PENGUATAN BUDAYA KESELAMATAN DI INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL

dokumen-dokumen yang mirip
PENGUATAN BUDAYA KESELAMATAN DI INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL

KAJIAN PENERAPAN BUDAYA KESELAMATAN DI IEBE

PENILAIAN BUDAYA KESELAMATAN DENGAN METODE SAFETY CULTURE ASSESSMENT REVIEW TEAM (SCART) (STUDI KASUS DI PRSG BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL)

PREDIKSI DOSIS PEMBATAS UNTUK PEKERJA RADIASI DI INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL

PENINGKATAN SISTEM PROTEKSI RADIASI DAN KESELAMATAN KAWASAN NUKLIR SERPONG TAHUN 2009

CONTOH (SAMPLE) Penerapan Sistem K3LM Proyek Konstruksi

EVALUASI KESIAPSIAGAAN NUKLIR DI INSTALASI RADIOMETALURGI BERDASARKAN PERKA BAPETEN NOMOR 1 TAHUN 2010

PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR : 200/KA/X/2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENERAPAN BUDAYA KESELAMATAN

Ujian Akhir Semester Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan Semester Pendek Oleh: Arrigo Dirgantara

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN FASILITAS DAN KEGIATAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR

PEDOMAN SISTIM PENGENDALIAN INTERN

KUISIONER PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN. Dengan mendefinisikan target-target BBS, berarti perusahaan telah

STUDI KESELARASAN PROGRAM KESIAPSIAGAAN NUKLIR TINGKAT FASILITAS/ INSTALASI NUKLIR PTBN TERHADAP PERKA BAPETEN NO.1 TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. sebaliknya yang lemah akan menghambat dan bertentangan dengan tujuan

ANALISIS DOSIS RADIASI PEKERJA RADIASI IEBE BERDASARKAN KETENTUAN ICRP 60/1990 DAN PP NO.33/2007

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 04-P/Ka-BAPETEN/I-03 TENTANG PEDOMAN PELATIHAN OPERATOR DAN SUPERVISOR REAKTOR NUKLIR

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,

PENYUSUNAN PROGRAM KESIAPSIAGAAN NUKLIR INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

IMPLEMENTASI JAMINAN MUTU DI RSG GAS*)

7.1.Project Control. Schedule kunjungan ke lapangan dan partisipasi audit. Meninjau ulang temuan audit dan pelaporan perbaikan

2012, No Instalasi Nuklir, Reaktor Nuklir, dan Bahan Nuklir adalah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Keten

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN OPERASI REAKTOR NONDAYA

INDIKATOR BUDAYA KESELAMATAN

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Lampiran 1 CHECK LIST PRAKUALIFIKASI CSMS

JAMINAN MUTU UNTUK PERSIAPAN PEMBANGUNAN PLTN

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 05-P/Ka-BAPETEN/I-03 TENTANG PEDOMAN RENCANA PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT

KAJIAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN (SML) DALAM SISTEM MANAJEMEN TERINTEGRASI UNTUK KESELAMATAN INSTALASI NUKLIR

PENGUKURAN TINGKAT KONTAMINASI PERMUKAAN MESIN BUSUR LISTRIK PASCA PELEBURAN LOGAM U-Zr

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum PT. Freshklindo Graha Solusi

(SMKP) ELEMEN 6 DOKUMENTASI SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN PERTAMBANGAN (SMKP) MINERAL DAN BATUBARA

LAMPIRAN 1 TATA CARA PENYUSUNAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM

BUDAYA KESELAMATAN DI BIDANG PEMELIHARAAN PLTN

KEBIJAKAN ALKOHOL DAN OBAT TERLARANG PT BENING TUNGGAL MANDIRI

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN RADIASI

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER. 05/MEN/1996 TENTANG SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lampiran 3 FORMAT DAFTAR SIMAK AUDIT INTERNAL PENYEDIA JASA

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR

2. PERSYARATAN UNTUK PENGKAJIAN KESELAMATAN DALAM PROSES PERIJINAN REAKTOR RISET

Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN (Berdasarkan PP 50 Tahun 2012) Nama : Alamat : Jabatan : Lama Bekerja : NO Isi pertanyaan Kel.

RENCANA PROGRAM KERJA K3 (KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA) RUMAH SAKIT BERSALIN AMANAH

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG IZIN BEKERJA PETUGAS INSTALASI DAN BAHAN NUKLIR

Kebijakan Manajemen Risiko

Ruang Lingkup Perizinan Instalasi dan Bahan Nuklir meliputi:

PROSEDUR PENANGGULANGAN KEDARURATAN NUKLIR DI PUSAT TEKNOLOGI BAHAN BAKAR NUKLIR

MONITORING KEAMANAN DAN KESELAMATAN FASILITAS RUMAH SAKIT (K3RS)

SISTEM PELAPORAN KEJADIAN DI RSG GAS

Keselamatan Instalasi Nuklir

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PT. ADIWARNA ANUGERAH ABADI PROSEDUR IDENTIFIKASI ASPEK DAN BAHAYA

SISTEM PENGELOLAAN KESELAMATAN KERJA KONTRAKTOR

BATAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

Manajemen Risiko Kelelahan: Preskriptif versus Pendekatan Berbasis Risiko

BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

PANDUAN MANAJEMEN RESIKO KLINIS

A. KRITERIA AUDIT SMK3

Dimensi Kelembagaan. Kebijakan Kelembagaan 1. Perencanaan 0.5

PT. ADIWARNA ANUGERAH ABADI

PENERAPAN PERTANGGUNGJAWABAN DAN PENGENDALIAN BAHAN NUKLIR PADA PEMINDAHAN SPENT FUEL DARI MBA RI-F KE MBA RI-G

LAMPIRAN I : PRAKTEK YANG DITERAPKAN UNTUK PENGEMBANGAN BUDAYA KESELAMATAN YANG TIDAK DISEBUTKAN DALAM INSAG 4.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN. PT Dan Liris Sukoharjo Divisi Garmen yaitu terjatuh, terjepit, tertimpa,

PEDOMAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN (SMK3)

BAB I PENDAHULUAN. sangat terbatas, oleh karenanya Jepang melakukan terobosan inovasi dengan

REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERHUBUNGAN PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL (P.K.P.S)

GEJALA MELEMAHNYA BUDAYA KESELAMATAN

2. Rencana K3 yang disusun oleh perusahaan paling sedikit memuat : a. Tujuan dan Sasaran

PERENCANAAN MANAJEMEN RESIKO

KAJIAN PERSYARATAN OPERATOR DAN SUPERVISOR REAKTOR KARTINI

Luwiharsih Komisi Akreditasi RS

K3 KONSTRUKSI BANGUNAN. Latar Belakang Permasalahan

TATA CARA DAN ETIKA INSPEKSI. Oleh : SUYATI

TANTANGAN PUSAT LISTRIK TENAGA NUKLIR PERTAMA (PLTN I): SUMBER DAYA MANUSIA (SDM)

2011, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir ini, yang dimaksud dengan: 1. Reaktor nondaya adalah r

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PT BENING TUNGGAL MANDIRI GAS, OIL AND INDUSTRIAL TECHNICAL SERVICE

HEALTH, SAFETY, ENVIRONMENT ( HSE ) DEPARTMENT PT. GRAHAINDO JAYA GENERAL CONTRACTOR

BAB VI PENUTUP. dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan

KEGIATAN BUDAYA KESELAMATAN NUKLIR FNCA. Ir. Alfahari Mardi, MSc. dan Ir. Johnny Situmorang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

EVALUASI UNSAFE ACT, UNSAFE CONDITION, DAN FAKTOR MANAJEMEN DENGAN METODE BEHAVIOR BASED SAFETY PADA PROYEK APARTEMEN. Patricia 1, David 2 and Andi 3

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

PANDUAN KESELAMATAN DAN KEAMANAN RUMAH SAKIT VITA INSANI PEMATANGSIANTAR

EVALUASI AUDIT INTERNAL LUB PTBN UNTUK MENILAI EFEKTIFITAS IMPLEMENTASI ISO/IEC 17025:2005

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

IDENTIFIKASI JENIS BAHAYA & RESIKO K3

KETENTUAN KESELAMATAN DEKOMISIONG REAKTOR NUKLIR 1

J udul Dokumen : R IWAYAT REVISI MANUAL SISTEM MANAJEMEN K3 MANUAL K3 M - SPS - P2K3. Perubahan Dokumen : Revisi ke Tanggal Halaman Perubahan

UNSUR KEGIATAN PENGEVALUASIAN PENGELOLAAN LABORATORIUM BESERTA JENIS PEKERJAANYA

2015, No Tenaga Nuklir tentang Penatalaksanaan Tanggap Darurat Badan Pengawas Tenaga Nuklir; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 te

PT. SUCOFINDO CABANG MAKASSAR JLN. URIP SUMOHARJO NO 90A MAKASSAR

BUDAYA KEAMANAN NUKLIR

Transkripsi:

PENGUATAN BUDAYA KESELAMATAN DI INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL Heri Hardiyanti, B. Herutomo, B. Briyatmoko Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN Kawasan PUSPIPTEK, Serpong, Tangerang 15310, Indonesia e-mail: ptbn@batan.go.id, hrdyanti@batan.go.id ABSTRAK Penguatan budaya keselamatan di Instalasi Elemen Bakar Eksperimental (IEBE) dititik-beratkan pada upaya membangun kesadaran personil akan pentingnya keselamatan kerja dan keselamatan instalasi. Sasarannya agar setiap personil memiliki rasa tanggungjawab atas keselamatan dan mau berkontribusi aktif dalam pengembangan budaya keselamatan di IEBE. Tujuannya meningkatkan jaminan keselamatan secara berkelanjutan dalam pengoperasian IEBE (personil, masyarakat, lingkungan). Penguatan budaya keselamatan dilakukan mengacu pada atribut budaya keselamatan yang kuat sebagaimana terdapat dalam International Atomic Energy Agency (IAEA) Safety Guide GS-G-3.5. Strategi utama yang dilakukan adalah; (a) internalisasi nilai-nilai keselamatan melalui briefing pagi, coffee morning, poster/spanduk, workshop dan pelatihan; (b) meningkatkan efektifitas kepemimpinan melalui walktime pimpinan di tempat kerja, pelatihan safety leadership, dan kualifikasi personil; (c) integralisasi keselamatan dalam proses kerja melalui job hazard analysis (JHA), workplace hazard assesment (WHA), housekeeping melalui kerjabakti membersihkan dan merapikan tempat kerja; (d) pembelajaran keselamatan melalui inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja (K3), kaji diri keselamatan, pelaporan terbuka masalah keselamatan (nearmiss, incident, accident), partisipasi dalam Fuel Incident Notification and Analysis System (FINAS); dan (e) meningkatkan akuntabilitas kinerja keselamatan melalui pelaporan rutin keselamatan operasi ke badan pengawas, pengisian dan evaluasi Safety Performance Indicator (SPI), definisi peran dan tanggungjawab setiap personil, dan lain lain. Model SPI yang dikembangkan IEBE BATAN telah dipakai sebagai contoh SPI Instalasi Nuklir Non Reaktor di Indonesia oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten). Melalui kegiatan tersebut terlihat nyata adanya kemajuan dalam budaya keselamatan di IEBE, yaitu meningkatnya keterlibatan dan tanggungjawab personil dalam perbaikan berkelanjutan kinerja keselamatan, membaiknya kondisi housekeeping (kerapihan dan kebersihan) tempat kerja, dan keselamatan telah dipertimbangkan sebagai tujuan organisasi. KATA KUNCI : Budaya keselamatan, Instalasi Elemen Bakar Eksperimental, Job Hazard Analysis, Workplace Hazard Assesment, Safety Performance Indicator, Fuel Incident Notification and Analysis System, Inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja 1. PENDAHULUAN Instalasi Elemen Bakar Eksperimental (IEBE) adalah salah satu instalasi nuklir di Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) yang berfungsi mendukung kegiatan pengembangan teknologi produksi bahan bakar reaktor daya, meliputi: Teknologi konversi yellow cake menjadi serbuk Uranium dioxide (UO 2 ) murni nuklir; Teknologi fabrikasi bahan bakar berbasis pelet UO 2 dalam kelongsong Zirkaloi; dan Kendali kualitas proses produksi bahan bakar nuklir. Basis disain dan peralatan terpasang di IEBE adalah pilot plant pabrik bahan bakar Heavy Water Reactor (HWR) - Cirene dengan kapasitas produk 100 kg UO 2 serbuk per hari, dan 3 berkas bahan bakar per hari. Fasilitas dirancang mampu menangani U- diperkaya hingga 5 % berat U-235. Mengingat potensi bahaya yang ada dan risiko yang ditimbulkan maka keselamatan dalam pengoperasian instalasi nuklir seperti IEBE harus menjadi pertimbangan dan prioritas utama. Tujuannya adalah melindungi pekerja, masyarakat dan lingkungan dari bahaya radiasi. Karakteristik dasar keselamatan IEBE antara lain direpresentasikan oleh (a) adanya hubungan yang dekat antara alat, manusia, dan bahan yang ditangani, (b) keragaman peralatan yang digunakan, (c) bahaya radiologi apabila terjadi kekritisan, (d) keberadaan bahan berbahaya dan beracun termasuk bahan nuklir yang tersebar di dalam instalasi, serta Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN 204 Heri Hardiyanti dkk

(e) adanya risiko terhadap keamanan bahan nuklir. Karakteristik ini memperlihatkan bahwa keselamatan pengoperasian IEBE sangat bergantung pada faktor manusia. Dan data statistik dunia menunjukkan bahwa faktor manusia menempati urutan teratas sebagai penyebab terjadinya kecelakaan. Oleh karena itu, implementasi Budaya Keselamatan yang kuat sangat diperlukan untuk mendukung pengoperasian IEBE yang handal dan selamat. Budaya Keselamatan adalah gabungan karakteristik dan sikap yang terbentuk dalam organisasi dan individu yang menempatkan dan mempertimbangkan keselamatan sebagai prioritas utama sesuai dengan arti pentingnya. Budaya Keselamatan mempunyai dua komponen utama: 1. Kerangka kerja yang diperlukan dalam suatu organisasi. Hal ini merupakan tanggungjawab dari hirarki manajemen. 2. Sikap anggota organisasi pada semua tingkatan dalam merespon dan memanfaatkan kerangka kerja tersebut. Melalui budaya keselamatan yang kuat diharapkan seluruh pekerja dapat bertanggung jawab atas keselamatan instalasi dan institusi di lingkungan kerjanya. Dengan demikian pertimbangan keselamatan akan menjadi perhatian yang utama dalam setiap pekerjaan dan tugas yang dilakukan melalui komitmen dalam bentuk pendekatan yang sangat berhati-hati, perasaan ingin tahu dan komunikasi yang lebih baik. (1) Menurut International Atomic Energy Agency (IAEA) Safety Guide No. GS-G-3.5 The Management System For Nuclear Installation, karakteristik budaya keselamatan yang kuat adalah 1. Keselamatan adalah nilai yang dikenal baik, dengan atribut: Prioriatas keselamatan ditunjukkan dalam dokumentasi, komunikasi dan pengambilan keputusan Keselamatan merupakan pertimbangan utama pengalokasian sumber daya Tujuan, sasaran dan rencana terkait keselamatan tertuang dalam renstra Setiap individu diyakinkan bahwa keselamatan dan produksi berjalan beriringan Pendekatan proaktif dan jangka panjang keselamatan diperlihatkan dalam pengambilan keputusan Sikap sadar keselamatan diterima dan didukung secara sosial 2. Kepemimpinan keselamatan adalah jelas, dengan atribut: Manajemen disetiap tingkatan berkomitmen nyata terhadap keselamatan Kepemimpinan yang terlihat nyata dalam aktivitas terkait keselamatan Kemampuan kepemimpinan dikembangkan secara sistematis Manajemen memastikan adanya kecukupan individu kompeten Manajemen membangun keterlibatan aktif individu dalam keselamatan Manajemen secara berkelanjutan membangun keterbukaan dan kebaikan komunikasi diseluruh organisasi Hubungan manajer dan individu dibangun atas dasar kepercayaan Implikasi keselamatan dipertimbangkan dalam proses manajemen Akuntabilitas adalah jelas, dengan atribut: Laporan kinerja keselamatan dilaporkan ke badan Pengawas Peran dan tanggung jawab didefinisikan dengan jelas Kesesuaian dan kepatuhan terhadap prosedur dan peraturan/regulasi Manajemen mendelegasikan tanggung jawab dengan kewenangan yang jelas sehingga akuntabilitas dapat ditetapkan Kepemilikan keselamatan terdapat pada semua tingkatan organisasi dan pada semua personel 3. Keselamatan terintegrasi dalam semua kegiatan, dengan atribut: Kepercayaan meresap dan menyebar didalam organisasi Setiap individu memiliki pengetahuan yang diperlukan dan paham akan proses pekerjaan Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi dan kepuasan kerja dipertimbangkan Kondisi kerja telah mempertimbangakan waktu, beban kerja dan tekanan Terdapat kerjasama dan kerja tim antar lintas bidang Housekeeping dan bahan-bahan mencerminkan komitmen yang baik. 4. Keselamatan adalah pendorong pembelajaran Sikap bertanya terdapat pada semua individu Adanya pelaporan terbuka terhadap penyimpangan dan kesalahan Digunakannya kajian internal dan eksternal, serta pengalaman organisasi lain Pembelajaran difasilitas terutama terkait perbaikan kesalahan dan penyimpangan operasi Indikator kinerja keselamatan tersedia, terlacak, dikembangkan, dan dievaluasi Heri Hardiyanti dkk 205 Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN

Terdapat pengembangan sistematis pada kompetensi individu Dengan memperbaiki karakteristik budaya keselamatan secara konsisten dan berkesinambungan, manajemen keselamatan terintegrasi yang telah ditetapkan organisasi akan dapat dilaksanakan secara efektif. Hal ini dikarenakan sikap dan perilaku selamat pada setiap individu di semua tingkatan sudah terbangun untuk mewujudkan budaya keselamatan yang kuat. (2) 2. METODA STRATEGI PENGUATAN BUDAYA KESELAMATAN IEBE Kondisi budaya keselamatan di IEBE hingga awal tahun 2006 masih lemah, hal ini dapat dilihat dari indikasi-indikasi: (a) Sikap dan perilaku baik individu maupun organisasi masih memandang/memprioritaskan usaha-usaha keselamatan dalam pengoperasian instalasi nuklir sebagai suatu ketentuan atau persyaratan regulasi. (b) Individu/personil tidak antusias dalam melibatkan diri dalam aktivitas keselamatan sehari-hari. (c) Unsafe acts dan unsafe conditions banyak dijumpai dalam aktivitas kerja sehari-hari. (d) Kenampakan pimpinan senior di tempat kerja (work-floor) sangat kurang. Lemahnya budaya keselamatan ini juga memberi dampak pada penurunan semangat dan produktifitas kerja para personil IEBE. Oleh karenanya dalam rangka meningkatkan jaminan keselamatan dan produktifitas maka perlu dikembangkan program penguatan implementasi budaya keselamatan. Sasaran utama program adalah meningkatnya pemahaman dan kesadaran personil terhadap keselamatan yang dicerminkan melalui pola pikir, sikap, dan perilaku selamat dalam menjalankan aktivitas sehari-hari di IEBE. Untuk membangun pemahaman yang sama dan meningkatkan keterlibatan personil, langkah pertama yang diambil adalah sosialisasi tentang aspek kunci budaya keselamatan, dan mengajak para personil untuk bersama-sama merumuskan Visi, Misi, Nilai-Nilai dan Prinsip Dasar terkait keselamatan. Visi kami terkait pengoperasian IEBE yang handal dan selamat adalah Pengoperasian IEBE yang menyejahterakan. Arti utama menyejahterakan adalah nobody gets hurt dan tidak merusak lingkungan. Adapun misi utama kami sebagai operator IEBE adalah mewujudkan IEBE sebagai tempat kerja yang: SEMINAR NASIONAL a) Berkeselamatan handal dan mampu memberikan jaminan keselamatan terhadap personil, masyarakat, dan lingkungan hidup dari bahaya radiologi akibat pengoperasian IEBE. b) Produktif dan mampu memberikan layanan prima pengembangan teknologi bahan bakar nuklir kepada para stakeholders secara berkelanjutan. Untuk mencapai Visi dan Misi tersebut maka segenap kegiatan di IEBE senantiasa dilandasi oleh nilai-nilai, yaitu keselamatan adalah yang utama dan pertama, kerja sama tim yang harmonis dan sinergik, berani bertanggungjawab dan mempertanggungjawabkan (akuntabel), dan peningkatan berkelanjutan (belajar dan belajar). Dan sebagai pegangan atau petunjuk keseharian dalam pelaksanaan operasi yang selamat, berikut adalah prinsip dasar keselamatan yang dikembangkan di IEBE: a) Insiden atau kecelakaan kerja dapat dicegah, dan tidak ada toleransi terhadap insiden atau kecelakaan; b) Tidak ada pekerjaan yang begitu penting atau urgen bila tidak dapat dilaksanakan secara selamat. Lebih baik menunda atau menghentikan pekerjaan bila diketahui ada persoalan keselamatan; c) Keselamatan merupakan bagian integral dari proses kerja, maka setiap bahaya (hazards) harus teridentifikasi dan risikonya dapat dikendalikan; d) Keselamatan adalah tanggung jawab setiap orang. Menjaga keselamatan diri dan mitra kerja adalah tugas dan kewajiban setiap pekerja IEBE; dan e) Kinerja keselamatan dapat dan harus ditingkatkan secara berkelanjutan, dan kinerja keselamatan harus dapat dipertanggungjawabkan. Langkah selanjutnya dalam penguatan budaya keselamatan di IEBE adalah menetapkan strategi yang implementabel. Lima karakteristik budaya keselamatan yang kuat dalam IAEA Safety Guide No. GS-G-3.5 diadopsi langsung sebagai strategi pengembangan budaya keselamatan di IEBE. Strategi dan kegiatannya meliputi: (a) Keselamatan adalah nilai yang dikenal baik. Kegiatan utamanya adalah komunikasi nilainilai keselamatan melalui sosialisasi, workshop dan pelatihan budaya keselamatan, studi banding implementasi budaya keselamatan di lingkungan BATAN, briefing pagi, coffee morning, pemasangan poster dan spaduk keselamatan, dan lain lain. (b) Kepemimpinan keselamatan adalah jelas. Kegiatan utamanya adalah meningkatkan Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN 206 Heri Hardiyanti dkk

frekuensi kunjungan Pimpinan ke tempat kerja (work-floor), pelatihan kepemimpinan kepada para personil khususnya para supervisor, kualifikasi personil melalui Surat Izin Bekerja dari Bapeten, keterlibatan personil dalam inspeksi K3, membangun komunikasi terbuka dua arah, dan lain lain. (c) Keselamatan terintegrasi dalam semua aktivitas. Kegiatan utamanya adalah pelaksanaan Job Hazard Analysis (JHA) dan Workplace Hazard Assessment (WHA), internalisasi konsep STAR (Stop-Think-Act-Review) dalam bekerja, penguatan kompetensi melalui pelatihan, pengembangan behaviour based safety, briefing pagi sebelum bekerja, housekeeping dan kerja bakti 5R (Ringkas,Resik, Rapi, Rawat, Rajin), penguatan kerja tim, dan lain lain. (d) Akuntabilitas keselamatan adalah jelas. Kegiatan utamanya adalah melaporkan secara rutin kegiatan operasi IEBE ke Bapeten, pengembangan Safety Performance Indicator, definisi dan dokumentasi peran dan tanggungjawab setiap personil, pelaporan terbuka terhadap masalah keselamatan, dlan lain lain. (e) Keselamatan adalah pendorong pembelajaran. Kegiatan utamanya adalah inspeksi K3 oleh personil dan manajemen, kajidiri keselamatan, pelaporan terbuka masalah keselamatan (nearmiss, incident, accident), keikutsertaan dalam IAEA-FINAS (Fuel Incident Notification and Analysis System), diskusi keselamatan dalam coffee morning, tukar pengalaman dan informasi terkait implementasi budaya keselamatan antar satker di lingkungan BATAN, pelatihan rekualifikasi personil, penyediaan sarana dan prasarana belajar yang representatif, dll. Adapun perangkat (tool) untuk menilai kemajuan terhadap implementasi budaya keselamatan di IEBE juga telah dikembangkan, yaitu al.: (a) Safety Performance Indicators (SPI). Indikator ini juga digunakan sebagai jembatan antara operator IEBE dengan Badan Pengawas untuk menilai kinerja keselamatan IEBE. SPI ini dikembangkan bersama antara IEBE dengan Badan Pengawas. SPI IEBE telah dijadikan model oleh Badan Pengawas untuk pengembangan SPI Instalasi Nuklir Non Reaktor di Indonesia. (b) Management System Inspection Tool (MSIT). Tool ini digunakan oleh Badan Pengawas untuk menilai implementasi budaya keselamatan di IEBE (penilaian awal telah dilaksanakan pada tahun 2010). Tool ini berbasiskan IAEA Safety Guide No. GS-G-3.5.dan IAEA Draft Safety Reports series No.XX (c) Check list inspeksi K3. Tool ini digunakan oleh personil atau petugas yang ditunjuk untuk menilai keselamatan tempat kerja (safe conditions). Mulai Mei 2011 tool ini telah dilengkapi dengan Fire Risk Assessment mengingat bahaya kebakaran memiliki potensi yang besar di IEBE. (d) Kuesioner Budaya Keselamatan. Tool ini digunakan untuk menilai presepsi personil tentang implementasi budaya keselamatan di IEBE. Tool ini juga telah dilengkapi kuis untuk menilai tingkat pemahaman personil terhadap budaya keselamatan di IEBE. Keseragaman tingkat pemahaman tentang budaya keselamatan merupakan modal utama untuk membangun budaya keselamatan yang kuat. (e) Check list pengamatan perilaku selamat Behaviour Based Safety (BBS). Tool ini digunakan untuk menilai kepatuhan dan perilaku selamat personil dalam bekerja seharihari di IEBE. Kaji diri program penguatan budaya keselamatan IEBE dilaksanakan setahun dua kali (bulan Juni dan Desember). Kaji diri yang telah dilakukan didasarkan atas tiga tool utama, yaitu SPI, hasil inspeksi K3, dan kuesioner budaya keselamatan. Adapun hasil pengamatan perilaku selamat (BBS) akan dimasukkan sebagai komponen kaji diri pada Desember tahun ini (2011) dan seterusnya. Hal ini dikarenakan program pengamatan perilaku selamat (BBS) baru saja diperkenalkan tahun ini (mulai Maret 2011). 3. HASIL DAN PEMBAHASAN IMPLEMENTASI STRATEGI PENGUATAN BUDAYA KESELAMATAN IEBE Dalam rangka penguatan budaya keselamatan, IEBE melakukan kegiatan-kegiatan yang diwadahi dalam suatu kelompok non-formal yang disebut Quality Improvement Team (QIT) dengan salah satu subtimnya adalah Tim Budaya Keselamatan. Kegiatankegiatan yang telah dilakukan antara lain: Workshop budaya keselamatan, termasuk workshop JHA, WHA, dan BBS Sharing pengalaman implementasi budaya keselamatan antar satker di BATAN Kaji diri keselamatan kerja dan keselamatan instalasi (implementasi budaya keselamatan) Fasilitasi coffee morning, briefing pagi, pelatihan keselamatan, dan lain lain. Semua kegiatan di atas dilaksanakan dalam rangka sosialisasi, internalisasi dan enkulturisasi perilaku selamat, dan juga sebagai proses pembelajaran tentang pentingnya budaya keselamatan di IEBE. Heri Hardiyanti dkk 207 Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN

Outcome yang diharapkan adalah: (a) meningkatnya keterlibatan dan partisipasi aktif personil IEBE dalam aktivitas penguatan budaya keselamatan; (b) meningkatnya motivasi dan perilaku selamat para personil IEBE; (c) terkendalinya bahaya potensial (hazards) dan risiko keselamatan; (d) meningkatnya komunikasi internal dan eksternal yang terbuka; dan (e) meningkatnya komitmen pimpinan terhadap keselamatan. Berikut adalah beberapa agenda penting yang telah dilaksanakan dalam rangka membangun budaya keselamatan yang kuat di IEBE: 1. Peningkatan motivasi kerja selamat lewat walktime pimpinan PTBN di IEBE SEMINAR NASIONAL Kunjungan pimpinan organisasi akan meningkatkan motivasi kerja dan kedisiplinan personil IEBE. Hal ini akan memberikan dampak psikologis terhadap setiap personel yang merasa telah diperhatikan oleh pimpinannya. Pentingnya kunjungan pimpinan adalah karena seorang pemimpin bisa mengembangkan pengaruh budaya dengan tindakan, perilaku, nilai-nilai, asumsi dalam setiap komunikasi dengan personil. Seorang pemimpin adalah orang yang memiliki pengaruh pada sikap, pikiran dan perilaku orang lain. Pemimpin tidak dapat sepenuhnya mengendalikan budaya keselamatan tetapi dapat mempengaruhinya. Gambar 1. Kunjungan rutin Ka. PTBN ke IEBE 2. Workshop Job Hazard Analysis dan Workplace Hazard Assesment Workshop Job Hazard Analysis (JHA) dan Workplace Hazard Assesment (WHA) dilaksanakan 2 kali dalam setahun. Workshop JHA adalah pelatihan untuk analisis potensi bahaya, assessment resiko, cara penanggulangan dan cara mereduksi suatu bahaya dalam suatu pekerjaan, sedangkan WHA merupakan analisis potensi bahaya yang disebabkan oleh alat atau bahan yang tersimpan di tempat kerja, termasuk cara penanggulangan bila terjadi insiden, dan cara menghilangkan dan cara mereduksi bahaya tersebut. Workshop JHA dan WHA juga diikuti dari satker lain dilingkungan kawasan nuklir Serpong. Setiap peserta harus membuat JHA dan WHA dilaboratorium masing- masing. Tujuan utama workshop adalah agar setiap personil mampu melaksanakan JHA dan WHA sekaligus mampu memberikan asupan ke manajemen tentang rencana pengendalian bahaya atau risiko. Kegiatan ini juga dimaksudkan untuk meningkatkan kebersamaan (kerja tim) dan keterlibatankepemilikan personil. Gambar 2. Assesment dalam rangka pembuatan JHA dan WHA Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN 208 Heri Hardiyanti dkk

3. Pemberlakuan Standar Operasi Laboratorium IEBE Always make time for safety merupakan bunyi kalimat dalam poster yang terpasang di depan pintu masuk laboratorium. Isinya adalah Standard Operating Prosedure (SOP) kerja selamat di IEBE secara umum, yaitu berupa ketentuan bagi setiap personil sebelum melaksanakan kerja untuk memahami: (a) Tugas/kegiatan yang akan dilakukan; (b) Bahaya yang ada dan risiko dari bahaya tersebut; (c) Penyebab atau kejadian yang menyebabkan munculnya risiko; (d) Pengendalian kejadian dan penanggulangan bahaya; dan (e) Prosedur kedaruratan. Aplikasi praktisnya adalah setiap personil yang akan bekerja di laboratorium IEBE harus membuat/mengisi form proporsal kegiatan terlebih dulu. Form ini merupakan form analisis keselamatan pekerjaan secara sederhana tapi memadai sehingga dapat diisi oleh seluruh personil. Fungsi utama form ini adalah mengintegrasikan keselamatan dalam proses kerja dan juga sebagai alat kontrol manajemen dalam pelaksanaan kegiatan. Selain itu personil juga diwajibkan mengisi form STAR (Stop-Think-Act-Review) sebelum, selama, dan sesudah melaksanakan pekerjaan. 4. Housekeeping - Kerjabakti 5 R (Ringkas,Resik, Rapi, Rawat, Rajin) Kerja bakti merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seluruh staf IEBE untuk membersihkan dan merapikan sekaligus memeriksa seluruh tempat kerja di IEBE. Kerja bakti ini dilakukan satu bulan sekali pada hari Jumat pagi. Melalui kerja bakti ini diharapkan seluruh tempat kerja di IEBE terpelihara kebersihan dan kerapihannya. Kegiatan ini juga dimaksudkan untuk meningkatkan kebersamaan (kerja tim) dan keterlibatan-kepemilikan personil terhadap program keselamatan. Gambar 3. Kerja bakti di laboratorium 5. Pelatihan P3K dan Pemadaman Api Pelatihan P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) dan Pemadaman Api atau kebakaran menggunakan APAR (Alat Pemadam Api Ringan) merupakan pelatihan wajib yang harus diikuti oleh seluruh personil IEBE. Pelatihan P3K dimaksudkan untuk memberi ketrampilan kepada seluruh staf IEBE agar bisa memberikan pertolongan pertama pada rekan kerja bila terjadi kecelakaan di tempat kerja. Pelatihan P3K dilaksanakan 2 kali dalam setahun, sebagai nara sumber adalah dokter dan perawat dari poliklinik BATAN. Potensi bahaya kebakaran di IEBE sangat besar mengingat bahan dan proses yang dihandling. Dan APAR merupakan satu-satunya alat pemadam api yang tersedia di tempat kerja. Untuk itu setiap personil IEBE harus mampu mengoperasikan APAR untuk memadamkan api. Catatan: Di laboratorium IEBE tidak diperkenankan memadamkan kebakaran dengan air karena dimungkinkan terjadinya kritikalitas bahan nuklir dan agar tidak terjadi konsleting arus listrik. Heri Hardiyanti dkk 209 Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN

Gambar 4. Pelatihan P3K 6. Inspeksi K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) Inspeksi K3 dilakukan rutin setiap bulan secara bergantian oleh seluruh staf IEBE dalam rangka terciptanya kondisi tempat kerja yang selamat, aman dan nyaman. Hasil penilaian Inspeksi K3 digunakan sebagai salah satu bahan evaluasi diri setiap semester. Inspeksi dilakukan pada setiap ruangan dan dengan menggunakan check list resmi tentang inspeksi K3. Check list yang ada saat ini berisi sekitar 60 (enam puluh) item atau pernyataan yang harus diperiksa di tempat kerja. Inspeksi K3 secara formal yang dilakukan oleh pihak manajemen IEBE dilaksanakan sedikitnya dua kali dalam satu tahun. Inspeksi ini dipimpin langsung oleh Kepala PTBN selaku Pemegang Izin Operasi IEBE. Kegiatan ini juga dimaksudkan untuk meningkatkan motivasi, kebersamaan (kerja tim), dan keterlibatan-kepemilikan personil. Gambar 5. Personil sedang Inspeksi K3 7. Coffee morning Coffee morning sebagai sarana untuk menciptakan komunikasi yang terbuka antar staff dan pimpinan. Setiap staf dipersilahkan untuk menyampaikan uneg-uneg atau kritik terhadap rekan kerja atau pimpinan dalam suasana santai dan penuh keakraban sambil minum kopi dan makan makanan ringan. Serta untuk mengkomunikasikan masalah pekerjaan, laboratorium dan tempat kerja, sehingga akan diperoleh suatu jalan keluar yang disepakati/disetujui oleh semua staf. Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN 210 Heri Hardiyanti dkk

Gambar 6. Suasana coffee morning 8. Sharing implementasi budaya keselamatan Sharing implementasi budaya keselamatan ini dilakukan melalui kunjungan ke satker lain dilingkungan Batan. Selama tahun 2010 dilakukan 3 kali kunjungan yaitu ke PRSG (Pusat Reaktor Serbaguna), PTNBR (Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri), dan ke PTAPB (Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan). Tujuan diadakan sharing ini untuk saling mendukung dan memberi masukan tentang Implementasi budaya keselamatan di satuan kerja masing - masing. Gambar 7. Tim Budkes IEBE sharing implementasi Budkes ke RSG, PTAPB dan PTNBR 9. Briefing pagi Briefing pagi dilakukan sebagai sarana induksi keselamatan untuk semua operator yang akan bekerja di laboratorium. Pemimpin briefing pagi adalah para supervisor yang dijadwal secara rutin tiap pagi. Gambar 8. Suasana Briefing pagi Heri Hardiyanti dkk 211 Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN

10. Implementasi Behaviour Based Safety BBS adalah pengamatan yang dilakukan kepada personil di laboratorium yang sedang bekerja. Pengamatan yang dilakukan meliputi : Alat proteksi diri (APD) yang digunakan. Ketepatan - kesesuaian dan kondisi APD yang dipakai seperti: sarung tangan, masker, sepatu dan jas lab, dan APD lainnya. Posisi/tindakan pekerja pada saat bekerja. SEMINAR NASIONAL Respon pekerja terhadap pengamatan Peralatan perangkat kerja Housekeeping Prosedur kerja Authoritas kerja. Bila pada saat pengamatan ditemukan tindakan pekerja yang tidak aman maka langsung diintervensi oleh petugas/observer sehingga tindakan tidak aman tersebut segera dirubah menjadi tindakan yang aman. Gambar 9. Behaviour Based Safety 11. Keikutsertaan IEBE di IAEA- FINAS (Fuel Incident Notification and Analysis System) FINAS adalah sebuah forum di IAEA yang mewadahi pembelajaran terhadap terjadinya insiden sekecil apapun di intalasi bahan bakar nuklir. Oleh karena itu setiap kejadian atau insiden sekecil apapun yang terjadi di IEBE selalu dicatat dan dilaporkan ke manajemen dan ke BAPETEN (koordinator FINAS Indonesia). Selanjutnya akan dievaluasi dan dianalisa untuk mencari potensi dan penyebab kejadian. Serta dicari solusi dan pengendaliannya. Gambar 10. Beberapa kejadian yang dijadikan pembelajaran di FINAS Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN 212 Heri Hardiyanti dkk

12. Kualifikasi Personil Pelatihan dan kualifikasi personil sebagaimana yang dipersyaratkan Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) telah dan senantiasa dilaksanakan. Kualifikasi personil IEBE yang diwajibkan memiliki Surat Izin Bekerja (SIB) dari Badan Pengawas adalah Operator INNR, Supervisor INNR, Petugas Inventori Bahan Nuklir, dan Petugas Proteksi Radiasi. SIB berlaku 3 4 tahun dan bila sudah habis masa berlakunya, pemegang SIB diwajibkan mengikuti ujian rekualifikasi yang diselenggarakan BAPETEN. Hingga saat ini seluruh personil teknis IEBE telah memiliki SIB. Tujuan utama kualifikasi personil adalah menjamin: (a) keselamatan dan kesehatan terhadap pekerja, masyarakat, dan lingkungan hidup; (b) keselamatan dan keamanan instalasi dan bahan nuklir; dan (c) pemanfaatan bahan nuklir untuk maksud damai. Gambar.11 Kegiatan Peningkatan Kualifikasi Personil 13. Kaji diri Keselamatan Kaji diri adalah kegiatan evaluasi diri IEBE untuk menilai dan mengetahui sejauh mana penerapan budaya keselamatan di IEBE. Kaji diri dilakukan dengan melaksanakan 3 (tiga) komponen berikut: (a) Pengisian SPI (Safety Performance Indicator) IEBE bersama BAPETEN telah berhasil mengembangkan SPI untuk INNR. Dan untuk ini, IEBE telah ditunjuk Bapeten sebagai role model di Indonesia dalam hal pengisian SPI untuk INNR. Lingkup SPI IEBE adalah: (1) Keselamatan Nuklir Operasi Berkualitas Kejadian Pemicu Sistem Mitigasi Integritas Penghalang (2) Keselamatan Radiasi Keselamatan Radiasi Radiasi dan Kontaminasi daerah Kerja dan Lingkungan Limbah Radioaktif (3) Kesiapsiagaan Nuklir Sistem Kewaspadaan dan Notifikasi Latihan Kedaruratan Nuklir Partisipasi anggota organisasi tanggap darurat (4) Sistem Manajeman dan fasilitas dan Aktifitas Tanggung jawab Manajemen Manajemen Sumber Daya Implementasi Proses Pengukuran, Penilaian dan Perbaikan (5) Keamanan Nuklir Seifgard Proteksi Fisik Overall score SPI IEBE tahun 2010 adalah 3.75 (maksimum score 5). Hasil ini menunjukkan bahwa overall kondisi keselamatan operasi IEBE sesuai dengan ketentuan yang disyaratkan BAPETEN. Kegiatan operasi IEBE telah dilaksanakan secara konsisten dan memenuhi ketentuan dan peraturan yang ada. Sebagian besar permasalahan yang timbul dapat segera diselesaikan dengan memenuhi ketentuan dan persayaratan yang ada. Ada beberapa permasalahan yang tidak dapat disesesaikan segera (seperti alat proses rusak), tapi tidak mempengaruhi keselamatan pekerja, masyarakat, dan lingkungan. (b) Hasil Inspeksi K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) Temuan yang diperoleh dalam Inspeksi rutin K3 (bulanan) langsung ditindaklanjuti dan diselesaikan apabila memungkinkan. Seluruh temuan inspeksi dan perbaikan yang telah dilakukan dilaporkan dalam kaji diri. Temuantemuan yang tidak terselesaikan akan dibahas dan dicarikan solusinya. Jumlah temuan dan prosentase penyelesaian temuan tepat waktu merupakan indikator sukses K3. Heri Hardiyanti dkk 213 Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN

Score IEBE terhadap persyaratan K3 yang ditetapkan dalam inspeksi pada tahun 2010 adalah 80 % (nilai rata-rata). Hasil nyata dari pelaksanaan inspeksi K3 adalah meningkatnya kepedulian personil terhadap tempat kerja, khususnya dalam hal kebersihan dan kerapihan tempat kerja. (c) SEMINAR NASIONAL Kuisioner survei budaya keselamatan Setiap tahun IEBE mengadakan survei perihal presepsi personil terhadap implementasi budaya keselamatan di IEBE. Hasil survei melalui kuesioner pada tahun 2010 adalah sebagaimana dinyatakan dalam radar chart di bawah ini. 15 1 8.00 2 14 6.00 3 13 4.00 2.00 4 12 0.00 5 11 6 10 9 8 7 Gambar 10.Radar chart hasil survey tentang budkes Hasil menunjukkan bahwa manajemen organisasi dalam kegiatan di IEBE pada tahun 2010 memiliki kelemahan pada komitmen pimpinan puncak (manager senior) terhadap keselamatan dengan score 6.37 (karakteristik No.1). Adapun nilai rata-rata dari 15 karakteristik budaya keselamatan sebesar 6,98. Nilai ini memberikan gambaran bahwa posisi manajemen organisasi dalam pengembangan budaya keselamatan berada pada tahap II, artinya: Keselamatan dipertimbangkan sebagai tujuan organisasi. Pada tahap ini suatu organisasi memiliki manajemen yang memandang kinerja keselamatan sebagai hal yang penting walaupun tidak ada tekanan dari badan pengawas. Kinerja keselamatan senantiasa berkaitan kuat dengan aspek bisnis untuk mencapai sasaran atau tujuan organisasi. 14. Review dengan Management System Inspection Tool (MSIT) BAPETEN telah melaksanakan review implementasi budaya keselamatan di IEBE dengan menggunakan MSIT. Review dilakukan pada tahun 2010 dan IEBE merupakan yang pertama dan digunakan sebagai case study penerapan MSIT dalam kegiatan inspeksi BAPETEN di instalasi nuklir Indonesia. Review dengan MSIT bertujuan untuk memastikan bahwa: adanya pengertian yang sama terkait aspek kunci budaya keselamatan dalam organisasi; adanya suatu cara sehingga organisasi dapat mendukung individu dan tim dalam mengerjakan tugas-tugasnya dengan selamat dan sukses, dengan mempertimbangkan interaksi antara individu, teknologi dan organisasi; berkembangnya sikap belajar dan bertanya pada semua tingkatan dalam organisasi; adanya suatu cara sehingga organisasi akan terus mencoba mengembangkan dan meningkatkan budaya keselamatannya. Hasil review terhadap IEBE menunjukkan semua komponen atau kriteria dalam MSIT telah dapat dipenuhi oleh IEBE, dan MSIT cukup komprehensif sebagai tool untuk monitoring dan evaluasi implementasi budaya keselamatan di suatu organisasi. 4. KESIMPULAN Keselamatan merupakan prioritas dan pertimbangan utama dalam setiap aktivitas di IEBE, dan keselamatan senantiasa ditingkatkan secara berkelanjutan. Untuk mencapai budaya keselamatan yang kuat di IEBE diperlukan kerjasama dan komitmen yang kuat dari pihak manajemen (pimpinan) dan seluruh personil. Lima karakteristik budaya keselamatan yang kuat dari IAEA Safety Guide No. GS-G-5.3 akan senantiasa ditingkatkan dan digunakan sebagai Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN 214 Heri Hardiyanti dkk

pedoman pengembangan budaya keselamatan di IEBE. Fokus utama selanjutnya adalah meningkatkan efektivitas kepemimpinan dari para manager IEBE (Top dan Midle Manager), dan meningkatkan keterlibatan aktif personil dalam housekeeping, hazard identification & risk assessment, pertemuan keselamatan, audit, inspeksi, kaji diri, dll. Tanggungjawab dan akuntabilitas personil IEBE terhadap keselamatan telah tumbuh, dan mereka (individu/ kelompok) mulai bergerak dan berpartisipasi aktif dalam menjaga dan meningkatkan keselamatan yang berkelanjutan. Personil IEBE juga telah menyadari bahwa kinerja keselamatan senantiasa berkaitan kuat dengan aspek bisnis untuk mencapai sasaran atau tujuan. Hal ini merupakan modal besar bagi IEBE untuk mewujudkan budaya keselamatan yang kuat. Program penguatan budaya keselamatan di IEBE akan terus dikembangkan, dan diutamakan pada usaha menumbuh-kembangkan sikap dan perilaku selamat personil (behavior based safety - BBS). Kunci sukses implementasi BBS telah berhasil diidentifikasi, yaitu pemberdayaan personil sepenuh hati, perencanaan yang baik dan dukungan penuh manajemen terhadap proses BBS, pengelolaan BBS dengan integritas tinggi, dan adanya contoh dari pimpinan senior (Ka PTBN, para Kepala Bidang, dan para Supervisor). [4] INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Self Assessment of Safety Culture in Nuclear Installations. Tecdoc 1329, Vienna (2002). [5] INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, The Management System for Facilities and Activities, IAEA Safety Standards Series No. GS-R-3, IAEA, Vienna (2006). [6] Yusri Heni, Improving Our Safety Culture, PT Gramedia, Jakarta (2010) 5. UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkan terimakasih atas segala bantuan dan dukungannya, kepada Ibu Meniek Rachmawati selaku ketua QIT-IEBE, Ibu Ratih Langenati selaku koordinator Knowledge Management IEBE, rekan-rekan Tim Budaya Keselamatan IEBE (Agus Sartono, Mugiyono, Torowati, Deni Mustika, Eko Yuli, A.Latief, Mu nisatun, Ganisa K) dan rekan-rekan Tim 5R IEBE (Mujinem, Edi suharyono, Galuh, Djoko K, Mahpudin, pranjono,lilis W, Slamet P, Suyoto, Sunardi, Asminar, Ahroji, Ngatijo, Edi Indarto) 6. DAFTAR PUSTAKA [1] INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Safety Culture., Safety Report Insag-4 (1991), Vienna (1991) [2] INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, The Management System For Nuclear Installations, IAEA Safety Standards Series No. GS-G-3.5, IAEA, Vienna (2006). [3] INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Regulatory oversight of Management System, Draft Safety reports series No.XX, IAEA, Vienna (2008). Heri Hardiyanti dkk 215 Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN