ANALISIS PERAMALAN PRODUKSI USAHA TANI LIDAH BUAYA (Aloe vera) DI KOTA PONTIANAK

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hortikultura, subsektor kehutanan, subsektor perkebunan, subsektor peternakan,

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terigu dicukupi dari impor gandum. Hal tersebut akan berdampak

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah.

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahun dengan laju kenaikan lebih dari 20% (Adisarwanto, 2000). Indonesia dengan luas areal bervariasi (Rukmana, 2012).

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN JAGUNG DI SUMATERA UTARA

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

JURIDIKTI, Vol. 6 No. 1, April ISSN LIPI :

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pertanian. Indonesia memiliki beragam jenis tanah yang mampu. menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten sepanjang tahun,

POTENSI LAHAN PERTANIAN BAGI PENGEMBANGAN PALAWIJA DI LAMPUNG

ANALISIS KINERJA DAN PROSPEK SWASEMBADA KEDELAI DI INDONESIA. Muhammad Firdaus Dosen STIE Mandala Jember

I. PENDAHULUAN. besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari. pembangunan Nasional yang bertujuan untuk mewujudkan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan keanekaragaman sumberdaya hayati yang tinggi. Sektor pertanian merupakan

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

agribisnis untuk mencapai kesejahteraan wilayah pedesaan (prospherity oriented) (Bappeda Kabupaten Lampung Barat, 2002). Lebih lanjut Bappeda

PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK. Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia memegang peranan penting dari keseluruhan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHATANI KENTANG DI KABUPATEN BENER MERIAH PROVINSI ACEH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yudohusodo (2006) mengatakan bahwa Indonesia memiliki potensi produksi pertanian tropis dan potensi pasar pangan

TINJAUAN PUSTAKA. daerahnya masing-masing. Oleh karena itu tiap daerah sudah lebih bebas dalam

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di

IV. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian dipandang dari dua pilar utama dan tidak bisa

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian dan perkebunan memegang peranan penting dan

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor yang memiliki peran penting dalam

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. (agribisnis) terdiri dari kelompok kegiatan usahatani pertanian yang disebut

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS TIME SERIES PRODUKSI DAN KONSUMSI PANGAN UBI KAYU DAN UBI JALAR DI SUMATERA UTARA

I. PENDAHULUAN. pembentukan Gross National Product (GNP) maupun Produk Domestik Regional

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN BIREUEN PROVINSI ACEH. Mimi Hayatiˡ, Elfiana 2, Martina 3 ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun (Milyar rupiah)

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan lahan semakin meningkat seiring dengan pertambahan

Prosiding Seminar Nasional Pertanian Presisi

I. PENDAHULUAN. (b) Mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. perkembangan perekonomian Indonesia. Kekayaan alam Indonesia yang berlimpah

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Lampiran 1. Jumlah Penduduk Sumatera Utara ( )

Tanaman pangan terutama padi/beras menjadi komoditas yang sangat strategis karena merupakan bahan makanan pokok bagi bangsa Indonesia.

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN , , ,99. Total PDRB , , ,92

PENDAHULUAN. swasembada beras. Produksi yang melebihi kebutuhan konsumsi penduduk, menempatkan daerah ini sebagai daerah suplai beras dan penyangga

I. PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura yang terdiri dari tanaman buah-buahan dan sayuran,

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan

Analisis penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Barat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

PENDAHULUAN. yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian sebagai bagian integral dari pembangunan

PERAMALAN PASOKAN BAHAN BAKU DAN PENJUALAN SIR 20 DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VII UNIT PADANG PELAWI KEC. SUKARAJA KAB. SELUMA

IX. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memiliki peran yang sangat besar dalam perekonomian

I. PENDAHULUAN. Pertanian adalah seluruh kegiatan yang meliputi hulu sampai hilir yaitu,

KEUNGGULAN KOMPETITIF SISTEM USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN SUMBA TIMUR, NTT

PERAMALAN HARGA DAN PERMINTAAN KOMODITAS TEMBAKAU DI KABUPATEN JEMBER. Oleh : OKTANITA JAYA ANGGRAENI *) ABSTRAK

I PENDAHULUAN Latar Belakang

SALESMANSHIP PELUANG PASAR DAN PERAMALAN PENJUALAN. Ariadne Sekar Sari, S.E., M.M. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS

PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

KAJIAN KEMAMPUAN EKONOMI PETANI DALAM PELAKSANAAN PEREMAJAAN KEBUN KELAPA SAWIT DI KECAMATAN SUNGAI BAHAR KABUPATEN MUARO JAMBI

I. PENDAHULUAN. Gambar 1 Proyeksi kebutuhan jagung nasional (Sumber : Deptan 2009, diolah)

Transkripsi:

ANALISIS PERAMALAN PRODUKSI USAHA TANI LIDAH BUAYA (Aloe vera) DI KOTA PONTIANAK Ellyta 1), Susi Hendriani 2) Fakultas Pertanian, Universitas Panca Bhakti (penulis 1,2) Email: el_lyta@yahoo.com Email: susihendriani5@gmail.com Abstract Aloe vera is a prime product of local area especially the city of Pontianak in West Kalimantan. This product need to be maintained and to know the amount of next product it must be necessary to forecast. To find the prospect of aloe vera farm used Linear Regression (Regression) with analysis of Time Series. Forecasting value of the first harvest season in 2016 for the production amounted 2859.6978 tons, corrected predictive value is 2937.9391 tons. Forecasting value at the second harvest season is 2928.9916 tons, corrected predictive value 3092.2536 tons. Value forecasting the harvest season third is 2998.2854 tons corrected predictive value is 2894.0050 tons. forecasting the value of the fourth harvest season as much as 3067.5792 tons forecast corrected value is 3127.5810 tons. Based on the analysis of forecasting using Time Series analysis through the analysis of seasonal known aloe vera production in 2016 increased in the amount of 2580.9717 tons in the first harvest season. the second harvest season 2967.1956 tons, the third harvest season 2.512.8624 and 3126.3144 tons during the fourth harvest season. Key words: Aloe vera, forecasting, production, time series PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian dalam arti luas mencakup beberapa sub sektor, dimana salah satunya adalah sub sektor tanaman hortikultura. Pembangunan tanaman hortikultura merupakan bagian dari pembangunan ekonomi yang sangat berpengaruh pada pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), pemerataan pendapatan, penciptaan lapangan kerja, keseimbangan lingkungan, kemandirian usaha dan daya saing. Keberhasilan pembangunan pertanian dalam upaya mencakup keperluan tanaman hortikultura dilaksanakan dengan peningkatan kuantitas produksi pertanian melalui program perluasan areal tanam dan peningkatan mutu intensifikasi. Peningkatan produksi tanaman hortikultura guna memelihara kemantapan swasembada, meningkatkan pendapatan masyrakat dan memperbaiki keadaan gizi melalui penganekaragaman jenis produk tanaman hortikultura perlu terus diupayakan. Peningkatan ini terutama diarahkan pada produktifitas pengolahan usaha, penumbuhan motivasi/etos kerja, perluasan lahan pengolahan usaha, serta pemanfaatan lahan kering, lahan perkarangan dan lahan pasang surut dengan didukung oleh penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna, kegiatan-kegiatan tersebut telah mendapat skala prioritas dalam perencanaan strategi pertanian. Dimana salah satu fokus kebijaksanaan pembangunan nasional adalah mengembangkan sesuatu yang berorientasi global dengan membangun keunggulan komperatif produk-produk daerah berdasarkan kompetensi dan keunggulan komperatif Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia daerah. Komoditi lidah buaya (Aloe Vera) merupakan salah satu komoditi unggulan daerah yang memiliki keunggulan komperatif dan kompetitif. Dimana wilayah Kota Pontianak merupakan daerah dengan luas produksi lidah buaya (Aloe Vera) terluas di Indonesia, yaitu seluas 84 ha pada tahun 2015. Prospek pengusahaan tanaman ini juga ditunjang dengan kenyataan bukti manfaat dan kegunaan lidah buaya (Aloe Vera) itu sendiri serta permintaan pasar yang cukup besar terhadap komoditas tersebut. Kota Pontianak termasuk yang berada di bawah garis Khatulistiwa, mempunyai ciri yang sangat spesifik terhadap komoditas pertanian unggulan dan andalan yang dihasilkan. Diantaranya adalah komoditi lidah buaya (Aloe Vera) yang saat ini sudah menjadi komoditas ekspor dan dikenal lebih baik dari produk lidah buaya didaerah lain karena mengandung fiber (serat) lebih tinggi dengan ukuran pelepah yang lebih besar merupakan suatu anugrah komperatif. Garis Khatulistiwa mendapat intensitas matahari yang cukup tinggi sepanjang hari dan hal ini sangat diperlukan untuk pertumbuhan tanaman lidah buaya (Aloe Vera) dalam menghasilkan serat yang maksimum sehingga menyebabkan 10

kualitas dan bentuk dari lidah buaya (Aloe Vera) tersebut maksimal. Keunggulan komperatif tersebut perlu ditingkatkan dengan terus menerus melakukan pengkajian dan pengembangan suatu produk. Lidah buaya (Aloe Vera) merupakan salah satu komoditi unggulan Kota Pontianak dengan jumlah produksi lidah buaya terluas di Kalimantan Barat, yaitu mencapai 84 hektar dengan jumlah produksi mencapai 10.076,16 ton, sedangkan untuk wilayah lain masih dalam tahap rencana pengembangan (Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Pontianak 2015). Untuk wilayah Kota Pontianak pengusahaan lidah buaya terkonsentrasi di Kecamatan Pontianak Utara, untuk lebih jelasnya mengenai pengusahaan lidah buaya di Kecamatan Pontianak Utara dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Luas Tanam, Luas, Produktivitas dan Produksi Lidah Buaya di Kota Pontianak Luas Tanam (Ha) Luas (Ha) Produktivitas (Kw/Ha) Produksi (Ton) 2011 46 46 254,311 7.360,0 2012 79 46 1.382,40 6.350,04 2013 86 84 938,06 7.879,68 2014 86 84 1.464,83 11.842,56 2015 86 84 1.202,52 10.076,16 Sumber: Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Pontianak, 2015. Untuk kecamatan lain yaitu Pontianak Barat luas tanaman lidah buaya seluas ± 11 Ha, Pontianak Timur ± 27 Ha dan Pontianak Selatan Seluas ± 9 Ha (BPS Pontianak, 2012). Prospek pengusahaan tanaman ini juga ditunjang dengan kenyataan bukti manfaat dan kegunaan lidah buaya (Aloe Vera) itu sendiri serta permintaan pasar yang cenderung meningkat terhadap komoditas tersebut. Saat ini perkembangan produksi lidah buaya (Aloe Vera) khususnya di Kecamatan Pontianak Utara dari tahun ketahun memang terus mengalami peningkatan. Menurut Assauri (2004), produksi adalah segala kegiatan dalam menciptakan dan menambah kegunaan (utility) sesuatu barang atau jasa, untuk kegiatan mana dibutuhkan faktor-faktor produksi dalam ilmu ekonomi berupa tanah, tenaga kerja, dan skill (organization, managerial, dan skills). Di Kota Pontianak terdapat sekitar 22 IKM yang memproduksi berbagai jenis produk olahan lidah buaya (Aloe vera), yang dipasarkan secara lokal, domestik maupun sampai pada mancanegara. Keadaan seperti ini tentunya menjadi tantangan bagi para pelaku usahatani lidah buaya (Aloe Vera) maupun pemerintah terkait bagaimana menjaga agar produksi produk unggulan lokal yang mempunyai potensi sangat besar tersebut terus meningkat dan tidak tergeser oleh produk-produk lain yang mulai berkembang dan cocok dibudidayakan dalam wilayah yang sama. Kemampuan para pelaku usaha industri lidah buaya (Aloe Vera) maupun pemerintah terkait dalam menangani masalah-masalah kemungkinan akan menurunnya permintaan akan bahan baku produk olahan lidah buaya (Aloe vera) akan berpengaruh negatif terhadap para pelaku usahatani lidah buaya (Aloe vera) yang ada dan dapat mengakibatkan para pelaku usahatani kesulitan dalam memasarkan produksi dari lidah buaya (Aloe vera) tersebut. Dalam hal ini peranan pemerintah terkait sangat penting peranannya terutama dalam mensosialisasikan mengenai diversifikasi dari pada lidah buaya (Aloe vera) yang ada untuk terus meningkatkan permintaan bahan baku. Mengingat lidah buaya (Aloe vera) merupakan produk unggulan lokal daerah Kalimantan Barat khususnya Kota Pontianak maka sudah pasti mempertahankan produksi harus dilakukan. Namun dengan melihat beberapa hal di atas maka perlu dilakukan peramalan terhadap produksi lidah buaya (Aloe vera) untuk tahun yang akan datang sehingga dapat diketahui gambaran atau kondisi produksi lidah buaya (Aloe vera) tersebut. Peramalan adalah proses untuk memperkirakan beberapa kejadian dan kebutuhan dimasa datang (Heizer, 2005 dan Arman, 2003). Peramalan produksi dimaksud juga harus dilakukan oleh para pelaku usahatani lidah buaya (Aloe vera) yang ada di Kecamatan Pontianak Utara maupun pemerintah terkait seperti Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Pontianak sehingga diharapkan dapat memiliki gambaran 11

ataupun strategi dalam upaya mempertahankan produksi lidah buaya (Aloe Vera) yang ada di Kecamatan Pontianak Utara Kota Pontianak. Peramalan atau forecasting merupakan teknik atau cara kuantitatif dalam memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa mendatang, dan tentunya membutuhkan data-data masa lampau sebagai acuan atau data historis (Lestari dan Wahyuningsih, 2012). Salah satu manfaat peramalan penjualan adalah dapat memperkirakan penjualan secara akurat dari waktu ke waktu sehingga dapat dibuat rencana produksi yang sesuai dengan perkiraan penjualan (Munawar,2003). Rumusan Masalah Meningkatkan produksi tanaman hortikultura khususnya pada produk pertanian sangat perlu dilakukan. Hal ini dikarenakan dalam kehidupan masyarakat produksi dari tanaman hortikultura itu sendiri merupakan salah satu kebutuhan yang harus selalu terpenuhi. Permintaan dan penawaran merupakan salah satu faktor yang paling penting terhadap peningkatan atau penurunan kegiatan produksi. Berlanjut atau tidaknya suatu usaha produksi khususnya dalam sektor pertanian bergantung pada ada tidaknya permintaan akan produk pertanian tersebut sehingga terjadilah penawaranpenawaran terhadap produk yang dihasilkan. Semakin besar permintaan maka kegiatan usahatanipun akan berusaha ditingkatkan guna untuk memenuhi permintaan akan produk pertanian tersebut. Dengan adanya permintaan konsumen maka produsen terus melakukan penawaran terhadap produk yang dihasilkan sehingga produsen juga harus meningkatkan produksinya. Dilihat dari fakta yang ada di lapangan bahwa produksi lidah buaya oleh para pelaku usahatani lebih besar dari pada permintaan lidah buaya yang ada di Kota Pontianak. Hal ini mungkin terjadi karna banyak produk-produk olahan baru yang di olah dengan bahan baku lain sehingga dapat menyebabkan bergesernya peningkatan produk olahan berbahan baku lidah buaya tersebut. Bukan itu saja kesadaran masyrakat serta peran pemerintah terkait dalam mendukung proses pemasaran produk hasil diversifikasi dari lidah buaya juga dinilai masih sangat kurang. Untuk saat ini saja di Kota Pontianak terdapat sekitar 22 (dua puluh dua) IKM yang memproduksi produk olahan lidah buaya (Aloe vera) dengan berbagai macam produk dengan memerlukan bahan baku lidah buaya sebesar 306.680 ton per bulan, sedangkan produksi petani sebesar 819,2 ton per bulan. Hal tersebut menggambarkan bahwa permintaan lebih kecil dari pada produksi. Oleh karena itu diharapkan produksi lidah buaya (Aloe vere), di Kota Pontianak khususnya di Kecamatan Pontianak Utara dapat diseimbangkan dengan permintaan. Dari latar belakang yang telah dikemukakan, maka permasalah yang menjadi fokus penelitian adalah bagaimana prediksi (Forecasting ) produksi lidah buaya (Aloe vera) di Kecamatan Pontianak Utara Kota Pontianak pada tahun 2016. Tujuan Penelitian Dengan melihat permasalah di atas, adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan peramalan terhadap produksi lidah buaya (Aloe vera) yang ada di Kecamatan Pontianak Utara Kota Pontianak apakah terus meningkat atau mengalami penurunan. Sehingga diharapkan dapat membantu pihak terkait dalam upaya memenuhi permintaan konsumen atau pun mengatasi masalahan masalah yang akan terjadi. METODE PENELITIAN Variabel Pengamatan Pada penelitian ini variabel yang diamati adalah jumlah produksi lidah buayaa di Kecamatan Pontianak Utara Kota Pontianak dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015. Analisis Data Untuk mengetahui prospek usahatani lidah buaya di Kecamatan Pontianak Utara Kota Pontianak digunakan Regresi Linier (Regression). Secara matematik Regresi Linier (Regeression) dengan analisis Time Series dituliskan sebagai berikut (Yogi, 2004) : 12

Y Y : a + bx : forecasting produksi usahatani lidah buaya di Kecamatan Pontianak Utara X : jumlah produksi lidah buaya dari tahun 2011-2015 Untuk melihat ketepatan peramalan maka dilakukan dengan membandingkan antara nilai aktual dengan ramalan sehingga didapat nilai ramalan terkoreksi untuk tahun 2016. Adapun langkah-langkah analisis forecasting produksi usahatani lidah buaya di Kecamatan Pontianak Utara Kota Pontianak berdasarkan analisis Time Series melalui analisis musiman adalah sebagai berikut : 1. Langkah Pertama Pada langkah pertama ini hal yang dilakukan adalah menentukan data produksi lidah buaya yang didasarkan pada musim penen dari tahun 2011-2015. Kemudian ditentukan pula nilai X yaitu nilai dari tiap musim panen dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015. Nilai X ini selalu dimulai dari 1 pada musim panen pertama di tahun 2011, nilai 2 dimusim panen kedua di tahun 2011, nilai 3 dimusim panen ketiga di tahun 2011, nilai 4 pada musim panen di tahun 2011, nilai 5 dimusim panen pertama di tahun 2012, nilai 6 dimusim panen kedua di tahun 2012, nilai 7 dimusim panen ketiga di tahun 2012, nilai 8 dimusim panen keempat di tahun 2012 dan seterusnya sampai tahun 2015. 2. Langkah Kedua Pada langkah kedua ini setelah data peramalan ditentukan maka dilakukan analisis regresi untuk menentukan fungsi peramalannya. Dari fungsi peramalan tersebut diperoleh hasil peramalan untuk produksi lidah buaya di Kecamatan Pontianak Utara Kota Pontianak dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015. 3. Langkah Ketiga Pada langkah ketiga ini dilakukan perbandingan antara nilai aktual (sesungguhnya) dengan nilai ramalan pada masing-masing musim tanam. Nilai perbandingan ini untuk memperoleh nilai rata-rata pada masing-masing kelompok musim panen dari tahun 2011-2015. Hasil dari perbandingan ini digunakan untuk mengoreksi nilai ramalan yang akan terjadi ditahun 2012 pada masing-masing musim tanam. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Peramalan (Forecasting) Produksi Lidah Buaya Pada penelitian ini digunakan Analisis Time Series. Menurut Yogi (2004), Analisis Time Series adalah suatu analisis untuk meramalkan nilai yang akan datang dengan bantuan dari data-data yang sudah ada sebelumnya. Analisis Time Series yang digunakan yaitu Analisis an dengan menggunakan model regresi. Analisis an adalah suatu analisis untuk data yang sifatnya musiman. Data yang dianalisis pada penelitian ini adalah data produksi lidah buaya di Kecamatan Pontianak Utara Kota Pontianak pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 yang dibagi kedalam 4 musim panen untuk setiap tahunnya. Dalam penelitian ini data yang di dapat yaitu data primer dan data sekunder. Untuk data analisis yang digunakan yaitu data sekunder (data dari Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Pontianak). Adapun perbandingan antara data primer dan data sekunder yaitu data sekunder produksi lidah buaya (Aloe vera) di Kecamatan Pontianak Utara Kota Pontianak sebesar 10.076,16 ton pada tahun 2015 dan data primer (data dari petani) sebesar 10.074 ton pada tahun 2015. Adapun hasil analisis prospek usahatani lidah buaya di Kecamatan Pontianak Utara Kota Pontianak berdasarkan analiss Time Series melalui analisis musiman adalah sebagai berikut : 1. Langkah Pertama Pada langkah pertama ini hal yang dilakukan adalah menentukan data produksi lidah buaya yang didasarkan pada musim panen dari tahun 2011-2015. Kemudian ditentukan pula nilai X yaitu nilai dari tiap musim panen dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015. Nilai X ini selalu dimulai dari 1 pada musim panen pertama di tahun 2011, nilai 2 dimusim panen 13

kedua ditahun 2011, nilai 3 dimusim panen ketiga di tahun 2011, nilai 4 dimusim panen keempat ditahun 2011, nilai 5 dimusim panen pertama di tahun 2012, nilai 6 dimusim panen kedua ditahun 2012, nilai 7 dimusim panen ketiga ditahun 2012, nilai 8 dimusim panen keempat di tahun 2012 dan seterusnya seperti terlihat pada Tabel 2 dibawah ini. Nilai Y yaitu jumlah produksi jagung di Kecamatan Pontianak Utara Kota Pontianak tahun 2011 sampai dengan 2015. Tabel 2. Data Peramalan Produksi Lidah Buaya di Kecamatan Pontianak Utara Kota Pontianak 2011-2015 Nilai Nilai Y X 2011 1 1 1.840 2011 2 2 1.840 2011 3 3 1.840 2011 4 4 1.840 2012 1 5 1.454,28 2012 2 6 1.454,28 2012 3 7 1.454,28 2012 4 8 1.987,2 2013 1 9 1.621,20 2013 2 10 2.150,41 2013 3 11 2.158,15 2013 4 12 1.949,92 2014 1 13 2.903,04 2014 2 14 3,116,16 2014 3 15 2.282,08 2014 4 16 3.041,28 2015 1 17 2.580,48 2015 2 18 2.519,04 2015 3 19 2.519,04 2015 4 20 2.457,6 Sumber : Analisis Data, 2016 2. Langkah Kedua Pada langkah kedua setelah data peramalan ditentukan maka dilakukan analisis regresi untuk menentukan fungsi peramalannya. Dari hasil analisis regresi diperoleh fungsi peramalan sebagai berikut : Y = 1404,528 + 69,2938X Dari fungsi peramalan tersebut diperoleh hasil peramalan untuk produksi lidah buaya di Kecamatan Pontianak Utara Kota Pontianak tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 yang dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini : Dari hasil peramalan melalui fungsi regresi tersebut diatas terlihat bahwa peramalan pada musim panen pertama di tahun 2016 untuk produksi lidah buaya adalah sebesar 2.859,6978, musim panen kedua sebesar 2.928,9916, musim panen ketiga sebesar 2.998,2854 dan musim panen ke empat sebesar 3.067,5792. Dari pengamatan pada data bahwa suatu siklus pada musim tanam dapat terjadi nilai sesungguhnya yang lebih kecil dari ramalan atau sebaliknya. Agar ramalan mengarah ke yang lebih tepat maka harus memperhatikan nilai siklus dengan cara mengoreksinya. Cara koreksi terhadap ramalan dapat dilihat pada langkah ketiga. 14

Tabel 3. Hasil Peramalan Produksi Lidah Buaya di Kecamatan Pontianak Utara Kota Pontianak dari 2011-2015 Nilai Nilai X Nilai Y Peramalan 2011 1 1 1.840 1.473,8218 2011 2 2 1.840 1.543,1156 2011 3 3 1.840 1.612,4094 2011 4 4 1.840 1.681,7032 2012 1 5 1.454,28 1.750,997 2012 2 6 1.454,28 1.820,2908 2012 3 7 1.454,28 1.889,5846 2012 4 8 1.987,2 1.958,8784 2013 1 9 1.621,20 2.028,1722 2013 2 10 2.150,41 2.097,466 2013 3 11 2.158,15 2.166,7598 2013 4 12 1.949,92 2.236,0536 2014 1 13 2.903,04 2.305,3474 2014 2 14 3,116,16 2.374,6412 2014 3 15 2.282,08 2.443,935 2014 4 16 3.041,28 2.513,2288 2015 1 17 2.580,48 2.582,5226 2015 2 18 2.519,04 2.651,8164 2015 3 19 2.519,04 2.721,1102 2015 4 20 2.457,6 2.790,404 2016 1 21 2.859,6978 2016 2 22 2.928,9916 2016 3 23 2.998,2854 2016 4 24 3.067,5792 Sumber : Analisis Data 2016 3. Langkah Ketiga Pada langkah ketiga ini dilakukan perbandingan antara nilai aktual (sesungguhnya) dengan nilai ramalan pada masing-masing musim panen. Nilai perbandingan ini untuk memperoleh nilai rata-rata pada masing-masing kelompok musim panen dari tahun 2011-2015. Hasil dari perbandingan ini digunakan untuk mengoreksi nilai ramalan yang akan terjadi ditahun 2016 pada masing-masing musim panen. Adapun hasil analisis dapat dilihat pada tabel 4-8 berikut. Tabel 4. Nilai Perbandingan Antara Aktual dan Ramalan 1 Aktual Ramalan A/R 2011 1 1.840 1.473,8218 1,2485 2012 1 1.454,28 1.750,997 0,8305 2013 1 1.621,20 2.028,1722 0,7993 2014 1 2.903,04 2.305,3474 1,2593 2015 1 2.580,48 2.582,5226 0,9992 Rata-Rata 1,02736 Sumber : Hasil Analisis Data, 2016 15

Tabel 5. Nilai Perbandingan Antara Aktual dan Ramalan 2 Aktual Ramalan A/R 2011 2 1.840 1.543,1156 1,1924 2012 2 1.454,28 1.820,2908 0,7989 2013 2 2.150,41 2.097,466 1,0252 2014 2 3.116,16 2.374,6412 1,3123 2015 2 2.519,04 2.651,8164 0,9499 Rata-Rata 1,05574 Sumber : Hasil Analisis Data, 2016 Tabel 6. Nilai Perbandingan Antara Aktual dan Ramalan pada 3 Aktual Ramalan A/R 2011 3 1.840 1.612,409 1,1411 2012 3 1.454,28 1.889,5846 0,7696 2013 3 2.158,15 2.166,7598 0,9960 2014 3 2.282,08 2.443,935 0,9337 2015 3 2.519,04 2.721,1102 0,9257 Rata-Rata 0,96522 Sumber : Hasil Analisis Data, 2016 Tabel 7. Nilai Perbandingan Antara Aktual dan Ramalan 4 Aktual Ramalan A/R 2011 4 1.840 1.681,7032 1,0941 2012 4 1.987,2 1.958,8784 1,0145 2013 4 1.949,92 2.236,0536 0,8720 2014 4 3.041,28 2.513,2288 1,2101 2015 4 2.457,6 2.709,404 0,9071 Rata Rata 1,01956 Sumber : Hasil Analisis Data, 2016 Pada tabel 6 sampai dengan tabel 7 data-data pada musim panen pertama sampai keempat dikelompokan dari tahun ketahun. Setelah itu data aktual dibagi dengan data peramalan yang nilainya terlihat pada kolom A/R. Hasil perbandingan antara nilai aktual dan ramalan inilah yang digunakan untuk mengoreksi ramalan pada tiap musim panen ditahun 2016. Untuk lebih jelasnya mengenai ramalan yang terkoreksi pada tahun 2016 di tiap musim panen dapat dilihat pada tabel 8. Tabel 8. Hasil Peramalan yang Terkoreksi di 2016 Nilai Ramalan Rata-Rata A/R Ramalan Terkoreksi 2016 1 2.859,6978 1,02736 2.937,9391 2016 2 2.928,9916 1,05574 3.092,2536 2016 3 2.998,2854 0,96522 2.894,0050 2016 4 3.067,5792 1,01956 3.127,5810 Sumber : Analis Data, 2016 16

Dari perhitungan maka nilai ramalan terkoreksi tahun 2016 pada musim panen pertama yaitu 2.937,9391 ton, musim panen kedua yaitu 3.092,2536 ton, musim panen ketiga yaitu 2.894,0050 ton dan musim panen keempat yaitu 3.127,5810 ton. 4. Perbandingan Permintaan dengan Produksi Berdasarkan hasil penelitian, data permintaan lidah buaya (Aloe vera) menurut IKM yang ada di Kota Pontianak yaitu sebesar 3.680,16 ton pertahun sedangkan produksi yaitu sebesar 10.076,16 ton pada tahun 2015. KESIMPULAN 1. Nilai peramalan pada musim panen pertama ditahun 2016 untuk produksi lidah buaya di Kecamatan Pontianak Utara adalah sebesar 2.859,6978 ton nilai ramalan terkoreksi yaitu 2.937,9391 ton, nilai peramalan pada musim panen kedua yaitu 2.928,9916 ton nilai ramalan terkoreksi yaitu 3.092,2536 ton, nilai peramalan pada musim panen ketiga yaitu 2.998,2854 ton nilai ramalan terkoreksi yaitu 2.894,0050 ton dan nilai peramalan pada musim panen keempat yaitu 3.067,5792 ton nilai ramalan terkoreksi yaitu 3.127,5810 ton. 2. HAsil analisis peramalan (forecasting) produksi lidah buaya (Aloe vera) pada tahun 2016 meningkat yaitu sebesar 2.580,9717 ton pada musim panen pertama, 2.967,1956 ton pada musim panen kedua, 2.512.8624 ton pada musim panen ketiga dan 3.126,3144 ton pada musim panen keempat. REFERENSI Arman. 2003. Ekonomi Manajerial, Pendekatan Analisis Praktis. Penerbit Prenada. Media. Jakarta. Assauri, Sofyan 2004. Manajemen Pemasaran Dasar, Konsep Dan Strategi. PT. Jakarta Grafindopersada. Jakarta Dinas Pertanian, Perikanan Dan Kehutanan Kota Pontianak. 2015. Produksi Lidah Buaya Dalam Angka. Pontianak. Heizer. 2005. Peramalan Produksi Industri. Penerbit Erlangga. Jakarta. Lestari, N., dan N. Wahyuningsih. 2012. Peramalan Kunjungan Wisata dengan Pendekatan Model Sarima (Studi Kasus : Kusuma Agrowisata). Jurnal Sains dan Seni, Vol.1 No.1. Munawar, A. 2003. Penerapan Metode Peramalan Penjualan Sebagai Dasar Penetapan Rencana Produksi (Studi Kasus di PT Varia Industri Tirta). Jurnal Ilmiah Kesatuan, Vol.1.No. 4. Yogi. 2004. Ekonomi Manajerial, Pendekatan Analisis Praktis. Penerbit Prenada Media. Jakarta. 17