LANGKAH-LANGKAH MENUJU WAJAR TANPA PENGECUALIAN (WTP) 1

dokumen-dokumen yang mirip
Inspektur II, LANGKAH-LANGKAH MENUJU WTP

BAB III METODOLOGI. Sesuai dengan tugas Kementerian Kesehatan dalam pelaksanaan APBN,

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Pasal 30 Undang-undang No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI ATAS LAPORAN KEUANGAN TAHUN 2016 KEMENRISTEKDIKTI

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

BAB 2 TINJAUAN LITERATUR Proses Pelaporan Keuangan Urutan siklus akuntansi menurut Indra Bastian (2005) adalah sebagai berikut:

SIARAN PERS BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

I. UMUM. Saldo...

-2- Operasional, (v) Laporan Arus Kas, (vi) Laporan Perubahan Ekuitas, dan (vii) Catatan atas Laporan Keuangan. Laporan Realisasi APBN menggambarkan p

SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN BANDI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka reformasi di bidang keuangan, pada tahun

AKUNTABILITAS PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN INSTANSI PEMERINTAH

KEBIJAKAN PELAKSANAAN TINDAK LANJUT HASIL PEMERIKSAAN BPK RI DAN PENYAMPAIAN LHKPN/LHKASN DI LINGKUNGAN KEMENRISTEKDIKTI

KEBIJAKAN PENGAWASAN INTERN INSPEKTORAT JENDERAL KEMENRISTEKDIKTI

KEBIJAKAN TEKNIS KERJASAMA PENGAWASAN TAHUN 2016 ITJEN KEMENRISTEKDIKTI DENGAN BPKP

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Analisis atas..., Desi Intan Anggraheni, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam rangka meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Standar Reviu. Laporan Keuangan.

KORELASI OPINI AUDIT BPK ATAS LKKL DENGAN HASIL EVALUASI LAKIP K/L

AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI ATAS PELAKSANAAN KEUANGAN PADA SATUAN KERJA DEKONSENTRASI.

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia mulai menerapkan otonomi daerah setelah berlakunya Undang-

SIARAN PERS BADAN PEMERIKSA KEUANGAN. BPK: Wajar Dengan Pengecualian atas LKPP Tahun 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. berlangsung secara terus menerus. Untuk bisa memenuhi ketentuan Pasal 3. Undang-Undang No.17 tahun 2003 tentang keuangan, negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perhatian utama masyarakat pada sektor publik atau pemerintahan adalah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

REVIU LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (LKPD) Dra Hj Sastri Yunizarti Bakry, Akt, Msi, CA, QIA

2016, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lem

No Pemerintahan (SAP) berbasis akrual dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan berbasis ak

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Hasil Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan Kementerian Negara/ Lembaga Tahun 2010

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Mardiasmo (2004) mengatakan, instansi pemerintah wajib melakukan

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 27/Menhut-II/2009 TENTANG PEDOMAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH LINGKUP DEPARTEMEN KEHUTANAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa

PENGHEMATAN ANGGARAN JILID II

HASIL REVIU LAPORAN KEUANGAN TAHUN 2015 DAN PROBLEMATIKANYA

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pengelolaan keuangan, pemerintah melakukan reformasi dengan

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. yang dapat dijadikan milik Negara (UU no 17 pasal1 ayat1). Undang undang

BAB II LANDASAN TEORI

NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG UNIT AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. governance) ditandai dengan diterbitkannya Undang undang Nomor 28 Tahun

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORA T JENDERAL PERBENDAHARAAN

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sejak disahkannya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang. Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

KATA PENGANTAR REVIU LAPORAN KEUANGAN OLEH INSPEKTORAT

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. Pada sistem pemerintahan yang ada di Indonesia, setiap pemerintah daerah

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pengelolaan keuangan dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 17

BULETIN TEKNIS NOMOR 01 PELAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH

PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN SISTEM PELAPORAN KEUANGAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PERAN APIP DALAM PERCEPATAN PENCAPAIAN WTP

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59/PMK.06/2005 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT

SELAYANG PANDANG BPK PERWAKILAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

2015, No Mengingat : Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 85,

BAB I PENDAHULUAN. Penyusunan laporan keuangan merupakan salah satu kriteria dalam sistem reward. yang dapat menunjukkan kondisi sebenarnya.

BAB II LANDASAN TEORI

MAKALAH AKUNTANSI PEMERINTAHAN OPINI BPK ATAS LKPD DAERAH ACEH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ANALISIS HASIL AUDIT LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN/LEMBAGA

LAPORAN KEUANGAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Untuk Periode Yang Berakhir 31 Desember 2014 (AUDITED)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT

: s /PB/2014 : Penting/Segera : 1 (satu) Berkas : Perubahan Akun Belanja Barang Persediaan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN INTERNAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

INSPEKTORAT JENDERAL KEMENRISTEKDIKTI PENGEMBANGAN APLIKASI SISTEM MONITORING DAN INFORMASI PENGAWASAN

Pengelolaan Keuangan Satker BLU Kemenristekdikti dan Pengaruhnya Terhadap Opini Laporan Keuangan Kemenristekdikti

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Tam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pengelolaan keuangan, pemerintah melakukan reformasi dengan

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 213/PMK.05/2013 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT

BAB I PENDAHULUAN. dalam satu periode. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) No.1

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR 272/PMk.05/2014 TENTANG

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR. BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang...1 B. Dasar Hukum...2 C. Tujuan...3 D. Sasaran...3

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ghia Giovani, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Konsep good governance memiliki arti yang luas dan sering dipahami

BERITA NEGARA. BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL. SPIP. Penyelenggaraan. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini masyarakat Indonesia semakin menuntut pemerintahan untuk

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 265/PMK.05/2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BELANJA LAIN-LAIN

BAB.I PENDAHULUAN. Perkembangan sektor publik di Indonesia dewasa ini ditandai dengan menguatnya

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Tanggal 5-18 Juli 2014

PENINGKATAN KUALITAS PERENCANAAN, PENGAWASAN INTERNAL DI LIGKUNGAN KEMENRISTEKDIKTI

UNIVERSITAS GUNADARMA PROGRAM DIPLOMA III BISNIS DAN KEWIRAUSAHAAN LAPORAN KERJA PRAKTEK (LKP)

Transkripsi:

LANGKAH-LANGKAH MENUJU WAJAR TANPA PENGECUALIAN (WTP) 1 DADIT HERDIKIAGUNG Inspektorat II, Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi BANDI 2 Inspektorat II, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Universitas Sebelas Maret, Surakarta. ABSTRAK Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atas laporan keuangan suatu kementerian atau lembaga negara merupakan salah satu indikator kinerja kementerian atau lembaga. Opini BPK didasarkan atas kesesuaian pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara oleh kementerian/lembaga pada: ( 1) kesesuaian dengan standar akuntansi pemerintah, ( 2) kecukupan pengungkapan, (3) kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, dan (4) efektivitas sistem pengendalian intern. Satker yang ada di bawah kementerian/ lembaga perlu mengikuti instruksi secara koordinatif dan simultan dengan agenda Menteri. Diperlukan pemetaan Satker dan masalah yang dihadapi, kemudian satker yang kompeten perlu memonitor dan mengevaluasi atau mendampingi satker dalam mengatasi maslah yang dihadapi. Dilihat dari sisi masalah yang dihadapi Satker dalam Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) dapat dikelompokkan: Pusat, Kopertis, PTN BH, PTN BLU, PTN dan PTN baru. Untuk menuju WTP diperlukan langkah-langkah, misalnya dalam bentuk Instruksi Menteri. Langkah-langkah tersebut perlu simultan dan dibarengi dengan mengkoordinasikan segenap satuan kerja agar mengikuti langkah atau instruksi Menteri. Instruksi tersebut perlu mempertimbangkan jadwal pengiriman laporan keuangan Satker, disertai pendampingan yang diperlukan. PENDAHULUAN 1 Disampaikan pada kegiatan Lokakarya Peningkatan Kualitas Perencanaan Pengawasan Internal di Lingkungan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Solo, 1 Agustus 2016. 2 Auditor wilayah Inspektorat Wilayah II, Inspektorat Jenderal Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Ketua SPI Universitas Sebelas Maret, Surakarta, periode 2015-2019. 1

Pertimbangan terbitnya UU 15/ 2004 adalah: (a) untuk mendukung keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan negara, keuangan negara wajib dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan; (b) untuk mewujudkan pengelolaan keuangan negara sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu dilakukan pemeriksaan berdasarkan standar pemeriksaan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang bebas dan mandiri. Reformasi Manajemen Keuangan Pemerintah di bidang hukum telah melahirkan landasan hukum dan telah disahkannya: (1) UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, (2) UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan (3) UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. UU 15/ 2004 merupakan salah satu hasil reformasi hukum di bidang keuangan, yang menjadi dasar bagi BPK melaksanakan tugas dan fungsinya. Menurut Pasal 3 UU 17/ 2003 bahwa Keuangan Keuangan Negara dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. BPK melakukan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara, meliputi: (1) Pemeriksaan keuangan, yakni Pemeriksaan atas laporan keuangan hasilnya adalah opini ; (2) Pemeriksaan kinerja yaitu Pemeriksaan atas aspek ekonomi, efisiensi, dan efektivitas, hasilnya adalah temuan, kesimpulan, atau rekomendasi ; dan (3) Pemeriksaan Tujuan Tertentu merupakan Pemeriksaan yang tidak termasuk atas Pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan kinerja, hasil pemeriksaannya adalah kesimpulan. Pasal 16 UU 15/ 2004 mengatur tentang hasil pemeriksaan BPK dan tindak lanjutnya. Secara skematis hasil pemeriksaan dapat ditunjukkan pada gambar 1 berikut. 2

Gambar 1: Hasil Pemeriksaan (lihat bandi.staff.fe.uns.ac.id/kuliah) Opini wajar tanpa pengecualian (WTP) oleh BPK adalah sebagai salah satu indikator kinerja yang membagakan dari suatu Kementerian Negara, Lembaga Negara, maupun pemerintah Daerah, selain indikator yang lainnya. Berdasarkan Perpres 7/ 2015 pasal 1 bahwa Pendidikan Tinggi tidak berada pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, melainkan berada pada Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Pada pemerintahan periode sebelumnya Pendidikan Tinggi berada pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (lihat UU 39/ 2008, Perpres 47/ 2009). Pada periode laporan keuangan sebelum pemerintahan baru (sebelum penerapan Perpres 7/ 2015), Kementerian Riset dan Tekonologi sebelumnya memperoleh Opini WTP, dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan laporan keuangannya memperoleh Opini WTP. Namun setelah penerapan Perpres 7/ 2015, dimana Pendidikan Tinggi, sebagai salah satu Direktorat di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 3

bergabung pada Kementerian Riset dan Teknologi, sehingga menjadi Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi memporleh Opini WDP. Untuk itu perlu diupayakan oleh Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi agar laporan keuangan mendatang memperoleh opini WTP. Perguruan tinggi negeri sebagai satuan kerja (Satker) memiliki cukup tenaga akunt an yang selayaknya berpartisipasi dalam upaya memperoleh opini WTP atas laporan keuangan kementerian. Dengan menyebarnya Satker di seluruh pelosok tanah air, dan bertambahnya Satker baru yang sebelumnya sebagai satker swasta mengandung potensi keterlambatan penyusunan laporan keuangan kementerian. Pada seksi berikutnya akan dibahas mengenai Opini BPK, pengelompokan satker di Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Jadwal penyusunan laporan keuangan, dan upaya menuju WTP. PEMBAHASAN Opini BPK Opini BPK adalah pernyataan profesional pemeriksa mengenai kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan (UU 15 tahun 2004, pasal 1, poin 11), yang berdasarkan pada 4 kriteria, yakni (lihat Sadar, 2014): 1) kesesuaian dengan standar akuntansi pemerintah (SAP) 2) kecukupan pengungkapan 3) kepatuhan terhadap peraturan per-uu 4) efektivitas sistem pengendalian intern (SPI) 4

Opini BPK pada pemeriksaan keuangan bisa meliputi 5 macam: (1) Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), (2) Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Paragraf Penjelas (WTP-DPP), (3) Wajar Dengan Pengecualian (WDP), (4) Tidak Wajar (TW); dan (5) Tidak Memberikan Pendapat (TMP) atau Disclaimer (Wikipedia, 2016). Berikut pembahasan tiap opini. 1. Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) Merupakan opini audit yang diterbitkan jika laporan keuangan (LK) bisa memberikan informasi yang bebas dari kesalahan penyajian material. Kalau ada LK memperoleh opini ini, maka auditor yakin menurut bukti yang dikumpulkan, auditi telah menyelenggarakan prinsip akuntansi yang berlaku umum dengan baik. Jika memang ada kesalahan, sifatnya tidak material dan tidak punya pengaruh signifikan pada pengambilan keputusan. Opini ini adalah atas LK. Pada Tabel 1 tampak bahwa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, yang Direktorat Pendidikan Tinggi dan PTN-PTN berada di dalamnya, memperoleh opini WTP. Kementerian Riset dan Teknologi tahun 2013 memperoleh opini WDP, dan 2. Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Paragraf Penjelas (WTP-DPP) Opini adalah hampir WTP, tetapi auditor perlu menambahkan suatu paragraf dalam laporan audit, meskipun hal itu tidak mempengaruhi pendapat WTP. Pada Tabel 1 tampak bahwa Sekretariat Negara, Kementerian Perteranian, Kementerian Agama, Kementerian Sosial, Kementerian Kelauatan dan Perikanan, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Lembaga Sandi Negara, Lembaga Ketahanan Negara, Badan Norkotika Nasional, Kementerian Perumahan Rakyat, dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana, LK tahun 2013 memperoleh opini ini. 3. Wajar Dengan Pengecualian (WDP) Opini ini ada jika sebagian besar informasi dalam LK bebas dari salah saji material, kecuali untuk rekening atau item tertentu yang menjadi pengecualian. Sebagian akuntan akan memberi nama little adverse, untuk menunjukkan ketidakwajaran pada item tertentu tetapi secara keseluruhan tetap wajar. Pada Tabel 1 tampak bahwa Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Kementerian Riset dan Teknologi, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Perpustakaan Nasional, Kementerian Komunikasi dan Informatika, 5

Badan Pengawas Obat dan Makanan, Komisi Pemilihan Umum, Lembaga Penerbangan dan Anatariksa Nasional, Kementerian Pemuda dan Olahraga, Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia, Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah, Badan Pengembangan Wilayah Surabaya-Madura, Badan Nasional Pengelola Perbatasan, Badan Pengawas Pemilu, Lembaga Penyiaran Publik Televisi Republik Indonesia, Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang, Bendahara Umum Negara memperoleh opini WDP atas LK tahun 2013 4. Tidak Wajar (TW) TW nongol jika LK salah saji material atau tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnya. Kalau sampai begini, LK jelas diragukan kebenarannya dan kemudian pengambilan keputusannya juga salah. Nyaris tidak ada KLDI yang TW. Pada Tabel 1 tampak bahwa tidak ada Kementerian dan Lembaga Negara yang memperoleh opini TW atas LK nya sejak 2008 hingga 2013. 5. Tidak Memberikan Pendapat (TMP) alias Disclaimer Entah apakah ini lebih rendah dari TW atau tidak, tetapi dengan status ini BPK terbilang tidak menyimpulkan sebagai kesalahan pengambilan keputusan. Auditor dalam posisi tidak memberikan pendapat apapun atas sebuah LK karena dia tidak yakin terhadap apa yang diperiksa, semisal memang tidak diberikan bukti walau sudah diminta. Pada Tabel 1 tampak bahwa Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Badan Informasi Geospasial, memperoleh opini TMP atas LK tahun 2013. Satuan Kerja (Satker) Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Satuan Kerja (Satker) pada Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan tinggi: 1. Pusat (Kementerian) 2. Kopertis 6

3. Perguruan Tinggi Berbadan Hukum (PTN BH) 4. PTN Badan Layanan Umum (PTN BLU) 5. PTN Biasa (Satker Biasa) Tabel 2 menunjukkan jumlah Satker menurut ketiga Inspektorat. Satker Pusat Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi juga bisa dibedakan menurut kesamaan problema dalam pengelolaan keuangan, pertanggungjawaban, dan penyusunan laporan keuangan yang dihadapi, sehingga terdiri dari: 1. Pusat (Kementerian) 2. Kopertis 3. Perguruan Tinggi Berbadan Hukum (PTN BH) 4. PTN Badan Layanan Umum (PTN BLU) 5. PTN Biasa lama 6. PTN Biasa baru Pengelompokan tersebut akan memudahkan Kementerian, melalui Inspektorat Jenderal (Itjend), dalam mengkoordinasikan melakukan dan mengikuti langkah-langkah menuju WTP. PTN Biasa Baru, secara umum akan menghadapi masalah sumber daya manusia (SDM) dan aset/ barang milik negara (BMN) sehingga akan lebih efektif apabila disamakan persepsinya dalam mengatasi kedua masalah tersebut, dan akhirnya mengikuti langkah-langkah menuju WTP. Satker lainnya akan lebih efektif koordinasinya apabila dikelompokkan dan berkoordinasikan menurut kesamaan problema. Jadwal Penyusunan Laporan Keuangan Beda Satker akan beda jumlah laporan keuangannya. PTN BLU berbeda jumlah frekuensi penyusunan laporan keuangan (LK) dengan PTN Biasa. PTN BLU atau PTN BH wajib menyusun LK ke Kementerian Keuangan, sedangkan PTN biasa hanya menyusun ke Kementerian Riset, 7

Teknologi dan Pendidikan Tinggi. Dalam hal Opini WTP, BPK memeriksa atas LK yang disusun ke Kementerian Teknis (Kemenristekdikti), sehingga semua satker sama dalam penyusunan LK nya. Sebagai Satker pemerintah, secara umum ada dua unit akuntansi, yakni: (1) Unit Akuntansi Keuangan, dan (2) Unit Akuntansi Bar ang. Secara hierarkis terbalik unit akuntansi keuangan dan unit akuntansi barang dapat dilihat Tabel 3 berikut Unit Akutansi Keuangan UAKPA UAPPA-W UAPPA-E1 UAPA Tabel 3 Unit Akuntansi Unit Akutansi Barang UAKPB UAPPB-W UAPPB-E1 UAPB Penyusunan LK dan koordinasi dari satker terbawah Kementerian, yakni Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), yakni PTN atau Kopertis. Pendampingan di tingkat KPA bisa dilakukan oleh SPI dengan dikoordinasi oelh Itjend, sedangkan satker pusat bisa dilakukan oleh Itjend atau Profesional SPI atau PTN yang ditugasi oleh Itjend. Dalam hal momen pendampingan dan koordinasi perlu diperhatikan jenis periode penyusunan laporan keuangan. Berikut periode penyusunan laporan keuangan setiap tingkat dari bawah ke atas dalam Kementerian Teknis, hingga ke Kementerian Keuangan selaku Bendahara Umum Negara: 1. Tingkat UAKPA ke KPPN 8

2. Tingkat UAKPA ke Tingkat UAPPA-W/UAPPA-E1 3. Tingkat UAPPA-W ke Kanwil DJPB 4. Tingkat UAPPA-W ke Tingkat UAPPA-E1 5. Tingkat UAPPA-E1 ke Tingkat UAPA 6. Tingkat UAPA ke Kementerian Keuangan c.q Ditjen Perbendaharaan (Unaudited) 7. Tingkat UAPA ke Kementerian Keuangan c.q Ditjen Perbendaharaan (Audited) Pada periode tersebut bisa dijadikan evaluasi kemajuan penyusunan laporan keuangan, dokumentasi masalah yang dihadapi tiap Satker di tiap tingkat. Jika dihubungkan dengan jenis laporan keuangan dan periode penyusunan laporan keuangan bisa dilihat jadwal di tiap tingkat berikut: 1. Tingkat UAKPA ke KPPN No. Uraian Periode Pelaporan Bulanan Triwulanan Semesteran Tahunan 1. LRA X X X 2. NERACA X X X 3. CaLK X X 4. ADK X 5. BAR* X Monev dan Pendampingan dilakukan oleh Itjend atau SPI yang ditugasi Itjend. 9

2. Tingkat UAKPA ke Tingkat UAPPA-W/UAPPA-E1 No. Uraian Periode Pelaporan Bulanan Triwulanan Semesteran Tahunan 1. LRA X X X X 2. NERACA X X X X 3. CaLK X X 4. ADK X 5. BAR X Monev dan Pendampingan dilakukan oleh Itjend atau SPI yang ditugasi Itjend. 10

3. Tingkat UAPPA-W ke Kanwil DJPB No. Uraian Periode Pelaporan Bulanan Triwulanan Semesteran Tahunan 1. LRA X X X 2. NERACA X X X 3. CaLK X X 4. ADK X 5. BAR X Monev dan Pendampingan dilakukan oleh Itjend atau SPI yang ditugasi Itjend. 11

4. Tingkat UAPPA-W ke Tingkat UAPPA-E1 No. Uraian Periode Pelaporan Bulanan Triwulanan Semesteran Tahunan 1. LRA X X X X 2. NERACA X X X 3. CaLK X X 4. ADK X 5. BAR X Monev dan Pendampingan dilakukan oleh Itjend atau SPI yang ditugasi Itjend. 12

5. Tingkat UAPPA-E1 ke Tingkat UAPA No. Uraian Periode Pelaporan Bulanan Triwulanan Semesteran Tahunan 1. LRA X X X X 2. NERACA X X X 3. CaLK X X 4. ADK X 5. BAR X Monev dan Pendampingan dilakukan oleh Itjend atau SPI yang ditugasi Itjend.. 13

6. Tingkat UAPA ke Kementerian Keuangan c.q Ditjen Perbendaharaan (Unaudited) No. Uraian Periode Pelaporan Bulanan Triwulanan Semesteran Tahunan 1. LRA X X X 2. NERACA X X 3. CaLK X X 4. ADK X Monev dan Pendampingan dilakukan oleh Itjend atau SPI yang ditugasi Itjend. 14

7. Tingkat UAPA ke Kementerian Keuangan c.q Ditjen Perbendaharaan (Audited) No. Uraian Periode Pelaporan Bulanan Triwulanan Semesteran Tahunan 1. LRA X 2. NERACA X 3. CaLK X 4. ADK X Pendampingan dilakukan oleh Itjend atau SPI yang ditugasi Itjend saat dilakukan pemeriksaan oelh BPK Jadwal penyampaian LK tahunan yang akan diperiksa BPK, juga perlu diperhatikan untuk melakukan monitor, evaluasi, dan pendampingan oleh TIJEN. Jadwal tersebut dapat dilihat pada gambar 2, seperti berikut ini. 15

Gambar 2: Jadual Penyusunan dan Penyampaian Laporan Keuangan KESIMPULAN Opini WDP dari BPK atas laporan keuangan tahun 2015 Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) merupakan titik awal untuk evaluasi diri baik oleh Satker Pusat maupun Satker-satker di bawahnya dalam Kementerian. Sebagai unsur Satker terbanyak PTN perlu dikoordinasi dan dimotivasi untuk ikut bersama mewujudkan Opini WTP. Opini WTP Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) merupakan salah satu indikator kinerja yang visibel untuk diwujud bersama, oleh segenap Satker dalam kementerian. Opini BPK didasarkan atas kesesuaian pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara oleh kementerian/lembaga pada: ( 1) kesesuaian dengan standar akuntansi pemerintah, (2) kecukupan pengungkapan, (3) kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, dan (4) efektivitas sistem pengendalian intern. Oleh karenanya segenap Satker dalam Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), 16

perlu dikoordinasi dalam memahami dan melakukan langkah-langkah dalam mewujudkan kesesuaian dengan SAP, mewujudkan pengungkapan yang cukup, mematuhi peraturan perundangan-undangan dalam pengelolaan keuangan negara, dan mewujudkan efektivitas sistem pengendalian Intern. Diperlukan Instruksi Menteri untuk melakukan rencana aksi menuju Opini WTP. Untuk memudahkan langkah menuju Opini WTP, Satker yang ada di bawah Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) perlu mengikuti instruksi secara koordinatif dan simultan dengan InstruksiMenteri. Dilihat dari sisi masalah yang dihadapi Satker dalam Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) dapat dikelompokkan: Pusat, Kopertis, PTN BH, PTN BLU, PTN dan PTN baru. Opini WTP atas LK 2016 Kemenristekdikti kita siapkan mulai sekarang, Itjend mengkoordinasi dan mendampingi. DAFTAR PUSTAKA Peraturan Presiden 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2014. Peraturan Presiden 7 tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara. Sadar, Arie. 2014. 5 Jenis Opini BPK Terhadap Laporan Keuangan. http://oomalfa.blogspot.co.id. Diunduh Sabtu, 30 Juli 2016; 22:20:03 Suminto. 2004. Pengelolaan APBN dalam Sistem Manajemen Keuangan Negara. Makalah sebagai bahan penyusunan Budget in Brief 2004 (Ditjen Anggaran, Depkeu). http://www.atdr.tdmrc.org Undang-Undang 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. 17

Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Undang-Undang No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Wikipedia. 2016. Daftar opini BPK terhadap Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga. Halaman ini terakhir diubah pada 3 Juni 2016, pukul 01.25, https://id.wikipedia.org. Diunduh Sabtu, 30 Juli 2016, 19:20:27. 2016. bandi.staff.fe.uns.ac.id/kuliah. 18

LAMPIRAN Tabel 1 Riwayat Opini BPK pada Dua Kemente4rian No BA Kementerian Negara / Lembaga 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 1 023 2 042 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kementerian Negara Riset dan Teknologi Kementerian Riset, Teknologi dan 3 042 Pendidikan Tinggi Sumber: Wikipedia. 2016 WDP WDP TMP TMP WDP WTP WTP WTP WTP WTP WTP WTP WTP WDP WTP - - - - - - - Tabel 2 Jumlah Satuan Kerja pada Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi NO Satuan Kerja Jml Inspektorat I Inspektorat II Inspektorat III 1 PUSAT 12 5 4 3 2 Kopertis 14 5 5 4 3 PTN BH 11 4 4 3 4 PTN BLU 21 8 7 6 5 PTN 89 29 30 30 147 51 50 46 WDP 19