BAB I PENDAHULUAN. intervensi militer oleh pasukan koalisi Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Kanada dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

TINJAUAN HUKUM INTERNASIONAL TERHADAP INTERVENSI PIHAK ASING ATAS KONFLIK INTERNAL LIBYA BERDASARKAN RESOLUSI DEWAN KEAMANAN PBB SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,

BAB V KESIMPULAN. dasawarsa terakhir ini dengan dilumpuhkannya beberapa pemimpin-pemimpin dictator

BAB I PENDAHULUAN. Perang sipil Libya Tahun 2011 adalah konflik yang merupakan bagian dari musim semi

I. UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan

Lex et Societatis, Vol. I/No. 4/Agustus/2013

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya perang dunia kedua yang dimenangkan oleh tentara sekutu

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan

Demokratisasi di Mesir (Arab Spring) Ketiga dapat dikatakan benar. Afrika Utara dan Timur Tengah mengalami proses demokrasi

Lampiran. Timeline Konflik Yang Terjadi Di Suriah Kekerasan di kota Deera setelah sekelompok remaja

BAB I PERANAN LIGA ARAB DALAM USAHA MENYELESAIKAN KONFLIK DI SURIAH. Organisasi yang bertujuan untuk menciptakan perdamaian antar negara-negara

Telah menyetujui sebagai berikut: Pasal 1. Untuk tujuan Konvensi ini:

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara sebagai suatu organisasi kekuasaan tertinggi memiliki peran

BAB I PENDAHULUAN yang dikenal dengan nama Revolusi Melati atau Jasmine Revolution 1

KONVENSI INTERNASIONAL TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN MARITIM, 1979 (Hamburg, 27 April 1979)

BAB I PENDAHULUAN. mengikat maka Komisi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Kedudukan

BAB I PENDAHULUAN. Pada tanggal 17 Februari 2008 yang lalu, parlemen Kosovo telah

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Potensi ruang angkasa untuk kehidupan manusia mulai dikembangkan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Konflik bersenjata atau dalam bahasa asing disebut sebagai armed conflict

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA. No.1193, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Visa. Saat Kedatangan. Perubahan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA


DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DUA BELAS FAKTA DAN KEKELIRUAN TENTANG KONVENSI MUNISI TANDAN (Convention on Cluster Munitions)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PROTOKOL OPSIONAL PERTAMA PADA KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK SIPIL DAN POLITIK 1

Pada pokoknya Hukum Internasional menghendaki agar sengketa-sengketa antar negara dapat diselesaikan secara damai he Hague Peace

PENGANGKATAN ANAK SEBAGAI USAHA PERLINDUNGAN HAK ANAK

BAB I PENDAHULUAN. memonitoring aktivitas nuklir negara-negara di dunia, International Atomic. kasus Iran ini kepada Dewan Keamanan PBB.

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita

penting dalam menciptakan hukum internasional sendiri.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB IV KESIMPULAN. Dalam bab ini, penulis akan menuliskan kesimpulan dari bab-bab. sebelumnya yang membahas mengenai kelompok pemberontak ISIS dan

BAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. ini, menjadi salah satu tujuan negara-negara asing untuk merebut. kepentingan nasionalnya di Timur Tengah.

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NO. 83 TAHUN 1998

BAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al-

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan analisis-analisis Penulis yang dipaparkan pada Bab III setelah

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Humaniter Internasional bertujuan untuk memanusiawikan perang agar korban

BAB I PENDAHULUAN. kelompok masyarakat, baik di kota maupun di desa, baik yang masih primitif

K111 DISKRIMINASI DALAM PEKERJAAN DAN JABATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menjamin keselamatan setiap penerbangan udara sipil. 1

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA

KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN DAN PERLAKUAN ATAU PENGHUKUMAN LAIN YANG KEJAM, TIDAK MANUSIAWI DAN MERENDAHKAN MARTABAT MANUSIA

PENEGAKAN HUKUM HUMANITER DALAM KONFLIK BERSENJATA INTERNAL SURIAH

Globalisasi. 1. Pengertian Globalisasi

K87 KEBEBASAN BERSERIKAT DAN PERLINDUNGAN HAK UNTUK BERORGANISASI

PROTOKOL OPSIONAL PADA KONVENSI TENTANG HAK ANAK TENTANG KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG

KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN DAN PERLAKUAN ATAU PENGHUKUMAN LAIN YANG KEJAM, TIDAK MANUSIAWI DAN MERENDAHKAN MARTABAT MANUSIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. baik sengketa dalam negeri maupun luar negeri. Sengketa-sengketa tersebut dapat

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan kesimpulan dari pembahasan di atas mengenai. perlindungan pihak ICRC ditinjau dari Konvensi Jenewa 1949 dan

EKSISTENSI DAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENTARA BAYARAN (MERCENARIES) YANG TERLIBAT KONFLIK BERSENJATA MENURUT HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tak dapat dihindari lagi, disebabkan oleh pergolakan ekonomi dalam

BAB I PENDAHULUAN. negara yang membawa akibat-akibat hukum yang sangat kompleks.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Eksistensi Konvensi Jenewa di Masa Depan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. konflik yang terjadi dalam suatu wilayah negara yang berbentuk konflik

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD

Abstract. Keywords ; Military Attack, NATO, Libya, Civilian

BAB I PENDAHULUAN. luasnya pergaulan internasional atau antar negara adalah adanya praktek

K156 Konvensi Pekerja dengan Tanggung Jawab Keluarga, 1981

BAB I PENDAHULUAN. pelanggaran HAM, karena anak adalah suatu anugerah yang diberikan oleh Allah

PENYELESAIAN KONFLIK HIZBULLAH ISRAEL DI LIBANON OLEH PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA DITINJAU DARI HUKUM INTERNASIONAL

1. PENDAHULUAN. 1 Occupation of Japan : Policy and Progress (New York: Greenwood Prees,1969), hlm 38.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada

KONFERENSI PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA MENGENAI ARBITRASE KOMERSIAL INTERNASIONAL KONVENSI MENGENAI PENGAKUAN DAN PELAKSANAAN PUTUSAN ARBITRASE ASING

K182 PELANGGARAN DAN TINDAKAN SEGERA PENGHAPUSAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK UNTUK ANAK

Semua yang terjadi di Mesir tak lepas dari kepentingan Amerika. Hubungan militer Mesir dan Amerika sangat erat.

BAB I PENDAHULUAN. internasional yang bersifat universal yang memiliki visi dan misi untuk menjaga

PEMANTAPAN MATERI PERAN INDONESIA DALAM ORGANISASI INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. dan kodratnya. Karena itu anak adalah tunas, potensi dan generasi muda penerus

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan dan tujuan diantara negara negara yang ada. Perbedaan perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. diwujudkan dengan adanya pemilihan umum yang telah diselenggarakan pada

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS

BAB I PENDAHULUAN. Juli tahun 2007 Komite Keselamatan Udara Uni Eropa mengeluarkan larangan

I. PENDAHULUAN. Konflik Hizbullah-Israel dimulai dari persoalan keamanan di Libanon dan Israel yang telah

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PROLIFERASI SENJATA NUKLIR DEWI TRIWAHYUNI

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011

BAB 1 PENDAHULUAN. hakikat serta keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa serta

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya dan berbatasan langsung dengan beberapa negara lain. Sudah

BAB I PENDAHULUAN. enforcement system (sistem penegakan langsung) dan indirect enforcement

BAB I PENDAHULUAN. pada hukum internasional tidak ada badan-badan seperti legislatif, eksekutif dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa 1973 yang menghasilkan intervensi militer oleh pasukan koalisi Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Kanada dan Italia terhadap konflik bersenjata di Libya telah membuka kembali permasalahan klasik antara menghormati kedaulatan suatu Negara (State Sovereignity) 1 dan dorongan untuk bertindak guna menjunjung dan melindungi hak asasi manusia. Libya adalah Negara di Timur Tengah yang sudah 42 tahun dipimpin oleh Moammar Khadafi. Situasi dalam negeri yang dinilai tidak banyak membawa perubahan positif bagi rakyat Libya dan disertai dengan adanya efek domino Ben Ali di Tunisia dan Husni Mubarak di Mesir telah memicu gelombang protes besarbesaran dari rakyat Libya menuntut agar Khadafi segera mundur dari jabatannya sebagai Presiden Libya. Gelombang protes yang dilakukan oleh rakyat Libya tidak membuat Khadafi bersedia mundur. Bentrokan fisikpun tidak terhindarkan dengan aparat keamanan. Keadaan semakin parah dengan sikap Khadafi yang merespon para pengunjuk rasa dan pihak oposisi dengan serangan militer yang menewaskan ribuan penduduk sipil. Menurut 2 runtuhnya kekuasaan 1 Bahwa kekuasaan berasal dari Negara, sebab adanya Negara adalah kodrat alam.pada pelaksanaannya penguasalah yang memegang kekuasaan Negara sehinggga dapat menimbulkan pemerintahan yang otoriter seperti pada zaman Mussolini di Italia, Hitler di Jerman, dan sebagainya. Teori ini dikemukakan oleh Jean Bodin dan Georg Jellinek. 2 Reaksi yang terjadi ketika perubahan kecil menyebabkan perubahan lain yang serupa di dekatnya, yang kemudian akan menyebabkan perubahan lain yang serupa, dan begitu juga seterusnya. Sumber dari www.wikipedia.com diakses tanggal 10 November 2011.

Federasi Internasional untuk Hak Asasi Manusia menyatakan bahwa angka kematian bisa mencapai ratusan orang pada Maret 2011 yang berasal dari pihak pengunjuk rasa dan pasukan pemerintah militer. 3 Kondisi inilah yang menyita perhatian publik internasional, terutama Negaranegara maju. Liga Arab 4 mengusulkan agar PBB segera menerbitakn zona larangan terbang di atas Libya bagi pesawat-pesawat tempur tentara Pro Khadafi yang digunakan untuk menyerang para demonstran dan oposisi. Akhirnya pada tanggal 18 Maret 2011, Dewan Keamanan PBB mengeluarkan Resolusi 1973 terkait dengan krisis di Libya. Resolusi tersebut menetapkan zona larangan terbang di atas wilayah Libya dan mengizinkan Negara-negara anggota untuk mengambil semua langkah yang diperlukan dalam melindungi penduduk sipil dari serangan pasukan pro Khadafi. Keluarnya resolusi tersebut tidak lepas dari peran-peran Negara-negara sekutu 5 Amerika Serikat yang sejak awal memiliki keinginan untuk melakukan intervensi militer untuk menyelesaikan krisis di Libya. Sebagian anggota tetap Dewan Keamanan PBB mendukung resolusi yang memperbolehkan intervensi militer terhadap Libya. Kondisi demikian memaksa Negara-negara anggota North Atlantic Treaty Organization 6 mengambil alih intervensi militer dengan dalih untuk menegakkan berlakunya zona larangan terbang yang diberlakukan di atas wilayah udara Libya. 3 Apriadi Tamburaka, Revolusi Timur Tengah, Yogyakarta : Penerbit Narasi. 2011, hal.237 4 Organisasi Internasional yang beranggotakan 22 Negara Arab. Didirikan oleh Mesir, Libanon, Irak, Arab Saudi Syria, dan Yaman pada tanggal 22 Maret 1945. Bertujuan untuk meningkatkan perekonomian, menyelesaikan persengketaan dan kerjasama politik. Sumber www.arableagueonline.org, diakses tanggal 13 November 2011. 5 David Akhmad Ricardo, Khadafi Jagoan Tanah Arab, Jakarta : PT.Buku Kita.2011,hal.23 6 Pakta Pertahanan Atlantik Utara merupakan organisasi internasional yang dibentuk berdasarkan North Atlantic Treaty pada 4 April 1949. Beranggotakan 28 negara yang dimana Negara-negara anggotanya setuju untuk bersama menjaga pertahanan dalam menanggapi serangan oleh pihak ketiga. Sumber dari What is NATO? www.nato.int diakses tanggal 12 November 2011.

Selang beberapa minggu berlangsungnya intervensi militer yang diharapkan bisa menghentikan aktifitas tentara pro Khadafi tersebut, ternyata keberadaan tentara NATO di Libya tidak sedikit mengakibatkan jatuhnya korban jiwa baik pihak militer maupun penduduk sipil Libya. Hal inilah yang kemudian menimbulkan kontroversi mengenai legalitas dari intervensi militer tersebut. Terlepas dari motif politik yang ada, jika dilihat dari perspektif hukum internasional maka ada 2 hal pokok yang mendasari kontradiksi intervensi Negara-negara NATO ke Libya. Pertama, bahwa Hukum internasional menjunjung tinggi prinsip non-intervensi, dalam arti bahwa negara lain atau organisasi internasional manapun pada dasarnya tidak berhak untuk ikut campur dalam urusan dalam negeri suatu Negara. Kedua, intervensi militer yang awalnya didesain dalam rangka melindungi rakyat sipil di Libya dari tentara Pro Khadafi, justru malah mengakibatkan jumlah korban bertambah menjadi ribuan jiwa dan puluhan ribu lainnya terpaksa harus mengungsi. Hal ini telah mengundang protes keras dari dunia internasional khususnya China dan Rusia. 7 Biar bagaimanapun segala tindakan yang mengakibatkan jatuhnya korban yang tidak bersalah tidak bisa dibenarkan. Berdasarkan uraian di atas maka penting dikaji secara hukum hal-hal yang berkaitan dengan intervensi pihak asing dan peran resolusi Dewan Keamanan PBB dalam konflik internal Libya. B. Perumusan Masalah berikut: Ditinjau dari latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai 7 David Akhmad Ricardo, Op.cit, hal.24

1. Bagaimana praktik intervensi Negara dalam perspektif hukum internasional? 2. Bagaimana implementasi dari resolusi Dewan Keamanan PBB 1973 di Libya? 3. Bagaimana keabsahan dari intervensi yang dilakukan oleh pihak asing terhadap Libya ditinjau berdasarkan hukum internasional? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Sesuai dengan judul pokok permasalahan yang akan dibahas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui praktik-praktik intervensi yang sudah pernah dilakukan. 2. Untuk mengetahui peran resolusi Dewan Keamanan PBB dalam mengatasi konflik internal Libya. 3. Untuk mengetahui keabsahan dari intervensi yang dilakukan pihak asing di Libya menurut hukum internasional. Selain tujuan yang dikemukakan diatas, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian dalam pengembangan hukum internasional serta melihat kemampuan dari lembaga intervensi sebagai sarana penyelesaian sengketa internasional dan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai strata satu pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. D. Keaslian Penelitian Adapun judul dari skripsi ini adalah TINJAUAN HUKUM INTERNASIONAL TERHADAP INTERVENSI PIHAK ASING ATAS KONFLIK INTERNAL LIBYA BERDASARKAN RESOLUSI DEWAN KEAMANAN PBB. Pembahasan skripsi ini

dititik beratkan untuk melihat tindakan intervensi yang dilakukan oleh pihak asing terhadap konflik internal Libya menurut hukum internasional serta peranan dari Resolusi Dewan Keamanan PBB. Berdasarkan penelitian dan pemeriksaan terhadap inventarisasi skripsi di Perpustakaan Fakultas Hukum USU yang dilakukan oleh Penulis, ada beberapa skripsi yang membahas mengenai lembaga intervensi, namun dengan redaksi judul yang berbeda dan pendekatan sudut pandang yang berbeda pula, sehingga dengan kata lain judul ini belum pernah ditulis sebelumnya. E. Tinjauan Kepustakaan Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa adalah resolusi PBB yang ditetapkan lewat pemungutan suara oleh lima anggota tetap dan sepuluh anggota tidak tetap dari Dewan Keamanan PBB dengan tanggung jawab utama bagi pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Pasal 27 Piagam PBB 8 menetapkan bahwa konsep resolusi pada non-prosedural jika hal itu diadopsi Sembilan atau lebih dari lima belas anggota Dewan Keamanan untuk memilih resolusi serta jika tidak dipergunakannya hak veto 9 oleh salah satu dari lima anggota tetap. Dewan Keamanan PBB sudah beberapa kali mengeluarkan resolusi untuk Libya. Hingga tahun 2011, Dewan Keamanan PBB telah mengeluarkan resolusi sebanyak sebelas kali untuk Libya. Pertama kali pada tahun 1955, yaitu Resolusi Dewan Keamanan Persatuan Bangsa-Bangsa 109 yang merupakan instruksi dari Majelis Umum PBB untuk 8 Ditanda tangani di San Fransisco pada 26 Juni 1945 dan mulai berlaku 24 Oktober 1945 setelah diratifikasi oleh lima anggota pendirinya, yaitu Republik Cina, Uni Soviet, Inggris, dan Amerika Serikat. 9 Hak untuk membatalkan keputusan, ketetapan, rancangan peraturan dan undang-undang atau resolusi. Dimiliki oleh anggota tetap Dewan Keamanan PBB: Amerika Serikat, Rusia, RRC, Inggris dan Perancis. Sumber dari www. id.shvoong.com diakses tanggal 13 November 2011.

mempertimbangkan keanggotaan Albania, Yordania, Irlandia, Portugal, Hungaria, Italia, Austria, Rumania, Bulgaria, Finlandia, Srilanka, Nepal, Libya, Kamboja, Laos dan Spanyol 10. Terakhir adalah Resolusi Dewan Keamanan PBB 1973 yang dikeluarkan pada tanggal 17 maret 2011 dan menjadi dasar dilakukannya intervensi militer oleh Negara anggota PBB untuk menerapkan zona larangan terbang dan memerintahkan semua tindakan yang diperlukan untuk melindungi warga sipil 11. Presiden Cina, Hu Jintao berpendapat bahwa serangan udara yang dilakukan koalisi terhadap Libya bisa melanggar makna dari Resolusi Dewan Keamanan PBB jika aksi itu sampai menyebabkan korban jiwa dari pihak sipil. Cina dan Rusia sebenarnya keberatan atas sikap Dewan Keamanan PBB dalam menangani krisis di Libya. Namun, kedua Negara anggota tetap Dewan Keamanan PBB itu memilih abstain saat Dewan Keamanan mengesahkan resolusi tersebut 12. Ruang lingkup dari masalah intervensi ini terlihat dari beberapa dokumen/instrument internasional yang berkaitan dengan masalah ini, antara lain: 1. Piagam PBB 2. Konvensi Jenewa 1949 mengenai Perlindungan Korban Konflik Bersenjata Internasional. 3. Deklarasi Hak Asasi manusia Berbagai dokumen/instrument internasional itu juga dapat dilihat sebagai upaya perlindungan hukum ditingkat Internasional. Berbagai dokumen internasional diatas jelas merupakan pedoman tentang intervensi yang dilakukan oleh pihak asing. 10 www.un.org 11 Kompas.com, 24 Maret 2011, PBB Bukan Pemimpin Operasi Militer oleh Wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk Pasukan Penjaga Perdamaian, Alain Le Roy. 12 Liputan vivanews.com, tanggal 31 Maret 2011, Cina:Aksi Koalisi Bisa Langgar Resolusi PBB

Secara konkrit, kepustakaan yang menjadi sumber acuan dan bacaan terdiri dari buku-buku, artikel-artikel, peraturan-peraturan baik berupa piagam, deklarasi dan lainlain, serta berupa kliping-kliping yang dikutip dari media cetak maupun media internet. F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Untuk melengkapi penelitian ini agar lebih terarah dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka dipergunakan metode penelitian hukum normatif. Dikatakan penelitian hukum normatif karena penelitian ini dilakukan dan ditujukan pada peraturan Perundang-undangan dan bahan-bahan hukum yang lain. 13 Penelitian hukum yuridis normatif ini terdiri dari penelitian terhadap asas-asas hukum, sistematika hukum, taraf sinkronisasi hukum, sejarah hukum dan perbandingan hukum. 14 Penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif karena hendak meneliti norma-norma hukum yang berlaku yang terdapat dalam perjanjian internasional yang mengatur mengenai intervensi. 2. Sifat Penelitian Jika dilihat dari segi sifatnya, penelitian ini adalah bersifat deskriptif yang menggambarkan masalah dengan cara menjabarkan fakta secara sistematis, faktual dan akurat 15. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan baik yang ada, pendapat 13 Bambang Waluyo, Penelitian Hukum dalam Praktek, Jakarta:Sinar Grafika. 1996,hal.13 14 Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, Jakarta:PT.Rajawali Pers.2001,hal.36 15 Ibid hal.41

yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi, atau tentang kecenderungan yang tengah berlangsung. Penelitian deskriptif juga dirancang untuk memperoleh informasi tentang status suatu gejala saat penelitian dilakukan dan penelitian deskriptif tidak ada perlakuan yang diberikan atau dikendalikan serta tidak ada uji hipotesis sebagaimana yang terdapat dalam penelitian eksperimen. 3. Teknik Pengumpulan Data Sehubungan dengan jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian yang digunakan adalah penelitian yuridis normatif dan mempergunakan data sekunder, maka penelitian ini mengacu kepada Penelitian Kepustakaan ( Library Research), yaitu mempelajari serta mengumpulkan data yang diperoleh dari buku-buku yang menulis tentang intervensi baik karangan dalam negeri maupun karangan luar negeri dan peraturan-peraturan yang mengaturnya secara internasional seperti Piagam PBB. Teknik penelitian pengumpulan data tertulis serta sumber-sumber bacaan misalnya melalui penelusuran ke perpustakaan, antara lain berupa peraturan-peraturan hukum yang berlaku dan buku-buku yang berhubungan dengan penelitian ini. Selain itu penelitian ini juga merujuk dari bahan-bahan atau artikel yang diperoleh melalui situssitus internet. 4. Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa data sekunder yang terdiri atas:

a. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat yang merupakan landasan utama yang digunakan dalam penelitian ini berupa deklarasi, Piagam PBB, dan perjanjian-perjanjian internasional b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang menunjang, yang memberi penjelasan mengenai bahan hukum primer seperti buku-buku dan pendapat para ahli hukum. c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang memberi penjelasan dari bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, berupa Kamus Hukum, dan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBRI). 5. Analisis Data Data sekunder dan data tersier, terhadap data tersebut selanjutnya dilakukan pengolahan data yakni kegiatan untuk mengadakan sistematisasi terhadap bahan-bahan hukum tertulis yang selanjutnya akan dianalisis secara kualitatif. G. Sistematika Penulisan Skripsi ini diuraikan dalam 5 bab, dimana setiap bab terbagi lagi atas tiap sub-sub bab, agar mempermudah pemaparan materi dan skripsi ini yang digambarkan sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Didalam bab ini terdapat latar belakang penulisan, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan pustaka, metode pengumpulan data serta sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI INTERVENSI

Didalam bab ini dibahas mengenai intervensi sebagai bagian dari hokum internasional, intervensi yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan, sebab-sebab suatu Negara melakukan intervensi, dan beberapa praktik intervensi Negara dalam perspektif hukum internasional. BAB III PERANAN PBB DALAM MENGATASI KONFLIK INTERNAL SUATU NEGARA Didalam bab ini dibahas mengenai kekuasaan yang dimiliki dewan keamanan PBB dalam menjaga perdamaian dan keamanan internasional, kewenangan dewan keamanan PBB dalam memutuskan suatu resolusi, resolusi dewan keamanan PBB dan implementasi dari resolusi dewan keamanan PBB 1973. BAB IV TINJAUAN MENGENAI INTERVENSI PIHAK ASING ATAS KONFLIK INTERNAL LIBYA BERDASARKAN RESOLUSI DEWAN KEAMANAN PBB Didalam bab ini dibahas mengenai latar belakang terjadinya konflik di Libya, pelaksanaan intervensi pihak asing di Libya, akibat dari adanya intervensi di Libya dan keabsahan intervensi pihak asing di Libya menurut hukum internasional. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Merupakan rangkaian dari bab-bab yang memuat kesimpulan yang dibuat berdasarkan uraian dari penelitian ini, dan dilengkapi dengan saran-saran.