PENDAHULUAN. swasembada beras. Produksi yang melebihi kebutuhan konsumsi penduduk, menempatkan daerah ini sebagai daerah suplai beras dan penyangga

Transkripsi

1

2 PENDAHULUAN Propinsi Sulawesi Selatan merupakan salah satu daerah penghasil beras di luar Pulau Jawa, yang berperan penting dalam upayah pelestarian swasembada beras. Produksi yang melebihi kebutuhan konsumsi penduduk, menempatkan daerah ini sebagai daerah suplai beras dan penyangga kebutuhan beras khususny Indonesia bagian Timur. Luas sawah sebesar Ha, yang merupakan sawah irigasi seluas Ha dan sawah tadah hujan seluas Ha. Selebihnya adalah lahan sawah pasang surut (BPS Sul -sel, 2000). Namun tingkat produktifitas yang dimiliki oleh lahan sawah tersebut masih rendah bila dilihat dari produksi yang dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan pangan Nasional. Produksi gabah di sul-sel pada tahu 1997 adalah 3,769 ton yang dipanen dari areal seluas Ha atau dengan produktifitas 4,68 ton per hektar. Sekitar 7,6% produksi gabah Sulawesi Selatan dari produksi Nasional sebesar 49,377 juta ton gabah kering giling (BPS, 2000). Produksi gabah Sulawesi Selatan ini telah mampu memenuhi kebutuhan produksi dan permintaan bagi beberapa propinsi di Indonesia Bagian Timur. Keadaan ini menempatkan Sulawesi Selatan sebagai lumbung pangan di Indonesia Timur. Dari sisi produksi, suplai beras dalam negeri bersifat musiman tidak merata sepanjang tahu. Kenyataan ini merupakan suatu tantangan yang 1

3 perlu dicermati mengingat Visi pembangunan pertanian 2020 menuntut petani mampu memproduksi 40% lebih tinggi untuk dapat mengukuhkan ketahanan pangan. Untuk itu salah satu orientasi kebijakan pemerintah adalah ditujukan pada peningkatan produktifitas lahan yang lebih diarahkan melalui program diversifikasi dan intensifikasi dan diversifikasi pelaksanaan kebijakan ini menuntut dilakukannya introduksi teknologi sistem pertanian yang dapat disesuaikan dengan biofisik lingkungan, dan kondisi sosial ekonomi petani. Lahan sawah irigasi adalah lahan yang mampu memberikan pengairan yang cukup bagi tanaman padi. Sumber air dapat diperoleh dan air irigasi, curah hujan, air limpasan hujan dan air tanah. Sejalan dengan hal tersebut diatas, dalam bidang peternakan, perikanan juga dilakukan melalui diversifikasi, intensifikasi dan eksentifikasi yang didukung oleh usaha pengembangan dan pemanfaatan illmu pengetahuan dan teknologi (Baharsjah, 1992). Dalam rangka usaha tersebut diperlukan pengembangan sistem pertanian ter[adu. Implikasinya bahwa penggunaan lahan harus lebih efisien, khususnya pemanfaatan lahan sawah irigasi secara optimal. 2

4 KONDISI UMUM WILAYAH Kondisi Giografis Wilayah Kabupaten Pinrang terletak antara titik koordinat sampai LS dan sampai BT. Daerah ini terletak dengan ketinggian 0 sampai 2600 meter dari permukaan laut dengan batas wilayah sebagai berikut: - Sebelah Utara berbatasan dengan Kab. Tanah Toraja - Sebelah Timur berbatasan dengan Kab. Enrekang - Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar serta Kab. Polewali Mamasa - Sebelah Selatan berbatasan dengan Kota Pare-Pare. Secara administrasi pemerintahan Kabupaten Pinrang dengan luas wilayah 1961,77 km 2 terdiri dari sepuluh kecamatan definitif dan dua kecamatan perwakilan yang terdiri dari 36 Kelurahan, 67 Desa. Hutan negara Ha, sedang penggunaan lahan yang masih kurang pada tahun 2000 adalah rawa-rawa yang tidak ditanami dengan Luasan sebesar 301 Ha walaupun penggunaannya meningkat sebesar 193 Ha jika dibandingkan pada tahun 1999 hanya sebesar 108 Ha. Klasifikasi iklim menurut Smith Ferquson, tipe iklim wilayah termasuk tipe A dan B dengan curah hujan terjadi pada bulan Desember hingga juni dengan curah hujan tertinggi, terjadi pada bulan maret dan musim kemarau 3

5 terjadi pada bulan juni sampai November. Kriteria tipe iklim menurut Oldeman bahwa bulan basah tercatat 7-9 bulan, bulan lembab 1-2 bulan dan bulan kering 2-4 bulan. Tipe iklimnya yaitu iklim B dan C curah hujan tahunan berkisar antara 1073 mm sampai 2910 mm, evaporasi rata-rata tahunan antara 5,5 sampai 8,7 mm/hari. Suhu rata-rata normal antara 27 0 C dengan kelembaban udara 82% sampai 85% Jenis tanahnya yaitu meditran,podsolik, Hidnomorf, Regusol dan Grumusol (Kapet Pare-pare 2002). Kabupaten Sidenreng Rappang terdiri dari 11 Kecamatan, mempunyai areal persawahan seluas ± Ha didukung oleh pengairan tehnis Ha (± 58%), semi tehnis Ha (± 15%), irigasi sederhana 703 Ha (±2 %) dan sisanya adalah lahan tadah hujan seluas Ha (±19%) Lahan-lahan persawahan yang ada ini umumnya diusahakan untuk pengembangan komoditi tanaman pangan, utamanya padi dan tanaman pangan lainnya seperti jagung dan kacang kacangan. Sedangkan lahan kering memiliki multi fung si namun sebagian dari lahan ini juga biasanya dimanfaatkan untuk mengusahakan tanaman pangan padi, ubi kayu, jagung dan kacang-kacangan serta tanaman hortikultura. Untuk jelas Kabupaten Pinrang dan kabupaten Sidenreng Rappang dapat dilihat pada tabel berikut 4

6 Tabel 1. Potensi Sumber daya lahansawah dan lahan kering dirinci menurut Kabupaten di Propinsi Sulawesi Selatan, 2000 Lahan Sawah (Ha) Lahan Kering (Ha) A No Kabupaten Kota BOSAWASIPILU Tanam Padi 2x Tanam Padi 1x Sawah tidak diusahaka n Total sawah Potensi Tan. Pangan dan Hoth* Lahan Kering Lainnya ** Total lahan Kering 1 BONE 53,585 34,864-88,844 98, SOPPENG 18,502 6, ,941 33, WAJO 27,722 58, ,123 50, SIDRAP 36,026 8, ,405 46, PINRANG 36,571 9, ,720 46, LUWU + LUTRA 58,240 27, ,932 95, , ,625 13, , ,82% 53,20% 73,34% 54,66% 41,79% 41,62% 41,64% B DAERAH LAIN 130, , SUL-SEL 361, ,851 18, Sumber : Statistik Pertanian Tanaman Pangan, 2000 Keterangan : *) Pekarangan, tegalan, ladang/huma **) Penggembalaan, rawa-rawa, tambak, kolam/empang, tanah kering tidak diusahakan, hutan rakyat dan negara, perkebunan, dll Pola Tanam Pola tanam yang dilakukan dikabupaten Sidenreng Rappang dan Kabupaten Pirang pada tanah pertanian yang beririgasi, yaitu Padi-padi, sedangkan tanah pertanian non irigasi adalah Padi-Palawija. Adapun 5

7 tanaman palawija yang dikembangkan antara lain kacang hijau, kacang kedele, jagung, ubi kayu dan lain-lain. Tanah dan Sistem Pertanian Tanah pertanian memegang peranan yang terbesar terhadap penggunaan lahan yaitu 43% dari luas wilayah Kabupaten Sidenreng Rappang yang merupakan wilayah yang potensial untuk pembangunan sektor pertanian. Percepatan pembangunan pertanian dilakukan melalui pengembangan komoditas unggulan pertanian dan pengembangan industri pengolahan yang berbasis pertanian seiring dengan kebijakan perkembangan lingkungan, untuk melakukan hal seperti itu memerlukan pembenahan secara terpadu sehingga kecendrungan pengembangan komoditas tersebut mempunyai pasar yang jelas yaitu pasar regional dan Internasional, biaya produksi relatif rendah dan mempunyai keunggulan spesifik. Jika dirinci lebih jauh kedalaman kontribusi setiap sub sektor dalam sektor pertanian, maka jelas terlihat seperti pada tabel berikut dimana sumbangan sub sektor pertanian tanaman bahan makanan menyumbang sebesar 63.69% pada tahu 1993, kemudian terus menurun hingga mencapai 58,01 % ditahun Sub sektor pertanian yang memberikan kontribusi terbesar kedua adalah sub sektor perikanan dengan trend kontribusi yang hampir konsisten selama priode , sub sektor ini memberikan kontribusi relatif sebesar 20,08 tahun

8 Dengan melihat tabel 2 terlihat sumbangan sub sektor pertanian kepada PBRB sektor pertanian di Sulawesi selatan pada secara keseluruhan didominasi oleh sub sektor perikanan, perkebunan dan peternakan. Sub sektor yang meningkat sumbangannya, secara umum meliputi sub sektor Perkebunan dan sub sektor Perikanan. Melihat dari data yang ada bahwa pengelolaan secara terpadu dilahan sawah irigasi dengan mina padi perlu dikembangkan untuk meningkatkan pendapatan petani secara khusus dan pendapatan daerah itu sendiri secara umum. 7

9 III. PEMBAHASAN Melihat dari potensi yang dimiliki kedua daerah tersebut maka perlu pengelolaan secara terpadu dengan minapadi, karena selama ini usaha perikanan dilakukan melalui pembudidayaan air tawar, empang. Untuk mendukung pengembangan sektor perikanan telah dibangun Balai Benih Ikan guna memenuhi kebutuhan bibit ikan baik dalam daerah maupun memenuhi kebutuhan bibit ikan baik dalam daerah maupun dari luar daerah. Adapun jenis ikan yang diproduksi oleh BBI antara lain ikan Mas, Mujair, Tawes dan Nila. Secara umum kita dapat melihat peranan setiap subsektor pertanian dipropinsi Sulawesi selatan, priode (%). Tabel. 2 Sub Sektor Pertanian SUL-SEL % Terhadap Sektor Pertanian (Tahunan) PERKEBUNAN 11,28 12,60 12,77 12,40 14,98 17,24 PETERNAKAN 4,40 4,29 4,02 4,01 0,68 3,66 PERIKANAN 20,08 20,35 19,89 19,76 21,13 20,39 Sumber : hasil Hitung berbagai Sumber BPS Selawesi Selatan Pada tabel diatas terlihat bahwa dari sejumlah Ha, lahan persawahan masih ada sejumlah Ha sementara tidak diusahakan di 8

10 Kabupaten Sidenreng rappang, sedangkan Ha lahan persawahan masih ada sejumlah 655Ha yang sementara tidak diusahakan di Kabupaten Pinrang. Untuk lahan sawah yang dapat ditanami dua kali , ditanami satu kali yaitu Ha di Kabupaten Sidenreng rappang, sedangkan di Kabupaten Pinrang yaitu lahan Sawah yang ditanami duakali dan satu kali masing-masing seluas ha dan Ha (Kapet pare-pare 2002) Dengan meliha areal irigasi di dua kabupaten tersebut memperlihatkan bahwa prospek untuk melakukan pengelolaan secara terpadu dengan melaksanakan mina padi dapat dilaksanakan untuk meningkatkan pendapatan petani secara khusus dan pendapatan kedua daerah tersebut secara umum. 9

11 IV. KESIMPULAN Dalam rangka usaha peningkatan pendapatan petani di Kabupaten Pinrang dan Kabupaten Sidenreng Rappang maka diperlukan pengembangan sistem pertanian terpadu. Implikasinya bahwa penggunaan lahan harus lebih efisien, khususnya pemanfaatan lahan sawah irigasi secara optimal, selain berpotensi untuk produksi padi, juga dapat digunakan mina padi dalam pengelolaannya untuk meningkatkan taraf hidup petani. 10

12 DAFTAR PUSTAKA Amang Beddu, Kualitas Pangan dan Teori Permintaan Konsumen, Bahan Kuliah Mahasiswa PPS UNHAS, Makassar. Kapet Pare-Pare, (http : // www. Kapet pare, com/index. Cfm? tuscaction = artikel. Display dan recordid = 67) online diakses tanggal 28 Desember

13 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR ISI.. i ii I. PENDAHULUAN.. 1 II. KONDISI UMUM WILAYAH KONDISI GEOGRAFIS WILAYAHl POLA TANAM TANAH DAN SISTEM PERTANIAN... 6 III. PEMBAHASAN 8 IV. KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA

14 KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-nya,sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan ini tepat pada waktunya. Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik dari semua pihak penulis harapkan untuk penyempurnaan dalam penyusunan tulisan selanjutnya. Akhirnya penulis berharap semoga ini dapat bermanfaat adanya. Makassar, Juni 2013 Penulis 13