I. PENDAHULUAN. pembangunan di penghujung tahun 1990-an. Kebijakan pembangunan yang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "I. PENDAHULUAN. pembangunan di penghujung tahun 1990-an. Kebijakan pembangunan yang"

Transkripsi

1 I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pembangunan daerah telah menjadi isu penting hampir seluruh negara di dunia terutama di negara-negara berkembang, sejak berubahnya paradigma pembangunan di penghujung tahun 1990-an. Kebijakan pembangunan yang mengutamakan pertumbuhan ekonomi dan dikendalikan secara sentralistik pada saat itu, telah dianggap gagal karena tidak mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara merata. Masyarakat terutama di daerah pinggiran masih tetap miskin dan terbelakang karena sangat jauh dari pusat-pusat kegiatan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu masyarakat dunia mulai melahirkan pendekatan pembangunan yang berorientasi atau memihak kepada daerah, di mana daerah dianggap sangat dekat dengan masyarakat; sehingga target dan tujuan pembangunan yang dilaksanakan benar-benar dapat tercapai dan mengenai sasaran yang tepat. Memasuki era globalisasi di Abad XX, pembangunan berbasis daerah semakin mendapat perhatian penting. Eksistensi berbagai organisasi perekonomian dunia, seperti AFTA, APEC dan WTO, yang diduga kuat dapat menimbulkan persaingan global antara negara-negara di dunia. Masing-masing negara kemudian mengeluarkan kebijakan untuk melaksanakan pembangunan secara adil dan merata agar dapat bersaing untuk meningkatkan investasi dalam negeri serta mampu mendorong masyarakatnya agar dapat berpartisipasi di pasar global (Krisnamurthi, 2001). Dalam konteks ini, program-program pembangunan 1

2 tidak hanya dilaksanakan pada berbagai aspek bidang pembangunan; namun juga harus merata pada seluruh level, lokal, regional, nasional, maupun internasional. Kebijakan pembangunan daerah semakin tidak dapat diabaikan oleh masing-masing negara ketika dideklarasikan MDGs (Millenium Development Goals) oleh 189 pemimpin dunia yang menjadi anggota PBB di New York pada akhir tahun Deklarasi tersebut mengajak seluruh komponen bangsa dari daerah sampai pusat pemerintahan untuk berkomitmen mempercepat pembangunan manusia dan pemberantasan kemiskinan, sehingga pada seribu tahun yang akan datang kesejahteraan umat manusia dapat tercapai secara merata (Soehardjono, 2011). Kebijakan pembangunan dengan menitikberatkan daerah sebagai sasaran pembangunan dalam kerangka era globalisasi dan Millennium Development Goals (MDGs) tersebut, pada prinsipnya adalah upaya untuk mencapai pembangunan yang adil, merata dan berkelanjutan. Pembangunan dengan berbasis daerah diyakini dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat karena program-program pembangunan dilakukan secara berkelanjutan, berdasarkan potensi dan kemampuan daerah setempat, dapat mengembangkan semangat swadaya berupa gotong royong, dan partisipasi masyarakat, serta dapat membangun kehidupan masyarakat secara wajar karena menyentuh kebutuhan dasar masyarakat (Kartasamita, 1997; Ife dan Frank, 2006; dan Adisasmita, 2006). Dalam perspektif lain, pembangunan berbasis daerah dapat mendorong masyarakat tidak hanya sebagai obyek namun sekaligus subyek pembangunan. Artinya, pemerintah tidak lagi sebagai provider dan pelaksanan, melainkan lebih 2

3 berperan sebagai fasilitator dan katalisator dari dinamika pembangunan, sehingga dari mulai perencanaan hingga pelaksanaan, masyarakat mempunyai hak untuk terlibat dan memberikan masukan serta mengambil keputusan dalam rangka memenuhi hak-hak dasar mereka (Soetomo, 2008). Indonesia memberikan perhatian penting pada pembangunan daerah sejak bergulirnya reformasi pada tahun Reformasi menuntut kebijakan pembangunan diarahkan untuk terselenggaranya otonomi daerah, optimalisasi peran dan tanggung jawab masyarakat terhadap pembangunan, serta perbaikan pada struktur masyarakat. Tuntutan kebijakan pembangunan tersebut, sebagai upaya penanggulangan kesenjangan yang muncul akibat dampak pelaksanaan model pembangunan yang sentralistik (top down). Pembangunan dengan model sentralistik (top down) yang dilaksanakan selama Orde Baru menyebabkan daerah-daerah di Indonesia cukup banyak mengalami ketertinggalan dan keterbelakangan, baik dari segi geografis, topografis, demografis maupun sarana dan prasarana. Oleh karena itu, melalui kebijakan pembangunan daerah ini persoalan-persoalan daerah tersebut diharapkan segera teratasi, sehingga pembangunan dapat berjalan secara merata serta masyarakat daerah semakin mandiri dan berdaya dalam membangun daerah mereka masing-masing terutama dalam menghadapi tantangan kehidupan yang global. Berhasil tidaknya kebijakan pembangunan daerah dipengaruhi oleh banyak faktor. Para birokrat atau pelaksana kebijakan pembangunan jelas merupakan faktor yang paling penting. Suatu kebijakan pembangunan daerah mungkin telah dirumuskan dengan baik tapi bisa jadi gagal meraih tujuan-tujuan 3

4 pembangunan karena diimplementasikan dengan cara yang buruk. Birokrasi hanyalah salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan kebijakan pembangunan. Faktor lainnya yang tidak kalah pentingnya adalah komunikasi. Komunikasi dapat berlangsung dalam berbagai macam bentuk dan tingkatan. Menurut Effendy (2003) komunikasi dapat dilakukan secara langsung tatap muka, dan melalui media massa cetak (surat kabar) atau elektronik (radio dan televisi); serta dapat berlangsung dari tingkat pengambil kebijakan sampai masyarakat bawah (grassroot). Komunikasi melalui media massa, diharapkan perubahan-perubahan sosial dan pembangunan akan semakin luas terjadi dibanding dengan bentuk-bentuk komunikasi lainnya. Kemampuan media massa yang dapat menjangkau khalayak secara luas dan serentak memiliki pengaruh luar biasa bagi khalayak atau masyarakat. Banyak studi bidang komunikasi massa menunjukkan dampak-dampak positif maupun negatif dari keberadaan media massa. Dalam beberapa waktu lama, media massa juga memegang peran penting dalam proses komunikasi pembangunan. Development is about change and change cannot occur without communication, kata Kepala Divisi Komunikasi Pembangunan Bank Dunia (Mefalopulos, 2008). Sejalan dengan kebijakan pembangunan daerah di Indonesia yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 atau Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, dijelaskan bahwa untuk mendukung jalannya penyelenggaraan pembangunan daerah diberi kebebasan untuk memanfaatkan berbagai potensi yang dimiliki daerah. Wujud dari aspek ini adalah mengembangkan dan memanfaatkan potensi sarana komunikasi dan 4

5 informasi daerah yaitu berupa media massa lokal. Pengembangan dan pemanfaatan media massa lokal ini adalah untuk mengatasi kesenjangan informasi masyarakat daerah, dimana belajar dari pengalaman bahwa keterbelakangan masyarakat daerah salah satu disebabkan oleh kurangnya saluran untuk mendapatkan informasi maupun untuk menyalurkan aspirasi (Korten, 1993). Salah satu media massa lokal yang cukup mendapat perhatian besar di Indonesia adalah televisi lokal. Televisi pada awalnya berfungsi sebagai sarana hiburan, namun dalam perkembangannya televisi telah difungsikan pula sebagai sarana informasi. Televisi yang didukung oleh teknologi yang bersifat audio dan visual (suara dan gambar), yang berbeda dengan media massa lain, memungkinkan untuk memproduksi dan menyebarkan informasi secara lebih efisien dan efektif (Susanto, 2009). Sejak reformasi 1998 hingga saat ini, telah puluhan televisi lokal berkembang di Indoenesia, seperti BaliTV, JogjaTV, BorobudurTV, BalikpapanTV, JTV, dan sebagainya. Perkembangan televisi lokal ini diharapkan akan mampu menyediakan akses informasi lokal yang semakin mudah, terutama di era pembagunan daerah saat ini. Televisi lokal diharapkan banyak memberikan kontribusi di dalam proses-proses pembangunan di suatu daerah. Televisi lokal diharapkan mampu mengutarakan semua masalah yang oleh masyarakat daerah dianggap penting. Sebagai contoh, media massa harus mampu mengangkat persoalan ke permukaan, sehingga sesuatu yang kurang jelas akan menjadi jelas lagi keadaannya. Selain itu televisi lokal juga harus mampu mempersempit persoalan-persoalan yang muncul di mata masyarakat. Dalam hal ini televisi lokal 5

6 harus lebih selektif di dalam mengutarakan berbagai masalah yang ada di dalam masyarakat, dan lebih bersikap sebagai balancer (penyeimbang) antara kepentingan media di satu pihak dan kepentingan publik di pihak lain. Dengan demikian masyarakat tidak hanya mengetahui berbagai isu atau persoalan pembangunan daerah tetapi juga terbantu untuk menilai isu atau persoalan tersebut sebagai suatu hal yang penting atau perlu dipikirkan. Sehingga segala isu atau persoalan di daerah yang menyentuh kebutuhan, minat dan kepentingan masyarakat lokal dengan mudah segera diketahui dan mendapat perhatian seluruh stakeholder (Susanto, 2009). Sudah menjadi tradisi bahwa media massa termasuk televisi lokal, dalam mengungkap realitas atau menyampikan realitas sebagai informasi atau pesan kepada khalayak mengikuti standar kaidah profesional jurnalistik. Media massa akan memberikan perhatian yang berbeda terhadap realitas atau peristiwa tertentu. Artinya, perhatian media terhadap suatu realitas atau peristiwa yang terjadi dalam masyarakat, ada yang menonjol dan ada yang tidak. Wujud nyatanya, dapat dilihat dari adanya media yang memberitakan atau meliput suatu peristiwa hanya untuk diketahui, namun ada juga yang untuk diketahui sekaligus bernilai penting atau bernilai lebih di hadapan publik. Misalnya, dengan memberikan porsi waktu atau ruang yang lebih, atau memberitakan secara terus menerus terhadap peristiwa tertentu. Porsi pemberitaan terhadap suatu realitas atau peristiwa dapat mempengaruhi penilaian khalayak terhadap realitas tersebut, yang bisa jadi sesuai dengan apa yang diberitakan oleh media massa. Selain itu, porsi pemberitaan suatu realitas atau peristiwa memberi petunjuk akan pentingnya realitas atau 6

7 peristiwa tersebut. Demikian pula dalam hal ini, televisi lokal dalam memberitakan isu atau realitas di daerah, di asumsikan akan memberikan penekanan-penekanan tertentu sehingga nampak antara isu atau realitas berbeda dalam pemberitaannya. Penekanan-penekanan tersebut menjadi petunjukan pada masyarakat daerah akan pentingnya isu atau realitas yang diberitakan, atau menjadi langkah strategis dalam penentuan kebijakan. Sebagaimana dalam teori agenda setting McCombs dan Shaw (1972) menyatakan bahwa mass media have the ability to transfer the salience of items on their news agendas to the publik agenda, We judge as important what the media judge as important. Artinya, media massa memiliki kemampuan meliput hal-hal penting dan menjadikan agenda berita mereka sehingga publik menilai pula sebagai hal penting dan menjadikan agendanya. Dengan kata lain, liputan berita ditempatkan dan disampaikan sedemikian rupa sehingga orang cenderung menerima liputan suatu isu atau berita tersebut sebagai isu yang penting Perumusan Masalah Provinsi Sulawesi Tenggara telah memiliki beberapa televisi lokal, di antaranya stasiun televisi lokal Sindo TV Kendari sebagai jaringan televisi swasta lokal dan TVRI Provinsi Sulawesi Tenggara sebagai jaringan televisi publik lokal. Meskipun status yang berbeda, tentu masing-masing memiliki perhatian terhadap isu-isu atau persoalan pembangunan daerah. Pada sisi lain, Provinsi Sulawesi Tenggara sebagai salah satu daerah di Kawasan Timur Indonesia (KTI), sejak era reformasi sampai dengan saat ini juga masih memiliki berbagai persoalan pembangunan daerah. Persoalan pembangunan 7

8 tersebut telah menjadi isu yang terus berkembang dari tahun ke tahun, di antaranya isu kemiskinan dan pengangguran, buta huruf dan gizi buruk, isu kerusakan dan pencemaran lingkungan, UMR tidak memenuhi standar dan lapangan pekerjaan dan lain sebagainya. Isu-isu tersebut bahkan telah mempengaruhi capaian tingkat kualitas pembangunan di Provinsi Sulawesi Tenggara, seperti Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Sulawesi Tenggara tergolong rendah (67,5) di bawah rata-rata IPM standar nasional (69,6), atau menempati urutan ke 25 dari 33 provinsi di seluruh Indonesia; dan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup juga rendah 60, 53 dari standar nasional 65,45 (BPS Sultra, 2012). Persoalan-persoalan pembangunan daerah tersebut telah menjadi isu penting di daerah dan tentu mendapat perhatian bagi media lokal untuk memberitakannya. Oleh karena itu, menjadi menarik untuk dikaji lebih jauh bagaimana kedua televisi lokal di Provinsi Sulawesi Tenggara meng-cover isu-isu pembangunan di wilayah tersebut. Koverasi atau liputan atas isu-isu itu akan membantu publik untuk mengetahui persoalan-persoalan pembangunan daerah yang penting, selain juga menjadi kebutuhan pemerintah untuk menyusun kebijakan di bidang pembangunan (Prajarto, 2008). Berdasarkan uraian latar belakang dan rumusan masalah tersebut di atas, bisa dirumuskan sebagai berikut. 1. Bagaimana isu-isu pembangunan daerah Provinsi Sulawesi Tenggara yang diliput dalam berita TVRI Stasiun Sulawesi Tenggara dan SindoTV Kendari? 8

9 2. Bagaimana bentuk pemberitaan isu-isu pembangunan daerah Provinsi Sulawesi Tenggara dalam berita TVRI Stasiun Sulawesi Tenggara dan SindoTV Kendari? 3. Bagaimana perbedaan liputan berita TVRI Stasiun Sulawesi Tenggara dan SindoTV Kendari tentang isu-isu pembangunan daerah di Provinsi Sulawesi Tenggara? 1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam rangka mengetahui hal-hal berikut. 1. Mengungkap dan menganalisis isu-isu pembangunan daerah Provinsi Sulawesi Tenggara yang diliput dalam berita TVRI Stasiun Sulawesi Tenggara dan SindoTV Kendari. 2. Mengungkap dan menelaah karakteristik bentuk liputan isu-isu pembangunan daerah Provinsi Sulawesi Tenggara dalam berita TVRI Stasiun Sulawesi Tenggara dan SindoTV Kendari. 3. Mengkaji perbedaan liputan berita TVRI Stasiun Sulawesi Tenggara dan SindoTV Kendari tentang isu-isu pembangunan daerah di Provinsi Sulawesi Tenggara Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini secara rinci diuraikan sebagai berikut: 1. Secara akademis, penelitian ini memberikan sumbangan pemikiran dalam pengembangan teori dan filosofi komunikasi pembangunan, khususnya yang 9

10 berkaitan dengan liputan media televisi lokal terhadap isu-isu pembangunan daerah. 2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan bagi media massa televisi lokal di Indonesia untuk meningkatkan keahlian dan profesionalisme khususnya dalam liputan isu-isu pembangunan daerah sebagai indikator peran televisi lokal dalam pembangunan daerah. Selain itu, hasil studi ini pula dapat dijadikan bahan rujukan bagi para pengambil kebijakan di daerah untuk mengembangkan dan merumuskan konsep komunikasi pembangunan yang melibatkan televisi lokal. 3. Bagi peneliti, bermanfaat sebagai tambahan ilmu pengetahuan khususnya tentang liputan berita isu-isu pembangunan di televisi lokal Provinsi Sulawesi Tenggara 1.5. Keaslian Penelitian Penelitian tentang media massa terutama berkaitan dengan koverasi media massa sudah banyak dilakukan. Salah satu penelitian yang sangat penting adalah yang dilakukan Suwardi (1993) tentang Liputan Berita-Berita Kampanye Pemilu 1987 di 10 Surat Kabar di Indonesia. Penelitian itu menggunakan metode analisis isi dengan fokus pada bagaimana media melakukan koverasi selama kampanye pemilu Hasilnya, media lebih cenderung memberitakan partai politik yang berkuasa, yakni Golkar. Selain itu, liputan media juga cenderung tidak substantif. Penelitian lainnya terkait dengan koverasi adalah yang dilakukan oleh Prajarto, dkk (2007), yaitu melihat liputan pembangunan di daerah Kabupaten Sleman dengan menggunakan analisis isi. Temuan penelitian ini bahwa berita 10

11 pembangunan memang mendapatkan perhatian media massa cetak setempat, tapi ditempatkan dalam rubrik yang telah mereka siapkan. Hanya berita tertentu yang mampu menembus halaman depan. Tipe liputan yang mereka buat pun sebagian besar hardnews yang menunjukkan bahwa koran lokal cenderung meliput peristiwa yang berdiri sendiri dengan karakter liputan satu sisi (one sided) atau satu sudut pandang. Yusuf (2011) juga melakukan studi atas media lokal dalam konteks komunikasi politik di daerah. Hasilnya bahwa keberhasilan otonomi daerah tidak akan terlepas dari media massa lokal di daerah. Ini karena media memberikan peluang bagi masyarakat untuk menjadi warga negara yang terinformasi dengan baik. Masyarakat yang terinformasi dengan baik akan mendorong partisipasi yang luas di masyarakat dalam proses pembangunan. Selain itu, dalam studi ini menghasiulkan bahwa interaksi aktor politik dan media di daerah yang saling membutuhkan pada gilirannya akan mempengaruhi dinamika sistem politik di daerah. Untuk itulah keberadaan media lokal sebagai subsistem arena percaturan politik di tingkat lokal mengharuskan adanya landasan profesionalisme dan idealisme. Siswanto (2012) meneliti tentang analisis isi surat kabar nasional dan diseminasi informasi pembangunan di Provinsi Jambi. Penelitian ini melihat bagaimana media surat kabar nasional menonjolkan isu-isu tentang pembangunan daerah di Provinsi Jambi dan isu-isu pembangunan bidang apa yang ditonjolkan. Hasil menunjukkan bahwa surat kabar kompas lebih dominan menonjolkan isuisu pembangunan di Provinsi Jambi baik dilihat dari frekuensi liputannya maupun 11

12 durasinya. Sedangkan isu pembangunan yang ditonjolkan adalah bidang penyelenggaraan pemerintah daerah Provinsi Jambi. Sugiharto (2008) juga meneliti tentang isi pemberitaan pembangunan bidang perikanan dan kelautan pada surat kabar Kaltim Pos. Hasil penelitian menemukan bahwa topik berita surat Kabar Kaltim Pos yang dominan dari bidang perikanan dan kelautan adalah isu pemasaran meskipun tidak diberitakan pada halaman utama (headline). Choi (2004) mengkaji agenda surat kabar Washington Post tentang isu-isu perang, ekonomi, domestik dan isu luar negeri di Amerika Serikat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa agenda media adalah isu domestik. Demikian pula Mohamed (2006) meneliti agenda setting pers lokal di Kota Kairo. Penelitian dilakukan terhadap pers lokal pro-pemerintah (Al Ahram) dan pers oposisi (Al Wafd) pada 10 jenis isu penting. Hasil ditemukan bahwa sebagian besar terjadi perbedaan terhadap penilaian isu penting (dari 10 jenis isu hanya 2 jenis isu yang sama antara pers pro-pemerintah dan pers oposisi atau terdapat 8 jenis isu yang berbeda); serta tidak ada hubungan antara agenda media dengan agenda publik pada pers pro-pemerintah. Sementara pers oposisi ditemukan ada hubungan antara agenda media dengan agenda publik. Riaz (2008) meneliti tentang agenda media cetak harian di Pakistan yaitu Jang Eawalpindi yang berbahasa Inggris dan Dawn Islamabad yang berbahasa Urdu, terhadap isu-isu terorisme, hubungan India dan Pakistan, krisis energi, krisis pangan, krisis peradilan dan isu masjid. Hasil penelitian menemukan bahwa kedua harian cetak tersebut memiliki agenda yang berbeda terhadap isu-isu tersebut. Dawn lebih tinggi liputannya pada isu terorisme sedangkan Jang pada isu krisis peradilan. Pangastuti (2013) meneliti tentang 12

13 wacana pembangunan jalan raya di harian cetak nasional Kompas dan harian cetak lokal Satelit Pos. Hasil penelitian menemukan bahwa Kompas dan satelit Pos memiliki frekuensi yang sama dalam memberitakan isu pembangunan jalan raya, meskipun masing-masing dengan keberimbangan dan netralitasnya yang rendah. Penelitian dengan menggunakan obyek media televisi telah dilakukan oleh Peake, dkk (2008) yaitu mengkaji isi pidato presiden di TV Nasional di Amerika Tengah yang terdiri dari televisi ABC, CBS dan NBC tentang isu ekonomi, kebijakan energi, obat-obatan dan isu wilayah Ameika Tengah. Hasil penelitian menemukan bahwa kebijakan ekonomi yang sering diliput atau muncul dalam siaran televisi-televisi nasional tersebut. Penelitian lain dilakukan oleh Darmanto (2004) yang meneliti tentang Kinerja TV Publik melalui Analisis Isi Berita TVRI tentang Kampanye Pemilu Legislatif Hasil yang ditemukan TVRI dalam meliput kampanye legislatif cenderung memihak terhadap partai-partai besar, terutama partai yang sedang berkuasa. Lokasi kampanye yang diberitakan lebih berfokus di Jakarta atau Jawa. Narasumber untuk sound up mengedepankan aspek proksimitas dan prominensi untuk memenuhi kebutuhan khalayak. Demikian pula, Melissa, dkk (2009) yang meneliti tentang bingkai Berita Kunjungan Kerja Anggota DPRD Jatim ke Belanda terkait Hari Jadi Jatim Dalam Lembaga Penyiaran Publik (LPP) TVRI Jatim dan Lembaga Penyiaran Swasta (LPS) Lokal JTV Surabaya. Hasil yang diperoleh TVRI Jatim dan JTV memiliki frame yang berbeda dari segi struktur sintaksis, struktur skrip, struktur tematik dan struktur retoris. Struktur sintaksis TVRI memberi kesan berita tidak penting karena tidak 13

14 ditampilkan dalam berita utama, sedangkan JTV berkesan penting karena ditampilkan pada berita utama. Penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitan-penelitian sebelumnya. Pertama, studi ini mengkaji tentang isu-isu pembangunan daerah, relatif sama seperti halnya dengan yang dilakukan oleh Prajarto, dkk (2007) dan Siswanto (2012). Namun, berbeda dalam hal objek studi. Jika penelitian Prajarto, dkk. dan Siswanto mengambil objek studi pada surat kabar, penelitian ini mengambil objek media televisi lokal. Demikian pula dalam penelitian Suwardi (1993), menggunakan obyek surat kabar dengan berita politik dan Choi (2008) menggunakan surat kabar dengan isu kebijakan Presiden. Mohamed (2006) menggunakan obyek pers lokal pro-pemerintah dan pers oposisi; Riaz (2008) mengambil obyek media cetak harian Jang Eawalpindi yang berbahasa Inggris dan Dawn Islamabad yang berbahasa Urdu. Sementara penelitian Yusuf (2011) mengkaji surat kabar namun tidak fokus pada isu pembangunan, tapi lebih pada konteks politik di tingkat daerah dan bagaimana seharusnya media berperan dalam proses politik di tingkat lokal. Jika media lokal ingin mengambil peran yang lebih signifikan di daerah maka profesionalisme dan idealisme harus dijaga. Peake, dkk (2008) meneliti tentang TV nasional dengan Isi Pidato Presiden; Darmanto (2004) meneliti tentang media TVRI pusat dengan kampanye Pemilu legislatif serta Mellisa, dkk (2009) meneliti, TVRI Jawa Timur dan JTV (TV Swasta Jawa Timur) dengan peristiwa Kunjungan Kerja Anggota DPRD Jawa Timur ke Belanda. 14

15 Sejak disahkannya UU No. 32 tahun 2002 tentang penyiaran, televisi lokal berkembang dengan baik dan memberikan kontribusi informasi di tingkat daerah. Namun, perannya belum mendapatkan studi yang signifikan terutama terkait dengan koverasi berita-berita di televisi lokal dalam meliput isu-isu pembangunan. Ada beberapa alasan mengapa televisi lokal kurang mendapatkan perhatian. Pertama, sulitnya mengumpulkan teks-teks berita di televisi lokal karena sifatnya yang audio visual. Di sisi lain, dominasi televisi nasional membuat penelitian mengenai televisi lokal kehilangan daya tariknya. Orang lebih banyak memberi perhatian kepada televisi nasional dibandingkan lokal. Kedua, banyak penelitian, tapi fokusnya pada isu-isu yang menjadi sasaran kajian bersifat nasional, seperti isu perang, ekonomi, domestik dan isu luar negeri (Choi, 2004), isu ekonomi, kebijakan energi, obat-obatan dan isu wilayah Amerika Tengah (Peake, dkk., 2008); isu teroris, hubungan antar negara, krisis energi, krisis pangan, krisis keadilan dan isu masjid (Riaz, 2008); serta pembangunan perikanan dan kelautan (Sugiharto, 2008) dan pembangunan jalan raya (Pangastuti, 2013). Ketiga, kajian liputan berita televisi publik lokal dan televisi swasta lokal dengan obyek isu-isu pembangunan daerah masih sangat langka ditemukan; Keempat, lokasi penelitian yaitu televisi lokal di Provinsi Sulawesi Tenggara yang belum pernah dilakukan penelitian. Dengan alasan demikian, peneliti termotivasi untuk mengkaji koverasi isu-isu pembangunan daerah di TVRI Stasiun Sulawesi Tenggara dan SindoTV Kendari sebagai televisi lokal di Provinsi Sulawesi Tenggara. 15

VI. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. TVRI Stasiun Sulawesi Tenggara sebagai televisi publik lokal dan Sindo TV

VI. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. TVRI Stasiun Sulawesi Tenggara sebagai televisi publik lokal dan Sindo TV VI. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Pada bagian ini diuraikan kesimpulan, implikasi dan rekomendasi berdasar hasil penelitian yang telah dilakukan. 6.1. Kesimpulan Berdasarkan temuan-temuan dan analisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesan secara massal, dengan menggunakan alat media massa. Media. massa, menurut De Vito (Nurudin, 2006) merupakan komunikasi yang

BAB I PENDAHULUAN. pesan secara massal, dengan menggunakan alat media massa. Media. massa, menurut De Vito (Nurudin, 2006) merupakan komunikasi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi massa menjadi sebuah kekuatan sosial yang mampu membentuk opini publik dan mendorong gerakan sosial. Secara sederhana, komunikasi diartikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan perkotaan. Kekotaan menyangkut sifat-sifat yang melekat pada kota dalam artian fisikal, sosial,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar belakang Penelitian PENDAHULUAN Latar belakang Penelitian Sejalan dengan perkembangan teknologi informasi yang melahirkan konsekueansi logis bagi dunia penyiaran radio, maka dengan perkembangan daya pikir seorang manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dasar-Dasar Komunikasi, Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, IPB, hal:

BAB I PENDAHULUAN. Dasar-Dasar Komunikasi, Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, IPB, hal: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan teknologi dan informasi, dewasa ini media komunikasi dan komunikasi massa menjadi bagian integral dalam kehidupan. Sebagaimana dikutip Mugniesyah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

semakin majunya teknologi teknologi yang terus ditemukan. Selain itu hal ini juga

semakin majunya teknologi teknologi yang terus ditemukan. Selain itu hal ini juga 1. Latar Belakang Dunia pertelevisian di Indonesia saat ini sangat berkembang pesat di iringi dengan semakin majunya teknologi teknologi yang terus ditemukan. Selain itu hal ini juga selalu berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Ketahanan pangan saat ini telah menjadi salah satu isu penting dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Ketahanan pangan saat ini telah menjadi salah satu isu penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Ketahanan pangan saat ini telah menjadi salah satu isu penting dalam pembangunan. Melihat kondisi di Indonesia, ketahanan pangan menjadi suatu ironi. Kondisi lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan media massa dalam menyuguhkan informasi yang akurat dan faktual semakin dibutuhkan di tengah-tengah masyarakat. Kebutuhan tersebut diiringi dengan semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini semakin tingginya kesadaran khalayak untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini semakin tingginya kesadaran khalayak untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini semakin tingginya kesadaran khalayak untuk mendapatkan informasi serta perkembangan teknologi yang begitu cepat membuat dunia jurnalistik berkembang pesat.

Lebih terperinci

Baru sulit diperoleh, kecuali pada media bawah tanah (underground). Pada

Baru sulit diperoleh, kecuali pada media bawah tanah (underground). Pada 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan informasi dan komunikasi dari masa ke masa semakin maju dan berkembang semakin pesat, seiring peran media massa yang tidak hanya sebagai media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wakil presiden dipilih oleh MPR dan anggota-anggotanya dipilih melalui

BAB I PENDAHULUAN. wakil presiden dipilih oleh MPR dan anggota-anggotanya dipilih melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemilu yang bersifat demokratis di Indonesia terwujud untuk pertama kalinya pada tahun 1999. Di mana rakyat dapat memilih sendiri wakil-wakil lembaga pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pembangunan nasional sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas hidup

BAB I PENDAHULUAN. dan pembangunan nasional sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas hidup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pedesaan adalah bagian integral dari pembangunan daerah dan pembangunan nasional sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Idealnya, program-program

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjadi isu global dan hangat yang selalu ingin disajikan media kepada. peristiwa yang banyak menarik perhatian dan minat masyarakat.

I. PENDAHULUAN. menjadi isu global dan hangat yang selalu ingin disajikan media kepada. peristiwa yang banyak menarik perhatian dan minat masyarakat. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap hari hampir seluruh aktivitas manusia selalu berhubungan dengan media massa. Baik media massa cetak seperti koran, tabloid, dan majalah atau media massa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Reformasi politik yang sudah berlangsung sejak berakhirnya pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto pada bulan Mei 1998, telah melahirkan perubahan besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah BAB I 1.1.Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN Reformasi yang dimulai sejak berakhirnya pemerintahan Orde Baru pada bulan Mei 1998, telah menghantarkan rakyat Indonesia kepada perubahan di segala bidang,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pengalaman masa lalu telah memberikan pelajaran berharga bagi bangsa Indonesia, bahwa pembangunan yang dilaksanakan dengan pendekatan top-down dan sentralistis, belum berhasil

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Media massa merupakan alat yang digunakan masyarakat untuk mendapatkan suatu informasi. Di era globalisasi kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang pas dalam tayangan yang disiarkan. Stasiun TV swasta dalam satu hari dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang pas dalam tayangan yang disiarkan. Stasiun TV swasta dalam satu hari dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berita buruh merupakan salah satu berita yang jarang dilihat dalam tayangan pemberitaan media TV. Berita buruh masih belum mendapatkan porsi yang pas dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan khususnya pembangunan manusia dapat dinilai

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan khususnya pembangunan manusia dapat dinilai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Keberhasilan pembangunan khususnya pembangunan manusia dapat dinilai secara parsial dengan melihat seberapa besar permasalahan yang paling mendasar dimasyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berita sudah menjadi hal yang dapat dinikmati oleh masyarakat dengan berbagai macam bentuk media seperti media cetak dalam wujud koran dan berita gerak (media

Lebih terperinci

Frietz Calvin Madayanto / Ike Devi Sulistyaningtyas

Frietz Calvin Madayanto / Ike Devi Sulistyaningtyas CITRA PT. PLN DALAM PEMBERITAAN KRISIS LISTRIK SUMATERA UTARA DAN SEKITARNYA (Analisis Isi Pemberitaan Surat Kabar Harian Nasional Periode September 2013-April 2014) ABSTRAK Frietz Calvin Madayanto / Ike

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jurnalisme online pada saat sekarang ini lebih banyak diminati oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jurnalisme online pada saat sekarang ini lebih banyak diminati oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jurnalisme online pada saat sekarang ini lebih banyak diminati oleh masyarakat dikarenakan pada era kemajuan teknologi, masyarakat lebih cenderung memanfaatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang menganut sistem demokrasi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang menganut sistem demokrasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang menganut sistem demokrasi. Demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang melibatkan rakyat dalam pengambilan keputusan. Rakyat dilibatkan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH Perencanaan dan implementasi pelaksanaan rencana pembangunan kota tahun 2011-2015 akan dipengaruhi oleh lingkungan strategis yang diperkirakan akan terjadi dalam 5 (lima)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Televisi adalah media yang paling mudah dijangkau oleh berbagai kalangan, baik kalangan atas, menengah, maupun kalangan bawah. Harga televisi yang ramah di kantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. arus globalisasi telah ditunjang dengan kemajuan teknologi informasi dan

BAB I PENDAHULUAN. arus globalisasi telah ditunjang dengan kemajuan teknologi informasi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Arus globalisasi yang berkembang pada saat ini mempunyai dampak di berbagai aspek kehidupan suatu bangsa baik dari segi lingkungan sosial ekonomi politik dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman, segala sesuatu yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman, segala sesuatu yang ada di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, segala sesuatu yang ada di dunia ini mengalami perkembangan, mulai dari informasi, teknologi, gaya hidup, dan lain sebagainya.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Otonomi Daerah sebagai wujud dari sistem demokrasi dan desentralisasi merupakan landasan dalam pelaksanaan strategi pembangunan yang berkeadilan, merata, dan inklusif. Kebijakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan utama dari pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan utama dari pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara khusus, hal ini berarti meningkatkan Sumber Daya Manusia. Salah satu masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan fungsi dan praktik Public Relations (PR) di Indonesia tidak

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan fungsi dan praktik Public Relations (PR) di Indonesia tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan fungsi dan praktik Public Relations (PR) di Indonesia tidak terlampau pesat. Namun secara bertahap, fungsi dan peranan PR mulai diterapkan di banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sumber inspirasi dan keuntungan bagi para penggunanya, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sumber inspirasi dan keuntungan bagi para penggunanya, hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi telekomunikasi saat ini sangat dirasakan semakin cepat dan menjadi bagian terpenting dari suatu masyarakat, Komunikasi pun dapat menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan sendirinya perkembangan usaha penerbitan pers mulai

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan sendirinya perkembangan usaha penerbitan pers mulai 9 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Memasuki era reformasi kebebasan pers seolah-olah seperti terlepas dari belenggu yang sebelumnya mengekang arti kebebasan itu sendiri. Dengan sendirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menguntungkan, salah satunya adalah pertukaran informasi guna meningkatkan. ilmu pengetahuan diantara kedua belah pihak.

BAB I PENDAHULUAN. menguntungkan, salah satunya adalah pertukaran informasi guna meningkatkan. ilmu pengetahuan diantara kedua belah pihak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebuah bangsa besar adalah bangsa yang memiliki masyarakat yang berilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan bisa diperoleh dari berbagai sumber, misalnya lembaga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Informasi telah menjadi kebutuhan masyarakat di era modern. Informasi menambah pengetahuan masyarakat dan membantu mereka membuat keputusan dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media massa adalah sarana penunjang bagi manusia untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Media massa adalah sarana penunjang bagi manusia untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG MASALAH Media massa adalah sarana penunjang bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan akan informasi maupun hiburan. Saat ini begitu banyak media massa yang kita kenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berjumlah 101 daerah, yang terdiri dari 7 provinsi, 18 kota, dan 76 kabupaten. Banten, Gorontalo, Sulawesi Barat, dan Papua Barat.

BAB I PENDAHULUAN. berjumlah 101 daerah, yang terdiri dari 7 provinsi, 18 kota, dan 76 kabupaten. Banten, Gorontalo, Sulawesi Barat, dan Papua Barat. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Konteks Penelitian Tanggal 15 Februari 2017 merupakan pesta demokrasi bagi sebagian masyarakat di Indonesia yang melaksanakan pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi ini, terutama teknologi informasi dan komunikasi yang semakin berkembang dengan cepat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya yang menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya yang menjadi masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah yang bersifat multidimensional yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya yang menjadi masalah dalam pembangunan.

Lebih terperinci

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) A. Visi dan Misi 1. Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sleman 2010-2015 menetapkan

Lebih terperinci

Kebijakan Desentralisasi dalam Kerangka Membangun Kualitas Penyelenggaraan Pemerintahan di Daerah di Tengah Tantangan Globalisasi

Kebijakan Desentralisasi dalam Kerangka Membangun Kualitas Penyelenggaraan Pemerintahan di Daerah di Tengah Tantangan Globalisasi KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Kebijakan Desentralisasi dalam Kerangka Membangun Kualitas Penyelenggaraan Pemerintahan di Daerah di Tengah Tantangan Globalisasi Makalah Disampaikan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menyanjung-nyanjung kekuatan sebagaimana pada masa Orde Baru, tetapi secara

BAB I PENDAHULUAN. yang menyanjung-nyanjung kekuatan sebagaimana pada masa Orde Baru, tetapi secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak reformasi digulirkan akhir Mei 1998, kebebasan media massa di Indonesia telah mengalami perkembangan yang cukup pesat. Pemberitaan media tidak lagi didominasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak orang yang menghabiskan waktu di depan televisi, dibandingkan waktu

BAB I PENDAHULUAN. Banyak orang yang menghabiskan waktu di depan televisi, dibandingkan waktu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Saat ini televisi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Banyak orang yang menghabiskan waktu di depan televisi, dibandingkan waktu

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. (Kompas, Republika, dan Rakyat Merdeka) yang diamati dalam penelitian

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. (Kompas, Republika, dan Rakyat Merdeka) yang diamati dalam penelitian BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Pertarungan wacana politik Kasus Bank Century di media massa (Kompas, Republika, dan Rakyat Merdeka) yang diamati dalam penelitian menunjukkan berbagai temuan penelitian yang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Temuan

BAB V PENUTUP A. Temuan BAB V PENUTUP A. Temuan Harian Jogja merupakan media lokal yang cukup aktif dalam memantau berbagai perkembangan mengenai pembangunan bandara di Kulon Progo. Arah pemberitaan (September 2014 - Oktober

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seperti yang kita ketahui media massa saat ini mengalami perkembangan yang begitu cepat dan pesat. Ditandai dengan bermunculan berbagai macam media massa, baik itu

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN BAB I PENDAHULUAN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR : TANGGAL : RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2014-2019 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Jawa

Lebih terperinci

vii Tinjauan Mata Kuliah

vii Tinjauan Mata Kuliah vii Tinjauan Mata Kuliah P embangunan merupakan suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik dalam lingkungan masyarakat. Pembangunan ekonomi sebagai suatu proses multidimensional mencakup perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi lain, yaitu Gerbner. Menurut Gerbner (1967) Mass communication is

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi lain, yaitu Gerbner. Menurut Gerbner (1967) Mass communication is BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner (rakhmat,2003:188), yakni: komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kebangkitan dan keruntuhan suatu bangsa tergantung pada sikap dan tindakan mereka sendiri. Penulis melakukan penelitian studi komparatif sebagai upaya untuk meningkatkan kapasitas dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Masyarakat informasi saat ini, telah menjadikan berita sebagai kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Masyarakat informasi saat ini, telah menjadikan berita sebagai kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Masyarakat informasi saat ini, telah menjadikan berita sebagai kebutuhan yang penting, bahkan menjadi primer terutama untuk mengisi kebutuhan pikiran tentang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keterbelakangan ekonomi, yang lebih dikenal dengan istilah kemiskinan, maka

I. PENDAHULUAN. keterbelakangan ekonomi, yang lebih dikenal dengan istilah kemiskinan, maka 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional di banyak negara berkembang pada umumnya ditekankan pada pembangunan ekonomi. Hal ini disebabkan karena yang paling terasa adalah keterbelakangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kemiskinan menjadi persoalan serius yang di hadapi oleh banyak

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kemiskinan menjadi persoalan serius yang di hadapi oleh banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kemiskinan menjadi persoalan serius yang di hadapi oleh banyak negara di dunia, karena dalam negara maju pun terdapat penduduk miskin. Kemiskinan identik dengan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Otonomi daerah yang disahkan melalui Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan media massa saat ini, khususnya media elektronik televisi telah

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan media massa saat ini, khususnya media elektronik televisi telah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan media massa saat ini, khususnya media elektronik televisi telah mengalami kemajuan yang sangat pesat, seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Naiknya harga BBM selalu menjadi isu yang ramai dibicarakan dan juga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Naiknya harga BBM selalu menjadi isu yang ramai dibicarakan dan juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Naiknya harga BBM selalu menjadi isu yang ramai dibicarakan dan juga menimbulkan pro dan kontra. Karena perkembangan kehidupan manusia seirama dengan kemajuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam kehidupan bermasyarakat atau berinteraksi dengan orang lain, bahasa menjadi hal yang sangat penting. Melalui bahasa, seseorang dapat menyampaikan gagasan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga sekaligus dapat mempengaruhi kita. Secara tidak langsung media telah

BAB I PENDAHULUAN. juga sekaligus dapat mempengaruhi kita. Secara tidak langsung media telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Sebagaimana diketahui media massa dewasa ini tidak hanya menyediakan sekedar informasi bagi masyarakat, tetapi dengan adanya informasi tersebut media juga

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Bab ini akan menjabarkan visi dan misi pembangunan di Kabupaten Malang selama 5 tahun mendatang (2016-2021). Hal ini sejalan dengan amanat di dalam pasal 263

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari beragam media yang cukup berperan adalah televisi. Dunia broadcasting

BAB I PENDAHULUAN. dari beragam media yang cukup berperan adalah televisi. Dunia broadcasting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Media mengandung istilah sebagai sebuah lembaga milik swasta maupun pemerintah yang mempunyai tugas memberikan informasi. Saat ini media merupakan faktor sentral dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media massa dinilai mempunyai peranan yang besar dalam. menyampaikan aspirasi rakyat kepada pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. Media massa dinilai mempunyai peranan yang besar dalam. menyampaikan aspirasi rakyat kepada pemerintah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media massa dinilai mempunyai peranan yang besar dalam menjembatani atau sebagai penghubung informasi kepada khalayak luas dalam bidang politik, sosial, keamanan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyampaikan informasi kepada publik secara serempak. Melalui media massa,

BAB 1 PENDAHULUAN. menyampaikan informasi kepada publik secara serempak. Melalui media massa, 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media massa memiliki peran strategis sebagai saluran yang menyampaikan informasi kepada publik secara serempak. Melalui media massa, kita dapat memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Televisi dibandingkan dengan media massa lainnya seperti radio, surat kabar, majalah, buku dan sebagainya, tampaknya memiliki sifat istimewa. Televisi merupakan gabungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 34 provinsi, tentu memiliki peluang dan hambatannya masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. 34 provinsi, tentu memiliki peluang dan hambatannya masing-masing. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia dengan berbagai daerah dan kepulauan yang tersebar dalam 34 provinsi, tentu memiliki peluang dan hambatannya masing-masing. Sehingga dibutuhkan

Lebih terperinci

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN AKSES INFORMASI DAN KOMUNIKASI PUBLIK DI KABUPATEN MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor determinan dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor determinan dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya bangsa Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebebasan pers merupakan salah satu indikator penting dalam membangun suatu negara yang menganut sistem demokrasi seperti Indonesia. Pasca reformasi 1998 media massa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan yang dibuat agar diketahui masyarakat. Misalnya ; kampanye, seminar,

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan yang dibuat agar diketahui masyarakat. Misalnya ; kampanye, seminar, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam setiap usaha yang berhubungan dengan publik, kepuasan publik senantiasa menjadi patokan utama. Oleh karena itu, segala upaya dilakukan untuk memuaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah suara yang sebanyak-banyaknya, memikat hati kalangan pemilih maupun

BAB I PENDAHULUAN. jumlah suara yang sebanyak-banyaknya, memikat hati kalangan pemilih maupun BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pemilu merupakan salah satu arena ekspresi demokrasi yang dapat berfungsi sebagai medium untuk meraih kekuasaan politik. Karenanya, berbagai partai politik

Lebih terperinci

yang sangat penting, selain aspek lain seperti ketepatan dan keakuratan data. Dengan kemunculan perkembangan internet, maka publik dapat mengakses ber

yang sangat penting, selain aspek lain seperti ketepatan dan keakuratan data. Dengan kemunculan perkembangan internet, maka publik dapat mengakses ber BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Media massa pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu media massa cetak dan media elektronik. Media cetak yang dapat memenuhi kriteria sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuat setiap orang melakukan berbagai bentuk komunikasi, seperti

BAB I PENDAHULUAN. membuat setiap orang melakukan berbagai bentuk komunikasi, seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap individu berusaha untuk mengenal dan mencari jati dirinya, mengetahui tentang orang lain, dan mengenal dunia luar atau selalu mencari tahu mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian Dewasa ini, media adalah hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian Dewasa ini, media adalah hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Dewasa ini, media adalah hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia yang senantiasa membutuhkan informasi yang dapat memperkaya hidupnya. Media merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sekaligus menyatakan tanggung jawab media kepada masyarakat. Beberapa ahli

BAB 1 PENDAHULUAN. sekaligus menyatakan tanggung jawab media kepada masyarakat. Beberapa ahli BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Televisi sebagai media komunikasi massa memiliki beberapa fungsi, yang sekaligus menyatakan tanggung jawab media kepada masyarakat. Beberapa ahli mengungkapkan banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium Perserikatan Bangsa-Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Pada konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium Perserikatan Bangsa-Bangsa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bulan Desember 2000, sebanyak 189 negara anggota PBB menyetujui delapan butir Millenium

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Teori yang digunakan

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Teori yang digunakan BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Teori yang digunakan 2.1.1 Televisi Sebagai Media Massa Televisi sebagai suatu bentuk media massa memiliki karateristik tersendiri yang berbeda dengan media massa lainnya. Bentuk

Lebih terperinci

VARIASI GAYA BAHASA SLOGAN DALAM ATRIBUT CALEG PEMILU 2009 DI SURAKARTA SKRIPSI

VARIASI GAYA BAHASA SLOGAN DALAM ATRIBUT CALEG PEMILU 2009 DI SURAKARTA SKRIPSI VARIASI GAYA BAHASA SLOGAN DALAM ATRIBUT CALEG PEMILU 2009 DI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Oleh:

Lebih terperinci

Marketing Politik; Media dan Pencitraan di Era Multipartai, oleh Roni Tabroni Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta

Marketing Politik; Media dan Pencitraan di Era Multipartai, oleh Roni Tabroni Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta Marketing Politik; Media dan Pencitraan di Era Multipartai, oleh Roni Tabroni Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-889398; Fax: 0274-889057; E-mail: info@grahailmu.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini terjadi di Jalan Thamrin Jakarta. Peristiwa Bom Thamrin ini mengejutkan

BAB I PENDAHULUAN. ini terjadi di Jalan Thamrin Jakarta. Peristiwa Bom Thamrin ini mengejutkan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Peristiwa Bom Thamrin yang terjadi pada tanggal 14 Januari 2016 ini terjadi di Jalan Thamrin Jakarta. Peristiwa Bom Thamrin ini mengejutkan banyak pihak karena

Lebih terperinci

Grafik 1. Area Bencana

Grafik 1. Area Bencana Untuk mendapatkan gambaran awal sejauh mana masyarakat Indonesia sadar akan isuisu lingkungan dan dampak kerusakan lingkungan yang ditimbulkan dalam jangka panjang, pada penghujung tahun 2013, WWF-Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Media massa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan

I. PENDAHULUAN. Media massa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media massa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan akan informasi dan hiburan. Saat ini begitu banyak media massa yang ada di tengah-tengah masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. apresiasinya membutuhkan perspektif yang luas. tepat untuk khalayak sasaran (target audience) yang tepat dengan

BAB I PENDAHULUAN. apresiasinya membutuhkan perspektif yang luas. tepat untuk khalayak sasaran (target audience) yang tepat dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era kebebasan pers yang marak dewasa ini membuat media massa saat ini mengalami perkembangan yang amat pesat. Era reformasi memungkinkan adanya kebebasan baik

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang berorientasi pertumbuhan di masa lalu telah menumbuhkan suatu kesenjangan yang besar, dimana laju pertumbuhan ekonomi tidak seimbang dengan peningkatan

Lebih terperinci

Secara umum, berita-berita yang mereka tampilkan membawa pesan seperti yang disampaikan dalam muktamar.

Secara umum, berita-berita yang mereka tampilkan membawa pesan seperti yang disampaikan dalam muktamar. Secara umum, berita-berita yang mereka tampilkan membawa pesan seperti yang disampaikan dalam muktamar. Muktamar Khilafah 2013 berlangsung di seluruh Indonesia. Muktamar bergulir sejak 5 Mei hingga 2 Juni

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL,

MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL, SALINAN KEPUTUSAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL NOMOR KEP.99/M.PPN/HK/11/2011 TENTANG RENCANA PEMANFAATAN HIBAH TAHUN 2011-2014 MENTERI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2013-2018 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan masyarakat akan informasi yang terjadi setiap harinya, sudah menjadi kebutuhan penting di setiap harinya. Media massa merupakan wadah bagi semua informasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang bersifat menjelaskan, menggambarkan atau menuturkan dan menafsirkan

BAB III METODE PENELITIAN. yang bersifat menjelaskan, menggambarkan atau menuturkan dan menafsirkan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian deskriptif dengan metode pendekatan kualitatif, merupakan penelitian deskriptif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari masyarakat mendapatkan informasi tentang kejadian-kejadian dan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari masyarakat mendapatkan informasi tentang kejadian-kejadian dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap hari masyarakat mendapatkan informasi tentang kejadian-kejadian dan segala bentuk peristiwa yang terjadi di belahan dunia melalui televisi. Kehadiran stasiun

Lebih terperinci

PERAN ARSIP DALAM MEMBENTUK MASYARAKAT INFORMASI DI ERA KOMUNITAS ASEAN Herwati Dwi Utami. FISIP Universitas Terbuka

PERAN ARSIP DALAM MEMBENTUK MASYARAKAT INFORMASI DI ERA KOMUNITAS ASEAN Herwati Dwi Utami. FISIP Universitas Terbuka PERAN ARSIP DALAM MEMBENTUK MASYARAKAT INFORMASI DI ERA KOMUNITAS ASEAN 2015 Herwati Dwi Utami FISIP Universitas Terbuka herwati@ut.ac.id Abstrak Tahun 2015 Indonesia telah memasuki era Komunitas ASEAN.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses kehidupannya, manusia akan selalu terlihat dalam tindakan tindakan

BAB I PENDAHULUAN. proses kehidupannya, manusia akan selalu terlihat dalam tindakan tindakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan kebutuhan dasar manusia. Sejak lahir dan selama proses kehidupannya, manusia akan selalu terlihat dalam tindakan tindakan komunikasi. Tindakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta aspirasi masyarakat. Pemilihan umum (pemilu) sebagai pilar demokrasi di

BAB I PENDAHULUAN. serta aspirasi masyarakat. Pemilihan umum (pemilu) sebagai pilar demokrasi di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di banyak negara demokrasi pemilihan umum dianggap lambang, sekaligus tolak ukur dari demokrasi itu. Hasil pemilihan umum yang diselenggarakan dalam suasana keterbukaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media massa berkembang pada tahun 1920-an atau 1930-an (McQuail,

BAB I PENDAHULUAN. Media massa berkembang pada tahun 1920-an atau 1930-an (McQuail, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa berkembang pada tahun 1920-an atau 1930-an (McQuail, 2011:310) dengan radio rumah tangga pada tahun 1920-an. Selanjutnya pada tahun 1940-an diciptakan

Lebih terperinci

Peluang dan Tantangan Industri Media dan Konten Prospek Bisnis Penyiaran di Indonesia yang Dipengaruhi Kemajuan Teknologi

Peluang dan Tantangan Industri Media dan Konten Prospek Bisnis Penyiaran di Indonesia yang Dipengaruhi Kemajuan Teknologi KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIA REPUBLIK INDONESIA Peluang dan Tantangan Industri Media dan Konten Prospek Bisnis Penyiaran di Indonesia yang Dipengaruhi Kemajuan Teknologi Rakornas KADIN Bidang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era saat ini, masyarakat modern dituntut untuk mendapatkan sebuah informasi yang aktual dan akurat. Informasi tersebut dapat diperoleh melalui beberapa media penyiaran.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan inti dari kehidupan. Dalam hidup, apa saja yang kita

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan inti dari kehidupan. Dalam hidup, apa saja yang kita BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan inti dari kehidupan. Dalam hidup, apa saja yang kita lakukan perlu melibatkan aktivitas yang disebut komunikasi. Komunikasi dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era Reformasi yang lahir pasca runtuhnya Orde Baru mengemban. tugas yang tidak mudah, salah satunya untuk mencari solusi alternatif

BAB I PENDAHULUAN. Era Reformasi yang lahir pasca runtuhnya Orde Baru mengemban. tugas yang tidak mudah, salah satunya untuk mencari solusi alternatif BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Era Reformasi yang lahir pasca runtuhnya Orde Baru mengemban tugas yang tidak mudah, salah satunya untuk mencari solusi alternatif dalam menyelesaikan berbagai

Lebih terperinci

KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH SULAWESI SELATAN KEPUTUSAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA (KPI) Nomor 240/SK/KPID-SS/03/2018 TENTANG

KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH SULAWESI SELATAN KEPUTUSAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA (KPI) Nomor 240/SK/KPID-SS/03/2018 TENTANG - 1 - KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH SULAWESI SELATAN KEPUTUSAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA (KPI) DAERAH SULAWESI SELATAN Nomor 240/SK/KPID-SS/03/2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN TERKAIT PERLINDUNGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media merupakan salah satu eksternal stakeholder perusahaan yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Media merupakan salah satu eksternal stakeholder perusahaan yang dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Media merupakan salah satu eksternal stakeholder perusahaan yang dapat mempengaruhi reputasi. Media menggambarkan perusahaan dengan pemberitaan di media,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan media sebagai salah satu alatnya (Maryani, 2011:3).

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan media sebagai salah satu alatnya (Maryani, 2011:3). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut perspektif Cahil (dikutip dari Kovach & Rosenstiel, 2001:10) dalam Rahayu (2006:5), menuturkan bahwa betapa besar pengharapan publik atas media massa. Pengharapan

Lebih terperinci

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA Pembangunan adalah suatu orientasi dan kegiatan usaha yang tanpa akhir. Development is not a static concept. It is continuously changing. Atau bisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada setiap daerah untuk melaksanakan kebijakan, ternyata membawa

BAB I PENDAHULUAN. kepada setiap daerah untuk melaksanakan kebijakan, ternyata membawa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya kebijakan desentralisasi yang memberi kewenangan kepada setiap daerah untuk melaksanakan kebijakan, ternyata membawa banyak terobosan bagi terciptanya kemajuan

Lebih terperinci