Agenda Setting media terlihat dari tidak berimbangnya pemberitaan menyangkut isu keagamaan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA ISI PROGRAM. dengan masyarakat. 2. Sigi Investigasi Menampilkan fenomena yang cukup kontroversi di lingkungan masyarakat.

PENGARUH PEMBERITAAN MEDIA TELEVISI TERHADAP OPINI PUBLIK MENGENAI PEMBATASAN BBM BERSUBSIDI. Oleh: Ivan Arifandi

BAB I PENDAHULUAN. TNI bukanlah peristiwa yang baru. Kasus-kasus serupa kerap terjadi sebelumnya

BAB I PENDAHULUAN. berkembang di era ini. Effendy (1993) dalam bukunya yang berjudul Televisi Siaran

BAB I PENDAHULUAN. surat kabar telah ada sejak ditemukannya mesin cetak di Jerman oleh Johann Gutenberg pada

BAB I PENDAHULUAN. sarana komunikasi. Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu. menggunakan bahasa dalam berbagai bentuk untuk mengungkapkan ide,

ANALISIS ISI KECENDERUNGAN AGENDA MEDIA PEMBERITAAN JOKOWI SEBAGAI CALON PEMIMPIN AUTENTIK DI HARIAN UMUM SOLOPOS EDISI 10 MEI-8 JULI 2014

BAB I PENDAHULUAN. juga sekaligus dapat mempengaruhi kita. Secara tidak langsung media telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra merupakan hasil dari kebudayaan. Kelahiran sebuah karya sastra

BAB II LANDASAN TEORI. Komunikasi adalah bahasa yang paling sering kita dengar sehari-hari. Dalam

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. realitas bisa berbeda-beda, tergantung bagaimana konsepsi

UKDW BAB I. (Bandung: Pustaka Setia, 2015), h

BAB I PENDAHULUAN. pengakses media konvergen dengan meng-click informasi yang diinginkan di komputer yang

Frietz Calvin Madayanto / Ike Devi Sulistyaningtyas

BAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No 40 tahun 1999 Tentang Pers, telah ditetapkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. macam kebutuhan. Salah satu kebutuhan yang mendasar adalah kebutuhan akan informasi.

negeri namun tetap menuntut kinerja politisi yang bersih.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan. Keanekaragaman ini merupakan warisan kekayaan bangsa yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan orang akan media massa semakin tinggi. Munculnya televisitelevisi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Samosir dikenal masyarakat Indonesia karena kekayaan budaya yang

VI. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. TVRI Stasiun Sulawesi Tenggara sebagai televisi publik lokal dan Sindo TV

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Media Massa 2.2 Framing

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Arus dunia komunikasi saat ini mengalir sangat cepat. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Wartawan atau jurnalis merupakan orang yang bertugas atau

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH SULAWESI SELATAN KEPUTUSAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA (KPI) Nomor 240/SK/KPID-SS/03/2018 TENTANG

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

b. Zona-2 1) Izin Prinsip (Baru) Per Izin 1,315,000 2) Izin Tetap (Baru) Per tahun 927,000 3) Izin Perpanjangan Per tahun 1,190,000

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR

PROGRAM ACARA SIARAN & DESKRIPSI PRO 1 RRI TANJUNGPINANG 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. menyampaikan informasi kepada publik secara serempak. Melalui media massa,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB V PENUTUP A. Temuan

Modul Perkuliahan VII Komunikasi Massa

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

70% kegiatan komunikasi PR adalah menulis sisanya kegiatan komunikasi lainnya. (Wisaksono Noeradi pakar PR senior)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Radio merupakan salah satu media informasi sebagai unsur dari proses

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat kita sebagai suatu kebutuhan, dari hanya sekedar untuk tahu

Kata Kunci: Agenda Media, Analisis Isi, Jurnalisme Lingkungan, Pers Lokal

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, baik lisan maupun tulisan untuk menyampaikan suatu informasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dari lapisan atas sampai lapisan bawah. Bahasa surat kabar harus lancar agar

BAB I PENDAHULUAN. pesan secara massal, dengan menggunakan alat media massa. Media. massa, menurut De Vito (Nurudin, 2006) merupakan komunikasi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. adalah stasiun DAAI TV merupakan sebuah stasiun televisi milik Yayasan Buddha

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

P U T U S A N. Nomor : 432/PID/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Toleransi dan Kerukunan

BAB I PENDAHULUAN. adalah parameter pelaksanaan pemilu yang demokratis :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa saat ini berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan media massa sangat erat kaitannya dengan

I. PENDAHULUAN. keinginan, dan perbuatan-perbuatannya, serta sebagai alat untuk memengaruhi

Seolah umat Islam itu jahat dan tidak ada baiknya sedikit pun terhadap mereka. Ini tidak fair.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan

RENCANA PROGAM PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. informasi. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa Informasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. nilai berita (news value). Nilai berita ini menjadi ukuran yang berguna, atau yang

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan informasi pada setiap detiknya. masyarakat untuk mendapatkan gambaran dari realitas sosial. 1

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan sendirinya perkembangan usaha penerbitan pers mulai

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing untuk melaksanakan kewajiban agamanya.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sifat penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan

RENCANA PROGAM PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. dituangkannya hasil proses tersebut. Media massa (mas media) merupakan channel of

BAB I PENDAHULUAN. dalam mendapatkan informasi dari luar dirinya. Berbagai upaya dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Group, 2006) hal Ilham Prisgunanto, Praktik Ilmu Komunikasi; dalam Kehidupan Sehari-hari, (Jakarta:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Televisi sebagai bagian dari kebudayaan audiovisual baru merupakan

Produksi Media PR AVI

I. PENDAHULUAN. pembangunan di penghujung tahun 1990-an. Kebijakan pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Severin & Takard (2001:295) menyatakan bahwa media massa menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. banyak karena melibatkan anak menteri. kecelakaan maut yang kembali terjadi di Tol Jagorawi KM yang

KAJIAN POLA RUANG AKTIVITAS DEMONSTRASI DI KAWASAN SIMPANG LIMA SEMARANG TUGAS AKHIR

Produksi Media PR Cetak

AGENDA MEDIA TAYANGAN CABE-CABEAN DI ACARA SELAYANG PANDANG METRO TV

BAB I PENDAHULUAN. menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia. Hal tersebut dibuktikkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan inti dari kehidupan. Dalam hidup, apa saja yang kita

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis isi dilakukan secara objektif. Ini berarti tidak boleh ada

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Ganjang Kabupaten Humbang Hasundutan. Memiliki kekayaan alam yang

1.1 Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN Latar belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Peranan hiburan sangat penting bagi manusia dan sudah mengambil tempat

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan budaya dan karakter bangsa merupakan isu yang mengemuka di

BAB I PENDAHULUAN. hal yang berbeda, meskipun keduanya mempunyai kemiripan untuk. komunikasi dan dakwah, maka komunikator selaku dai bisa dengan tepat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan media massa di Indonesia, sejak zaman reformasi meningkat

PEMBINGKAIAN BERITA TENTANG KASUS KORUPSI SPORT CENTER DI HAMBALANG PADA SURAT KABAR JAWA POS DAN KOMPAS. Skripsi

Undangan Fellowship Liputan Keberagaman dan Hak-hak Minoritas

Transkripsi:

Agenda Setting media terlihat dari tidak berimbangnya pemberitaan menyangkut isu keagamaan Era informasi sekarang ini menempatkan media sebagai bagian yang sangat penting, lebih penting dari sebelumnya. Media memiliki pengaruh yang sangat kuat dalam membentuk opini publik tentang berbagai hal. Maka tidak heran kalau banyak pihak yang berkepentingan terhadap media. Kelompok-kelompok kepentingan kemudian banyak yang berupaya mendekati media dengan berbagai upaya pendekatan. Ada pula yang melakukan upaya menguasaan media melalui kepemilikann tentunya dengan dukungan modal yang sangat besar. Melalui pemberitaan atau penyiaran secara meluas dan berkesinambungan, media telah membentuk opini publik. Apa yang sekarang ini ramai menjadi pembicaraan orang dalam skala nasonal, tidak terlepas dari peran penting media massa yang menyebarkan informasi secara massif dan sporadis. 1 / 7

Ini adalah salah satu buah dari kebebasan pers yang berpangkal dari era kebebasan di negeri kita sejak berakhirnya era orde baru. Era reformasi menjadi kebebasan sebagai pilihan bagi berbagai bentuk sosial kemasyarakatan, termasuk kebebasan informasi. Teori Agenda Setting Dalam khazanah ilmu komunikasi massa, dikenal sebuah teori yang disebut Agend Setting. Teori ini diperkenalkan oleh McCombs dan DL Shaw pada tahun1972. Asumsi teori ini adalah bahwa jika media memberi tekanan pada suatu peristiwa, maka media itu akan mempengaruhi khalayak untuk menganggapnya penting. Atau dengan kata lain, apa yang dianggap penting media, maka akan dianggap penting juga oleh masyarakat. Dalam hal ini media diasumsikan memiliki efek yang sangat kuat, terutama karena asumsi ini berkaitan dengan proses belajar bukan dengan perubahan sikap dan pendapat. Dalam aplikasinya, teori Agenda Setting ini memiliki tiga dimensi utama, seperti yang diuraikan oleh Mannhem. Pertama, agenda media yang meliputi visibility (visibilitas) atau jumlah dan tingkat menonjolnya berita, audience salience (tingkat menonjol bagi khalayak) atau relevansi isi berita dengan kebutuhan khalayak, dan 2 / 7

valence (valensi) atau menyenangkan atau tidak menyenangkan cara pemberitaan bagi suatu peristiwa. Kedua, agenda khalayak yang meliputi familiarty (keakraban) atau derajat kesadaran khalayak akan topik tertentu, personal salience (penonjolan pribadi) atau relevansi kepentingan individu dengan ciri pribadi, dan favorability (kesenangan) atau pertimbangan senang atau tidak senang akan topik berita. Ketiga, agenda kebijakan yang meliputi support (dukungan) atau kegiatan menyenangkan bagi posisi berita tertentu, likehood of action (kemungkinan kegiatan) atau kemungkinan pemerintah melaksanakan apa yang diibaratka, dan freedom of action (kebebasan bertindak) atau nilai kegiatan yang mungkin dilakukan pemerintah. Teori ini memiliki asumsi dasar bahwa khalayak tidak hanya mempelajari isu-isu pemberitaan, tetapi juga mempelajari seberapa besar arti penting diberikan pada suatu isu atau topik berdasarkan cara media massa memberikan penekanan terhadap isu atau topik tersebut. Media massa diasumsikan mempunyai kemampuan untuk menyeleksi dan mengarahkan perhatian masyarakat pada gagasan atau peristiwa tertentu. 3 / 7

Kasus kebebasan beragama Salah satu isu yang menjadi masalah hangat belakangan ini adalah kasus penusukan dan pemukulan dua orang jamaat gereja Huria Kristen Batak Kristen Protestan (HKBP) oleh orang tak dikenal. Disebut orang tak dikenal, karena sampai saat ini belum ada seorangpun yang dinyatakan secara hukum bersalah melakukan perbuatan kriminal tersebut. Tulisan ini tidak hendak membicarakan masalah yang terjadi dalam kasus tersebut. Tapi uraian berikut difokuskan terhadap bagaimana media menyajikan berita ini, dengan dikomparasikan dengan berita sejenis yang juga terjadi. Pada kenyataannya insiden tersebut diikuti dengan opini yang terbentuk bahwa pelakunya adalah dari kalangan umat Muslim. Padahal dalam peristiwa itu, dua warga Muslim mengalami kepala bocor dan luka-luka di tangan. Atau dengan kata lain, terjadi pergulatan atau perkelahian dalam peristiwa tersebut yang menyebabkan empat orang dari dua kelompok berbeda mengalami luka-luka. Di kelompok yang satu mengalami luka tusuk dan kepala bocor, sedangkan di kelompok lainnya mengalami kepala bocor dan luka-luka di tangan. Tetapi pemberitaan telah berkembang sedemikian rupa hingga merembet ke masalah kebebasan beragama. Ini tidak lain karena ada setting media yang menganggap penting suatu peristiwa, dan sebaliknya menganggap tidak penting 4 / 7

peristiwa lain hingga cenderung diabaikan. Peristiwa itu kemudian hanya dilihat dari sudut padang tunggal yakni penganiayaan jamaat gereja kemudian ditampilkan secara berulang-ulang dengan frekuensi yang sangat padat. Melakukan follow-up berita secara berkesinambungan untuk menjaga memori publik agar terus segar terhadap peristiwa ini. Lebih jauh lagi, media, khususnya televisi juga membahas secara mendalam peristiwa ini melalui program dialog-dialog satu arah. Dikatakan satu arah, karena kebanyakan dialog yang disajikan bertemakan Kebebasan Beragama, suatu kesimpulan yang mendahului peristiwanya sendiri. Pembakaran masjid Sebelumnya peristiwa yang berdimensi sama jika dikategorikan ke dalam persoalan kebebasan beragama juga terjadi sebelum dan sesudah peristiwa di Bekasi tersebut. Peristiwa yang terjadi sebelumnya yakni pembakaran Masjid Fiisabilillah di Desa Lumban Lobu, Kecamatan Porsea, Kabupaten Toba Samosir (Tobasa) pada Jumat 27 Juli lalu. Berbeda dengan di Bekasi, di Porsea, umat Muslim adalah komunitas minoritas. Dari segi news value peristiwa ini sebetulnya jauh lebih memiliki nilai yang dalam karena menyangkut langsung simbol-simbol keagamaan. Tetapi kenyataannya, berita ini tidak pernah menjadi isu secara nasional, karena memang tidak ada 5 / 7

setting media untuk menjadikannya suatu isu nasional. Peristiwa kedua terjadi di Kabupaten Langkat, yakni peristiwa perusakan fasilitas Masjid Nurul Iman di Desa Bukitselamat, Kecamatan Besitang, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara pada Selasa 14 September lalu. Berbagai fasilitas masjid seperti mimbar dan sebagainya bahkan disirami minuman keras jenis tuak (Waspada, Kamis 16 September 2010) Namun media tidak memperlakukan secara nasional kedua peristiwa ini dan hanya media lokal yang mengangkat isu ini menjadi berita hangat. Pembakaran Masjid Fiisabilillah di Porsea dan perusakan Masjid Nurul Iman di Langkat menunjukkan dengan kuat adanya setting media terhadap peristiwa jamaat HKBP di Bekasi. Rangkaian hal tersebut menjelaskan secara terang suatu hal; bahwa ada tangan-tangan tak terlihat yang merangkai, mendesain berbagai peristiwa yang terjadi ini untuk tujuan-tujuan tertentu. Dan agenda setting adalah bagian terpenting dari rangkaian desain tersebut. Penutup 6 / 7

Apa yang perlu dilakukan oleh umat beragama di Indonesia adalah memperkuat persatuan sebagai sesama anak bangsa dan tidak gampang terprovokasi. Penting untuk memahami bahwa ada pihak-pihak yang menginginkan terjadinya perubahan dalam hubungan antarumat beragama saat ini, dengan isu kebebasan beragama di media massa. Pihak-pihak ini adalah kelompok orang yang didukung kekuatan modal sangat kuat yang mampu menguasai media.( Dr Drs H.Ramli, MM : Penulis adalah Mantan Wakil Walikota Medan ) 7 / 7