MODUL: PENETASAN Artemia

dokumen-dokumen yang mirip
MODUL: BUDIDAYA ROTIFERA

MODUL: PEMIJAHAN DAN PEMANENAN TELUR

MODUL: PEMELIHARAAN INDUK

MODUL: PEMANENAN DAN PENGEMASAN

MODUL: PEMANENAN DAN PENGANGKUTAN

MODUL: PEMELIHARAAN LARVA SAMPAI UKURAN PASAR

MODUL: PENEBARAN NENER

MODUL: BUDIDAYA Chlorella

MODUL: PEMIJAHAN INDUK IKAN TETRA

MODUL: PEMELIHARAAN LARVA SAMPAI BENIH

Modul Praktikum Plankton Budidaya Daphnia sp. Tim Asisten Laboratorium Planktonologi FPIK UNPAD

Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar

PENETASAN ARTEMIA Laporan Praktikum Pakan Alami Program Studi Budidaya Perairan, Program Sarjana, Universitas Haluoleo ARDANA KURNIAJI (I1A )

Deskripsi. METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus)

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi.

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi benih ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas benih sebar

MODUL: PEMANENAN DAN PENGANGKUTAN IKAN

MODUL: PENYIAPAN TAMBAK

Produksi benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) kelas benih sebar

MODUL: PENYIAPAN BAK DAN AIR

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN

PEMBENIHAN KAKAP PUTIH (Lates Calcarifer)

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Pembesaran udang galah Macrobrachium rosenbergii kini mengadopsi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada 17 Januari 2016 di UD.

3. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Materi Penelitian

Modul Praktikum Plankton Budidaya Chlorella

MODUL: BUDIDAYA Daphnia

Ima Yudha Perwira, S.Pi, MP, M.Sc (Aquatic)

PEMBENIHAN IKAN KERAPU MACAN (Epinephelus fuscogutaftus) PEMELIHARAAN LARVA

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas benih sebar

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan 5.2. Struktur Organisasi

Ima Yudha Perwira, S.Pi, MP, M.Sc (Aquatic)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok Jawa Barat.

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas benih sebar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PRODUKSI BENIH UDANG VANAME (LITOPENAEUS VANNAMEI) KELAS BENIH SEBAR

PEMBENIHAN KAKAP PUTIH (Lates calcariver, Bloch) SKALA RUMAH TANGGA (HSRT-Hatchery Skala Rumah Tangga)

MODUL PELATIHAN GARAM LANJUTAN

Panduan Singkat Teknik Pembenihan Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus) Disusun oleh: ADE SUNARMA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk

IV METODOLOGI PENELITIAN. Bahan penelitian yang akan digunakan adalah S. platensis, pupuk Azolla pinnata,

METODOLOGI PENELITIAN

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih Ikan Bandeng (Chanos chanos Forskal) kelas benih sebar

III. BAHAN DAN METODE

Teknik pembenihan ikan air laut Keberhasilan suatu pembenihan sangat ditentukan pada ketersedian induk yang cukup baik, jumlah, kualitas dan

AQUACULTURE POND BOTTOM SOIL QUALITY MANAGEMENT

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas benih sebar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas benih sebar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

II. BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. Tabel 1. Alat dan Bahan yang digunakan dalam penelitian

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi benih ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas benih sebar

APLIKASI PAKAN BUATAN UNTUK PEMIJAHAN INDUK IKAN MANDARIN (Synchiropus splendidus)

Budidaya Nila Merah. Written by admin Tuesday, 08 March :22

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

Penanganan induk udang windu, Penaeus monodon (Fabricius, 1798) di penampungan

USAHA PEMBENIHAN IKAN (salah satu faktor penentu di dalam usaha budidaya ikan)

BAB III BAHAN DAN METODE. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di PT. Peta Akuarium, Bandung pada bulan April hingga Mei 2013.

METODE PENELITIAN. Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

MODUL: PEMELIHARAAN INDUK IKAN TETRA

METODE PENELITIAN. bio.unsoed.ac.id

BAHAN DAN METODE. Percobaan 1. Pengaruh pemberian bahan aromatase inhibitor pada tiga genotipe ikan nila sampai tahap pendederan.

III. METODE KERJA. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zooplankton, Balai Besar

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mudjiman (2008), menyatakan bahwa Moina sp merupakan kelompok udang renik

III. METODE PENELITIAN. Molekuler dan Laboratorium Botani Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas

BAB III METODE PENELITIAN. Chlorella sp. tiap perlakuan. Data di analisa menggunakan statistik One Way

Peluang Usaha Budi Daya Ikan Lele

Benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) kelas benih sebar


BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 10 Mei 30 Juni 2013 selama 50

Panduan Ikan Louhan. anekaikanhias.com. 2. Ikan Louhan Kamfa

MODUL: PEMANENAN DAN PENGANGKUTAN IKAN BANDENG

Air menjadi kebutuhan utama bagi makhluk hidup, tak terkecuali bagi manusia. Setiap hari kita mengkonsumsi dan memerlukan air

Oleh: Tinggal Hermawan BALAI PERIKANAN BUDIDAYA LAUT AMBON DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN RI

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas benih sebar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan Benur Udang Vannamei dan Pengemasan

Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 1(1) :46-56 (2013) ISSN :

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Tahap Penelitian 2.2 Prosedur Kerja Penelitian Pendahuluan Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Selama Pemuasaan

II. METODOLOGI. a) b) Gambar 1 a) Ikan nilem hijau ; b) ikan nilem were.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat Metode Penelitian

METODE PENELITIAN. Persentase endapan limbah padat = x 100%

PEMELIHARAAN POST LARVA (PL4-PL9) UDANG VANNAMEI (Penaeus vannamei) DI HATCHERY PT. BANGGAI SENTRAL SHRIMP PROVINSI SULAWESI TENGAH

BUKU PANDUAN PRAKTIKUM BUDIDAYA MAKANAN ALAMI

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas benih sebar

V. DESKRIPSI TAUFAN S FISH FARM

telur, dimana setelah jam diinkubasi pada suhu 25 C kista akan menetas

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan Pada bulan Februari - Maret 2015 di Balai

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi benih ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas benih sebar

Transkripsi:

BDI-T/1/1.4 BIDANG BUDIDAYA IKAN PROGRAM KEAHLIAN BUDIDAYA IKAN AIR TAWAR BUDIDAYA PAKAN ALAMI MODUL: PENETASAN Artemia DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 2003

BUDIDAYA PAKAN ALAMI MODUL PENETASAN ARTEMIA Penyusun: DEDI JUSADI Editor: ING MOKOGINTA DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 2003

Penetasan Artemia i KATA PENGANTAR Artemia merupakan pakan alami yang sangat penting dalam pembenihan ikan laut, krustacea, ikan konsumsi air tawar dan ikan hias. Ini terjadi karena Artemia memiliki nilai gizi yang tinggi, serta ukuran yang sesuai dengan bukaan mulut hampir seluruh jenis larva ikan tersebut. Mengingat hal itu, maka keterampilan di dalam menetaskan Artemia seperti yang tertuang dalam modul ini dapat diterapkan di berbagai pembenihan ikan dan udang, baik itu air laut, payau maupun tawar. Untuk memperoleh kompetensi dalam Penetasan Artemia, siswa harus mempelajari tiga kegiatan belajar dalam modul ini, yaitu penyiapan wadah dan media, penetasan, serta pemanenan Artemia. Dengan mempelajari dan mempraktekkan ke tiga kegiatan tersebut, siswa diharapkan mempunyai kompetensi dalam penetasan Artemia. Penyusun

Penetasan Artemia ii DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR...i DAFTAR ISI...ii PETA KEDUDUKAN MODUL...iv PERISTILAHAN....v I. PENDAHULUAN...1 A. Deskripsi...1 B. Prasyarat...2 C. Petunjuk Penggunaan Modul...2 D. Tujuan Akhir...3 E. Kompetensi...4 F. Cek Kemampuan...5 II. PEMBELAJARAN...6 A. Rencana Belajar Siswa...6 B. Kegiatan Belajar...7 1. Kegiatan Belajar 1 : Persiapan wadah dan media...7 a Tujuan...7 b. Uraian Materi...7 c. Rangkuman...9 d. Tugas...9 e. Tes Formatif...9 f. Kunci Jawaban Formatif...9 g. Lembar Kerja...10 2. Kegiatan Belajar 2 : Penetasan Kista Artemia...11 a. Tujuan...11 b. Uraian Materi...11 c. Rangkuman...13 d. Tugas...13 e. Tes Formatif...13 f. Kunci Jawaban Formatif...13 g. Lembar Kerja...14 3. Kegiatan Belajar 3 : Pemanenan Artemia...15 a. Tujuan...15 b. Uraian Materi...15 c. Rangkuman...17 d. Tugas...17 e. Tes Formatif...17 f. Kunci Jawaban Formatif...17 g. Lembar Kerja...18

Penetasan Artemia iii III. EVALUASI...19 A. Evaluasi Kognitif...19 B. Evaluasi Psikomotorik...20 C. Evaluasi Sikap...20 D. Evaluasi Produk...20 E. Kunci Jawaban...20 IV. PENUTUP...21 DAFTAR PUSTAKA...22

Penetasan Artemia iv PETA KEDUDUKAN MODUL BDI-T/1/1.1: Budidaya Chlorella Budidaya Pakan Alami Air tawar BDI-T/1/1.2: Budidaya Rotifera BDI-T/1/1.3: Budidaya Daphnia BDI-T/1/1.4: Penetasan Artemia BDI-T/2/2.1: Penyiapan KJA dan Penebaran Benih Pembesaran Ikan Karper di KJA BDI-T/2/2.2: Pengelolaan Pemberian Pakan BDI-T/2/2.3: Penyiapan dan Pengangkutan Ikan BUDIDAYA IKAN AIR TAWAR Pembesaran Ikan Karper di kolam BDI-T/3/3.1: Penyiapan Kolam BDI-T/3/3.2: Penebaran Benih BDI-T/3/3.3: Pengelolaan Pemberian Pakan BDI-T/3/3.4: Pemanenan dan Pengangkutan Ikan BDI-T/21/21.1: Pemeliharaan Induk Budidaya Ikan Hias Neon Tetra Budidaya Ikan Hias Jenis Siklid BDI-T/21/21.2: Pemijahan Induk BDI-T/21/21.3: Pemeliharaan Larva Sampai Ukuran Pasar BDI-T/21/21.4: Pemanenan dan Pengangkutan BDI-T/1/1.4: Penetasan Artemia = Modul yang sedang dipelajari

Penetasan Artemia v PERISTILAHAN Aerasi : Pemberian udara ke dalam air untuk penambahan oksigen. Aklimatisasi : Proses penyesuaian kondisi lingkungan daerah asal dengan kondisi lingkungan baru. Aerator : Alat bertenaga listrik yang berfungsi menambahkan udara ke dalam air untuk meningkatkan kadar oksigen terlarut Cyste/kista Derajat penetasan Nauplius : Telur dorman (keadaan tidak berkembang tetapi hidup) dari suatu organisme : Jumlah telur yang menetas dibandingkan total telur yang ditetaskan : Tingkat larva pertama dari udang-udangan yang ditandai oleh badan yang tidak bersegmen dan tiga ruas anggota tubuh Oksigen : Elemen kimia (O 2 ) yang penting untuk pernafasan mahluk hidup Oksigen terlarut : Jumlah elemen oksigen yang ada dalam larutan Padat penebaran Pakan Alami Penetasan Penyiponan : Perbandingan jumlah ikan yang akan ditebar dengan luas tambak pembesaran : Jasad hidup yang digunakan sebagai pakan organisme lain. : Menetaskan telur : Membersihkan badan air dengan mengeluarkan kotoran bersama sebagian jumlah air. Persentase telur buruk : Jumlah telur yang tidak menetas dibandingkan total telur yang ditetaskan

Penetasan Artemia 1 I. PENDAHULUAN A. Deskripsi Artemia merupakan pakan alami yang sangat penting dalam pembenihan ikan laut, krustacea, ikan konsumsi air tawar dan ikan hias air tawar karena ukurannya yang sangat kecil. Disamping ukurannya yang kecil, nilai gizi Artemia juga sangat tinggi dan sesuai dengan kebutuhan gizi untuk larva ikan dan krustacea yang tumbuh dengan sangat cepat. Sampai saat ini Artemia sebagai pakan alami belum dapat digantikan oleh pakan lainnya. Artemia biasanya diperjual belikan dalam bentuk kista/cyste, sehingga sebagai pakan alami Artemia merupakan pakan yang paling mudah dan praktis, karena hanya tinggal menetaskan kista saja. Akan tetapi, menetaskan kista Artemia bukan suatu hal yang dengan begitu saja dapat dilakukan oleh setiap orang. Sebab membutuhkan suatu keterampilan dan pengetahuan tentang penetasan itu sendiri. Kegagalan dalam menetaskan kista Artemia barakibat fatal terhadap larva ikan yang sedang dipelihara. Modul ini perlu bagi siswa yang akan menguasai kompetensi membudidayakan pakan alami yang diperlukan sebagai penunjang kompetensi lain seperti membudidayakan ikan hias, mendederkan benih ikan air payau dan ikan air laut. Modul lainnya antara lain Budidaya Chlorella, Budidaya Daphnia, dan Budidaya Rotifera. Dalam modul penetasan Artemia ini akan dipelajari bagaimana cara Persiapan wadah dan media, penetasan cyste, serta pemanenan Artemia. Dengan melakukan kegiatan ini dengan baik dan benar diharapkan akan didapat daya tetas yang tinggi serta kontaminasi dari cangkang Artemia dapat dihindari.

Penetasan Artemia 2 B. Prasyarat Prasyarat yang harus dipenuhi untuk mengikuti modul ini adalah siswa sudah mengikuti atau mengetahui tentang biologi, khususnya mengenai hewan air, sehingga diharapkan tidak menemui kesulitan dalam mengikuti modul ini. C. Petunjuk penggunaan modul 1. Bagi siswa a. Pelajarilah setiap modul secara berurutan, jangan melompat! b. Modul ini terdiri dari 3 Kegiatan Belajar dan setiap Kegiatan Belajar memerlukan waktu 6-7 pertemuan @ 2 jam pelajaran. Dengan demikian waktu yang diperlukan untuk mempelajari modul ini antara 36-42 jam pelajaran. c. Apabila ditemukan istilah istilah yang tidak dimengerti di dalam paket pembelajaran ini, silakan baca Peristilahan (Glossary) pada halaman depan setiap modul. d. Setiap Kegiatan Belajar berisi kegiatan teori dan paktek. Teori tentang materi kegiatan dapat dipelajari dalam uraian, sedangkan panduan mengenai pelaksanaan praktek dapat dibaca dalam Lembar Kerja. e. Baca dahulu Lembar Informasi, lalu dilanjutkan dengan mengerjakan soal soal pada Lembar Latihan. Janganlah melihat Kunci Jawaban sebelum anda selesai menjawab semua soal latihan. f. Apabila masih ditemukan kesalahan dalam menjawab semua soal latihan maka ulangi kembali sampai benar semua, sehingga anda telah memahami materi kegiatan belajar dengan baik. g. Konsultasikan hasil praktek dan evaluasi pada guru pembimbing

Penetasan Artemia 3 2. Peran Guru: a. Bagian Teknik Pembelajaran adalah panduan bagi guru, bagaimana cara melaksanakan kegiatan pembelajaran bersama dengan siswa siswinya. Anda diharapkan mampu mengembangkan teknik pembelajaran ini lebih lanjut sesuai dengan kondisi sekolah masing masing dan tuntutan kemajuan zaman. b. Sebelum anda membimbing siswa melaksanakan paket pembelajaran ini, sebaiknya anda telah mempraktekkan materi ini secara mandiri. Hal ini berperan besar terhadap peningkatan penguasaan materi dan kepercayaan diri anda. Dengan modal ini niscaya anda akan mampu membimbing siswa dengan baik dan benar. c. Selanjutnya guru diharapkan mengikutsertakan orang yang kompeten dalam bidang modul ini untuk membantunya jika diperlukan agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik. d. Guru diharapkan mampu merencanakan, membuat standardisasi dan menyiapkan perangkat serta melaksanakan penilaian terhadap siswa, baik untuk ujian teori maupun praktek. D. Tujuan Akhir Tujuan akhir dari pembelajaran ini adalah siswa mampu menyiapkan wadah penetasan, menetaskan dan memanen Artemia, bila disediakan Cyste (kista) Artemia, wadah penetasan, selang, peralatan aerasi dan lampu flourescent serta peralatan penunjang lainnya sesuai dengan standar yang diharapkan.

Penetasan Artemia 4 E. Kompetensi Kompetensi : Membudidayakan pakan alami Subkompetensi : Menetaskan Artemia Kriteria unjuk kerja : * Wadah dan media budidaya disiapkan sesuai dengan prasyarat produksi pakan alami * Jumlah Artemia yang diinokulasi ditentukan dengan benar * Inokulasi Artemia dilakukan sesuai dengan prosedur * Artemia dipanen berdasarkan prinsip optimasi Pengetahuan : * Menjelaskan macam wadah budidaya * Menjelaskan teknik sanitasi wadah budidaya * Menjelaskan jenis dan fungsi bahan media budidaya * Menjelaskan kebutuhan konsentrasi media budidaya * Menunjukkan teknik pembuatan media budidaya * Menjelaskan kualitas dan kuantitas air untuk media budidaya Artemia * Menjelaskan siklus hidup Artemia * Menjelaskan rasio jumlah bibit dengan volume media * Menjelaskan cara dan waktu inokulasi * Menjelaskan metode dan waktu panen * Menunjukkan teknik pemanenan Keterampilan : * Memilih wadah budidaya Artemia * Melakukan sanitasi wadah budidaya * Menghitung formulasi media

Penetasan Artemia 5 * Menghitung kebutuhan air * Mengukur parameter kualitas air * Menghitung padat penebaran Artemia * Menginokulasi Artemia * Menentukan cara dan waktu inokulasi * Melakukan pemanenan * Menentukan cara dan waktu panen Sikap : Untuk mencapai kompetensi ini diperlukan sikap yang cermat, teliti, hati-hati dan berdisiplin yang tinggi. F. Cek Kemampuan 1. Bagaimana cara menyiapkan wadah untuk menetaskan Artemia? 2. Bagaimana cara menyiapkan media untuk menetaskan Artemia? 3. Bagaimana cara menetaskan Artemia? 4. Bagaimana cara memanen Artemia?

Penetasan Artemia 6 II. PEMBELAJARAN A. Rencana Belajar siswa Kompetensi Sub kompetensi : Membudidayakan Pakan Alami : Menetaskan Artemia Jenis kegiatan Tanggal Waktu Persiapan wadah Tempat belajar Alasan perubahan Tanda tangan guru dan media Penetasan Pemanenan

Penetasan Artemia 7 B. Kegiatan Belajar 1. Kegiatan Belajar 1 : Persiapan Wadah dan Media a. Tujuan Siswa mampu mempersiapkan wadah dan media penetasan Artemia. b. Uraian materi Penetasan Artemia dapat dilakukan, baik pada skala kecil maupun skala besar. Penetasan Artemia dapat pula dikerjakan di daratan maupun di daerah pantai. Wadah penetasan Artemia dapat dilakukan dengan wadah kaca, poly etilen (ember plastik) atau fiber glass. Ukuran wadah dapat disesuaikan dengan kebutuhan, mulai dari volume 1 l sampai dengan volume 1 ton bahkan 40 ton. Hal yang penting untuk diperhatikan dalam penetasan Artemia adalah bentuk dari wadah. Bentuk wadah penetasan Artemia sebaiknya bulat. Hal ini dikarenakan jika diaerasi tidak ditemukan titik mati, yaitu suatu titik dimana Artemia akan mengendap dan tidak teraduk secara merata. Artemia yang tidak teraduk pada umumnya kurang baik derajat penetasannya, atau walaupun menetas membutuhkan waktu yang lebih lama. Sebelum diisi media penetasan, wadah Artemia dicuci terlebih dahulu dengan menggunakan sikat sampai bersih. Agar sisa lemak atau lendir dapat dihilangkan, pada waktu mencuci gunakanlah deterjen. Media untuk penetasan Artemia dapat menggunakan air laut yang telah difilter. Hal ini ditujukan agar cyste dari jamur atau parasit tersaring. Penyaringan dapat dilakukan dengan menggunakan filter pasir atau filter yang dijual secara komersial seperti catridge filter misalnya. Disamping dengan air laut, media penetasan Artemia juga dapat dilakukan dengan menggunakan air laut buatan. Air laut ini dibuat dengan jalan menambahkan garam yang tidak beriodium ke air tawar. Garam yang digunakan harus bebas dari kotoran. Jumlah

Penetasan Artemia 8 garam yang dibutuhkan berkisar antara 25-30 g per liter air tawar, sehingga memiliki kadar garam 25-30 ppt. Setelah garam dimasukkan maka media harus diaerasi secara kuat agar garam tercampur merata. Wadah penetasan Artemia untuk skala besar. Volume 100 liter dan dapat digunakan untuk menetaskan 1 3 kaleng Artemia sekaligus Wadah penetasan Artemia yang dibuat dari galon air minum bekas. Volume 15 liter. Wadah penetasan Artemia yang dibuat dari botol plastik bekas air minum kemasan. Digunakan untuk menetaskan Artemia skala kecil (+ 1 liter). Wadah penetasan Artemia terbuat dari ember. Cara dengan panen menggunakan sistem sipon.

Penetasan Artemia 9 c. Rangkuman Artemia dapat ditetaskan dalam wadah berbagai volume dan volume minimal satu liter. Bentuk wadah penetasan yang ideal adalah berbentuk bulat dengan ujung bawahnya berbentuk corong. Wadah dicuci bersih dan disanitasi. Media yang digunakan untuk penetasan dapat berupa air laut atau air laut buatan. Air laut yang akan digunakan harus difilter. Untuk air laut buatan dapat dibuat dengan mencampur garam tidak beriodium sebanyak 25-30 g per liter air tawar d. Tugas 1. Cuci wadah penetasan 2. Buatlah air laut 3. Siapkan peralatan aerasi e. Tes Formatif 1. Kenapa wadah yang digunakan harus dicuci bersih dan difilter atau disanitasi? 2. Kenapa wadah penetasan harus berbentuk bulat dan berbentuk corong bagian bawahnya? 3. Benarkah Artemia hanya dapat ditetaskan dengan air laut? f. Kunci Jawaban Formatif 1. Agar Artemia tidak terkontaminasi oleh kotoran dan penyakit yang dapat membahayakan larva iakn. 2. Karena jika berbentuk kotak maka akan terbentuk titik mati yang akan menjadi titik pengendapan cyste Artemia, sehingga akan menurukan daya tetas dan memperpanjang waktu penetasan. 3. Tidak benar, karena Artemia dapat pula ditetaskan dengan air laut buatan yg dibuat dengan mencampur 25-30g garam tanpa iodium dengan satu liter air tawar.

Penetasan Artemia 10 g. Lembar kerja Alat dan Bahan Alat: Wadah penetasan Blower Selang aerasi dan batu aerasi Sikat dan lam kasar Selang air Timbangan Filter pasir Bahan: Deterjen Garam tanpa yodium Air laut Air tawar Keselamatan Kerja : Gunakan pakaian kerja sesuai kondisi. Langkah kerja 1. Siapkan alat dan bahan. 2. Semprot wadah dengan air tawar, lalu sikat dan laplah dengan deterjen. 3. Bilas dengan air tawar. 4. Lakukan hal yang sama untuk selang dan batu aerasi. 5. Isi wadah dengan air laut atau air tawar yang sudah difilter. 6. Timbanglah garam sebanyak yang diperlukan untuk membuat air dengan kadar garam antara 25-30 ppt (25-30 g garam per liter air). 7. Aerasi yang kuat agar garam tercampur merata.

Penetasan Artemia 11 2. Kegiatan belajar 2 : Penetasan Kista Artemia a. Tujuan Siswa dapat menetaskan kista Artemia dengan derajat penetasan yang tinggi. b. Uraian Materi Penetasan kista Artemia adalah suatu proses inkubasi kista Artemia di media penetasan (air laut ataupun air laut buatan) sampai menetas. Proses penetasan terdiri dari beberapa tahapan yang membutuhkan waktu sekitar 18-24 jam. a. Proses penyerapan air b. Pemecahan dinding cyste oleh embrio c. Embrio terlihat jelas masih diselimuti membran d. Menetas dimana nauplius berenang bebas Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menetaskan cyste Artemia adalah: Aerasi Suhu Kadar garam Kepadatan cyste Cahaya Agar diperoleh hasil penetasan yang baik maka oksigen terlarut di dalam air harus lebih dari 5 ppm. Untuk mencapai nilai tersebut dapat dilakukan dengan pengaerasian yang kuat. Disamping untuk meningkatkan oksigen, pengaerasian juga berguna agar cyste yang sedang ditetaskan tidak mengendap. Suhu sangat mempengaruhi lamanya waktu penetasan dan suhu optimal untuk penetasan Artemia adalah 26-29 o C. Pada suhu dibawah 25 o C Artemia akan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menetas dan pada suhu diatas 33 o C dapat menyebabkan kematian cyste. Kadar

Penetasan Artemia 12 garam optimal untuk penetasan adalah antara 5 35 ppt, namun untuk keperluan praktis biasanya digunakan air laut (kadar garam antara 25 35 ppt). Nilai ph air harus dipertahankan pada nilai 8 agar diperoleh penetasan yang optimal. Adapun iluminasi pada saat penetasan sebaiknya 2000 lux. Hal lain yang menentukan derajat penetasan cyste adalah kepadatan cyste yang akan ditetaskan. Pada penetasan skala kecil (volume < 20l) kepadatan cyste dapat mencapai 5 g per liter air. Akan tetapi pada skala yang lebih besar agar diperoleh daya tetas yang baik maka kepadatan harus diturunkan menjadi 2 g per liter air. Artemia akan menetas setelah 18-24 jam. Artemia yang sudah menetas dapat diketahui secara sederhana yakni dengan melihat perubahan warna di media penetasan. Artemia yang belum menetas pada umumnya berwarna cokelat muda, akan tetapi setelah menetas warna media berubah menjadi oranye. Warna oranye belum menjamin Artemia sudah menetas sempurna, oleh karena itu untuk meyakinkan bahwa Artemia sudah menetas secara sempurna disamping melihat perubahan warna juga dengan mengambil contoh Artemia dengan menggunakan beaker glass. Jika seluruh nauplius Artemia sudah berenang bebas maka itu menunjukkan penetasan selesai. Akan tetapi jika masih banyak yang terbungkus membran, maka harus ditunggu 1-2 jam agar semua Artemia menetas secara sempurna. Perkembangan Artemia pada saat inkubasi dalam air laut: dari kista sampai menetas menjadi nauplius

Penetasan Artemia 13 c. Rangkuman Penetasan Artemia merupakan bagian yang penting dalam mempersiapkan naupli sebagai pakan alami. Hal yang perlu diperhatikan dalam penetasan Artemia adalah suhu, kadar garam, kepadatan cyste, cahaya dan aerasi. Dalam menetaskan, kepadatan Artemia sebaiknya tidak lebih dari 2 g/l untuk skala besar dan dapat mencapai 5 g/l untuk skala kecil. Artemia harus teraduk secara sempurna pada air laut atau air dengan kadar garam 25-30 ppt dan bersuhu 28-30 o C. Umumnya dengan kondisi yang demikian Artemia akan menetas dalam waktu 16-18 jam. Secara kasat mata perubahan warna dari coklat muda ke oranye menunjukkan bahwa Artemia telah menetas. d. Tugas c. Siapkanlah wadah penetasan d. Timbanglah Artemia sesuai kebutuhan e. Tetaskanlah Artemia e. Tes Formatif 1. Apa yang perlu diperhatikan dalam menetaskan Artemia? 2. Berapa kepadatan yang baik untuk menetaskan Artemia? 3. Berapa suhu yang optimal untuk penetasan Artemia? 4. Wadah apa saja yang dapat digunakan untuk menetaskan Artemia? 5. Berapa lama kista Artemia menetas menjadi nauplius? f. Kunci Jawaban Formatif 1. Suhu, kadar garam, kepadatan dan aerasi 2. Antara 2 sampai dengan 5 gr/l. 3. 28-30 o C 4. Tangki fiber, botol galon, botol plastik dan ember berbagai ukuran. 5. Artemia akan menetas setelah 18-24 jam.

Penetasan Artemia 14 g. Lembar kerja Kebutuhan Alat dan Bahan Alat: Wadah penetasan Artemia Blower/Aerator Selang aerasi dan batu aerasi Selang air Timbangan Sendok Bahan: Artemia Air laut Air tawar Keselamatan Kerja : Gunakan pakaian kerja sesuai kondisi. Langkah kerja : 1. Siapkan alat dan bahan 2. Siapkan wadah penetasan Artemia 3. Isilah air laut sebanyak 5 l 4. Timbanglah Artemia sebanyak 10 g 5. Masukkanlah Artemia ke wadah penetasan yang sudah terisi air laut dan diaerasi. 6. Diamkanlah selama 16-18 jam 7. Perhatikanlah warna media penetasan, jika sudah terjadi perubahan warna dari coklat muda ke oranye maka Artemia sudah menetas

Penetasan Artemia 15 3. Kegiatan Belajar 3: Pemanenan Artemia a. Tujuan Siswa mampu mempersiapkan pemanenan Artemia b. Uraian materi Kista menetas menjadi Artemia stadia nauplius. Setelah menetas sempurna, secara visual dapat terlihat terjadinya perubahan warna dari coklat muda menjadi oranye. Hal yang penting yang perlu diperhatikan dalam pemanenan nauplius Artemia adalah jangan sampai tercampur antara Artemia dan cangkang. Hal ini perlu dihindari mengingat cangkang Artemia tersebut mengandung bahan organik yang dapat menjadi substrat perkembangbiakan bakteri. Setelah 18 jam dimasukan dalam bak penetasan maka pengecekan apakah Artemia dalam wadah penetasan sudah menetas atau belum. Pengecekan dilakukan dengan cara mematikan aerasi. Sesaat setelah aerasi dimatikan, jika secara kasat mata keseluruhan nauplius sudah berenang bebas maka pemanenan dapat dilakukan dan aerasi tetap dimatikan. Jika sebagian besar nauplius masih terbungkus membran dan belum berenang bebas maka aerasi dihidupkan kembali. Selanjutnya 1 atau 2 jam kemudian dilakukan pengecekan ulang. Langkah awal pemanenan Artemia yaitu dengan mematikan aerasi serta menutup bagian atas wadah dengan bahan yang tidak tembus cahaya. Hal ini dilakukan dengan tujuan memisahkan antara nauplius dan cangkang Artemia. Cangkang Artemia akan mengambang dan berkumpul di permukaan air. Nauplius Artemia akan berenang menuju ke arah cahaya. Karena bagian bawah wadah tranparan dan ditembus cahaya maka nauplius Artemia akan berkumpul di dasar wadah penetasan. Oleh karena itu pada saat pemanenan nauplius, sebaiknya bagian dasar wadah disinari lampu dari arah samping. Selain nauplius, di dasar wadah juga akan terkumpul kista yang tidak menetas. Aerasi tetap

Penetasan Artemia 16 dimatikan selama 10 menit. Setelah semua cangkang berkumpul di atas permukaan air dan terpisah dengan nauplius yang berada di dasar wadah maka pemanenan dapat dilakukan dengan cara membuka kran pada dasar wadah (jika ada) atau dengan cara menyipon dasar. Sebelum kran dibuka atau disipon, ujung kran atau selang kecil dibungkus saringan yang berukuran 125 mikron dan dibawah saringan disimpan wadah agar nauplius Artemia tetap berada dalam media air. Setelah semua nauplius terpanen, kran ditutup atau penyiponan dihentikan. Pada saat pemanenan hindarilah terbawanya cangkang. Artemia yang tersaring kemudian dibilas dengan air laut bersih dan siap diberikan ke larva ikan atau udang. Selanjutnya air dan cangkang yang tersisa di wadah penetasan dibuang dan dibersihkan. cangkang nauplii Artemia lampu Siste yang tidak menetas Cara memanen Artemia: Aerasi dimatikan, lampu di bawah tangki dinyalakan agar cangkang berkumpul di permukaan sedangkan nauplii Artemia berkumpul di dasar wadah (dekat lampu). Kran dibuka dan Artemia yang keluar ditampung dengan saringan.

Penetasan Artemia 17 c. Rangkuman Pemanenan Artemia dapat dilakukan dengan cara mematikan aerasi selama kurang lebih 10 menit. Jika pemanenan dilakukan di malam hari maka dasar wadah disinari dari arah samping agar Artemia terkonsentrasi di dasar wadah dan cangkang Artemia akan terkumpul dipermukaan air. Setelah terkonsentrasi maka kran dasar dibuka (jika ada) atau dilakukan penyiponan dasar. Pada saat pemanenan hindarilah terbawanya cangkang. Artemia yang dipanen disaring dengan saringan 125 mikron, setelah itu dibilas dengan air laut. d. Tugas 1. Matikan aerasi 2. Jika pada malam hari sinari dasar wadah dari arah samping 3. Buka kran dasar atau sipon bagian dasar 1. Saring hasil panen dengan saringan 125 mikron 2. Bilaslah dengan air tawar e. Tes Formatif 1. Kapan pemanenan Artemia dilakukan? 2. Kenapa dalam pemanenan aerasi harus dimatikan? 3. Berapa lama aerasi dimatikan agar nauplii Artemia terpisah dari cangkang? 4. Kenapa pemanenan pada malam hari perlu menyinari dasar wadah? 5. Kenapa dalam pemanenan harus dihindari terbawanya cangkang? f. Kunci jawaban formatif 1. Pemanenan 18 24 jam setelah inokulasi kista Artemia ke dalam wadah penetasan. 2. Aerasi dimatikan sekitar 10 menit atau sampai seluruh cangkang berkumpul di permukaan. 3. Agar terjadi pemisahan antara Artemia dan cangkang.

Penetasan Artemia 18 4. Artemia bersifat fototaksis positif, sehingga Artemia akan terkonsentrasi di dasar wadah. 5. Karena cangkang Artemia merupakan substrat bakteri g. Lembar kerja Alat dan Bahan Alat: Wadah penetasan Artemia Blower/Aerator Selang aerasi dan batu aerasi Sikat dan lap kasar Selang air Saringan 125 mikron Bahan: Artemia yang sudah menetas Keselamatan Kerja : Gunakan pakaian kerja sesuai kondisi. Hati hati pada saat melakukan pemanenan, cangkang diusahakan tidak terbawa, kalaupun terbawa diusahakan seminimal mungkin. Langkah kerja 1. Semprot wadah dengan air tawar, lalu sikat dan laplah dengan deterjen. 2. Matikan aerasi 3. Cek apakah Artemia sudah menetas 4. jika sudah aerasi dimatikan selama 10 menit 5. Buka kran dasar (jika ada) atau lakukan penyiponan dasar dengan selang. 6. Saring naupli yang terpanen dan bilaslah denga air bersih

Penetasan Artemia 19 III. EVALUASI A. Evaluasi Kognitif Lingkarilah jawaban yang benar 1. Dasar wadah penetasan Artemia yang baik berbentuk a. corong b. datar c. tidak beraturan 2. Sanitasi air dapat dilakukan dengan klorin berdosis...ppm a. 10 b. 20 c. 30 3. Titik aerasi sebaiknya diletakan pada bagian dasar wadah sebelah a. kiri b. kanan c. tengah 4. Bagian bawah wadah penetasan Artemia sebaiknya berwarna a. transparan b. hitam c. biru 5. Kepadatan Artemia pada saat penetasan adalah...g/l a. 2-5 b. 6-9 c.10-13 6. Suhu penetasan yang baik adalah... o C a. 28-30 b. 24-25 c.35-36 7. Indikasi Artemia telah menetas dapat dilihat dari warnanya yaitu a. coklat muda b. oranye c. merah 8. Pada saat pemanenan dasar wadah sebaiknya a. terang b. gelap c. bebas 9. Sebelum pemanenan aerasi harus a. dihentikan b. dikurangi c. dibesarkan B. Evaluasi Psikomotorik Setelah wadah dan air, peralatan dan bahan, serta cyste Artemia tersedia, lakukan penetasan cyste Artemia sehingga dapat memenuhi kriteria sebagai berikut :

Penetasan Artemia 20 No Kriteria (90 % Benar) Ya Tidak 1 Wadah budidaya disiapkan sesuai dengan prasyarat produksi pakan alami 2 Media budidaya disiapkan sesuai dengan prasyarat produksi pakan alami 3 Jumlah Artemia yang diinokulasi ditentukan dengan benar 4 Inokulasi Artemia dilakukan sesuai dengan prosedur 5 Artemia dipanen berdasarkan prinsip optimasi C. Evaluasi Sikap No. Sikap B C K 1. Menyiapkan wadah dan media dengan teliti 2. Menginokulasi kista Artemia dengan teliti 3 Memanen naupli Artemia dengan cekatan, hatihati dan cermat Keterangan : B = Baik, C = Cukup, K = Kurang D. Evaluasi Produk No Produk Lulus Tidak Lulus 1 Derajat tetas cyste Artemia : - Kelas A ( kualitas terbaik ) : >90 % - Kelas B ( kualitas sedang ) : 70 % E. Kunci Jawaban 6. A 5. A 9.A 7. A 6. A 8. C 7. B 9. A 8. A

Penetasan Artemia 21 IV. PENUTUP Puji syukur penulis panjatkan kehadirat-nya atas kekuatan yang diberikan hingga terselesaikannya penulisan modul ini. Penulis berharap semoga modul ini dapat dijadikan sebagai salah satu acuan dalam menetaskan Artemia. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam modul ini, oleh kerena itu kritik dan saran diharapkan. Akhir kata semoga modul ini dapat memberikan manfaat.

Penetasan Artemia 22 DAFTAR PUSTAKA Lavens, P. and P. Sorgeloos. 1996. Manual on the production and used of live food for aquaculture. FAO Fisheries Technical Paper 361.