PENGEMBANGAN BAHAN MAGNETIK BARIUM HEKSAFERITE DARI MINERAL YAROSIT ALAM DAN KARAKTERISASINYA. Jurusan Fisika Universitas Padjadjaran 2

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Magnet keras ferit merupakan salah satu material magnet permanen yang

4.2 Hasil Karakterisasi SEM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

SINTESIS SERBUK BARIUM HEKSAFERIT DENGAN METODE KOPRESIPITASI

350 0 C 1 jam C. 10 jam. 20 jam. Pelet YBCO. Uji Konduktivitas IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Ba(NO 3 ) Cu(NO 3 ) 2 Y(NO 3 ) 2

I. PENDAHULUAN. karakteristik dari pasir besi sudah diketahui, namun penelitian ini masih terus

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR-

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

SINTESIS SERBUK MgTiO 3 DENGAN METODE PENCAMPURAN DAN PENGGILINGAN SERBUK. Abstrak

PENGARUH KOMPOSISI BAHAN BAKU SECARA STOIKIOMETRI DAN NON STOIKIOMETRI TERHADAP SIFAT FISIS DAN MAGNET PADA PEMBUATAN MAGNET PERMANEN BaO.

KARAKTERISTIK LISTRIK KERAMIK FILM Fe 2 O 3 DENGAN VARIASI KETEBALAN YANG DIBUAT DARI MINERAL LOKAL DI ATMOSFIR UDARA DAN ATMOSFIR ALKOHOL

PENGARUH ADITIF BaCO 3 PADA KRISTALINITAS DAN SUSEPTIBILITAS BARIUM FERIT DENGAN METODA METALURGI SERBUK ISOTROPIK

BAB I PENDAHULUAN. (Guimaraes, 2009).

Asyer Paulus Mahasiswa Jurusan Teknik Material dan Metalurgi Fakultas Teknologi Industri ITS

PENGARUH KONDISI ANNEALING TERHADAP PARAMETER KISI KRISTAL BAHAN SUPERKONDUKTOR OPTIMUM DOPED DOPING ELEKTRON Eu 2-x Ce x CuO 4+α-δ

BAB III METODE PENELITIAN

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT LISTRIK SUPERKONDUKTOR Eu 2-x Ce x CuO 4+α-δ (ECCO) UNTUK UNDER-DOPED

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 Teori Dasar 2.1 Konsep Dasar

Superkonduktor Eu 2-x Ce x CuO 4+α-δ

SINTESIS DAN KARAKTERISASI XRD MULTIFERROIK BiFeO 3 DIDOPING Pb

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

KARAKTERISASI SIFAT MAGNETIK DAN SERAPAN GELOMBANG MIKRO BARIUM M-HEKSAFERIT BaFe 12 O 19

Eksperimen Pembentukan Kristal BPSCCO-2223 dengan Metode Self-Flux

JURNAL PENELITIAN PENDIDIKAN IPA

SINTESIS DAN KARAKTERISASI UNDER-DOPED SUPERKONDUKTOR DOPING ELEKTRON Eu 2-x Ce x CuO 4+α-δ

Bab IV Hasil dan Pembahasan

PENGARUH WAKTU MILLING TERHADAP SIFAT FISIS, SIFAT MAGNET DAN STRUKTUR KRISTAL PADA MAGNET BARIUM HEKSAFERIT SKRIPSI EKA F RAHMADHANI

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENGARUH TEMPERATUR SINTERING TERHADAP SIFAT FISIS, MAGNET DAN MIKROSTRUKTUR DARI BaFe 12 O 19 DENGAN ADITIF Al 2 O 3 SKRIPSI

Pengaruh Polietilen Glikol (PEG) Terhadap Ukuran Partikel Magnetit (Fe 3 O 4 ) yang Disintesis dengan Menggunakan Metode Kopresipitasi

PENGARUH ADITIF SiO2 TERHADAP SIFAT FISIS DAN SIFAT MAGNET PADA PEMBUATAN MAGNET BaO.6Fe2O3

Pengaruh Variasi Waktu Milling dan Penambahan Silicon Carbide Terhadap Ukuran Kristal, Remanen, Koersivitas, dan Saturasi Pada Material Iron

PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP UKURAN PARTIKEL FE3O4 DENGAN TEMPLATE PEG-2000 MENGGUNAKAN METODE KOPRESIPITASI

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MAGNETIK BARIUM M-HEKSAFERRIT DENGAN DOPING ION Zn PADA VARIASI TEMPERATUR RENDAH

Analisa Sifat Magnetik dan Morfologi Barium Heksaferrit Dopan Co Zn Variasi Fraksi Mol dan Temperatur Sintering

Sintesis dan Karakterisasi Kalsium Ferit Menggunakan Pasir Besi dan Batu Kapur

PENGARUH SUHU SINTER TERHADAP KARAKTERISTIK DIELEKTRIK KERAMIK CALCIA STABILIZIED ZIRCONIA (CSZ) DENGAN PENAMBAHAN 0.5% BORON TRIOXIDE (B 2 O 3 )

ANALISIS STRUKTUR DAN SIFAT MAGNET BAHAN SUPERKONDUKTOR Eu 2-x Ce x CuO 4+α-δ ELECTRON-DOPED

The Effect of Sintering Time on Surface Morfology of Pb-Doped Bi-2223 Oxides Superconductors Prepared by the Solid State Reaction Methods at 840 o C

KAJIAN SIFAT STRUKTUR KRISTAL PADA BAHAN BARIUM HEKSAFERIT YANG DITAMBAH VARIASI Fe2O3 MENGGUNAKAN ANALISIS RIETVELD

Unnes Physics Journal

Journal of Mechanical Engineering: Piston 2 (2018) Pembuatan Hybrid Magnet Berbasis NdFeB / BaFe 12 O 19 dan Karakterisasinya

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dibutuhkan oleh setiap negara

METODE SOL-GEL RISDIYANI CHASANAH M

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)

Efek Aditiv Al 2 O 3 Terhadap Struktur dan Sifat Fisis Magnet Permanen BaO.6(Fe 2 O 3 )

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Uji Kekerasan Sintesis Sintesis BCP HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Bahan Dasar

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MAGNET PERMANEN BAO.(6-X)FE2O3 DARI BAHAN BAKU LIMBAH FE2O3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Erfan Handoko 1, Iwan Sugihartono 1, Zulkarnain Jalil 2, Bambang Soegijono 3

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

Pembuatan dan karakterisasi magnet komposit berbahan dasar barium ferit dengan pengikat karet alam

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SINTESIS NANOPARTIKEL FERIT UNTUK BAHAN PEMBUATAN MAGNET DOMAIN TUNGGAL DENGAN MECHANICAL ALLOYING

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab 3 Metodologi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

PEMBUATAN MAGNETIK BARIUM M-HEKSAFERIT YANG DIDOPING ION Cu

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi

BAB II STUDI PUSTAKA. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Bab IV. Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

Sintesis Komposit TiO 2 /Karbon Aktif Berbasis Bambu Betung (Dendrocalamus asper) dengan Menggunakan Metode Solid State Reaction

Analisis Sifat Mekanis Komposit Barium Hexaferrit dengan Penguat Silika

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV ANALISA DATA & PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas

I. PENDAHULUAN. Superkonduktor merupakan suatu bahan dengan konduktivitas tak hingga, karena

PENGARUH KONSENTRASI DOPING CE TERHADAP SIFAT LISTIK MATERIAL EU 2-X CE X CUO 4+Α-Δ PADA DAERAH UNDER-DOPED

METODOLOGI PENELITIAN

Bab 4 Data dan Analisis

Karakterisasi Suseptibilitas Magnet Barium Ferit yang Disintesis dari Pasir Besi dan Barium Karbonat Menggunakan Metode Metalurgi Serbuk

BAB 3METODOLOGI PENELITIAN

Pengaruh Waktu Milling dan Temperatur Sintering Pada Pembentukan Nanopartikel Fe 2 TiO 5 Dengan Metode Mechanical Alloying

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH WAKTU DRY MILLING TERHADAP KARAKTERISTIK DAN SIFAT MAGNET PERMANEN ND-FE-B

PENGARUH WAKTU DRY MILLING TERHADAP KARAKTERISTIK DAN SIFAT MAGNET PERMANEN ND-FE-B

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen

3.5 Karakterisasi Sampel Hasil Sintesis

θ HASIL DAN PEMBAHASAN. oksida besi yang terkomposit pada struktur karbon aktif.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

PENGARUH HOLDING TIME KALSINASI TERHADAP SIFAT KEMAGNETAN BARIUM M-HEXAFERRITE (BaFe 12-x Zn x O 19 ) DENGAN ION DOPING Zn

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LOGO. STUDI EKSPANSI TERMAL KERAMIK PADAT Al 2(1-x) Mg x Ti 1+x O 5 PRESENTASI TESIS. Djunaidi Dwi Pudji Abdullah NRP

4 Hasil dan Pembahasan

PERUBAHAN BUTIR DAN PENENTUAN TEMPERATUR PEMBENTUKAN BARIUM HEXAFERRITE TERSUBSTITUSI ION Mn +2 Dan Ti +4 MELALUI MEKANISME MEKANIKA MILLING

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI Α-FE 2 O 3 BERBASIS LIMBAH BAJA MILL SCALE DENGAN ADITIF FeMo

Bab III Metodologi Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan

Transkripsi:

Bionatura-Jurnal Ilmu-ilmu Hayati dan Fisik ISSN 1411-0903 Vol. 14, No. 2, Juli 2012: 156-168 PENGEMBANGAN BAHAN MAGNETIK BARIUM HEKSAFERITE DARI MINERAL YAROSIT ALAM DAN KARAKTERISASINYA ABSTRAK Saragi, T., 1 Syakir, N., 1 Noelik, E., 1 dan Gustaman, D. 2 1 Jurusan Fisika Universitas Padjadjaran 2 Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) Bandung E-mail: t.saragi@phys.unpad.ac.id Bahan magnet permanen Barium Heksaferrite (BaFe 12 ) telah berhasil dibuat dengan metode reaksi padatan dengan bahan dasar Fe 2 yang diperoleh dari pemurnian bahan alam mineral yarosit. Dalam paper ini akan dikaji pengaruh penambahan aditif CuO-TiO 2 dengan konsentrasi 3% mol dan variasi suhu sintering (1000 C, 1150 C dan 1300 C) terhadap kualitas dan karakteristik energi potensial maksimum (B-H) max BaFe 12. Berdasarkan pengukuran struktur kristal (XRD), kualitas puncak kristal BaFe 12 meningkat seiring dengan berkurangnya puncak pengotor baik terhadap suhu sintering maupun terhadap penambahan aditif. Dari pengukuran SEM dihasilkan adanya peningkatan ukuran butiran terhadap suhu sintering dan terhadap penambahan aditif. Dari pengukuran Permagraph pada sampel tanpa aditif, dihasilkan peningkatan (B-H) maks terhadap semua variasi suhu sintering, sedangkan pada sampel dengan aditif, dihasilkan peningkatan (B-H) maks sampai pada suhu 1150 C dan berkurang pada suhu 1300 C. Penambahan aditif (CuO TiO 2 ) akan menurunkan suhu sintering, namun menyebabkan ukuran butiran semakin besar, sehingga mengurangi kualitas energi potensial yang dihasilkan. Kata kunci: Magnet, magnetisasi, ukuran butiran, (B-H) maks MAGNETIC MATERIALS DEVELOPMENT OF BARIUM HEKSAFERRITE PREPARED FROM PRECIPITATION OF YAROSIT AND IT S CHARACETRIZATION ABSTRACT The permanent magnet of Barium Heksaferrite (BaFe 12 ) has been succesfully synthesized by solid state reaction method with Fe 2 prepared from precipitation of natural product of yarosit mineral. In this paper, effect of addition of CuO-TiO 2 at a concentration of 3% mol and various of sintering temperature (1000 C, 1150 C dan 1300 C) to their characteristics of the maximum potential energy (B-H) max of barium heksaferit (BaFe 12 ) materials will be presented. XRD spectrum show that the crystal quality of BaFe 12 increase with decreasing impurity peaks by sintering temperature as well as by adding of CuO-TiO 2. SEM images show grain size increase with increaseing sintering temperature also with adding the additives. The values of (B-H) max of the samples without additives increase with the sintering temperature. The values of (B-H) max of the samples with 3% additives increase at sintering temperature of 1000 C and 1150 C, however it decreases at sintering temperature of 1300 C. The addition of additives decreases the sintering temperature and increases the crystal growth, but decreases the value of (B-H) max related to increase the grain size. Key words: Magnet, magnetization, grain size, (B-H) Max PENDAHULUAN Kajian magnetisme membahas banyak hal terutama pada interaksi antara bahan dan medan magnet, serta energi potensial yang dimiliki oleh bahan magnetik itu sendiri. Interaksi ini dapat diamati melalui perubahan momen magnet (magnetisasi) atau gaya magnetik yang dialami sampel akibat distribusi medan magnet (Gignoux & Schlenker, 2005). Setiap bahan magnetik dalam skala atom akan menghasilkan arus (kecil) sebagai akibat dari orbit elektron sekitar inti dan spin elektron pada sumbunya. Ketika

Saragi, T., Syakir, N., Noelik, E., dan Gustaman, D. 157 medan magnet diaplikasikan, maka akan terjadi penyearahan dipol-dipol magnetik, dan bahan tersebut akan terpolarisasi secara magnetik (termagnetisasi) (Furlani, 2001). Magnet Ferit adalah salah satu bahan magnet yang sering ditemui dengan rumus senyawa XO 6(Fe 2 ) dan sering dikenal dengan Heksa-Ferit, dimana X adalah unsur Ba, Sr dan O adalah oksigen. BaFe 12 (Barium heksa-ferit) memiliki struktur kristal heksagonal (parameter kisi a = 5,888 Å dan c = 23,228 Å) (Adelskold, 1938) dan parameter kemagnetan lainnya seperti koersif (Isotropik ( H cb ) = 1,1625 KOe -1,8125 KOe, remanen B r = 0,19 T- 0,22 T dan dan (BH) max yang cukup besar (B-H) max = 6,5 KJ/m 3-9 KJ/m 3 ) (Smith, 2006). Selain itu bahan ini juga memiliki keunggulan lain yaitu memiliki temperatur Currie yang tinggi (590 C) (Furlani, 2001) dan resistivitas korosi yang baik (Kotnala, 1992) dengan harga prekursor atau bahan dasar yang lebih murah dibandingkan dengan NdFeB, AlNiCo dan SmCo. Beberapa aplikasi bahan barium heksaferite meliputi: ferit sinter untuk aplikasi magnet motor DC, loud speaker, stepping motor rotor dan water meter, magnetic rubber dan plastic bonded magnet, wave guide (Zhou et al., 2010), mm wave phase filter (Wang et al., 2010), magnetic recording (Higuchi et al., 1998). Magnet permanen (hard magnetik) memiliki koersif > 1000 A/m. Empat kelompok magnet permanen yang sering digunakan dalam aplikasi industri adalah: magnet NdFeB, AlNiCo SmCo (SmCo 5 dan Sm 2 Co 17 ) (Gignoux et al., 2005). Karakteristik magnetik ini sangat dipengaruhi oleh beberapa hal, salah satu diantaranya adalah domain. Keberadaan ukuran domain sangat mempengaruhi karakteristik permanen magnet khususnya koersif (H cb ) dan induksi remanen (B r ) yang bervariasi terhadap ukuran butiran. Berdasarkan ukuran butiran sifat magnetik dapat dibagi menjadi 4 bagian yaitu: unstable single domain (Superparamagnetik/SPM), stable Single Domain (SD), Pseudo Single Domain (PSD) dan Multi Domain (MD) seperti ditunjukkan dalam Gambar 1 (Moskowitz, 1991). Koersif maksimum dapat diperoleh pada saat ukuran butiran berada dalam rentang SD yaitu 30 nm sampai dengan 80 nm. Semakin besar ukuran butiran, koersif akan cenderung menurun sejalan dengan terbentuknya domaindomain (multidomain) oleh butiran tersebut. Demikian juga sebaliknya, jika ukuran butiran semakin kecil dalam rentang SPM, koersif akan menurun sebagai akibat pengaruh energi termal yang menyebabkan terjadinya magnetisasi acak. Nilai koersif maksimum dalam rentang SD adalah 0.08 µm (80 nm) dan nilai ini merupakan batas kritis diamater partikel (d 0 ) dalam rentang SD. Analisa karakteristik domain merupakan proses yang sangat penting untuk menghasilkan energi potensial magnetik (BH) max sebagai suatu acuan pertimbangan aplikasi bahan, baik dalam teknologi preparasi bulk, lapisan tipis maupun nanomagnetik. Energi ini adalah produk antara medan magnet induksi B dan medan magnet aplikasi H yang menghasilkan nilai maksimum yang diperoleh melalui pengolahan data hasil pengukuran kurva histeresis loop pada kuadran kedua (kurva demagnetisasi). Gambar 1. Pengaruh diameter ukuran butiran terhadap koersif bahan magnetit dan hematit. SPM adalah Super Para Magnetik, SD adalah single domain, PSD adalah Pseudo Single Domain dan MD adalah Multi Domain (Moskowitz, 1991). Berdasarkan analisa di atas, maka perumusan masalah yang dikaji dalam makalah ini adalah bagaimana pengaruh penambahan aditif dan temperatur sintering terhadap kualitas kristal dan karakteristik energi potensial maksimum (B-H) max pada sampel barium heksaferit (BaFe 12 ).

Pengembangan Bahan Magnetik Barium Heksaferite dari Mineral Yarosit Alam dan Karakterisasinya 158 BAHAN DAN METODE Barium-Ferit dibuat dengan menggunakan campuran bahan Fe 2 dan BaC dengan menggunakan metode metalurgi. Untuk memperkecil biaya produksi Ba Fe 12, maka digunakan bahan mineral Yarosit. Dengan asumsi bahwa kualitas magnet BaFe 12 dapat ditingkatkan melalui penambahan aditif dan proses preparasinya, maka pada penelitian ini dilakukan pembuatan sampel BaFe 12 dengan memperhatikan dua hal, yaitu pertama penambahan bahan aditif dan kedua variasi suhu sintering. Untuk meneliti pengaruh penambahan aditif, sampel dipreparasi dalam dua jenis, yaitu jenis sampel tanpa aditif dengan kode sampel A dan jenis sampel dengan tambahan bahan aditif CuO-TiO 2 pada konsentrasi 3% mol dengan kode sampel B. Penambahan aditif ini diharapkan akan dapat meningkatkan kualitas kristal dan energi potensial magnetik. Selain itu kedua jenis sampel ini juga dipanaskan (disintering) pada variasi suhu 1000 C, 1150 C dan 1300 C. Pada tahap awal dilakukan sintesis serbuk Fe 2 dari bahan mineral Yarosit dengan metoda kopresipitasi. Metode ini meliputi pelarutan mineral Yarosit dengan HCl, penyaringan (menghasilkan Fe(OH) 3, dan kalsinasi (menghasilkan Fe 2 ). Selanjutnya hasil kopresipitasi mineral Yarosit dikarakterisasi dengan Atomic Absorbtion Spectroscopy (AAS) untuk mengetahui kemurnian kandungan Fe 2. Pada tahap kedua adalah mencampur aditif CuO-TiO 2. Pada tahap ketiga adalah pembuatan BaFe 12 dengan mencampurkan Fe 2 hasil pemurnian, BaC, dan (CuO- TiO 2 ) sesuai dengan komposisinya masingmasing. Campuran digerus kemudian dikalsinasi, dikompaksi dengan tekanan 90 kg/ cm 2, disinter pada variasi suhu 1000 C, 1150 C dan 1300 C dan dikarakterisasi dengan XRD, SEM dan PERMAGRAPH. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1 menunjukkan komposisi kandungan senyawa setelah proses kopresipitasi. Tingkat kemurnian Fe 2 setelah proses pemurnian ini mencapai nilai kemurnian 91%. Nilai ini cukup tinggi dibandingkan dengan hasil yang dilakukan sebelumnya yaitu sebesar 55.9% walaupun masih jauh dibawah kemurnian pro analysis (p.a). Namun demikian nilai kemurnian dari kopresipitasi ini menunjukkan bahwa kekayaan alam yang dimiliki Indonesia dapat dimanfaatkan untuk pengembangan material permanen magnet. Tabel 1. Hasil analisis kandungan Kopresipitasi mineral Yarosit. Nama Senyawa (%) Kandungan FeO 1,440 Fe 2 91 TiO 2 0,940 SiO 2 0,100 Al 2 1,290 CaO 0,058 MgO 0,071 K 2 O 1,000 Na 2 O 0,049 Mn 0,068 Pengukuran kerapatan sampel sebelum dan sesudah sintering dilakukan untuk melengkapi analisa keadaan mikrostrukturnya. Hasil pengukuran tersebut ditampilkan pada Tabel 2 (sebelum sampel disintering) dan Tabel 3 (sesudah sampel disintering). Dari Tabel 2 dan Tabel 3 terlihat peningkatan kerapatan terhadap temperatur sintering (sampel A 1ts =3,71 menjadi 3,36 (sampel A 1s ), sampel A 2ts =3,72 menjadi 3,50 (sampel A 2s ), sampel A 3ts =3,70 menjadi 3,64 (sampel A 3s ), sampel B 1ts =B 1S =3,58 tidak terjadi perubahan, sampel B 2ts =3,78 menjadi 3,84 (sampel B 2s ), dan sampel B 3ts =3,70 menjadi 4,13 (sampel B 3s ). Hal ini mengindikasikan secara umum terjadinya pertumbuhan kristal bahan yang baik artinya terbentuk kontak/jarak antar butiran yang semakin kecil dengan berkurangnya pori antar partikel. Namun kerapatan sampel dengan bahan aditif lebih besar dibandingkan dengan tanpa aditif, yang mengindikasikan

Saragi, T., Syakir, N., Noelik, E., dan Gustaman, D. 159 jarak antara molekul penyusunnya semakin dekat sehingga menyebabkan terjadinya reaksi yang semakin baik dan menyebabkan peningkatan ukuran butiran terhadap penambahan suhu sintering, seperti yang ditunjukkan melalui analisis SEM pada Gambar 3. Gambar 2 menunjukkan pola XRD untuk sampel tanpa aditif dan sampel dengan aditif yang disintering pada suhu 1000 C, 1150 C dan 1300 C. Dari pola XRD tersebut tampak bahwa jumlah puncak impurity hasil XRD semakin berkurang terhadap pertambahan temperatur. Ini menandakan peningkatan kualitas kristal sampel BaFe 12 yang semakin baik. Pada pola XRD sampel, B 2s, B 3s tampak ada beberapa tambahan puncak lain yang kemungkinan besar berasal dari aditif (CuO-TiO 2 ), yang dapat mempengaruhi sifat kemagnetan bahan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 6. Hasil XRD sampel B 2s (aditif, suhu sintering 1150 C) dan A 3s (tanpa aditif, suhu sintering 1300 C) memiliki kualitas kristal yang hampir sama. Hal ini mengindikasikan bahwa penambahan aditif dapat menurunkan suhu sintering dengan mempertahankan ukuran butiran yang relatif kecil. Dari 10 puncak maksimum dapat ditentukan parameter kisi a dan c seperti ditunjukkan pada tabel 4. Rentang perbandingan konstanta kisi c / a adalah 3,8804-3,9836 (baik tanpa aditif maupun dengan aditif). Nilai konstanta kisi yang diperoleh hampir mendekati nilai data standard JCPDS= 3,9384. Hal ini mengindikasikan bahwa fase bahan magnet barium heksaferite sudah terbentuk baik tanpa atau dengan penambahan aditif. Berdasarkan uraian di atas, yaitu adanya peningkatan kerapatan terhadap penambahan aditif, penurunan jumlah puncak pengotor (impuritas) serta perubahan nilai konstanta kisi yang sangat kecil (mendekati nilai JCPDS) dapat dikatakan bahwa secara umum penambahan aditif hanya bersifat katalis yang mampu mempercepat pertumbuhan kristal barium heksaferit tanpa mengubah fase dan struktur kristal yang terbentuk. Tabel 2. Parameter fisik pelet sampel sebelum disintering Kode Sampel Aditif (%) BaFe 12 (%) Volume (cm 3 ) Massa (gram) ρ (g/cm 3 ) A 1ts 0,2670 0 9913 3,7127 A 2ts 0 100 0,2822 1,0520 3,7279 A 3ts 0,2687 0,9955 3,7049 B 1ts 0,2742 0,9820 3,5826 B 2ts 3 97 0,2649 1,0018 3,7818 B 3ts 0,2689 0,9938 3,6958 Tabel 3. Parameter fisik pelet sampel sesudah disintering Kode Sampel T S ( 0 C) Volume (cm 3 ) Massa (gram) ρ (g/cm 3 ) A 1s 1000 0,288 0,97 3,36 A 2s 1150 0,291 1,02 3,50 A 3s 1300 0,263 0,96 3,64 1000 0,268 0,96 3,58 B 2s 1150 0,250 0,96 3,84 B 3s 1300 0,232 0,96 4,13

Pengembangan Bahan Magnetik Barium Heksaferite dari Mineral Yarosit Alam dan Karakterisasinya 160 Gambar 2. Pola XRD BaFe 12 untuk (a) sampel A 1s, (b) sampel A 2s, (c) sampel A 3s (d) sampel, (e) sampel B 2s, (f) sampel B 3s. ( adalah puncak BaFe 12, adalah puncak impuritas dari BaC dan Fe 2 yang belum bereaksi sempurna, dan o adalah puncak impuritas yang diperkirakan dari puncak senyawa CuO-TiO 2. Tabel 4. Perbandingan konstanta kisi (Å) tiap sampel terhadap suhu sintering. Kode Sampel a c c a Temperatur sinter A 1s 5,8719 23,3915 3,9836 1000 A 2s 5,8970 23,3207 3,9546 1150 A 3s 5,8778 23,1222 3,9338 1300 5,9177 23,2850 3,9348 1000 B 2s 5,8828 22,8280 3,8804 1150 B 3s 5,8791 23,1777 3,9423 1300 Dari hasil pengukuran SEM seperti terlihat pada Gambar 3 di atas, menunjukkan adanya peningkatan ukuran butiran terhadap suhu sintering baik untuk sampel tanpa aditif maupun dengan aditif, walaupun homogenitas ukuran butiran yang masih rendah. Ukuran kristal yang paling besar diperoleh pada sampel dengan aditif 3% dan suhu sintering 1300 C. Hal ini kemungkinan disebabkan hadirnya fasa cair dari aditif yang terjadi pada temperatur 1175 0 C sebagaimana dilaporkan dalam (Soom, 1997) sehingga dapat mempercepat proses pertumbuhan butiran. Ukuran butiran sampel Barium Heksaferit berdasarkan pengukuran SEM ditabulasikan pada Tabel 5. Secara umum ukuran butiran bertambah terhadap suhu, baik pada sampel tanpa aditif maupun pada sampel dengan penambahan aditif, walaupun pada suhu 1000 C,

Saragi, T., Syakir, N., Noelik, E., dan Gustaman, D. 161 ukuran butiran sampel tanpa aditif lebih besar dibandingkan dengan sampel dengan aditif. Hal ini mengindikasikan bahwa pada sampel dengan aditif yang disintering pada suhu 1000 C memiliki reaksi lebih baik dan ukuran butiran yang relatif homogen dan kecil dibandingkan dengan sampel tanpa aditif. Pada suhu sintering 1150 C dan 1300 C, ukuran butiran sampel tanpa aditif lebih kecil dibandingkan dengan ukuran butiran sampel dengan penambahan aditif. Pada sampel A (tanpa aditif) sampel mencapai batas kritis ukuran butiran (1μm) pada suhu sintering 1300 C, sedangkan pada sampel B (dengan aditif) sampel mencapai batas ukuran butiran pada temperatur sintering 1150 C. Berdasarkan data-data kerapatan, struktur kristal dan ukuran butiran di atas, sampel tanpa aditif memiliki karakterisasi yang lebih baik pada suhu sintering 1300 C, sedangkan sampel dengan aditif memiliki karakterisasi yang lebih baik pada suhu 1150 C. Dengan demikian penambahan aditif dapat menurunkan suhu sintering. Gambar 3. Hasil SEM pada perbesaran 5000X untuk (a) sampel A 1s,(b) sampel, (c) sampel A 2s, (d) sampel B 2s, (e) sampel A 3s dan (f) sampel B 3s. Tabel 5. Ukuran butiran sampel BaFe 12 tanpa dan dengan aditif. Kode Sampel ukuran butiran (µm) A 1S 0,20 0,40 A 2S 0,30 0,60 A 3S 0,80 1,00 B 1S 0,15 0,30 B 2S 0,75 1,75 B 3S 2,00 6,00 Ukuran butiran di atas, tentunya akan mempengaruhi sifat kemagnetan bahan yang dihasilkan. Sifat kemagnetan seperti induksi remanen (B r ) dan koersif (H cb ) sangat dipengaruhi oleh ukuran butiran dan distribusi ukuran butiran (Moskowitz, 1991, Vidyawathi, 2002). Dari hasil pengukuran PERMAGRAPH diperoleh besaran-besaran medan induksi remanen (B r ) dan medan koersif (H cb ) seperti ditunjukkan pada Tabel 6. Pada sampel A diperoleh bahwa sifat kemagnetan atau magnetisasinya bertambah terhadap suhu sintering, sedangkan pada sampel B khususnya pada sampel B 2s dan B 3s sifat kemagnetan berkurang oleh karena kecenderungan momen magnet terorientasi secara acak atau terbentuknya pseudo single domain dan multi domain dengan ukuran butiran melampaui batas kritis partikel single domain BaFe 12. Sifat kemagnetan semakin meningkat jika partikel yang dihasilkan berukuran dibawah batas kritis butiran single domain (1μm) dan akan cenderung menurun jika butiran yang dihasilkan lebih besar dari (1μm) karena akan terbentuk pseudo single domain dan multi domain, yang diikuti dengan menurunnya nilai (H cb ) bahan magnetik sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 4. Karakteristik energi potensial maksimum dari hasil pengukuran dapat dilihat seperti pada Tabel 6. Berdasarkan pengukuran struktur kristal (XRD), morfologi permukaan (SEM) dan permagraph dapat dianalisa bahwa penambahan aditif hanya mempercepat pertumbuhan kristal, menyebabkan ukuran butiran semakin besar, dan mengurangi kualitas energi potensial

Pengembangan Bahan Magnetik Barium Heksaferite dari Mineral Yarosit Alam dan Karakterisasinya 162 1,0 1,0 Medan Remanen, Br (kg) 0,8 0,6 -ο- Br (tanpa aditif) 0,6 - - Br (dengan aditif) -ο- HcB (tanpa aditif) - - HcB (dengan aditif) 0,4 0,4 950 1000 1050 1100 1150 1200 1250 1300 1350 Temperatur (C) 0,8 Medan Koercive, HcB (koe) Gambar 4. Kurva medan magnetik remanen (B r ) dan medan magnetik coercive (H cb ) terhadap temperatur sintering tanpa aditif (o) dan dengan aditif ( ). Tabel 6. Karakteristik magnet dan (BH) max barium heksaferit. Spl B r (kg) (BH) max H max (koe) H cj (koe) H cb (koe) B a (kg) H a (koe) A 1s 0,52 0,04 15450 4,300 0,502 0,42 0,10 A 2s 0,80 0,16 15400 3,950 0,752 0,39 0,40 A 3s 0,96 0,21 15650 3,650 0,892 0,38 0,55 0,47 0,04 15400 3,510 0,451 0,37 0,10 B 2s 0,84 0,16 15700 2,462 0,730 0,46 0,35 B 3s 0,85 0,12 15350 1,623 0,658 0,23 0,50 Keterangan: satuan (BH) max adalah MGOe yang dihasilkan. Nilai (B-H) max terhadap suhu pada kondisi tanpa aditif terlihat hampir linier, namun pada kondisi dengan aditif peningkatan hanya terjadi sampai pada temperatur 1150 0 C dan selanjutnya mengalami penurunan yang sangat tajam pada temperatur 1300 0 C. Penurunan ini sesuai dengan karaketristik sampel mulai dari munculnya puncak tambahan (XRD) sampai pada meningkatnya kerapatan dan ukuran butiran yang semakin besar (SEM). Selain faktor di atas, nilai energi (B-H) max sangat dipengaruhi oleh kualitas bahan Fe 2 hasil kopresipitasi yang hanya memiliki kemurnian 91%. SIMPULAN Telah dihasilkan magnet permanen barium heksaferite dari bahan alam Yarosit melalui teknik pemurnian dengan kemurnian 91%. Sampel tanpa penambahan aditif, kualitas kristal, ukuran butiran dan energi potensial maskimum (B-H) max meningkat terhadap peningkatan suhu sintering. Sedangkan pada sampel dengan penambahan aditif 3% mol, pada suhu sintering 1000 C sampai dengan 1150 C diperoleh peningkatan kerapatan sampel, ukuran butiran dibawah batas kritis partikel single domain (1μm) dan meningkatnya energi potensial maksimum (B-H) max, namun pada suhu sintering 1300 C

Saragi, T., Syakir, N., Noelik, E., dan Gustaman, D. 163 diperoleh kecenderungan penurunan kerapatan dan ukuran butiran yang lebih besar dari 1μm sehingga muncul pseudo single domain dan multi domain yang dapat menurunkan sifat kemagnetan dan energi potensial (B-H) max bahan. Penambahan aditif (CuO TiO 2 ) akan menurunkan suhu sintering. Namun disisi lain penambahan aditif menyebabkan ukuran butiran semakin besar, sehingga mengurangi kualitas energi potensial yang dihasilkan. Untuk meningkatkan kualitas magnetik bahan ini kedepan maka dapat dilakukan beberapa hal yaitu: peningkatan kualitas Fe 2, mengontrol ukuran butiran dengan menghindari munculnya fase cair, dan sintesis nanopartikel Barium Heksaferit dibawah rentang batas kritis domain baik dengan teknik sol-gel, hydrothermal maupun dengan teknik deposisi dalam bentuk lapisan tipis. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) Bandung yang memberikan fasilitas untuk melakukan sintesis dan preparasi bahan magnetik. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Jurusan Fisika Universitas Padjadjaran atas terlaksananya acara seminar nasional energi 2010 (SNE-2010), panitia SNE-2010 yang telah melakukan seleksi paper sehingga makalah ini terpilih sebagai makalah pilihan, serta kepada Bionatura atas kerjasamanya untuk memuat makalah ini. DAFTAR PUSTAKA Adelskold V. 1938. Ark. Kemi. Min. Geol. 12A, 29 in Okamoto, S. Sekizawa, H. and Okamoto, S.I. 1975. Hydrothermal Synthesis, Structure and Magnetic Properties of Barium Diferrite. J. Phys. Chem. Solids, 36: 591-595. Edward, F.P. 2001. Permanen Magnet and Electromechanical Devices. Materials, Analysis, and Application. New York: Academic Press. Gignoux D., & Schlenker M. 2005. Magnetism Vol. 2, Materials and Applications, Boston: Springer. Kazuo, H., Takahashi, S., Itoh, H. & Naka, S. 1988. Synthesis of barium hexaferrite for magnetic recording media using the KCl flux system. Journal of Materials Science, 23(2): 588-592. Kotnala, R.K. 1992. Magneto-Optical Properties of Barium Ferrite Sputtered Films. Bull. Mater. Sci., 15(2): 149-152. Bruce M.M. 1991. Domain Theory, Hitchhiker s Guide to Magnetism for the Environmental Magnetism Workshop. Institute for Rock Magnetism. http://www.irm.umn.edu/hg2m/ hg2m_d/hg2m_d.html. Smith, F.W. 2006. Foundations of Material Science and Engineering. Mc. Graw Hill. New York. Soom, M B.1997. Fundamental Of Ceramics. New York: Mc Graw Hill. Vidyawathi, S.S., Amaresh, R. & Satapathy, L.N. 2002. Effect Boric Acid Sintering Aid On Densification Of Barium Ferrite. Science, 25(6): 569-572. Zihui, W., Song, Y.Y., Sun, Y., Bevivino, J., Wu,W.,Veerakumar, V., Timothy J. Fal, & Camley, R.E. 2010. Millimeter wave phase shifter based on ferromagnetic resonance in a hexagonal barium ferrite thin film. Applied Physics Letters, 97: 0725091-3. Zhou, T., Berre, M.L., Benevent, E., Dehlinger, A.S., Calmon, F., Verney, E., Perrot, S., & Gervy, B.P. 2010. Coplanar waveguides with or without barium ferrite thin film. Microwave Opt Technol Lett., 52: 2007 2010.