun selaku wasiat. Prinsip legitieme portie menentukan bahwa ahli waris memiliki bagian mutlak dari harta peninggalan yang tidak dapat dikurangi sekalipun melalui surat wasiat. Wasiat menurut ketentuan Pasal 931 KUHPerdata hanya boleh dinyatakan, baik dengan akta tertulis sendiri atau olograpis, baik dengan akta umum, baik akta rahasia atau tertutup. Surat wasiat agar mempunyai kekuatan pembuktian sempurna haruslah memenuhi syarat dan dibuat secara

3 otentik. Akta Otentik menurut ketentuan Pasal 1868 KUHPedata ialah suatu akta yang didalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang, dibuat oleh atau dihadapan pegawai-pegawai umum yang berkuasa untuk itu ditempat dimana akta dibuatnya. Notaris adalah pejabat umum yang berwenang membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris jo Undang-Undang Nomor 2 tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris (untuk selanjutnya disebut UUJN). Keberadaan Notaris diharapkan dapat memberikan kepastian hukum, perlindungan hukum dan juga ketertiban hukum bagi masyarakat yang membutuhkan. Kewenangan Notaris dalam membuat akta salah satunya adalah membuat akta wasiat umum (openbaar testament). Peran notaris dalam pembuatan akta wasiat umum tertuang dalam ketentuan Pasal 938 KUHPerdata : tiap-tiap surat wasiat dengan akta umum harus dibuat dihadapan Notaris dengan dihadiri dua orang saksi. Akta umum bukan diartikan bahwa akta itu dapat dilihat oleh semua orang, kewajiban merahasiakan akta yang dibebankan kepada notaris berlaku juga terhadap akta umum ini. 6 Notaris yang membuat akta wasiat dibebani dengan tanggung jawab dari awal pembuatan akta wasiat sampai pada pembacaan aktanya dihadapan 6 Tan Thong Kie, 2013, Studi Notariat & Serba Serbi Praktek Notaris, PT. Ichtiar Baru van Hoeve, Jakarta, hlm 553.

4 penerima wasiat selain itu Notaris harus memberikan nasehat hukum serta penjelasan yang diperlukan, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam pembuatan akta wasiat Notaris mempunyai peran yang sangat penting. Kesalahan dan kelalaian Notaris dalam pembuat akta wasiat dapat mengakibatkan akta kehilangan keotentikannya dan batal demi hukum atau dapat dibatalkan oleh pengadilan. Harta warisan seringkali menimbulkan sengketa waris, yang mana sengketa waris tersebut memiliki keterkaitan dengan adanya Akta wasiat umum (openbaar testament) yang dibuat di hadapan Notaris, sehingga ahli waris yang merasa dirugikan mengajukan pembatalan atas akta wasiat tersebut. Gugatan pembatalan akta wasiat pernah dialami Notaris Sunaryani, SH. Ahli waris ab intestato mengajukan pembatalan atas akta wasiat nomor 2 tanggal 7-6-2000 yang dibuat dihadapan Notaris Sunaryani, SH. Isi gugatannya dalam Putusan Pengadilan Negeri Yogyakarta Nomor : 20/Pdt.G/2008/PN.YK yaitu mengenai kecakapan pewasiat yang dianggap tidak memenuhi syarat dalam pembuatan akta wasiat karena dianggap sudah pikun/ tidak cakap bertindak hukum/ sudah uzur sehingga akta wasiat yang dibuat dihadapan Notaris Sunaryani SH tidak sah, cacat hukum, batal demi hukum, tidak berkekuatan hukum dan tidak berkekuatan pembuktian. Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam hal ini penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul TANGGUNG JAWAB DAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NOTARIS ATAS AKTA WASIAT

5 UMUM (OPENBAAR TESTAMENT) YANG DIBUAT DI HADAPANNYA (STUDI KASUS PUTUSAN PENGADILAN NEGERI YOGYAKARTA NOMOR : 20/Pdt.G/2008/PN.YK). B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana tanggung jawab Notaris atas Akta Wasiat Umum (Openbaar Testament) yang dibuat dihadapannya dalam hal ahli waris ab intestato mengajukan pembatalan? 2. Bagaimana perlindungan hukum bagi Notaris atas Akta Wasiat Umum (Openbaar Testament ) yang dibuat dihadapannya dalam hal ahli waris ab intestato mengajukan pembatalan? C. Keaslian Penelitian Berdasarkan penelusuran yang dilakukan penulis diperpustakaan Universitas Gadjah Mada, diketahui bahwa penelitian mengenai wasiat (testament) telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Adapun penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan sebagai berikut : 1. Dyah Noviyantie (2010), 7 Peran Dan Tanggungjawab Notaris Atas Akta Wasiat Terbuka (Openbaar Testament Acta) yang dibuat dihadapannya. Permasalahannya adalah tentang apa peran notaris dalam pembuatan akta wasiat terbuka (openbaar testament acta) yang 7 Dyah Noviyantie, 2010, Peran Dan Tanggungjawab Notaris Atas Akta Wasiat Terbuka (Openbaar Testament Acta) yang dibuat dihadapannya, Tesis, Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

6 sah sebagai bukti otentik, serta apa kewajiban notaris setelah akta wasiat terbuka (openbaar testament acta) yang dibuat dan sejauh mana tanggungjawab notaris terhadap akta wasiat terbuka (openbaar testament acta) yang dibuat dihadapannya. 2. Abdul Hafidh Ali Kelib, (2011), 8 Tanggung Jawab Hukum Notaris Terhadap Akta Wasiat (Testament Acte) Yang Dibuat Dihadapannya Di Kota Pekalongan. Permasalahannya adalah tentang bagaimana kedudukan hukum akta wasiat (testament acte) terbuka atau umum (openbaar testament) dalam hal penandatanganan tidak dilakukan pada tiap lembar minuta akta menurut notaris di kota pekalongan dan bagaimana kedudukan hukum akta wasiat (testament acte) terbuka atau umum (openbaar testament) dalam hal penandatanganan tidak dilakukan pada tiap lembar minuta akta menurut perundang-undangan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diatas, terdapat perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan penulis. Penulis terfokus pada tanggung jawab notaris atas akta wasiat umum (openbaar testament) yang dibuat dihadapannya dalam hal ahli waris ab intestato mengajukan pembatalan dan perlindungan hukum bagi notaris atas akta wasiat umum (openbaar testament) yang dibuat dihadapannya dalam hal ahli waris ab intestato mengajukan pembatalan. 8 Abdul Hafidh Ali Kelib, 2011, Tanggung Jawab Hukum Notaris Terhadap Akta Wasiat (Testament Acte) Yang Dibuat Dihadapannya Di Kota Pekalongan, Tesis, Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

7 D. Faedah Penelitian 1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dibidang kenotariatan dan memperjelas mengenai tanggung jawab dan perlindungan hukum bagi Notaris atas Akta Wasiat Umum (Openbaar Testament) yang dibuat dihadapannya dalam hal ahli waris mengajukan pembatalan. 2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para notaris, dalam memberikan informasi sekaligus sebagai pemecahan atau jalan keluar untuk masalah-masalah yang timbul mengenai Akta Wasiat Umum (Openbaar Testament) yang dibuat dihadapannya. E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui dan menganalisis tanggung jawab Notaris atas Akta Wasiat Umum (Openbaar Testament) yang dibuat dihadapannya dalam hal ahli waris ab intestato mengajukan pembatalan 2. Untuk mengetahui dan menganalisis perlindungan hukum bagi Notaris atas Akta Wasiat Umum (Openbaar Testament) yang dibuat dihadapan nya dalam hal ahli waris ab intestato mengajukan pembatalan.