Gubahan Bentuk Taman dan Bentuk Ruang Taman Kiriman; Drs. I Gede Mugi Raharja, M.Sn., Dosen PS. Desain Interior ISI Denpasar.

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI BENTUK DAN RUANG DESAIN PERTAMANAN TRADISIONAL PENINGGALAN KERAJAAN-KERAJAAN DI BALI

Sangamandala Oleh: I Made Pande Artadi, S. Sn., M. Sn

VERNAKULAR-TA.428-SEMESTER GENAP-2007/2008 JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR-S1 FPTK-UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRACT...

BAB 3 KAJIAN TIPOMORFOLOGI ARSITEKTUR PERCANDIAN BATUJAYA

87 Universitas Indonesia

CAGAR BUDAYA. Kab. Boyolali, Provinsi Jawa Tengah. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Memaknai Ulun Danu dalam Kebudayaan Bali

Konservasi Puri Smarapura di Klungkung, Bali

TAMAN REKREASI SERULINGMAS DI BANJARNEGARA Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular

ARTIKEL SKRIPSI KARYA SENI HARMONI TIRTA EMPUL PROGRAM STUDI S-1 SENI KARAWITAN JURUSAN SENI KARAWITAN

110 Tahun Puputan Badung: Merangkai Dokumen Arsitektur Puri Denpasar

BAB I PENDAHULUAN. tujuan, manfaat, dan keaslian penelitian yang dilakukan.

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa

AKULTURASI BUDAYA PADA MASYARAKAT MUSLIM DESA PEGAYAMAN BULELENG BALI. L. Edhi Prasetya

Istana Presiden Tampaksiring Bali Rancangan Arsitektur Bercorak Nasional

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. penggambaran proses budaya masa lalu (Binford, 1972: 78-79). 1 Universitas Indonesia

PEMANFAATAN POTENSI WARISAN BUDAYA PURA MEDUWE KARANG DI DESA KUBUTAMBAHAN KABUPATEN BULELENG SEBAGAI TEMPAT TUJUAN PARIWISATA

Lampiran 1. Peta Provinsi Banten Dewasa ini. Peta Provinsi Banten

MASTER PLAN PENATAAN DAN PENGEMBANGAN PURA DALEM BIAS MUNTIG DI DESA PAKRAMAN NYUH KUKUH, DUSUN PED, DESA PED, KECAMATAN NUSA PENIDA, KLUNGKUNG

MASTER PLAN PENATAAN DAN PENGEMBANGAN PURA DALEM BIAS MUNTIG DI DESA PAKRAMAN NYUH KUKUH, DUSUN PED, DESA PED, KECAMATAN NUSA PENIDA, KLUNGKUNG

sampai sasaran keempat. Berikut ini merupakan kesimpulan dari konsep Konservasi; 1. Konsep pada kondisi tetap: Konsep Preservasi jaringan jalan (pola

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS SITE LAHAN/TAPAK RELATIF DATAR

METAMORFOSA HUNIAN MASYARAKAT BALI

disamping didasarkan pada aspek kebudayaan juga dipertimbangkan dari sifat bahan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi daerah yang ada untuk mewujudkan pembangunan dan pertumbuhan wilayah

Faktor-faktor yang Melatarbelakangi Perwujudan Tata Spasial Kota Peninggalan Kerajaan Karangasem di Bali

BAB I PENDAHULUAN. lisan dikatakan sebagai sastra yang dikatakan dari mulut ke mulut. Ciri yang

PAKET LOMBOK 4D/3N OPTION 1 D1:

Desain Mode Busana: Analogi Taman Ujung Karangasem. Oleh

BAB 5 PENUTUP PURA MAOSPAIT DI MASA LALU DAN MASA KINI

pada bangunan yang berkembang pada masa Mesir kuno, Yunani dan awal abad

PAKET LOMBOK 2D1N OPTION 1 D1:

PETIRTHAAN KUNO DI BANJAR BUNYUH, DESA PEREAN Ancient Petirthaan in Banjar Bunyuh, Perean Village

Tetapi pemandangan sekitar yang indah dan udara yang begitu sejuk membuat para wisatawan tak jemu dengan perjalanan yang cukup menguras tenaga.

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB VI HASIL RANCANGAN

EKSISTENSI PURA TELEDU NGINYAH PADA ERA POSMODERN DI DESA GUMBRIH KECAMATAN PEKUTATAN KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

Lalu Mulyadi dan Agung Murti Nugroho, Karakter Fisik Kota Cakranegara

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 41 TAHUN 2010 TENTANG STANDARISASI PENGELOLAAN DAYA TARIK WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V ARAHAN PELESTARIAN PERMUKIMAN TRADISIONAL BALI AGA DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. dunia, hal ini disebabkakan oleh kehidupan dan kebudayaan masyarakat Bali yang

SEKOLAH TINGGI SENI TEATER JAKARTA

PENGEMBANGAN KAWASAN TAMAN WISATA CANDI PENATARAN DI BLITAR JAWA TIMUR

ornamen yang disakralkan. Kesakralan ornamen ini berkaitan dengan lubang pintu kori agung yang difungsikan sebagai jalur sirkulasi yang sifatnya sakra

21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB - E)

ARTIKEL Identifikasi Potensi Taman Soekasada Ujung, di Desa Tumbu, Kabupaten Karangasem, Bali sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal di SMA

Oleh: Hendra Santosa, Dosen PS Seni Karawitan ISI Denpasar. Menurut berita-berita Cina, pulau Bali dikenal dengan nama P oli.

BAB I PENDAHULUAN. membentang luas lautan yang merupakan pesisir utara pulau Jawa. Kabupaten

REKONTEKSTUALISASI KEUNGGULAN LOKAL TAMAN PENINGGALAN KERAJAAN-KERAJAAN DI BALI PADA ERA GLOBALISASI

tersendiri sebagai destinasi wisata unggulan. Pariwisata di Bali memiliki berbagai

POLA PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN DESA TENGANAN BALI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

A.A. Rai Sita Laksmi Fakultas Sastra Universitas Warmadewa Denpasar Jl. Terompong No. 24, Denpasar

KESIMPULAN. Berdasarkan keseluruhan uraian dapat disimpulkan. penemuan penelitian sebagai berikut. Pertama, penulisan atau

BAB I PENDAHULUAN. mengandung nilai sejarah yang sangat tinggi. Dengan demikian peninggalan

TAMAN BUDAYA SUNDA DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI PERSAYARATAN MATA KULIAH TUGAS AKHIR DESAIN INTERIOR (DI 40Z0) SEMESTER II 2006/2007

BAB I PENDAHULUAN. dalam ataupun luar negeri datang untuk menikmati objek-objek wisata tersebut.

BAB VIII PENUTUP Kesimpulan

DASAR-DASAR FENG SHUI

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Makro Gambar 5.1 : Sumber :

Kreativitas Busana Pengantin Agung Ningrat Buleleng Modifikasi

International Fash on Institute di Jakarta

Identifikasi Perubahan Tatanan Spasial Karang di Desa Taro Kelod Gianyar Bali

Kajian Poskolonialitas Pada Arsitektur dan Desain Interior Taman Ujung Karangasem

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan 1. 1 Haryoto Kunto, hal 82 2 Tim Telaga Bakti, hal 1

BAB V KESIMPULAN. 5.1 Alasan Kehadiran Rejang Sangat Dibutuhkan dalam Ritual. Pertunjukan rejang Kuningan di Kecamatan Abang bukanlah

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Data dan informasi untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari berbagai sumber, antara lain:

17. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

TAMAN NARMADA BALI RAJA TEMPLE IN PAKRAMAN TAMANBALI VILLAGE, BANGLI, BALI (History, Structure and Potential Resource For Local History) ABSTRACT

Gambar 15. Foto Kendang Dalam Gamelan Terompong Beruk Foto: Ekalaiani, 2011.

I Kadek Merta Wijaya, S.T., M.Sc. Dosen Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Warmadewa

BAB 4 KESIMPULAN. Universitas Indonesia. Sistem nilai..., Mastiur Pharmata, FIB UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. Majapahit merupakan kerajaan terbesar yang pernah dimiliki Indonesia pada

PUSAT REKREASI DAN PEMBENIHAN IKAN AIR TAWAR DI MUNCUL DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR ORGANIK

ASPEK-ASPEK ARSITEKTUR BENTUK DAN RUANG.

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik,

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. 1. Karakteristik Fisik Eksisting Ruang Publik Yaroana Masigi

Konservasi Nilai-nilai Hunian Bali Aga (Bali Kuno) dalam Wisata Budaya di desa Penglipuran, Bangli

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VI KONSEP PERANCANGAN

Konsep Penataan Pura Dalem Desa Adat Negari, Desa Singapadu Tengah sebagai Objek Baru Wisata Sejarah

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

JUDUL KARYA: NAGA SESA Di pamerkan di Museum Puri Lukisan Ubud tanggal 7-25 Oktober 2010

1 Universitas Indonesia

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar perancangan yang digunakan adalah sustainable

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN PURA AGUNG BESAKIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV: KONSEP PERENCANAAN

MODUL PERKULIAHAN. Sejarah Desain. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DESKRIPSI TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN. Tinjauan pustaka merupakan uraian tentang beberapa penelitian sebelumnya

TAMAN WISATA WADUK WADASLINTANG DI KABUPATEN WONOSOBO

BAB I PENDAHULUAN. Kelahirannya dilatarbelakangi oleh norma-norma agama, dan dilandasi adat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional

Paket Tour Bali 7 Hari

BAB IV KESIMPULAN. Universitas Indonesia. Kesesuaian Feng Shui..., Stephany Efflina, FIB UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN [AUTHOR NAME] I-1

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

Transkripsi:

Gubahan Bentuk Taman dan Bentuk Ruang Taman Kiriman; Drs. I Gede Mugi Raharja, M.Sn., Dosen PS. Desain Interior ISI Denpasar. Gubahan Bentuk Taman a. Zaman Bali Kuna Bila desain taman peninggalan kerajaan-kerajaan Bali Kuna dikaji berdasarkan dekontekstualisasi dalam hermeneutika, maka yang dibahas adalah wujud karya yang otonom. Yakni menyangkut analisis bentuk struktur taman dan unsur psikologisnya. Bentuk desain Taman Permandian Tirta Empul, yang telah menjadi satu dengan Pura Tirta Empul dapat dilihat berupa kolam dengan bentuk persegi dan pancuran dengan pola hias yang sederhana. Airnya disalurkan melalui saluran di dalam tanah, dari mata air besar di kolam Taman Suci yang ada di dalam Pura. Sedangkan Taman Permandian Gua Gajah, gubahan bentuk kolam permandiannya juga segi empat. Air pancurannya dicurahkan dari arca pancuran berwujud seorang wanita menuangkan air dari kendi yang dipegangnya. Airnya bersumber dari mata air yang disalurkan melalui saluran air di dalam tanah. Jadi berdasarkan peninggalan-peninggalan di Taman Permandian Tirta Empul dan Taman Permandian Gua Gajah, maka bentuk struktur desain pertamanan peninggalan kerajaan-kerajaan Bali Kuna dapat diketahui berupa: Unsur air; Kolam suci atau Kolam Permandian berbentuk persegi empat; Pancuran atau Arca pancuran. Berdasarkan bentuk struktur taman ini, maka desain taman kerajaan di zaman Bali Kuna pada awalnya sangat sederhana, disesuaikan dengan tingkat peradaban saat itu. Perwujudannya lebih mengutamakan fungsi dibandingkan dengan unsur estetis. Tetapi dalam perkembangannya kemudian, unsur estetis mulai mendapat perhatian. Hal ini terbukti dengan adanya arca pancuran berwujud wanita menuangkan air dari kendinya di Taman Pemandian Gua Gajah. Perkembangan estetika ini terjadi karena adanya pengaruh estetika dari kebudayaan Kediri di Jawa Timur pada abad ke-11. Jadi dalam hal ini, Taman Permandian Gua Gajah telah menunjukkan adanya peningkatan kualitas estetika dan teknik penyaluran air pada wujud desain tamannya. Adanya aktivitas keagamaan yang berlangsung di Taman Permandian Tirta Empul maupun di Taman Permandian Gua Gajah, menunjukkan bahwa fungsi taman adalah untuk menunjang aktivitas keagamaan tersebut.

Gambar 5.5a: Arca pancuran Permandian Gua Gajah (Foto: Dok. Penelitian). Gambar 5.5b: Arca pancuran Permandian Belahan (Jatim) (Foto: Mansur, 1956: 45). Secara psikologis, keberadaan taman permandian di tempat suci (Pura Tirta Empul) dan di pertapaan Gua Gajah yang didukung oleh suasana alam asri, dapat memberikan kekuatan psikologis kepada orang yang mandi di taman permandian tersebut. Sebab airnya akan diyakini memiliki kekuatan magis yang dapat membersihkan jasmani dan rokhani. Apalagi keberadaan sumber mata air Tirta Empul menurut ceritera rakyat Bali, merupakan ciptaan Bhatara Indra untuk menghidupkan pasukan beliau dan prajurit Bali yang terkena air beracun Raja Mayadanawa. Munculnya mata air Tirta Empul sebenarnya merupakan gejala geologi equiver yang alamiah. Sebab air akan selalu muncul di tempat yang rendah, seperti di lembah perbukitan di Tirta Empul. Gambar 5.6: Kolam Suci ada di bagian tenggara halaman dalam (jeroan) Pura Tirta Empul (Foto: Dok. Penelitian). Jadi berdasarkan ceritera rakyat yang bersifat mitologi ini Tirta Empul memiliki makna religius, karena diciptakan oleh Bhatara Indra untuk penyembuhan secara religius. Kemudian atas perintah Raja Endra Jaya Singha Warmadewa akhirnya dibangun taman permandian yang memanfaatkan sumber mata air yang disebut Tirta Empul. Selanjutnya raja suami-istri Masula Masuli membangun tempat suci untuk memuliakan Bhatara Indra, yang disebut Pura Tirta Empul. Sumber mata air utama ada di dalam pura dan disebut Taman Suci.

b. Zaman Bali Madya Bentuk struktur desain pertamanan kerajaan-kerajaan era Bali Madya nampak memiliki sedikit perbedaan dengan peninggalan arsitektur pertamanan Bali Kuna. Tamannya pun ada dua jenis yaitu: Taman di lingkungan keraton (puri); Taman di luar puri/ tempat suci (pura) kerajaan. Dari dua taman peninggalan kerajaan di era Bali Madya, yang diteliti yang merupakan peninggalan Kerajaan Klungkung. Taman yang ada di lingkungan puri adalah Taman Gili dan taman di luar puri adalah Pura Taman Sari. Bentuk struktur desain tamannya dapat dilihat berupa: Unsur air di tengah kolam persegi empat; Unsur bangunan di tengah kolam berupa Bale Kambang dan pondasi bangunan berbentuk penyu besar. Unsur air di kolam dengan bentuk yang disesuaikan dengan bentuk lahan (seperti huruf U ); Unsur bangunan suci (Meru) di kelilingi kolam; arca naga membelit dasar badan bangunan dan arca kepala di bawah kori (pintu) bangunan. Berdasarkan struktur ini, dapat diketahui bahwa pertamanan di era Bali Madya gubahan bentuk denah ruangnya persegi empat. Kolam yang menampung unsur air taman, juga bentuknya segi empat. Khusus kolam air di Pura Taman Sari bentuk dasarnya segi empat, tetapi polanya menyesuaikan dengan bentuk lahan yang ada. Bentuk Ruang Taman Setelah berdirinya kerajaan-kerajaan Bali Kuna (peradaban Bali Aga), mulai dilakukan penataan alam binaan dengan membentuk benda-benda alam dalam suatu susunan yang harmonis, dalam fungsinya menjaga keseimbangan antara manusia dengan alam lingkungannya. Alam binaan berupa taman dari era kerajaan Bali kuna tidak ada yang ditemukan berada di lingkungan bekas keraton. Tetapi berupa taman permandian yang dibangun raja di tempat suci. Gubahan ruang taman permandian di era kerajaan Bali Kuna seperti di Tirta Empul dan Gua Gajah, nampak berpola persegi panjang. Struktur ruang taman permandiannya lebih rendah dari zona tempat suci. a. Orientasi Ruang Gubahan ruang dalam beberapa desain pertamanan peninggalan kerajaan-kerajaan di Bali yang diteliti, secara umum berorientasi pada potensi alam setempat (local oriented). Yakni mengacu kepada arah gunung dan ke arah matahari terbit. Dalam keyakinan di Bali, orientasi ruang kea rah gunung dank e arah matahari terbit memiliki nilai suci dan religius. Hal ini terlihat di Taman Permandian Tirta Empul yang beorientasi ke arah gunung, Permandian Gua Gajah

berorientasi ke arah matahari terbit dan taman di Pura Taman Sari berorientasi ke arah matahari terbit. Sedangkan Taman Gili di Puri Smarapura berpola khusus, karena berada di dalam lingkunan keraton. b. Hirarki Ruang Hirarki ruang Alam Atas dan Alam Bawah dalam desain pertamanan peninggalan kerajaan-kerajaan di Bali, dapat dilihat pada struktur ruang Pura Taman Sari yang merupakan peninggalan Kerajaan Klungkung. Struktur ruang Pura Taman Sari yang asli adalah terdiri dari dua halaman. Tempat suci dengan dua halaman, merupakan tata ruang yang paling sederhana yang banyak ditemukan pada tempat-tempat suci kuna di Bali. Tempat suci dengan dua halaman seperti ini merupakan simbolik dua dunia, yakni alam atas (Bhuwana Agung) dan alam bawah (Bhuwana Alit). Halaman luar (Jaba atau Jabaan) merupakan simbolik dari alam bawah, bernilai profan. Sedangkan halaman dalam (Jero atau Jeroan), bernilai suci. Demikian pula hirarki ruang di Taman Permandian Gua Gajah. Taman permandian ini lebih rendah dari pertapaan Gua Gajah. Dengan hirarki ruang yang sederhana ini, tata nilai kolam permandian lebih rendah (provan) daripada tempat pertapaan Gua Gajah yang bernilai lebih tinggi (suci). Taman permandian yang berfungsi sebagai tempat pembersihan jasmani, merupakan simbolik alam bawah dan pertapaan Goa Gajah merupakan simbolik gunung atau alam atas yang bernilai suci. c. Teritorialitas Ruang Desain pertamanan peninggalan kerajaan-kerajaan di Bali juga ada yang memperlihatkan makna teritorialitas ruang di alam terbuka. Hal ini dapat dilihat pada Taman Gili, Klungkung. Sebab bangunan Bale Kambang di Taman Gili tersebut memiliki teritorial khusus di tengah kolam. Makna teritorialitas ini muncul dari Konsep place-event (spatio-temporal; spatioconditional). Adanya teritorial ruang untuk Bale Kambang ini menyebabkan munculnya makna ruang dalam dan ruang luar, meskipun sebenarnya merupakan satu kesatuan pada rancangan Taman Gili ini. Makna ruang dalam dan ruang luar dalam satu kesatuan rancangan ini analog dengan falsafah Tat Twam Asi (Ia adalah kamu), yang mengandung makna konsep ruang dalam keseimbangan kosmos. Bangunan Bale Kambang yang berada di tengah kolam memiliki makna ruang bagian dalam, halaman di luar kolam merupakan ruang luar.

Gambar 5.7 : Teritorialitas ruang di Taman Gili ruang luar dan ruang dalam dipisah oleh kolam air (Foto: Repro dari Lureas dan Helmi, 1996). Sedangkan kolam memiliki makna sebagai ruang penyekat (limbus), seperti fungsi alingaling dalam pintu gerbang tempat suci (Pura) atau dalam pintu gerbang keraton (Puri), yang memberi batas teritorial ruang privat dengan ruang publik. Untuk mencapai teritorial Bale Kambang (ruang dalam), maka harus ditempuh suatu hirarki (sequence), sehingga makna teritorialitas itu dapat dirasakan.