Bab III PERENCANAAN PEMANENAN HASIL HUTAN

dokumen-dokumen yang mirip
Bab II SISTEM PEMANENAN HASIL HUTAN

Bab IX ORGANISASI PEMANENAN KAYU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. rangkaian kegiatan yang dimaksudkan untuk mempersiapkan dan memudahkan

TEKNIK PENYARADAN KAYU

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Tanaman Industri Hutan Tanaman Industri adalah hutan yang dibangun dalam rangka meningkatkan potensi dan kualitas

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

: 1. Prof. Dr. Ir. Iswara Gautama, MP 2. Prof. Dr. Ir. Muh. Dassir, MSi 3. Dr. Ir. A. Mujetahid, MP 4. Nurdin, S.Hut.,M.Hut.

Pengertian, Konsep & Tahapan

BAB I PENDAHULUAN. (renewable resources), namun apabila dimanfaatkan secara berlebihan dan terusmenerus

TINJAUAN PUSTAKA. bermanfaat bagi kehidupan ekonomi dan kebudayaan masyarakat. Selain itu,

PERENCANAAN PEMANENAN KAYU

TINJAUAN PUSTAKA. kayu dari pohon-pohon berdiameter sama atau lebih besar dari limit yang telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. merupakan serangkaian kegiatan yang dimaksudkan untuk memindahkan kayu. kayu dibedakan atas 4 (empat) komponen yaitu:

MUHDI, S. Hut., M.Si Fakultas Pertanian Program Ilmu Kehutanan Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. dengan tepat. Sumber daya hutan dapat menghasilkan hasil hutan yang merupakan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS BIAYA DAN PRODUKTIVITAS PRODUKSI KAYU PADA HUTAN TANAMAN INDUSTRI (Studi Kasus : PT. Sumatera Riang Lestari-Blok I, Sei Kebaro, Kab.

PENDAHULUAN. Salah satu kegiatan yang termasuk dalam kegiatan pemanenan hasil hutan

PEMBELAJARAN PENERAPAN RIL-C DI PERUSAHAAN (PENERAPAN PRAKTEK PENGELOLAAN RENDAH EMISI DI HUTAN PRODUKSI DI AREAL PT. NARKATA RIMBA DAN PT.

STANDAR OPERATIONAL PROSEDUR (SOP) PT. ARFAK INDRA

STUDI PRODUKTIVITAS PENYARADAN KAYU DENGAN MENGGUNAKAN TRAKTOR KOMATSU D70 LE DI HUTAN ALAM


BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

PERANCANGAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR DAN BIAYA STANDAR UNTUK MELIHAT PENCAPAIAN TARGET RENCANA KERJA TAHUNAN HAK PENGUSAHAAN HUTAN DI PT

BAB I PENDAHULUAN. tinggi sehingga rentan terhadap terjadinya erosi tanah, terlebih pada areal-areal

Bab VII PENGANGKUTAN HASIL HUTAN

IDENTIFIKASI DAN PENGUKURAN POTENSI LIMBAH PEMANENAN KAYU (STUDI KASUS DI PT. AUSTRAL BYNA, PROPINSI KALIMANTAN TENGAH)

Bab IV PENEBANGAN POHON

TEKNIK PENGANGKUTAN KAYU DI HUTAN RAWA GAMBUT (Studi Kasus di Areal HPH PT Kurnia Musi Plywood Industrial Co. Ltd, Prop.

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi Penelitian 3.2 Objek dan Alat Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Hutan alam yang ada di Indonesia banyak diandalkan sebagai hutan produksi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

B. BIDANG PEMANFAATAN

PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM SILVIKULTUR TEBANG RUMPANG (TR)

Ciri Limbah Pemanenan Kayu di Hutan Rawa Gambut Tropika. (Characteristics of Logging Waste in Tropical Peat Swamp Forest)

KETENTUAN MENGENAI PELAKSANAAN PENGUSAHAAN HUTAN PT. DAYA SAKTI TIMBER CORPORATION

BAB I PENDAHULUAN. pengolahan hasil hingga pemasaran hasil hutan. Pengelolaan menuju

BAB I PENDAHULUAN. potensi kayu dan prasarana pemanenan kayu dari hutan tergolong memadai

EFISIENSI KEBUTUHAN PERALATAN PEMANENAN DI HUTAN TANAMAN INDUSTRI, DI KALIMANTAN BARAT

BAB VII KEBAKARAN HUTAN

POTENSI LIMBAH DAN TINGKAT EFEKTIVITAS PENEBANGAN POHON DI HUTAN DATARAN RENDAH TANAH KERING META FADINA PUTRI

PEMBUKAAN WILAYAH HUTAN

PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM SILVIKULTUR TEBANG PILIH TANAM JALUR (TPTJ)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Djoko Setyo Martono. 1) 1) Dosen Fakultas Pertanian Universitas Merdeka Madiun.

PERANCANGAN JALAN SAARAD UNTUK MEMINIMALKAN KERUSAKAN LINGKUNGAN MUHDI. Program Ilmu Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

seluas Ha yang seluruhnya terletak di kelompok B. KONFIGURASI LAPANGAN, TANAH DAN IKLIM Kiani Lestari di kelompok Hutan Jele-Beliwit

BAB III METODE PENELITIAN

PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM SILVIKULTUR TEBANG PILIH TANAM INDONESIA (TPTI)

Pengantar Umum PEDOMAN PELAPORAN KEUANGAN IUPHHK-RE Berdasarkan P.32/Menhut-II/2014

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang berkaitan

PENILAIAN MESIN DAN PERALATAN PART - 1

LAPORAN PERHITUNGAN RD, RS, PERSEN PWH, JARAK SARAD RATA RATA DI PETA BERDASARKAN METODE SACHS (1968)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI TENTANG LAMA WAKTU PERAKITAN LOG PADA KANAL UTAMA DI PT. SYLVIA ERY TIMBER KABUPATEN NUNUKAN. Oleh IRWANSYAH NIM.

Yosep Ruslim 1 dan Gunawan 2

KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN TEKNIK PRODUKSI HASIL HUTAN. Standar Kompetensi Guru (SKG) Kompetensi Guru Mata Pelajaran (KD)

I. PENGERTIAN DAN KONSEP PEMANENAN KAYU

Bab V PENYARADAN. Universitas Gadjah Mada

a. Biaya tetap Perhitungan biaya tetap menggunakan rumus-rumus menurut FAO (1992) dalam Mujetahid (2009) berikut: M R Biaya penyusutan: D = N x t

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEHUTANAN. Silvilkultur. Hasil Hutan Kayu. Pemanfaatan. Pengendalian. Areal.

terutama pepohonan atau tumbuhan berkayu lainnya yang menempati suatu daerah yang luas. Hutan menyimpan sumberdaya yang sangat banyak selain sebagai

GUBERNUR PAPUA. 4. Undang-Undang.../2

BAB I PENDAHULUAN. hasil kayu merupakan kegiatan yang paling berat. Kegiatan pemanenan hasil

KETERBUKAAN AREAL HUTAN AKIBAT KEGIATAN PEMANENAN KAYU DI PULAU SIBERUT KEPULAUAN MENTAWAI SUMATERA BARAT ADYTIA MACHDAM PAMUNGKAS

DAMPAK PEMANENAN KAYU TERHADAP TERJADINYA KETERBUKAAN LANTAI HUTAN MUHDI. Program Ilmu Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Analisis Potensi Limbah Penebangan dan Pemanfaatannya pada Hutan Jati Rakyat di Kabupaten Bone

Oleh/By : Marolop Sinaga ABSTRACT

BAB III METODE PENELITIAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.54/MENHUT-II/2007 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis tinggi. Menurut Bermejo et al. (2004) kayu jati merupakan salah satu

tertuang dalam Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian Kehutanan Tahun , implementasi kebijakan prioritas pembangunan yang

GUBERNUR PAPUA KEPUTUSAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 91 TAHUN 2011 TENTANG

G U B E R N U R J A M B I

KISI KISI SOAL UKG 2015 PAKET KEAHLIAN TEKNIK PRODUKSI HASIL HUTAN

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA, TRANSMIGRASI DAN KOPERASI REPUBLIK INDONESIA No : PER.01/MEN/1978

LIMBAH PEMANENAN DAN FAKTOR EKSPLOITASI PADA PENGUSAHAAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI (Studi Kasus di HPHTI PT. Musi Hutan Persada, Sumatera Selatan)

0\eh/By: Maman Mansyur Idris & Sona Suhartana

PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : PENGELUARAN KAYU DENGAN SISTEM KABEL LAYANG DI HUTAN RAKYAT. Oleh: Dulsalam 1) ABSTRAK

GUBERNUR PAPUA KEPUTUSAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 175 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA DAN PROSEDUR PEMBERIAN IZIN PEMASUKAN DAN PENGGUNAAN PERALATAN

LIMBAH PEMANENAN DAN FAKTOR EKSPLOITASI PADA PENGUSAHAAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI (Studi Kasus di HPHTI PT. Musi Hutan Persada, Sumatera Selatan)

FORMAT PENYUSUNAN USULAN RENCANA KERJA TAHUNAN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU PADA HUTAN TANAMAN INDUSTRI (RKTUPHHK-HTI)

PRODUKTIVITAS PENEBANGAN PADA HUTAN JATI (Tectona Grandis) RAKYAT DI KABUPATEN BONE

UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG KEHUTANAN [LN 1999/167, TLN 3888]

SINTESIS RPI 20 KETEKNIKAN DAN PEMANENAN HASIL HUTAN

FORMAT PENYUSUNAN USULAN BAGAN KERJA USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU PADA HUTAN TANAMAN INDUSTRI (BKUPHHK-HTI)

PERENCANAAN PRODUKSI HUTAN ALAM YANG LESTARI MUHDI. Program Ilmu Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN

PRODUKTIVITAS ALAT BERAT DAN EFISIENSI WAKTU KERJA KEGIATAN PEMANENAN KAYU DI IUPHHK HA DI PAPUA BARAT WIDA NINGRUM

BAB IX ANGGARAN PENDAPATAN PERUSAHAAN HUTAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

E ROUP PUROBli\1 .IURUSAN TEKNOLOGI BASIL HUTAN E C\KULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR. Oleh :

LAPORAN PERHITUNGAN FAKTOR KOREKSI VCORR DAN TCORR

PRODUKTIVITAS DAN BIAYA PERALATAN PEMANENAN HUTAN TANAMAN: STUDI KASUS DI PT MUSI HUTAN PERSADA, SUMATERA SELATAN

Transkripsi:

Bab III PERENCANAAN PEMANENAN HASIL HUTAN Sebelum kegiatan pemanenan kayu dapat dilaksanakan dihutan secara aktual, maka sebelumnya harus disusun perencanaan pemanenan kayu terlebih dahulu. Perencanaan pemanenan kayu itu penting karena untuk bisa memanen kayu harus dikumpulkan beberapa informasi mengenai hutan yang akan dipanen, besar kecilnya perusahaan (kegiatan yang akan dilaksanakan), faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kelancaran pemanenan kayu, dan akhirnya dapat disusun dan ditetapkan metode dan peralatan _yang digunakan untuk dapat mencapai target yang telah direncanakan. Hutan dapat tumbuh dalam berbagai kondisi iklim dan topografi, maka untuk melaksanakan pemanenannya harus disesuaikan dengan kondisi hutan yang dihadapi ( spesies, ukuran baik diameter maupun tinggi, persebarannya dan lain sebagainya). Disamping itu perlu juga diperhatikan letak lokasi areal yang akan dipanen terhadap jalan angkutan (bisa berupa sungai, jalan truk, dan jalan rel), dan jugs konsentrasi penduduk dan pasar. Informasi yang harus dikumpulkan Informasi ini terutama adalah dari areal hutan yang akan dipanen. Semakin banyak informasi yang dapat dikumpulkan, maka akan semakin sempurna rencana yang akan dibuat. Untuk memperoleh informasi ini, salah satunya adalah dengan mengadakan cruising (penjelajahan). Hasil cruising biasanya diujudkan dalam dua bentuk, yakni tabel dan peta, dimana kedua-duanya harus dapat memberikan informasi mengenai kondisi topografi, lokasi, persebaran pohon dan jenis, serta potensi yang ada. Data Lapangan lnformasi yang harus dikumpulkan dari lapangan meliputi : Lokasi dan aksesibilitas. Lokasi harus dijelaskan dalam peta, berapa derajat terhadap garis bujur (timur dan barat) dan juga terhadap garis lintang (utara atau selatan). Disamping itu harus juga dijelaskan dilapangan dengan menetapkan batas-batasnya (sebelah barat, timur, utara dan selatan). Setelah diketahui secara pasti lokasinya, maka kemudian dapat dilihat bagaimana aksesibilitasnya, terhadap jalan, sungai, desa, pabrik, pasar dan tempattempat penting lainnya. Semua informasi ini sangat besar manfaatnya dalam

memperkirakan beaya pemanenannya khususnya yang menyangkut beaya pengangkutannya. Persebaran pohon dan topografi. mengetahui dengan pasti hal ini, maka pada saat melakukan cruising harus dibuat Pula "peta pohon" dan peta topografi secara sederhana. Jadi dengan melihat peta pohon dan kondisi topografi, dengan tidak usah masuk kehutan kita sudah dapat memperkirakan besarnya potensi pohon, lokasi setiap pohon (terutama yang akan ditebang), dan jalur angkutannya (terutama angkutan jarak dekat). Tipe kegiatan yang dapat dilaksanakan Karena adanya perbedaan kondisi baik hutannya maupun topografinya, maka tipe kegiatan yang dilaksanakan akan berbeda-beda sesuai dengan kondisi yang dijumpai. Yang harus mendapatkan perhatian yang cukupn adalah masalah pengangkutannya (baik jarak dekat maupun jarak jauh), karena kayu itu merupakan benda yang berat dan memakan tempat, sehingga bila dapat menekan beaya pengangkutannya berarti dapat menekan juga beaya pemanenan secara keseluruhannya. Adapun secara lengkap jenis kegiatan dalam pemanenan meliputi : (1). Selection of trees for removal. Sebelum dapat dilakukan penebangan dihutan clam yang berdasarkan "tebang pilih". maka jenis pohon, ukuran pohon yang akan ditebang harus ditetapkan lebih dahulu. Dalam hal tebang habis, maka pemilihan pohon yang akan ditebang tidak diberlakukan. (2). Cutting.. Kegiatan ini terdiri atas : "felling" (penebangan), "limbing (pembersihan dahan dan ranting), "bucking" (pembagian batang), dan "topping( pemotongan bagman pucuk pohon. Cuting dapat dilaksanakan dengan berbagai alat. misalnya dengan kampak, gergaji tangan (baik manual maupun chain saw) dan juga dengan gergaji mesin (power saw). (3). Bunching. Kegiatan ini berupa pengumpulan beberapa batang menjadi satu tumpukan, yang ukurannya sama dengan satu kali muatan traktor sarad (baik dengan Bulldozer maupun dengan Forwarder). Tujuannya adalah efisiensi baik waktu maupun beaya. Bunching sering disebut penyaradan pendahuluan (praskidding). (4).Skidding. Kegiatan ini adalah menarik atau membawa kayu dalam jarakpendek, yaitu dari tunggak sampai ketempat pengumpulan (landing) yang lokasinya masih didalam hutan. Ada beberapa sistem penyaradan antara lain : ground skidding

(penyaradan diatas tanah), cable yarding (penyaradan dengan kabel), dan Forwarding (penyaradan dengan Forwarder). Pemilihan sistem mans yang digunakan bergantung kepada banyak hal, antara lain topografi, keadaan kayu, dan beaya yang disediakan. (5) Loading. Kegiatan ini adalah pemuatan kayu keatas kendaraan pengangkut (truk, kereta api, dan kapal). Sistem pemuatan dapat dilakukan baik oleh manusia, maupun dengan mesin, bahkan ada juga yang berdasarkan gaya gravitasi. Untuk di Jawa biasanya pemuatan dilakukan dengan tenaga manusia, karena kayunya kecilkecil, dan untuk kegiatan pemuatan diluar Jawa digunakan traktor pemuat (pay loader). (6). Transportation. Kegiatan ini adalah mengangkut kayu dari tempat pengumpulan dihutan (TPn) sampai ketempat terakhir, yang mungkin tempat penimbunan kayu (TPK), halaman pabrik pengolahan, dan mungkin ketempat penjualan kayu. Transportasi kayu dapat dilakukan melalui daratan (truk dan rel), lewat air sungai dan Taut (rakit dan kapal), dan dapat juga lewat udara (dengan balon dan helicopter). Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pemanenan hasil hutan Faktor ini sifatnya bisa berasal dari dalam maupun dari luar. Faktor dalam misalnya ukuran kayu, fasilitas yang beda, dan lain-lain. Faktor dari luar misalnya buruh tenaga kerja, peraturan-peraturan, dan lain-lain. Beberapa fak - tor yang harus dipertimbangkan adalah : (1). Ukuran hasil. Yang harus diperhatikan adalah pengaruh ukuran hasil terhadap metode dan slat transpornya. Bila kecil-kecil maka dapat digunakan truk ukuran kecil. Akan tetapi bila kayunya bedrukuran besar dan panjang maka pengangkutannya harus dengan logging truck and trailer. (2). Lama beroperasi. Waktu bisa dalam waktu harian dan dapat pula waktu bulanan atau tahunan. Bila perusahaan hanya beroperasi dalam waktu beberapa tahun saja, maka disarankan untuk membangun sarana yang tidak permanen, karena bangunan permanen memerlukan investasi tinggi. Bangunan permanen lebih cocok untuk perusahaan yang jangka operasinya sepanjang masa. Juga peralatan angkutan, misalnya untuk jangka panjang (jauh) dibenarkan menggunaka kereta api, tetapi untuk jangka pendek lebih tepat menggunakan truk saja. (3). Volume yang akan dipanen persatuan lugs (dalam satuan ha). Bila yolume kayunya tinggi dalam setiap ha, maka dapat digunakan rel untuk pengangkutannya: dan sebaliknya untuk yang rendah volumenya sebaiknya digunakan truk saja.

(4). Tenaga kerja. Lokasi pemanenan hutan biasanya terletak ditempat yang jauh, dengan demikian maka para buruh harus dibuatkan perumahan. Buruh yang diperlukan untuk pemanenan kecuali berbadan sehat, tegap juga harus mempunyai ketrampilan menggunakan mesin, walaupun secara sederhana. Perumahan untuk buruh, bisa bermacam-macam tipe bangunannya, misalnya satuan individu, panel portabel, portable unit, trailer berban pompa, camp terapung dan sebagainya. (5). Produksi persatuan waktu. Bila setiap harinya dibutuhkan bahan baku yang sangat tinggi (banyak), maka diperhitungkan produksinya perhari satuannya. Pengangkutannya dengan demikian disarankan dengan lokomotif. Tetapi bila bahan baku yang diperlukan tidak terlalun tinggi, maka produksinya dapat diperhitungkan dengan satuan tahunan. Pengangkutannya dapat dengan truk. (6). Fasilitas yang telah ada. Ada perusahaan yang mulainya tidak dad awe al. misalnya melanjutkan dari perusahaan lain. Dalam hal ini maka metode dan peralatan yang akan digunakan harus memperhitungkan fasilitas yang telah ada. Apakah beaya operasinya sudah besar sekali, apa belum. Dibandingkan dengan bila membeli alat baru, yang harus mengeluarkan investasi dan harus menghitung beaya penyusutannya. Semua ini dihitung berdasarkan produktivitasnya dan beaya pengoperasiannya, Bila alat lama memang sudah tidak efisien lagi, sebaiknya beli alat baru. (7). Peraturan yang ada. Misalnya pengangkutannya akan direncanakan lewat sungai karena ada sungai yang mencukupi untuk keperluan itu. Akan tetapi oleh pemerintah daerah sungai itu tidak boleh dipakai untuk pengangkutan kayu, karena mungkin untuk diambil airnya untuk air minum atau untuk pembangkit tenaga listrik. Maka hal ini harus diperhatikan. (8). Kebijaksanaan pemilik hutan. Hutan Indinesia semuanya milik negara, hanya pengusahaannya dapat dilimpahkan kepada para pemegang HPH. Dengan demikian halhal yang menyangkut kebijaksanaan tentang hutan berada sepenuhnya dibawah pemerintah. Hutan dimanfaatkan tidak hanya kayunya, tetapi juga untuk pariwisata, pengatur tanah air, penggembalaan, perlindungan flora dan fauna dan masih banyak lagi manfaat yang lain. Maka dalam memanennya manfaat yang banyk itu harus juga mendapatkan perhatian, jangan hanya terfokus pada kayu saja. (9). Pemuliaan tegakan. Diharapkan pada tebang pilih, hasil tebangan pada siklus berikutnya akan lebih tinggi atau paling tidak sama, tidak menurun hasilnya. Hal ini dapat diupayakan dengan cara pemuliaan tegakan, yakni dengan cara mematikan jenis yang dianggap tidak komersial.

Perencanaan peralatan pemanenan Tujuan merencanakan kebutuhan peralatan dalam kegiatan pemanenan kayu adalah untuk dapat mencapai produktivitas yang optimal, yakni dengan cara membuat keseimbangan antar fase (tahap kegiatan) Bila setiap tahap dapat berproduksi secara optimal, maka dapat disebut kegiatannya ekonomis dan efisien. Prinsip keseimbangan antar fase (tahap) adalah adanya aliran kegiatan yang tidak terputus. Untuk itu diperlukan kerja sama yang baik antara manusia sebagai operatornya dan alat sebagai mesinnya. Berdasarkan pengalaman para pelaku pembalakan besar, maka pilihan perlengkapan yang utama (pertama kali) yang harus diperhatikan adalah alat angkutan. Baru setelah itu diperhitungkan terhadap kapasitas dan produktivitas alat angkutannya tersebut. Contoh perhitungan peralatan pemanenan : -Target tebangan per tahun (AAC) = 50.000 m3 -Dalam satu tahun hanya dapat bekerja selama 9 bulan -Dalam satu bulan dapat bekerja selama 20 hari -Produktivitas truk = 75 m3 per hari -Produktivitas pemuatan = 100 m3 per hari -Produktivitas penyaradan = 60 m3 per hari -Produktivitas penebangan = 55 m3 per hari Berapakah jumlah peralatan disetiap tahap, agar dicapai keseimbangan produksi. Hitungan secara kasar : Kebutuhan alat angkutan truk : Produktivitas truk dalam satu tahun = 75 x 20 x 9 = 13.500 m3. Jadi kebutuhannya = 50.00: 13.500 = 3 buah Produktivitas loader per tahun = 18.000 m3, jadi kebutuhan loader = 2 buah Produktivitas traktor sarad = 10.800 m3, jadi kebutuhan traktor sarad = 5 buah. Produktivitas chainsaw dalam satu tahun = 9.900 m3, jadi kebutuhannya = 5 buah. Jadi agar tercipta keseimbangan dalam setiap tahap, untuk pelaksanaan pemanenan dengan AAC sebesar 50.000 m3, maka diperlukan peralatan : chainsaw 5 buah, traktor sarad 5 buah, loader 2 buah, dan truk 3 buah