MASALAH-MASALAH YANG TERKAIT DENGAN KONSEP DASAR MATEMATIKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II HAKIKAT DAN PERANAN MATEMATIKA

BAB I MATEMATIKA: HAKEKAT, NILAI DAN PERANANNYA

MEMAHAMI KONSEP MATEMATIKA SECARA BENAR DAN MENYAJIKANNYA DENGAN MENARIK

37. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

BAB I PENDAHULUAN. Matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang berarti belajar

C. Indikator Menerapkan tindakan disiplin dari pengalaman belajar dan bekerja dengan matematika dalam

Bab 3. Persamaan Garis Lurus. Standar Kompetensi. Memahami bentuk aljabar,persamaan dan pertidaksamaan linier satu variabel.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa guna

Mengintegrasikan Nilai-Nilai dalam Pembelajaran Matematika

BAB II MASALAH MATEMATIKA DAN STRATEGI PEMECAHANNYA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Benyamin S. Bloom (dalam Siti, 2008 : 9) siswa dikatakan memahami

2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER DALAM PEMBELAJARAN OPERASI PERKALIAN BILANGAN CACAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

08. Mata Pelajaran Matematika A. Latar Belakang B. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Matematika dalam implementasinya tidak hanya berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV PENALARAN MATEMATIKA

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika. Disusun Oleh : DWI NUR JANAH

41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunalaras (SDLB-E)

PENALARAN INDUKTIF DAN DEDUKTIF

37. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

Kegiatan Belajar 1 HAKIKAT MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma dunia pendidikan sekarang ini adalah memunculkan kelebihan

DASAR-DASAR MATEMATIKA

Upaya Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Perkalian Bilangan Bulat Di Kelas Tinggi SDN 1 Kabila Kabupaten Bone Bolango

Matematika: Sekumpulan Rumus Belaka? 1

MAKALAH. GEOMETRI BIDANG Oleh Asmadi STKIP Muhammadiyah Pagaralam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. lambang yang formal, sebab matematika bersangkut paut dengan sifat-sifat struktural

Tim Penulis BUKU SISWA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang besar dalam mensukseskan pembangunan bangsa. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam mata pelajaran matematika sejauh ini telah mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan formal yang sedang banyak diminati masyarakat, yaitu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang tidak pernah lepas dari segala bentuk aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kegiatan Belajar 2 HAKIKAT ANAK DIDIK

Pedoman Penskoran Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa

KTSP Perangkat Pembelajaran SMP/MTs, KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) Mapel Matematika kls VII s/d IX. 1-2

Kompetensi Dasar. Indikator

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN MODEL ADVANCE ORGANIZER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN ANALOGI MATEMATIS SISWA SMP

KI dan KD Matematika SMP/MTs

penekanannya pada penataan nalar dan pembentukan sikap siswa serta keterampilan dalam penerapan matematika. Namun, sampai saat ini masih banyak

BAB I PENDAHULUAN. Tuntunan dunia yang semakin kompleks mengharuskan siswa harus memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan berhitung merupakan aspek yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, ilmu matematika memberikan sumbangsih paling berperan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

GLOSSARIUM. A Akar kuadrat

PEMBELAJARAN MATEMATIKA di SD

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

LAMPIRAN VIII. :Persegi Panjang. Nama :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia sedang mendapat perhatian dari pemerintah. Berbagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Pemahaman Konsep Matematik dalam Pembelajaran Matematika. Oleh Nila Kesumawati FKIP Program Studi Pendidikan Matematika Universitas PGRI Palembang

SILABUS PEMELAJARAN. Indikator Pencapaian Kompetensi. Menjelaskan jenisjenis. berdasarkan sisisisinya. berdasarkan besar sudutnya

41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

1. Soal tidak serupa PISA : Latihan 1.3 uraian no. 2 hal. 35

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat vital dalam kehidupan sehari-hari. Berbagai bentuk simbol

LAMPIRAN A. A. 1. Jadwal Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. wadah kegiatan yang dapat dipandang sebagai pencetak Sumber Daya Manusia

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMA NEGERI 1 PEKALONGAN

42. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB A)

BAB I PENDAHULUAN. Matematika timbul karena pikiran-pikiran manusia yang berhubungan dengan ide,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

OPTIMALISASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN PENALARAN SISWA DI KELAS VIIA SMP MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA

Contoh Penalaran Induktif dan Deduktif Menggunakan Kegiatan Bermain-main dengan Bilangan

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses untuk membantu manusia

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh informasi dengan cepat, melimpah dan mudah. Siswa sebagai

PEMBINAAN MENGHADAPI OLIMPIADE MATEMATIKA TINGKAT SMA

09. Mata Pelajaran Matematika A. Latar Belakang B. Tujuan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

UNIT 5 MERANCANG PEMBELAJARAN MATEMATIKA

BAB II PENDEKATAN PROBLEM SOLVING DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI PERSEGI PANJANG

BAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan siswa pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Peran guru

MODUL PENDALAMAN MATERI ESENSIAL DAN SULIT MATA PELAJARAN : MATEMATIKA ASPEK : ALJABAR

Barisan dan Deret. Bab. Pola Bilangan Beda Rasio Suku Jumlah n suku pertama A. KOMPETENSI DASAR DAN PENGALAMAN BELAJAR

I. PENDAHULUAN. Matematika berperan sebagai induk dari semua mata pelajaran dan merupakan

Kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pemakai buku ini sangat kami harapkan untuk penyempurnaan bahan ajar ini. Cisarua, Maret 2009

PERSAMAAN GARIS LURUS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2013 PENGGUNAAN MEDIA GARIS BILANGAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT

I. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR MATEMATIKA SDLB TUNAGRAHITA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA. A. Deskripsi Proses Pengembangan Perangkat Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi sekarang ini, semua hal dapat berubah dengan cepat

43. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunarungu (SMPLB B)

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERNALAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI METODE KONTEKSTUAL POKOK BAHASAN PECAHAN

PENGAYAAN MATERI OLIMPIADE MATEMATIKA SD GEOMETRI. Oleh : Himmawati P.L

BAB I PENDAHULUAN. sistematis dalam menyelesaikan persoalan kehidupan sehari-hari atau dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Transkripsi:

Unit 2 MASALAH-MASALAH YANG TERKAIT DENGAN KONSEP DASAR MATEMATIKA Inawati Budiono Pendahuluan U nit ini membahas tentang masalah-masalah yang terkait dengan konsep-konsep dasar matematika. Masalah yang dibahas meliputi masalah rutin dan tidak rutin. Dalam unit ini juga disertai dengan latihan untuk menguji kemampuan Anda dalam memahami materi yang diberikan. Seperti pada unit-unit yang lain, agar materi dalam unit ini dapat dipahami dengan baik dan benar, kajilah setiap materi dengan sungguh-sungguh dan kerjakanlah latiha-latihan yang ada di dalam unit ini. Jika ada kesulitan atau ketidakpahaman mengenai materi ini, diskusikan bersama teman atau bertanyalah pada dosen atau tutor Anda. Selamat belajar dan tetap bersemangat, Tuhan memberkati. Pemecahan Masalah Matematika 7

Masalah-Masalah Yang Terkait Deangan Konsep Dasar Matematika Tidak dapat dipungkiri kebanyakan dari guru mempunyai pengalaman tidak menyenangkan sewaktu mempelajari matematika di SD, SMP, atau SMA. Kenyataan ini tidak jarang berubah menjadi suatu kebencian terhadap apa saja yang berhubungan dengan matematika. Bahwasanya matematika tidak disenangi di masyarakat, antara lain ditunjukkan oleh sikap sebagian besar masyarakat yang phobia terhadap matematika. Sebagian masyarakat menganggap matematika kurang bermanfaat dalam kehidupan bermasyarakat. Tidak jarang timbul pertanyaan apa manfaat matematika dalam kehidupan mereka sehari-hari? Jelaslah bahwa matematika pada taraf yang lebih lanjut tidak ada gunanya ketika berjual beli beras. Taraf ketidakgunaannya sama dengan ilmu bedah. Tapi itu tidak berarti bahwa kita boleh menjatuhkan putusan bahwa matematika hanya boleh diketahui oleh sekumpulan orang tertentu saja. Secara langsung kemampuan spasial seorang dokter bedah akan sangat membantu untuk menentukan letak organ tubuh bagian dalam dari seorang pasiennya. Tidak banyak yang menyadari bahwa dibalik setiap teknologi yang dapat menghemat tenaga, sumber daya dan pikiran telah digunakan terlebih dahulu berbagai hasil pemikiran matematika. Bagaimana dapat kita ramalkan bahwa hujan pertama yang akan turun di berbagai wilayah Indonesia pada musim hujan tahun depan? bagaimana dapat kita ketahui berapa banyak beras yang harus kita import tahun depan untuk menutupi kekurangan produksi beras dalam negeri? Semuanya didasarkan atas catatan data pada waktu sebelumnya, yang kemudian dicari pola-pola keteraturannya dengan menggunakan matematika, untuk kemudian digunakan alat peramal. Bagaimana pula dapat diketahui syarat-syarat yang harus dipenuhi agar dalam membangun gedung pencakar langit tahan terhadap gempa bumi dengan kekuatan tertentu? Semua didasarkan atas perhitungan-perhitungan matematika. Sayangnya semua jerih payah yang dicurahkan untuk perhitungan tidak tampak pada gedung. Yang tampak hanyalah suatu hasil karya cipta seorang ahli bangunan, sehingga orang cenderung lebih berminat untuk masuk jurusan teknik sipil atau arsitektur daripada memasuki jurusan matematika. Mengapa hal ini bisa terjadi? Salah satu jawabannya adalah masyarakat termasuk guru belum semuanya memahami tentang apa dan bagaimana matematika itu. Guru matematika akan mampu menggunakan matematika untuk mencapai tujuan yang ditetapkan, bila ia memahami dengan baik matematika yang akan digunakan sebagai wahana untuk mencapai tujuan tersebut. Apabila pemahaman guru terhadap matematika kurang baik berakibat penggunaan matematika Pemecahan Masalah Matematika 8

sebagai wahana pendidikan tidak dapat tercapai seperti yang diharapkan. Oleh karena itu penguasaan terhadap matematika mutlak diperlukan dan konsep-konsep matematika harus dipahami dengan betul dan benar. Konsep-konsep dalam matematika merupakan suatu rangkaian sebab akibat. Suatu konsep disusun berdasarkan konsep-konsep sebelumnya, dan akan menjadi dasar bagi konsep-konsep selanjutnya, sehingga pemahaman yang salah terhadap suatu konsep, akan berakibat pada kesalahan pemahaman terhadap konsep-konsep selanjutnya. Sepintas lalu konsep matematika yang diberikan pada siswa sekolah dasar (SD) sangatlah sederhana dan mudah, tetapi sebenarnya materi matematika SD memuat konsep-konsep yang mendasar dan penting serta tidak boleh dipandang sepele. Diperlukan kecermatan dalam menyajikan konsep-konsep tersebut, agar siswa mampu memahaminya secara benar, sebab kesan dan pandangan yang diterima siswa terhadap suatu konsep di SD dapat terus terbawa pada masamasa selanjutnya. Misalnya, sejak awal dalam suatu gambar segitiga guru selalu bahwa alas suatu segitiga adalah sisi yang berada di bagian bawah dan tinggi selalu ditunjukkan oleh segmen garis vertical yang tegak lurus terhadap sisi alas dan berujung di titik sudut di atas sisi tersebut, maka untuk selanjutnya siswa akan terus melakukan hal serupa. Apabila dalam ilustrasi segitiga tidak ada sisi yang mendatar, maka siswa akan kebingungan untuk menentukan sisi alasnya, sebab siswa telah menangkap pengertian alas sebagai sisi segitiga yang horizontal dan berada di bawah. Berkenaan dengan konsep alas sebuah segitiga, sebenarnya ketiga sisinya memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sisi alas, dan tinggi segitiga ditunjukkan oleh jarak antara garis yang melalui sisi alas dengan garis yang sejajar sisi alas dan melalui titik sudut di hadapan sisi alas. Dengan demikian, sisi alas sebuah segitiga tidak harus selalu sisi bagian bawah dan tinggi segitiga juga tidak selalu harus ditentukan oleh segmen garis vertikal, sebab tinggi segitiga tergantung pada penetapan sisi alas. Sebagai contoh pada gambar di bawah ini: B y x A z C Dalam segitiga ABC, jika sisi alasnya adalah AB maka tingginya adalah Cx, jika sisi alasnya adalah BC maka tingginya adalah Ay, dan jika sisi alasnya adalah AC maka tingginya adalah Bz. Contoh lain yang masih berkaitan dengan konteks harafiah sebuah istilah adalah pada konsep persegipanjang. Banyak yang berpandangan bahwa panjang suatu persegipanjang selalu Pemecahan Masalah Matematika 9

lebih panjang daripada lebarnya. Apabila diketahu sebuah persegipanjang dengan panjang sisisisinya adalah 10 cm dan 8 cm, maka banyak siswa akan menetapkan sisi dengan ukuran 10 cm sebagai panjangnya dan sisi dengan ukuran 8 cm sebagai lebarnya. Pematokan konteks harafiah terhadap istilah dengan panjang sisi-sisinya adalah 10 cm dan 8 cm, maka banyak siswa akan menetapkan sisi dengan ukuran 10 cm sebagai panjangnya dan sisi dengan ukuran 8 cm sebagai lebarnya. Pematokan konteks harafiah terhadap istilah panjang dan lebar pada sebuah persegipanjang tersebut bisa menjadi sebuah pertanyaan bagi siswa dan lebar pada sebuah persegipanjang tersebut bisa menjadi sebuah pertanyaan bagi siswa manakala mereka dihadapkan pada masalah nyata disekitarnya. Misalnya, jika kita pergi ke toko kain, maka si penjual hanya akan menanyakan berapa panjang kain yang dibutuhkan, sebab lebar kain sudah ditetapkan, misalnya 1,5 m. Apabila kita membeli kain dengan panjang 1 m, maka kita akan mendapatkan kain berbentuk daerah persegipanjang dengan panjang 1 m dan lebar 1,5 m. Berdasarkan contoh riil tersebut, ternyata panjang dari sebuah persegipanjang bisa lebih pendek daripada lebarnya. Oleh karena itu dalam konsep persegipanjang, istilah panjang dan lebar tidak perlu dideterminasikan secara harafiah, sebab istilah tersebut dimunculkan sebagai variabel untuk membedakan ukuran dari sisi-sisi sebuah persegipanjang. panjang lebar lebar panjang Siswa yang tidak mendapatkan konsep perkalian bilangan bulat secara benar pada waktu di SD, akan berpandangan bahwa konsep 2 x 3 sama dengan 3 x 2. Fakta 2 x 3 = 3 x 2 sebenarnya hanya merupakan kesamaan pada tataran hasil komputasi saja, dan kondisi ini menunjukkan berlakunya sifat pertukaran (komutatif) dalam perkalian bilangan bulat. Konsep 2 x 3 berbeda dengan konsep 3 x 2, sebab 2 x 3 = 3 + 3 dan 3 x 2 = 2 + 2 + 2. Ilustrasi paling jelas untuk konsep ini adalah resep dokter atau aturan pemakaian suatu obat. Biasanya pada kemasan suatu obat dituliskan aturan pemakaiannya, misalnya diminum 3 x 1 tablet sehari. Hal ini tidak menunjukkan bahwa obat tersebut diminum sekaligus 3 tablet dalam sekali pemakaian, tetapi memberikan suatu indikasi bahwa pemakaian obat tersebut dalan sehari adalah pagi 1 tablet, siang 1 tablet dan sore 1 tablet, sehingga 3 x 1 memiliki pengertian 1 + 1 + 1. Contoh diatas menunjukkan bahwa konsep-konsep matematika harus diberikan secara benar sejak awal siswa mengenal suatu konsep, sebab kesan yang pertama kali ditangkap oleh siswa akan terus terekan dan menjadi pandangannya di masa-masa selanjutnya. Apabila ada Pemecahan Masalah Matematika 10

suatu konsep yang diberika secara salah, maka hal ini harus sesegera mungkin diperbaiki agar tidak menimbulkan kesulitan bagi siswa di kemudian hari. Pemahaman suatu konsep matematika secara benar mutlak diperlukan oleh seorang guru sebelum mereka mulai mengajarkan pada siswanya. Masih banyak guru yang tidak paham perbedaan pengertian antara a x b dengan b x a. Mereka umumnya menyatakan bahwa keduanya sama dengan alasan bahwa operasi perkalian bilangan bulat bersifat komutattif. Mereka kurang menyadari bahwa sifat komutatif di sini hanya berorientasi pada hasil, sedangkan secara konsep keduanya berbeda. Ketidakpahaman ini disebabkan antara lain karena mereka mengabaikan konsep perkalian dan berpandangan bahwa yang penting sudah menguasai teknik perkalian itu sudah cukup bagi mereka. Jika seorang guru sudah berpandangan demikian, bagaimana mereka dapat mengajarkan konsep matematika dengan benar? Parahnya lagi ada yang berpandangan bahwa persegi berbeda dengan persegipanjang sebab semua sisi pada persegi ukurannya sama sedangkan pada persegipanjang tidak. Hal ini akhirnya membuat mereka memasukkan persegi dan persegipanjang pada kelas yang berbeda, padahal sebenarnya himpunan persegi merupakan himpunan bagian pada himpunan persegipanjang. Kasus semacam ini semakin bertambah banyak manakala matematika sudah menginjak pada konsep bilangan rasional dan pecahan, konsep bangun datar dan ruang, dan sebagainya. Pada dasarnya, seorang guru matematika pada SD harus menguasai konsep-konsep matematika dengan benar dan mampu menyajikannya secara menarik, karena menurut teori perkembangan Piaget, perkembangan kognitif siswa SD berada pada tingkat operasional formal, yakni siswa akan mampu memahami suatu konsep jika mereka memanipulasi benda-benda kongkrit. Secara garis besar beberapa hal yang perlu dipahami oleh para guru SD dalam rangka mempersiapkan pembelajaran matematika sudah pasti berkenaan dengan konsep-konsep dasar matematika, analisis substansi materi matematika dalam kurikulum SD dan proses pembelajarannya. Hal pertama yang perlu dipahami berkenaan dengan pengkajian terhadap konsep-konsep dasar matematika tersebut adalah penalaran karena penalaran merupakan landasan untuk mempelajari konsep-konsep matematika selanjutnya. Bagaimana pola berpikir yang benar dan alat apa yang diperlukan dalam belajar matematika perlu dipahami terlebih dahulu oleh seseorang yang akan belajar matematika. Selain memahami penalaran dalam matematika, seorang guru perlu melakukan analisis terhadap masalah penalaran yang ada dalam materi matematika SD serta bagaimana mengarahkan siswa SD untuk bernalar dengan benar. Setelah memiliki pemahaman yang cukup mengenai penalaran dalam matematika, maka hal selanjutnya yang perlu dipahami adalah tentang himpunan dan fungsi. Konsep himpunan dan fungsi merupakan konsep dasar dari semua obyek yang dipelajari dalam matematika. Pada saat Pemecahan Masalah Matematika 11

seseorang belajar matematika, baik pada tingkat dasar maupun lanjut, disadari atau tidak, ia harus selalu berhadapan dengan himpunan dan fungsi. Sebagai contoh, jika seorang siswa belajar operasi penjumlahan bilangan bulat, maka dia sudah berhadapan dengan himpunan bilangan bulat, sehingga semua proses yang akan dilakukan harus berada dalam scope himpunan ini; sedangkan operasi penjumlahan yang dipergunakan merupakan sebuah operasi biner, yakni suatu fungsi yang akan memetakan setiap pasang bilangan bulat (a,b) dengan suatu bilangan bulat a+b. Oleh karena itu himpunan dan fungsi merupakan hal mendasar yang perlu dipahami oleh seseorang yang belajar matematika sebelum dia mempelajari konsep-konsep lainnya. Konsep dasar yang mendapat porsi terbanyak dalam pembelajaran matematika di SD adalah konsep yang berkaitan dengan persamaan dan pertidaksamaan. Masalah persamaan dan pertidaksamaan merupakan masalah yang selalu dihadapi oleh siswa pada saat berlatih komputasi, seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Pada masalah penjumlahan bilangan cacah misalnya, siswa dituntut untuk mendapatkan nilai fungsi yang tepat dari suatu pasang bilangan cacah (a,b), dalam hal ini siswa harus dapat menentukan suatu bilangan cacah c yang nilainya sama dengan a+b. demikian pula dengan masalah pertidaksamaan, dengan landasan yang kuat pada konsep kurang dari atau lebih dari, siswa akan mudah mengerjakan berbagai operasi hitung. Selain penguasaan terhadap masalah operasi hitung bilangan, hal lain yang juga perlu dikembangkan pada diri siswa SD adalah pengembangan daya tilik bidang dan ruangnya, yakni dengan menyajikan materi unsur-unsur, bangun-bangun dan transformasi geometri. Bagi seorang guru SD yang akan mengajarkan materi bangun datar, simetri, dan bangun ruang, perlu memiliki pemahaman yang terhadap konsep-konsep pangkal dan aksioma yang ada dalam geometrid dan transformasinya. Hal ini sangat diperlukan agar merekapun dapat menyajikan konsep-konsep geometri yang benar bagi siswanya. Salah satu tujuan pembelajaran matematika di SD adalah memberikan bekal yang cukup bagi siswa untuk menghadapi materi-materi matematika pada tingkat pendidikan lanjutan. Selain penguatan terhadap konsep-konsep matematika seperti yang sudah disebutkan di atas, maka diperlukan juga pengenalan pada konsep-konsep lanjutan seperti peluang, statistika dasar dan pemecahan masalah. Matematika sebagai wahana pendidikan tidak hanya dapat digunakan untuk mencapai satu tujuan, misalnya mencerdaskan siswa, tetapi dapat juga membentuk kepribadian siswa serta mengembangkan keterampilan tertentu. Hal ini mengarahkan perhatian kepada pembelajaran nilai-nilai dalam kehidupan melalui matematika seperti jujur, disiplin tepat waktu dan tanggung jawab. Untuk itu siswa perlu memiliki kemampuan memperoleh, memilih, dan mengelola Pemecahan Masalah Matematika 12

informasi untuk bertahan pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif. Kemampuan itu membutuhkan pemikiran kritis, sistematis, logis dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama yang efektif. Cara berpikir seperti itu dapat dikembangkan melalui belajar matematika, karena matematika memiliki struktur dan keterkaitan yang kuat dan jelas antar konsepnya, sehingga memungkinkan siswa berpikir rasional. Implikasinya siswa perlu memiliki penguasaan matematika pada tingkat tertentu, yang merupakan penguasaan kecakapan matematika untuk dapat memahami dunia dan berhasil dalam karirnya. Kecakapan matematika yang ditumbuhkan pada siswa merupakan mata pelajaran matematika kepada pencapaian kecakapan hidup yang ingin dicapai melalui pembelajaran matematika. Bagaimana seorang guru berusaha menguasai matematika yang akan diajarkannya serta bagaimana mengajarkannya kepada siswa merupakan seni atau kita tersendiri. Tidak benar kalau anggapan bahwa seorang yang telah menguasai matematika dengan baik akan sendirinya mampu mengajarkannya dengan baik pula. Ciri utama matematika adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan yang diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya, sehingga kaitan antar konsep atau pernyataan dalam matematika bersifat konsisten. Namun pembelajaran dan pemahaman konsep dapat diawali secara induktif melalui pengalaman peristiwa nyata atau intuisi. Proses induktif dapat juga bersama-sama digunakan untuk mempelajari konsep matematika. Penerapan cara kerja matematika diharapkan dapat membentuk sikap kritis, kreatif, jujur, dan komunikatif. Keabstrakan objek-objek matematika perlu diupayakan agar dapat diwujudkan secara lebih konkret, sehingga akan mempermudah siswa memahaminya. Inilah kunci penting yang harus diketahui guru matematika, dan diharapkan dapat dijadikan pendorong lebih kreatif dalam merencanakan pembelajaran. Latihan 1. Apa yang dimaksudkan dengan konsep-konsep matematika? Berikan contoh-contohnya. 2. Mengapa seorang guru matematika pada SD harus menguasai konsep-konsep matematika dengan benar dan mampu menyajikannya secara menarik? Jelaskan! 3. Mengapa penalaran menjadi aspek fundamental dalam matematika? Jelaskan! Pemecahan Masalah Matematika 13