BAB I P ENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penampilannya atau lebih tahan tehadap korosi dan keausan. Dampak negatif dari

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. IV.1 Sintesis dan karaktrisasi garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O

Senyawa Koordinasi (senyawa kompleks)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SINTESIS DAN KARAKTER SENYAWA KOMPLEKS Cu(II)-EDTA DAN Cu(II)- C 6 H 8 N 2 O 2 S Dian Nurvika 1, Suhartana 2, Pardoyo 3

I. PENDAHULUAN. Pencemaran udara adalah masuknya, atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam

STUDI SPEKTROSKOPI UV-VIS DAN INFRAMERAH SENYAWA KOMPLEKS INTI GANDA Cu-EDTA

I. PENDAHULUAN. akumulatif dalam sistem biologis (Quek dkk., 1998). Menurut Sutrisno dkk. (1996), konsentrasi Cu 2,5 3,0 ppm dalam badan

Senyawa Koordinasi. Ion kompleks memiliki ciri khas yaitu bilangan koordinasi, geometri, dan donor atom:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS

KIMIA. Sesi KIMIA UNSUR (BAGIAN IV) A. UNSUR-UNSUR PERIODE KETIGA. a. Sifat Umum

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi alam tropis Indonesia sangat menunjang pertumbuhan

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Logam berat merupakan salah satu bahan pencemar perairan.

Bab II Tinjauan Pustaka

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sedikit, biasanya dinyatakan dalam satuan nanogram/liter atau mikrogram/liter

Kondensasi Benzoin Benzaldehid: Rute Menujuu Sintesis Obat Antiepileptik Dilantin

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS KOBALT(II) DENGAN BENZOKAIN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS NIKEL(II) DENGAN LIGAN ETILENDIAMINTETRAASETAT (EDTA)

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS Cu(II)-8- HIDROKSIKUINOLIN DAN Co(II)-8-HIDROKSIKUINOLIN Laelatri Agustina 1, Suhartana 2, Sriatun 3

Hubungan koefisien dalam persamaan reaksi dengan hitungan

PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT

TITRASI REDUKSI OKSIDASI OXIDATION- REDUCTION TITRATION

8.4 Senyawa Kompleks

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan

D. Ag 2 S, Ksp = 1,6 x E. Ag 2 CrO 4, Ksp = 3,2 x 10-11

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini menunjukkan

3 METODOLOGI PENELITIAN

Kimia Koordinasi SOAL LATIHAN. Jawab soal sudah tersedia. Selesaikan soalnya, dan pelajari mengapa dipilih jawaban tersebut

I. PENDAHULUAN. Kualitas udara yang dipergunakan untuk kehidupan tergantung dari lingkungannya. Udara

I. PENDAHULUAN. senyawa kompleks bersifat sebgai asam Lewis sedangkan ligan dalam senyawa

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN 3 PENENTUAN BILANGAN KOORDINAI KOMPLEKS TEMBAGA (II)

SENYAWA KOORDINASI Putri Anjarsari, S.Si., M.Pd

BAB III METODE PENELITIAN

PENGAMBILAN TEMBAGA DARI BATUAN BORNIT (Cu5FeS4) VARIASI RAPAT ARUS DAN PENGOMPLEKS EDTA SECARA ELEKTROKIMIA

Penentuan struktur senyawa organik

Penambatan kompleks pada silika Oksidasi alkohol sekunder HASIL DAN PEMBAHASAN Penyiapan silika terfungsionalisasi

Gugus Fungsi Senyawa Karbon

D. 4,50 x 10-8 E. 1,35 x 10-8

Disusun oleh: Melin Puspitaningrum M BAB I P ENDAHULUAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Enzim α-amilase dari Bacillus Subtilis ITBCCB148 diperoleh dengan

Senyawa Koordinasi. Kompleks ion dengan pusat d B memiliki empat ligan dengan dengan bentuk persegi planar (B)

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik dan Klasifikasi Bakteri Metanotrof Metanotrof sebagai Bakteri Pengoksidasi Metan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

K13 Revisi Antiremed Kelas 10 KIMIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya dalam arti (toksisitas) yang tinggi, biasanya senyawa kimia yang sangat

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang dan Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi semakin berkembang seiring dengan

I. KEASAMAN ION LOGAM TERHIDRAT

1.1 Senyawa Koordinasi (Coordination Coumpond)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Antimikroba ialah obat pembasmi mikroba, khususnya mikroba yang merugikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV. karakterisasi sampel kontrol, serta karakterisasi sampel komposit. 4.1 Sintesis Kolagen dari Tendon Sapi ( Boss sondaicus )

laporan praktikum penentuan kadar protein metode biuret

HUBUNGAN STRUKTUR, SIFAT KIMIA FISIKA DENGAN PROSES ABSORPSI, DISTRIBUSI DAN EKSKRESI OBAT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0

Soal 5 Jumlah mol dari 29,8 gram amonium fosfat ((NH4)3PO4) (Ar N = 14, H = 1, dan P = 31) adalah. A. 0,05 mol

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yulieyas Wulandari, 2013

UJI IDENTIFIKASI ETANOL DAN METANOL

Kimia UMPTN Tahun 1981

SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA

Senyawa Alkohol dan Senyawa Eter. Sulistyani, M.Si

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK I PERCOBAAN V

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pada bidang industri di Indonesia saat ini mengalami kemajuan

I BAB I PENDAHULUAN I.1

PENDAHULUAN. penyinaran, kemoterapi, atau kombinasi keduanya, dan pengangkatan jaringan

4. Hasil dan Pembahasan

5009 Sintesis tembaga ftalosianin

PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Praktikum Kegiatan praktikum ini mempunyai tujuan yaitu agar siswa dapat membuktikan Hukum Kekekalan Massa pada suatu reaksi.

Wardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Kimia Tahun Ajaran 2017/2018. Departemen Kimia - Wardaya College

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas

I. PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2)

Soal dan jawaban tentang Kimia Unsur

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

kimia ASAM-BASA I Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN I.1

LEMBAR SOAL SEMIFINAL TEORI CHEMISTRY COMPETITION. 13 November Menit

4 Hasil dan Pembahasan

BAB VI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT

OLIMPIADE SAINS NASIONAL Manado September 2011 LEMBAR JAWAB. UjianTeori. Bidang Kimia. Waktu 210 menit

I.1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor rusaknya lingkungan yang akan berdampak pada makhluk hidup di sekitarnya.

abc A abc a = koefisien ekstingsi (absorpsivitas molar) yakni tetap b = lebar kuvet (jarak tempuh optik)

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. nyeri sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi dan sering. memudahkan diagnosis, pasien merasakannya sebagai hal yang

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KOMPLEKS DI(8-HIDROKSIKUINOLIN)TEMBAGA(II) TRIHIDRAT DAN TRI(8-HIDROKSIKUINOLIN)BESI(III) DIHIDRAT

dari reaksi kimia. d. Sumber Aseptor Elektron

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Dr. Dwi Suryanto Prof. Dr. Erman Munir Nunuk Priyani, M.Sc.

Transkripsi:

BAB I P ENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tembaga dalam tubuh manusia mempunyai peranan yang sangat penting, walaupun dalam jumlah yang sedikit (Caret, R.L.; Denniston,K.J.; Topping, J.J., 1993 : 61). Tembaga dibutuhkan untuk sistem enzim oksidatif seperti enzim askorbat oksidase, sistikrom C oksidase, polifenol oksidase, amino oksidase. Selain itu juga dibutuhkan manusia sebagai kompleks Cu-protein yang mempunyai peranan penting dalam pembentukan haemoglobin, kolagen pembuluh darah dan myelin otak. Tembaga juga terlibat dalam pembentukan energi untuk metabolisme serta dalam aktivitas tiroksin (Palar, 1994 : 65). Kompleks tembaga dengan turunan sulfonamida 2-sulfanilamidaopyrimidin (sulfadiazin) berguna untuk mencegah infeksi bakteri pada luka bakar (Otter, et al, 1998 : 178). Dalam jumlah yang berlebihan ( lebih dari 15 mg), Cu akan menjadi bahan beracun (Caret, R.L.; Denniston,K.J.; Topping, J.J., 1993 : 61). Keracunan yang paling utama adalah terjadinya gangguan pernapasan, yang ditandai dengan terjadinya kerusakan pada selaput lendir yang berhubungan dengan hidung. Keracunan yang kronis akan menyebabkan penyakit Wilson dan Kinsky. Penyakit Wilson ditandai dengan terjadinya sirosis hati, kerusakan pada otak, demyelinasi, serta terjadinya penurunan kerja ginjal dan pengendapan Cu dalam kornea mata. Penyakit Kinsky dapat diketahui dengan terbentuknya rambut yang kaku dan berwarna kemerahan (Palar, 1994 : 71). Salah satu cara mengatasi keracunan logam berat adalah dengan pembentukan senyawa kompleks yang mudah larut sehingga dapat diekskresikan melalui ginjal. Penisilamin merupakan antibiotik yang mempunyai atom donor N, S dan O dan banyak digunakan untuk mengobati penyakit Wilson, dengan membentuk kompleks dengan Cu (Gambar 1). Kompleks yang terbentuk mudah larut dalam air dan diekskresikan melalui urin (Tjay, T.H. dan Rahardja, K., 2002 : 316). 1

2 H H (CH 3 ) 2 C C COO H S NH 2 (CH 3 ) 2 Gambar 1. Struktur Cu-Penisilamin (Siswandono dan Bambang S., 1995 : 101). S C H Cu NH 2 C COOH H Sulfonamid merupakan turunan dari p-aminobenzensulfonamid (sulfanilamida), digunakan secara luas untuk pengobatan infeksi yang disebabkan oleh bakteri tertentu (Wattimena dan Soebito, 1990 : 696). Pada umumnya senyawa ini bekerja bakteriostatik dengan cara mengusir secara kompetitif asam para-aminobenzoat (PABA) yang dibutuhkan oleh bakteri untuk membentuk asam folat yang akan digunakan dalam beberapa lintasan biosintesis (Wilson dan Gisvolt, 1982 : 196). Sulfanilamida dan sulfisoksazol (Gambar 2) merupakan sulfonamid yang mempunyai atom donor elektron yaitu N, O dan S. Hal tersebut memungkinkan senyawa-senyawa tersebut dapat terkoordinasi pada ion logam. H 2 N SO 2 N H 2 H 2 N SO 2 N H O N L 1 L 2 Gambar 2. Struktur senyawa sulfanilamida (L 1 ) dan sulfisoksazol (L 2 ), (Wilson dan Gisvolt, 1982 : 194, 200). C H 3 C H 3 Sintesis kompleks dengan sulfonamid telah banyak dilakukan diantaranya oleh Alzuet, et al (1998) melaporkan pembentukan kompleks [Cu(benzolamid)(NH 3 ) 4 ]. Masing- masing Cu(II) terkoordinasi melalui 1 atom N dari benzolamid terdeprotonasi dan 4 atom N dari amoniak dengan bentuk geometri squre piramid. Kompleks [Cu(p-toluensulfonamid-2-(2- phenil)piridin) 2 ] telah disintesis oleh Otter, et al (1998), masing-masing Cu(II) terkoordinasi melalui atom N dari piridil dan sulfonamid terdeprotonasi, kompleks yang terbentuk mempunyai bentuk geometri planar segiempat. Kompleks

3 [Cu(qbsa) 2 ].DMF (qbsa = N-quinolin-8-yl-benzenesulfanilamida), yang disintesis oleh Macias, et al (2003) ikatan terjadi antara Cu(II) dengan N sekunder sulfonamid dan N tersier quinolin. Mengingat pentingnya tembaga bagi tubuh manusia dan juga kegunaan kompleks tembaga(ii) dengan senyawa obat, maka penelitian tentang pembentukan kompleks Cu dengan sulfonamid perlu dilakukan. Dalam penelitian ini disintesis kompleks tembaga(ii) dengan sulfanilamida dan sulfisoksazol untuk mengetahui sifat kompleks yang terbentuk. B. Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah Sintesis kompleks dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain merefluks larutan, mencampurkan tanpa pemanasan atau dengan pemanasan. Sintesis kompleks dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain suhu, pelarut, dan bahan tambahan lain. Pelarut yang digunakan adalah pelarut yang dapat melarutkan logam maupun ligan. Pelarut yang biasa digunakan dalam sintesis kompleks antara lain metanol, etanol, propanol, asetonitril, dan sebagainya. Sulfanilamida mempunyai atom donor lebih dari satu yaitu dua N primer dan atom O, sedangkan sulfisoksazol mempunyai donor N primer, N sekunder, N tersier serta atom O, sehingga memungkinkan ligan ligan tersebut dapat terkoordinasi dengan ion logam tembaga (II) dengan berbagai kemungkinan. Senyawa komplek yang terbentuk dapat diketahui dari pergeseran panjang gelombang spektra elektronik CuSO 4.5H 2 O dengan spektra elektronik, ketepatan strukturnya bisa diketahui dengan kristalografi sedangkan kemurniannya bisa ditentukan dengan mikroanalisis. Gugus yang terkoordinasi dapat diperkirakan dari pergeseran serapan gugus fungsi. Anion yang terdapat dalam senyawa kompleks dapat berfungsi sebagai ligan dan bisa juga berfungsi sebagai sisa asam. Pada sintesis digunakan CuSO 4.5H 2 O, sehingga dimungkinkan terdapat molekul H 2 O dalam kompleks. Sifat-sifat senyawa kompleks dapat diketahui dari penentuan konstanta kestabilan kompleks, pengukuran momen magnet, pengukuran potensial oksidasi

4 dan reduksi, pengukuran spektrum elektronik dari tembaga(ii) bebas dan senyawa kompleksnya. Struktur kompleks yang terbentuk dapat diperkirakan dengan analisis sistem kristal, pengukuran panjang ikatan maupun sudut antar atomnya. 2. Batasan Masalah Sintesis kompleks dilakukan dengan pencampuran tanpa pemanasan. Pelarut yang digunakan untuk sintesis senyawa kompleks tembaga(ii) dengan ligan sulfanilamida dan sulfisoksazol adalah metanol. Analisis unsur C, H, N dan O tidak dilakukan tetapi dilakukan dengan pengukuran kadar tembaga dalam kompleks. Gugus fungsi ligan yang terikat pada tembaga(ii) diperkirakan dari pergeseran serapan gugus fungsi senyawa kompleks dari ligan bebasnya. Keberadaan anion SO 2-4 sebagai ligan ditentukan dengan pengukuran daya hantar larutan kompleks. Ada tidaknya molekul air pada senyawa kompleks ditentukan dengan analisis termal. Sifat magnetik senyawa kompleks diketahui dari momen magnetnya, kekutan ligan ditentukan oleh pergeseran spektra UV-Vis pada panjang gelombang maksimumnya dan sistem kristalnya ditentukan dengan difraksi sinar X. 3.Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah sintesis kompleks Cu(II) dengan ligan sulfanilamida dan sulfisoksazol? 2. Bagaimana formula senyawa kompleks yang terbentuk? 3. Bagaimana karakteristik senyawa kompleks yang terbentuk? C. Tujuan Penelitian 1. Mempelajari sintesis senyawa kompleks Cu(II) dengan ligan sulfanilamida dan sulfisoksazol. 2. Mempelajari formula senyawa kompleks Cu(II) dengan ligan sulfanilamida dan sulfisoksazol. 3. Mempelajari karakteristik senyawa Cu(II) dengan ligan sulfanilamida dan sulfisoksazol.

5 D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang pembentukan kompleks antara tembaga(ii) dengan sulfanilamida dan sulfisoksazol dalam obat anti bakteri juga memberikan sumbangan untuk bidang kesehatan tentang interaksi antara tembaga(ii) dengan sulfanilamida dan sulfisoksazol.