BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP TINGKAT PERTUMBUHAN WAJIB PAJAK DAN PENERIMAAN PPH PASAL 4 AYAT (2)

BAB V PENUTUP. tahun 2013, menguji seberapa untuk mengetahui pertumbuhan jumlah wajib. pajak, pertumbuhan penerimaan PPh Pasal 4 Ayat (2), perbedaan

BAB III METODE PENELITIAN. diteliti berdasarkan kerangka pemikiran tertentu. Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 yang terdaftar di KPP Pratama Medan Barat.

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber penerimaan utama Negara yang digunakan untuk

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Kantor Wilayah DJP Jawa Timur I merupakan instansi vertikal

BAB III LATAR BELAKANG INSTITUSI. Besar/ Large Taxpayers Office (LTO) pada tahun 2002 yang diikuti peresmian

BAB III PEMBAHASAN. 1. Sejarah Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama. nama dan istilah. Sebelum tahun 1966, KPP Pratama Surakarta berstatus

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 1.1 Gambaran Umum Kantor Wilayah DJP Jawa Timur I Surabaya

BAB 1 PENDAHULUAN. orang pribadi atau badan yang besifat memaksa berdasarkan undang-undang,

BAB IV ANALISIS DATA. hipotesis-hipotesis penelitian yang telah dirumuskan dalam BAB I yaitu efektif

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Sejarah singkat KPP Pratama Serpong

BAB I PENDAHULUAN. Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) ditetapkan setiap tahun dengan Undang-

KEVIN HENDRO. (Universitas Bina Nusantara) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu peran penting Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN)

BAB I P E N D A H U L U A N. dan dilakukan secara bersama-sama oleh pemerintah dan masyarakat Indonesia.

Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA MEDAN KOTA. A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

BAB II HASIL SURVEY. Gambar 2.1 Logo Kanwil DJP Jatim I Surabaya. mengalami beberapa kali perubahan yaitu pada mulanya bernama Kantor

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DATA. Kebajikan Anak-Anak Yatim Kuching, Sarawak, Malaysia. sampel berpasangan. Prosedur Paired Samples Uji T digunakan untuk

BAB IV ANALISIS DATA. penelitian dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh Bimbingan

Heltyova Purba. Erly Suandy. Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Atma Jaya Yogyakarta Jalan Babarsari 43-44, Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat

Bab 1. Pendahuluan. Pajak merupakan sumber penerimaan utama negara yang digunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah juga terus memperhatikan kondisi ekonomi Indonesia dan kondisi

Petunjuk dalam Pengisian Kuesioner. Lingkarilah salah satu jawaban yang paling sesuai menurut pendapat Bapak/Ibu, Saudara/Saudari.

No II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Ayat (1) Ayat (2) Peredaran bruto merupakan peredaran bruto dari usaha, termasuk dari usaha cabang, se

LAMPIRAN 1 PERHITUNGAN BESAR SAMPEL

ABSTRAK ABSTRAK. Kata Kunci: penerimaan PPh terutang, pemeriksaan lengkap. Universitas Kristen Maranatha

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESI PENELITIAN. pemerintah kepada masyarakat guna mewujudkan cita-cita bersama yaitu

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan kehidupan warga negara yang adil dan sejahtera. Dalam hal ini,

BAB III GAMBARAN DATA

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna bagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun sebagai penyelaras kegiatan ekonomi pada masa-masa yang akan

Lampiran 1. Hasil print out SPSS proses pelanggan memesan DO

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II DESKRIPSI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA SAWAH BESAR DUA

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Penyebaran dan Penerimaan Kuesioner. Data yang digunakan untuk mengukur pengaruh persepsi Wajib Pajak atas

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SUMATERA UTARA I. A. Sejarah Singkat Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera

LAMPIRAN 1 Besar Sampel. Besar sampel ditentukan berdasarkan taraf kepercayaan 95 % tail Z1- = 1,96 dan untuk power test 80%, Z1-β = 0,84.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Paired Samples Statistics. Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1 SEBELUM_BLT SESUDAH_BLT

KUISIONER. Terhadap Kinerja Karyawan (Studi Kasus Pada Rumah Makan Joglo Manis Ponorogo).

BAB I PENDAHULUAN. A. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Klaten. 1. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Klaten.

LAMPIRAN. Uji Perbedaan. Group Statistics. Independent Samples Test

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Kondisi yang Melatarbelakangi Kesalahan atas Kewajiban Pemotongan PPh 23

ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK SEBELUM DAN SESUDAH DITERAPKANNYA PERATURAN PEMERINTAH NO. 46 TAHUN 2013 DI UMKM ONYX TULUNGAGUNG RINGKASAN SKRIPSI

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

ANALISIS PERBEDAAN PERLAKUAN PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN Dedi Haryanto

ANALISIS LIKUIDITAS DAN PENDAPATAN (RETURN) INVESTOR TERHADAP DAMPAK PEMECAHAN SAHAM (STOCK SPLIT) PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK

MEY N.NAWAITU 1, ZULKIFLI BOOKIU 2, USMAN 3 Jurusan Akuntansi Universitas Negeri Gorontalo

Lingga Widi Anggoro, Christine SE., M.In Tax. Program Studi Ekstensi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA LUBUK PAKAM. A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

BAB II HASIL SURVEY. 2.1 Gambaran Umum Kanwil DJP Jatim I. Gambar 2.1 Logo Kanwil DJP Jatim I Surabaya

Karisma Tejo Widaghdo

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Inspeksi Keuangan (KIK) Surakarta yang membawahi di antaranya KDL Tk. I

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab ini akan membahas mengenai hasil penelitian dan pembahasan yang

BAB 3 OBJEK DAN METODA PENELITIAN

2013, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (Lembara

KUESIONER PENELITIAN. kuesioner yang merupakan pilihan terbaik menurut Bapak/Ibu. Tiap pertanyaan hanya boleh ada

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN DARI USAHA

BAB 1 PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan

Berdasarkan data yang telah tersedia, dilakukan uji beda dua rata-rata data,

Uji perbedaan yang dilakukan adalah menguji rata-rata N-Gain hasil belajar ranah

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Data Proses Belajar Mata Pelajaran PAI Siswa-Santri dan. Siswa-Non Santri di SMK Syafi i Akrom Pekalongan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya pertumbuhan ekonomi saat ini di negara

BAB I PENDAHULUAN. berjumlah Rp ,00 (Laporan Keuangan Pemerintah Pusat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan demi tercapainya kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, sesuai

BAB III OBYEK PENELITIAN. III.1.1. Sejarah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Kalideres

NIK NRP

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis persepsi wajib pajak

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dibutuhkan dana yang relatif besar. Dana yang diperlukan tersebut

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Instansi

BAB I PENDAHULUAN. Pribadi atau Badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan UUD 1945 alinea 4 yaitu, memajukan kesejahteraan umum. Agar tujuan

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan. Pemerintah melalui dirjen pajak telah menetapkan pajak sebagai

BAB III PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN UMKM PP NO 46 TAHUN Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)

Abstrak. Kata kunci: PP no. 46 tahun 2013, pertumbuhan wajib pajak, pertumbuhan penerimaan PPh pasal 4 ayat (2)

BAB I PENDAHULUAN. oleh lembaga independen seperti Masyarakat Transparansi Internasional

x 100 %

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Tests of Normality Kolmogorov-Smirnov a

BAB I PENDAHULUAN. Negara pada tahun 2014, penerimaan perpajakan ditargetkan sebesar Rp

BAB I PENDAHULUAN. membiayai pengeluaran rutin dan juga membiayai pembangunan. Oleh karena

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. Tujuan yang ingin dicapai oleh Indonesia sebagai salah satu negara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Kewajiban perpajakan yang dilakukan oleh koperasi KPRI Gotong

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB III PEMBAHASAN. A. Pembahasan Masalah. Tahun 2015 ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak sebagai

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian Perihal: Pengajuan Pengisian Kuesioner Kepada Yth. Bapak/Ibu selaku responden Di tempat,

Transkripsi:

50 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta merupakan fasilitas bagi wajib pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta bertugas untuk melayani para wajib pajak agar lebih efisiensi dalam mengurus pajak, Kantor Pelayanan Pajak (KPP) melayani pembayaran PPh, PBB serta pemeriksaan dan penyelidikan pajak dalam satu tahun, jadi wajib pajak tidak perlu bersusah payah mengurus keperluan pajak. Selain itu Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta terhadap Account Representative yang bersedia melayani pajak secara individual. Setiap kantor tersedia wadah untuk layanan pembukuan bertugas untuk membantu wajib pajak yang tidak paham birokrasi untuk membayar pajak. Wilayah kerja KPP Pratama Surakarta meliputi seluruh wilayah di Kota Surakarta yang terdiri dari lima kecamatan yaitu Laweyan, Serengan, Pasar Kliwon, Jebres dan Banjarsari. Tugas Kantor Pelayanan Pajak (KPP) adalah melakukan penyuluhan, pelayanan dan pengawasan Wajib Pajak di bidang Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Tidak Langsung (PTL), dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTP) dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan. 50

51 B. Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta 1. Visi KPP Pratama Surakarta Menjadi Institusi Penghimpun Penerimaan Negara yang Terbaik demi Menjamin Keadulatan dan Kemandirian Negara. 2. Misi KPP Pratama Surakarta Menjamin penyelenggaraan Negara yang berdaulat dan mandiri dengan : a. Mengumpulkan penerimaan berdasarkan kepatuhan pajak sukarela yang tinggi dan penegakan hukum yang adil; b. Pelayanan berbasis teknologi modern untuk kemudahan pemenuhan kewajiban perpajakan; c. Aparatur pajak yang berintegritas, kompeten dan profesional; dan d. Kompensasi yang kompetitif berbasis sistem manajemen kinerja. C. Proses Pengambilan Data Pengumpulan data ini dilakukan dengan cara dokumentasi data jumlah wajib pajak UMKM, penerimaan wajib pajak UMKM, penerimaan PPh Pasal 4 ayat (2), penerimaan pajak penghasilan Pasal 4, penerimaan PP 46 tahun 2013 serta penerimaan pajak penghasilan keseluruhan dari tahun anggaran 2012-2015 yang terdaftar di KPP Pratama Surakarta. Penelitian ini menggunakan Wajib Pajak Orang Pribadi, Wajib Pajak Badan dan Wajib Pajak UMKM yang terdaftar di KPP Pratama Surakarta sebagai responden. Berikut ini merupakan uraian mengenai jumlah Wajib Pajak yang terdaftar di KPP Pratama Surakarta. Hingga bulan Juni 2015

52 jumlah Wajib Pajak yang tercatat sebesar 103.982, untuk rinciannya pada tabel IV.1 sebagai berikut : Tabel IV.1. Jumlah Wajib Pajak Berdasarkan Golongannya Wajib Pajak Jumlah Wajib Pajak Dalam Presen Hingga Juni 2015 Orang Pribadi 84.701 81,46 % Badan 9.160 8,81 % UMKM 10.121 9,73 % Total 103.982 100 % Sumber : Data Sekunder Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta D. Hasil Analisis Data Uji Beda dalam penelitian ini menggunakan uji beda Paired sample T- test. Uji beda dalam penelitian ini mendapatkan hasil sebagai berikut : 1. Uji beda terhadap pertumbuhan jumlah Wajib Pajak pada Wajib Pajak UMKM yang terdaftar di KPP Surakarta sebelum dan setelah Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013. Hipotesis yang digunakan adalah : Ho : tidak ada perbedaan pertumbuhan jumlah Wajib Pajak pada Wajib UMKM Pajak yang terdaftar di KPP Surakarta sebelum dan setelah Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013. Hα : ada perbedaan pertumbuhan jumlah Wajib Pajak pada Wajib Pajak UMKM yang terdaftar di KPP Surakarta sebelum dan setelah Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013.

53 Tabel IV.2. Hasil Uji Beda Pertumbuhan Jumlah Wajib Pajak UMKM Paired Sample Test WP UMKM Sebelum dan setelah PP 46 Tahun 2013 Paired Differences Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the Lower Difference Upper -1957,05556 158,9988 37,47640-2036,12384-1877,98727 T -52,221 Df 17 Sig. (2-tailed),000 Sumber : Olah Data Kesimpulan : Karena nilai sig. < nilai α 0,05 maka Ho ditolak yang berarti ada perbedaan pertumbuhan jumlah Wajib Pajak UMKM pada Wajib Pajak yang terdaftar di KPP Surakarta sebelum dan setelah Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013. 2. Uji beda terhadap Penerimaan PPh Pasal 4 ayat (2) sebelum dan setelah penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013. Hipotesis yang digunakan adalah : Ho : tidak ada perbedaan Penerimaan PPh Pasal 4 ayat (2) sebelum dan setelah Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013.

54 Hα : ada perbedaan Penerimaan PPh Pasal 4 ayat (2) sebelum dan setelah Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013. Tabel IV.3. Hasil Uji Beda Penerimaan PPh Pasal 4 ayat (2) Paired Sample Test PPh Sebelum dan setelah PP 46 Tahun 2013 Paired Differences Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the Lower Difference Upper -7120833440 7147806087 1684754052-1,0675E+10-3566313097 T -4,227 Df 17 Sig. (2-tailed),001 Sumber : Data Olah Kesimpulan : Karena nila sig. < alpha 0,05 %, maka Ho ditolak yang berarti ada perbedaan Penerimaan PPh Pasal 4 ayat (2) sebelum dan setelah Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013. 3. Uji beda terhadap pertumbuhan jumlah Penerimaan Pajak WP UMKM yang terdaftar sebelum dan setelah Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013.

55 Hipotesis yang digunakan adalah : Ho : tidak ada perbedaan pertumbuhan jumlah Penerimaan Pajak WP UMKM yang terdaftar di KPP Surakarta sebelum dan setelah Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013. Hα : ada perbedaan pertumbuhan jumlah Penerimaan Pajak WP UMKM yang terdaftar di KPP Surakarta sebelum dan setelah Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013. Tabel IV.4. Hasil Uji Beda Pertumbuhan Jumlah Penerimaan Pajak UMKM Paired Sample Test PP UMKM Sebelum dan setelah PP 46 Tahun 2013 Paired Differences Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the Lower Difference Upper -5586391162 11275448201 2657648628-1,1194E+10 20757313,16 T -2,102 Df 17 Sig. (2-tailed),051 Sumber : Olah Data

56 Kesimpulan : Karena nilai sig. > nilai α 0,05 maka Ho diterima yang berarti tidak ada perbedaan pertumbuhan jumlah penerimaan pajak yang terdaftar di KPP Surakarta sebelum dan setelah Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013. E. Pembahasan 1. Pertumbuhan jumlah Wajib Pajak pada Wajib Pajak yang terdaftar di KPP Surakarta sebelum dan setelah Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013. Sebelum penerapan PP. No. 46 Tahun 2013, jumlah pertumbuhan wajib pajak di wilayah kerja KPP Pratama Surakarta setiap bulannya terus mengalami peningkatan. Jumlah pertumbuhan wajib pajak tertinggi pada bulan Januari 2013 yaitu mencapai jumlah 3,59% Wajib Pajak. Sedangkan jumlah pertumbuhan terendah terjadi pada bulan Februari 2013 yakni hanya mencapai 0,35% Wajib Pajak. Setelah penerapan PP No.46 Tahun 2013, jumlah pertumbuhan Wajib Pajak tertinggi terjadi pada bulan Maret 2014 yaitu mencapai jumlah 2,08% Wajib Pajak. Sedangkan jumlah pertumbuhan terendah terjadi pada bulan Desember 2014 yaitu hanya mencapai 0,39% Wajib Pajak. Hal ini menunjukkan dengan adanya Peraturan Pemerintah No.46 wajib pajak tidak menyadari kewajiban pajaknya karena adanya penurunan presentase sebelum dan setelah penerapan. Dilihat dari tujuan

57 Pemerintah mengeluarkan PP ini adalah untuk memberikan kemudahan kepada Wajib Pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan dari usaha yang memiliki peredaran bruto tertentu, untuk melakukan perhitungan, penyetoran, dan pelaporan Pajak Penghasilan yang terutang tercapai dengan maksimal. 2. Pertumbuhan jumlah Penerimaan Pajak di KPP Surakarta sebelum dan setelah Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013. Sebelum adanya Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 jumlah Penerimaan Pajak di wilayah kerja KPP Pratama Surakarta setiap bulannya terus mengalami peningkatan. Jumlah pertumbuhan penerimaan pajak sebelum penerapan PP No.46 yang tertinggi yaitu bulan Desember 2012 sebesar 101,65%. Sedangkan jumlah pertumbuhan penerimaan pajak yang terendah di bulan September 2012 sebesar 0,63% Setelah adanya penerapan PP No.46 Tahun 2013, jumlah pertumbuhan penerimaan pajak tertinggi terjadi pada bulan Desember 2014 yaitu mencapai jumlah 277,41%. Sedangkan jumlah pertumbuhan penerimaan pajak terendah terjadi pada bulan September 2013 yaitu hanya mencapai 2,54%. Hal ini disebabkan karena penerapan PP No.46 Tahun 2013 yang mempunyai peredaran bruto Rp 4,8 Miliar dikenakan pajak PPh final 1%, dengan adanya sosialisai PP 46 tahun 2013 tujuan yang ingin dicapai oleh KPP Pratama Surakarta telah tercapai dengan baik dibuktikan dengan adanya penerimaan paling tertinggi di bulan Desember 2014 Rp57.374.818.034.

58 3. Perbedaan pertumbuhan jumlah Wajib Pajak pada Wajib Pajak yang terdaftar di KPP Surakarta sebelum dan setelah Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013. Dalam penelitian ini mendapatkan hasil bahwa ada perbedaan jumlah Wajib Pajak yang terdaftar di KPP Surakarta sebelum dan setelah Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013. Hal ini dibuktikan dari hasil uji beda Paired Sample T-test yaitu nilai sig. < nilai α 0,005. Menunjukkan bahwa sosialisasi yang dilakukan oleh KPP Surakarta sudah tercapai dengan baik karena adanya penurunan pertumbuhan Wajib Pajak. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013, Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha perdagangan dan/atau jasa melalui suatu tempat usaha yang dapat dibongkar pasang, termasuk yang menggunakan gerobak dan menggunakan tempat untuk kepentingan umum menurut peraturan perundangan-undangan bahwa tempat tersebut tidak diperuntukkan bagi tempat usaha atau berjualan, misalnya perdagang makanan keliling, pedagang asongan, warung tenda di trotoar, dan sejenisnya. Wajib Pajak tersebut atas penghasilannya tidak dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final berdasarkan PP 46 Tahun 2013. Sedangkan Wajib Pajak badan yang tidak dikenakan peraturan ini adalah Wajib Pajak badan yang belum beroperasi secara komersial, atau Wajib Pajak badan yang dalam jangka waktu 1 (satu)

59 tahun setelah beroperasi secara komersial memperoleh peredaran bruto melebihi Rp4.8miliar. 4. Pertumbuhan jumlah penerimaan PPh Pasal 4 ayat (2) sebelum dan setelah penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013. Hasil sebelum adanya penerapan PP No.46 Tahun 2013, menunjukkan adanya peningkatan jumlah Penerimaan PPh Pasal 4 ayat (2) setiap bulannya. Jumlah pertumbuhan penerimaan PPh Pasal 4 ayat (2) tertinggi pada bulan November 2012 sebesar 100,36%, sedangkan terendah pada bulan April 2012 sebesar 0,94%. Sedangkan setelah penerapan PP No.46 Tahun 2013, menunjukkan adanya peningkatan jumlah Penerimaan PPh Pasal 4 ayat (2) setiap bulannya. Jumlah pertumbuhan penerimaan PPh Pasal 4 ayat (2) tertinggi pada bulan Desember 2013 sebesar 35,83%, sedangkan terendah pada bulan April 2014 sebesar 0,74%. Hal ini menunjukkan besarnya partisipasi Wajib Pajak dalam membayar beban pajak mereka sangat kurang. Sesuai dengan tujuan diterbitkannya PP 46 tahun 2013 adalah untuk pemerataan dalam pengenaan pajaknya agar semua wajib pajak membayar pajak serta ikut membangun penyelenggaraan Negara tidak tercapai dengan sangat baik. 5. Perbedaan Penerimaan PPh Pasal 4 ayat (2) sebelum dan setelah penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013. Dalam penelitian ini mendapatkan hasil adanya perbedaan penerimaan PPh Pasal 4 ayat (2) sebelum dan setelah penerapan

60 Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013. Hal ini dibuktikan dari hasil uji Paired Sample T-test dilihat pada output Paired Sample Test nilai Sig. (2-tailed) < alpha 5%. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan penerimaan PPh Pasal 4 ayat (2) sebelum dan setelah penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013. Hal ini juga dapat diartikan ada perbedaan penerimaan PPh Pasal 4 Ayat (2) setelah penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013. 6. Perbedaan pertumbuhan jumlah Penerimaan Pajak di KPP Surakarta sebelum dan setelah Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013. Dalam penelitian ini mendapatkan hasil bahwa tidak ada perbedaan pertumbuhan jumlah Penerimaan Pajak sebelum dan setelah Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013. Hal ini dibuktikan dari hasil uji Paired Sample T-test dilihat pada output Paired Sample Test nilai Sig. (2-tailed) > alpha 5%. Hasil penelitian menunjukkan tidak adanya perbedaan pertumbuhan jumlah Penerimaan Wajib Pajak di KPP Pratama Surakarta dengan menerapkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 2013. Hal ini juga dapat diartikan tidak adanya perbedaan jumlah penerimaan Wajib Pajak setelah dikenakan tarif 1%.

61 7. Penerimaan PP. No. 46 Tahun 2013 terhadap penerimaan Pajak Penghasilan Penerimaan PP 46 Tahun 2013 jumlah tertinggi di bulan Maret 2015 mencapai Rp.2.518.701.910 dan penerimaan terendah pada bulan Agustus 2013 sebesar Rp.201.981.324. Sedangkan untuk penerimaan Pajak Penghasilan jumlah tertinggi di bulan Desember 2014 mencapai Rp.171.770.307.151 dan terendah pada bulan Februari 2014 sebesar Rp.38.426.599.000. Kontribusi penerimaan PP 46 Tahun 2013 yang tertinggi di bulan Maret 2014 sebesar 3,82% dan terendah di bulan Juli 2013 sebesar 0,00% dengan kriteria Sangat Kurang. Sedangkan rata-rata penerimaan PP 46 terhadap pajak penghasilan selama 16 bulan adalah sebesar 2,31% dengan Kriteria Sangat Kurang. Wajib pajak yang terdaftar di KPP Surakarta pada bulan juli belum ada yang melaporkan pemotongan terkait dengan PP 46. Hal ini dikarenakan PP No.46 Tahun 2013 yang mengatur tentang pajak penghasilan atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh dengan omset tertentu tidak melebihi 4,8Miliar baru diterapkan pada bulan Juli 2013. 8. Penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) terhadap penerimaan Pajak Penghasilan Penerimaan PPh Pasal 4 ayat (2) jumlah tertinggi di bulan Desember 2014 mencapai Rp.39.880.484.278 dan terendah di bulan Juli 2013 sebesar Rp.19.553.019.400. Sedangkan untuk penerimaan Pajak

62 Penghasilan jumlah tertinggi di bulan Desember 2014 mencapai Rp.171.770.307.151 dan terendah pada bulan Februari 2014 sebesar Rp.38.426.599.000. Kontribusi PPh pasal 4 ayat (2) yang tertinggi di bulan Oktober 2014 mencapai 56,41% dengan kriteria Sangat Baik dan terendah di bulan Juli 2013 sebesar 0,00% dengan kriteria Sangat Kurang. Sedangkan rata-rata penerimaan dari PPh Pasal 4 ayat (2) terhadap pajak penghasilan selama 16 bulan adalah sebesar 42,97% dengan kriteria Baik. Hal ini disebabkan karena para wajib pajak telah memenuhi perhitungan, penyetoran dan pelaporan pajak penghasilan tertutang kepada fiskus.