BUKU PANDUAN PRAKTIKUM BUDIDAYA MAKANAN ALAMI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BUKU PANDUAN PRAKTIKUM BUDIDAYA MAKANAN ALAMI"

Transkripsi

1 BUKU PANDUAN PRAKTIKUM BUDIDAYA MAKANAN ALAMI OLEH: TIM ASISTEN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2013

2 I. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki potensi sumberdaya perikanan yang tinggi, disamping usaha penangkapan, juga perlu dilakukan proteksi dan konservasi terhadap sumberdaya perikanan tersebut yaitu dengan cara melakukan kegiatan budidaya. Seiring meningkatnya usaha budidaya, maka meningkat pula kebutuhan benih yang berkualitas, sehingga membutuhkan ketersediaan plankton sebagai pakan alami bagi larva. Pakan merupakan salah satu faktor pembatas bagi organisme yang dibudidayakan. Dalam kondisi normal di alam, keanekaragaman pakan hidup (fitoplankton dan zooplankton) tersedia dalam jumlah yang cukup dan dapat dimanfaatkan oleh setiap trofik level dengan efisien. Kebutuhan akan pakan ikan dapat tercukupi, karena ikan mempunyai daya jelajah pada wilayah yang relatif luas. Permasalahan akan kebutuhan pakan biasanya baru muncul pada saat organisme berada dalam lingkungan budidaya. Ketersediaan pakan sangat tergantung dari manusia yang memelihara baik dari jumlah, jenis maupun waktu pemberian. Pakan alami hingga saat ini masih mutlak diperlukan dalam pemeliharaan larva, baik fin fish ataupun non fin fish. Oleh karena itu ketersediaan pakan alami merupakan salah satu kunci keberhasilan usaha pembenihan. Menurut Ismi (1998), menjelaskan bahwa plankton dibagi menjadi dua yaitu, 1. Fitoplankton sebagai produsen tingkat pertama, berklorofil dan mampu mengadakan fotosintesa dengan sinar matahari contohnya Nannochloropsis oculata, Chaetoceros sp., Skeletonema sp., Tetraselmis sp., Chlorella sp., Dunaliella sp., Spirulina sp. dan lain-lain. 2. Zooplanton merupakan konsumen tingkat pertama yang memanfaatkan fitoplankton, dan merupakan sediaan makanan alami bagi konsumen selanjutnya. Zooplankton yang biasa digunakan pada usaha pembenihan antara lain : Artemia salina, Branchionus rotundiformis, Daphnia sp., Moina sp. Menurut Coutteau (1996), fitoplankton merupakan dasar dari suatu mata rantai dalam ekosistem perairan, dapat dimanfaatkan langsung untuk pakan organisme budidaya non finfish dan sebagai pakan zooplankton. Disamping sebagai pakan hidup, fitoplankton juga berfungsi sebagai penstabil lingkungan dalam media pemeliharaan larva. 1

3 Pemilihan jenis pakan alami untuk organisme budidaya merupakan prakultur yang harus dicermati dengan baik. Menurut Donalson (1991), spesies yang dikultur di unit pembenihan harus berpedoman pada species target. Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan pakan alami adalah : 1. Ukuran harus sesuai dengan bukaan mulut larva 2. Mudah dicerna 3. Tidak beracun 4. Mudah dikultur secara massal 5. Mengandung nutrisi yang tinggi Beberapa jenis plankton dapat menghasilkan racun sehingga dapat membahayakan organisme yang dibudidayakan atau biota lainnya. Sebagai contoh, dinoflagellata yang menyebabkan red tide apabila terjadi blooming. Pakan alami yang dibudidayakan secara massal mempunyai kemungkinan sebagai salah satu sumber infeksi parasit dan penyakit, walaupun jasad pakan alami tersebut tidak secara langsung sebagai inang atau vector organism penyebab parasit dan penyakit. Air yang digunakan sebagai media budidaya makanan alami dapat tertular penyakit atau parasit apabila penanganannya kurang memadai. Usaha-usaha untuk maminimalkan tertularnya air media budidaya makanan alami terhadap organisme penyebab penyakit dan parasit salah satunya dilakukan dengan memberikan desinfektan pada media budidaya makanan alami (Mudjiman, 2000). Kandungan gizi pakan alami sangat menentukan pertumbuhan larva yang dipelihara. Plankton sebagai jasad makanan merupakan sumber protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral bagi pemangsanya. Plankton sebagai jasad makanan harus dapat memenuhi kebutuhan gizi larva yang dipelihara. 1.2 Maksud dan Tujuan Maksud Maksud dari praktikum Budidaya Makanan Alami adalah agar kita dapat mengetahui cara pembudidayaan makanan alami Tujuan Tujuan dilakukannya praktikum Budidaya Makanan Alami adalah : Dapat melakukan kultur pakan alami (fitoplankton) skala laboratorium Dapat melakukan kultur pakan alami (zooplankton) serta mengetahui teknik pembudidayaannya Dapat menghitung kepadatan plankton, baik fitoplankton dan zooplankton 2

4 1.3 Kegunaan Praktikum Kegunaan dari praktikum Budidaya Makanan Alami dapat memperkenalkan berbagai macam teknik dalam kultur makanan alami. Diharapkan mahasiswa mampu menguasai teknik-teknik tersebut dan mampu mengaplikasikannya. 1.4 Waktu dan Tempat Praktikum Budidaya Makanan Alami dilakukan di Laboratorium Reproduksi Ikan Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya Malang pada tanggal 9 s/d 30 November

5 II. Materi dan Metode Budidaya fitoplankton dibagi menjadi tiga tahap, yaitu isolasi dan pembuatan stok murni, pengembangbiakan stok, serta budidaya skala laboratorium dan massal. 2.1 Teknik Isolasi Fitoplankton (Metode Pipet Kapiler) Dasar Teori Untuk mendapatkan suatu biakan murni jenis plankton tertentu (khususnya algae). Metode untuk mengisolasi fitoplankton tergantung pada ukuran dan karakteristik fitoplankton. Ada lima metode isolasi yang dapat dilakukan yaitu metode isolasi secara biologis, metode isolasi pengenceran berseri, metode isolasi pengurangan sub-kultur, metode pipet kapiler, dan metode goresan atau metode media agar. Teknik isolasi fitoplankton yang biasa dilakukan salah satunya ialah metode pipet kapiler. Prinsip dasarnya yakni dengan mengambil satu persatu tiap jenis plankton untuk mendapatkan biakan murni Alat dan Bahan Alat : Bunsen, Korek Api, Pasteur Pipet, Tissue Culture Chamber, Pipet Kapiler, Mikroskop, Objek dan Cover Glass. Bahan : Media (pupuk), Alkohol, Plankton (Algae) Cara Kerja 1. Pasteur pipet dibakar ujungnya dan ditarik hingga didapatkan lubang dengandiameter mendekati ukuran plankton yang akan diisolasi 2. Plankton hasil saringan dari perairan umum diambil beberapa tetes dan ditempatkan pada objek glass dan diamati dibawah mikroskop 3. Plankton yang dikehendaki diambil satu persatu dengan pipet kapiler 4. Plankton yang telah didapat dibudidayakan pada tempat yang telah disediakan (tissue culture chamber yang telah diberi media) 5. Plankton yang telah diisolasi pada tissue culture chamber diamati setiap hari dibawah mikroskop 6. Apabila masih terdapat plankton yang tidak dikehendaki (terkontaminasi), maka dipisahkan dengan metode yang sama 7. Jika satu spesies yang dikehendaki telah berkembang, maka dibudidayakan pada tempat yang lebih besar. 4

6 2.2 Kultur Murni Fitoplankton Skala Laboratorium Dasar Teori Kultur skala laboratorium dimulai dari volume 0,5 hingga 3 5 liter. Air laut dengan salinitas tertentu harus disterilkan kemudian inokulum dimasukkan sebanyak kepadatan awal yang ditentukan, media kultur di pupuk terlebih dahulu. Tujuan dari kultur skala laboratorium ialah lanjutan dari isolasi algae untuk mendapatkan biakan murni, kemudian dilanjutkan pada skala yang lebih besar (semi massal dan massal) Alat dan Bahan Alat : Toples, Selang Aerasi, Batu Aerasi, Aerator, Plastik, Karet, Gelang, Lampu, Pipet Tetes, Haemocytometer, Refraktometer, Bahan : Air Laut, Air Tawar, Pupuk, Klorin Cara Kerja 1. Toples disterilisasi menggunakan klorin dan dicuci dengan air tawar hingga bersih, kemudian diisi air laut salinitas 30 ppt (air laut dan air tawar) 2. Diberi pupuk tiap jenis 1 ml per liter media 3. Dimasukkan bibit awal (inokulan) dengan kepadatan tertentu 4. Setelah inokulan algae dimasukkan, toples ditutup plastik dan diaerasi terusmenerus 5. Toples diletakkan 20 cm dari lampu neon 20 watt sebagai sumber energi untuk fotosintesis serta suhu ruangan dikontrol Dihitung perkembangan harian algae serta dilakukan kontrol harian terhadap kualitas air media budidaya 2.3 Kultur Zooplankton (Diatom) Dasar Teori Zooplankton merupakan konsumen tingkat pertama yang memanfaatkan fitoplankton, dan merupakan sediaan makanan alami bagi konsumen selanjutnya. Zooplankton yang biasa digunakan pada usaha pembenihan antara lain : Artemia salina, Branchionus rotundiformis, Daphnia sp., Moina sp. 5

7 2.3.2 Alat dan Bahan Alat : Toples, Selang Aerasi, Batu aerasi, Aerator, Plastik, Karet Gelang, Pipet Volume, Refraktometer, Termometer Bahan : Rotifer (Branchionus rotundiformis), air laut, Algae (Nannochloropsis oculata), Ragi (Yeast), Air Tawar Cara Kerja 1. Toples disterilisasi menggunakan klorin dan dicuci dengan air tawar hingga bersih, kemudian diisi air laut salinitas 30 ppt (air laut dan air tawar) 2. Diberi pupuk tiap jenis 1 ml per liter media 3. Dimasukkan bibit awal (inokulan) dengan kepadatan tertentu 4. Setelah inokulan algae dimasukkan, toples ditutup plastik dan diaerasi terus- menerus 5. Toples diletakkan 20 cm dari lampu neon 20 watt sebagai sumber energi untuk fotosintesis serta suhu ruangan dikontrol 2.4 Kultur Kista Artemia Salina Dasar Teori Naupli Artemia merupakan salah satu pakan dari jenis zooplankton yang digunakan pada hampir seluruh unit pembenihan. Naupli Artemia ini diperoleh dari hasil penetasan kista yang banyak diperjual belikan dalam bentuk kalengan. Tahapan penetasannya adalah Dekapsulasi dan Non Dekapsulasi. Dekapsulasi ialah proses penghilangan lapisan korion dari telur Artemia salina dengan larutan hipoklorit Alat dan Bahan Alat : Termometer, Beaker Glass, Spatula, Botol Air Mineral, Aerator, Selang dan Batu Aerasi atau Blower, Toples, Plastik Hitam, Senter, Saringan Mesh size 100 µm, Refraktometer Bahan : Kista Artemia, Larutan Hipoklorit, Air Laut, Air Tawar Cara Kerja Metode Dekapsulasi g kalsium hipoklorit dilarutkan dalam 300 ml air tawar 2. 1 g kista Artemia direndam dalam air tawar sebanyak 100 ml selama 1 jam 3. Keringkan (tiriskan) 4. Buat campuran 187,5 ml larutan kalsium hipoklorit (62,5% dari 300 ml) dan 11,25 g sodium hidroksida (75% dari 15 g) dan diaerasi dengan suhu tinggi 5. Masukkan kista Artemia selama 15 menit dan diamati suhu o C 6

8 6. Setelah 15 menit dicuci dengan air tawar 7. Perendaman diulang sekali lagi dengan menggunakan campuran 112,50 ml larutan kalsium hipoklorit dan 3,75 g sodium hidroksida (sisanya) sampai kista berubah warna dari abu-abu ke kemerah-merahan atau orange 8. Dibilas dengan air tawar sampai bersih 9. Dikeringkan 10. Ditempatkan dalam botol air mineral 1,5 liter (diisi 1 liter air laut) dan ditetaskan selama jam Cara Kerja Metode Non Dekapsulasi 1. Ditimbang 1 gr kista artemia 2. Dihitung jumlah kista artemia 3. Kista artemia dimasukkan kedalam toples yang berisi 1 liter air laut dan diaerasi terus-menerus 4. Setelah 24 jam dilakukan pemanenan dengan cara menutup toples dengan menggunakan plastik berwarna hitam dan disinari senter pada bagian bawah toples 5. Dilakukan penyifonan pada naupli artemia yang berada dibawah toples 6. Dihitung jumlah kista artemia yang menetas 2.5 Menghitung Plankton Dasar Teori Pertambahan kepadatan fitoplankton digunakan sebagai salah satu parameter untuk mengetahui pertumbuhan fitoplankton tersebut, selain itu juga digunakan untuk menghitung kepadatan bibit, kepadatan pada saat awal kultur, dan kepadatan pada saat akan dipanen. Kepadatan fitoplankton dapat dihitung menggunakan haemocytometer atau sedwichrafter (untuk yang berfilamen) Alat dan Bahan Alat : Haemocytometer, Pipet Tetes, Cover Glass, Mikroskop, Hand Counter, Tissue Bahan : Lugol/Formalin, Aquadest, Fitoplankton Cara Penggunaan Haemocytometer 1. Siapkan haemocytometer yang akan digunakan 2. Bersihkan permukaan haemocytometer dan cover glass dengan menggunakan tissue kering 3. Tutup haemocytometer pada bagian tengah dengan menggunakan cover glass 7

9 4. Ambil fitoplankton yang akan dihitung kepadatannya dengan menggunakan pipet tetes 5. Apabila algae bergerak aktif, maka ditambahkan lugol/formalin 6. Tuangkan kedalam haemocytometer secara hati-hati (jangan sampai berlebih) dan jangan sampai ada gelembung udara 7. Letakkan dan amati dibawah mikroskop dengan perbesaran 100X 8. Bagi bidang pandang menjadi 4 bagian 9. Hitung jumlah fitoplankton dari 4 bidang pandang tersebut 8

10 10. Perhitungan fitoplankton dilakukan HANYA pada fitoplankton yang berada dalam bidang pandang Luas Kotakan 1 mm 2 Kedalaman 0,1 mm Volume 0,1 mm 3 atau 0,0001 cm Hitung jumlah total sel fitoplakton pada keempat bidang pandang kemudian di rata-rata dan dihitng sebagai (n) 12. Total kepadatan fitoplankton adalah : n X 10 4 sel/ml 9

11 2.6 Pengenceran Dasar Teori Dalam usaha budidaya ketersediaan pakan alami cukup penting. Untuk itu pakan alami yang akan dikultur medianya harus sesuai dengan habitat di alamnya. Pada plankton air laut, salinitas merupakan bagian terpenting dalam menciptakan suasana media yang sama dengan habitat asalnya. Hal ini untuk menunjang keberhasilan usaha budidaya makanan alami tersebut. Untuk mengukur salinitas salah satunya menggunakan refraktometer, untuk mendapatkan salinitas tertentu pada media budidaya maka dapat menggunakan metode bujur sangkar, dan untuk menghitung volume dari plankton yang diperlukan untuk penebaran, maka dapat menggunakan metode pengenceran Alat dan Bahan Alat : Refraktometer Bahan : Air Laut, Air Tawar, Plankton Cara Penggunaan Refraktometer 1. Bersihkan permukaan kaca refraktometer dengan aquadest 2. Keringkan dengan menggunakan tisu kering 3. Teteskan kembali aquadest pada permukaan kaca refraktometer untuk dikalibrasi (aquadest = salinitas 0 ppt) 4. Bersihkan dengan tissue kering 5. Teteskan dengan air media yang akan diukur salinitasnya dan diamati salinitas yang ditunjukkan pada refraktometer 6. Bersihkan refraktometer dengan menggunakan tissue kering Metode Pengenceran Rumus : Keterangan : (satuan volume dapat dalam satuan ml atau liter) V1 : Volume plankton untuk penebaran awal (ml) N1 : Jumlah plankton yang akan ditebarkan (sel/ml) V2 : Volume media budidaya yang dikehendaki N2 : Jumlah bibit yang dikehendaki (sel/ml) 10

12 Metode Bujur Sangkar (A) (D) (C) (B) (E) + (F) Keterangan : (A) : Salinitas air tawar (B) : Salinitas air laut (C) : Salinitas yang diinginkan (D) : Hasil Pengurangan (B-C) (E) : Hasil Pengurangan (A-C) (F) : Hasil Penjumlahan (D+E) harus sama dengan selisih Contoh Soal : Kebutuhan air laut yang diinginkan adalah 35 ppt dengan volume bak media budidaya adalah 100 liter. Apabila seorang praktikan membutuhkan media 21 ppt dengan volume 7 liter. Berapa liter volume air laut dan air tawar yang dibutuhkan, jika konsentrasi air tawar 2 ppt. Jawab : Air Laut : (19/35) X 7 liter = 3,8 liter Air Tawar : (14/35) X 7 liter = 2,8 liter Jadi air laut dan air tawar yang dicampurkan untuk mendapatkan salinitas 21 ppt adalah 3,8 liter air laut dan 2,8 liter air tawar dalam volume 7 liter. 11

13 Lampiran 1. Kebutuhan Pupuk Kultur Fitoplankton Skala Laboratorium (ppm) Plankton Na 2 SiO 3 5H 2 O B 12 B 1 EDTA ZA UREA TSP KNO 3 FeCl 3 Na 2 HPO 4 Skeletonema costatum Chaetoceros calcitrans Tetraselmis chuii Spirulina sp. Dunaliella Chaetoceros sp. Chlorella Artemia 12

14 Lampiran 2. Gambar Plankton Yang Biasa Di budidayakan (dari berbagai sumber) 13

15 Lampiran 3. Komposisi Pupuk Untuk Kultur Fitoplankton No Jenis Pupuk Komposisi 1 Na 2 SiO 3 5H 2 O Larutan silikat stok :tambahkan 30 g Na 2 SiO 3 ke dalam 1 liter aquades 2 Na 2 EDTA (Na 2 C 10 H 14 O 8 N 2 H 2 O) Larutan trace metal / EDTA Stok primer : buat 5 stok 1 liter (g/liter akuades) 10,0 g CoCl 2, 9,8 g CuSO 4, 180 g MnCl 2. 6,3 g Na 2 MoO 4, 22,0 g ZnSO 4 3 FeCl 3. 6 H 2 O Larutan stok; tambahkan 1 ml masing-masing larutan primer + 4,35 g Na 2 C 10 H 14 O 8 N 2 + 3,15 g FeCl 3. ke dalam 1 liter akuades 4 Na 2 HPO 4 Larutan nitrat/phospat stok : tambah 75 g NaNO g Na 2 HPO 4 ke dalam 1 liter akuades 14

16 Lampiran 4.Data Hasil Pengamatan Tabel 1. Data Pengamatan Harian Kultur Fitoplankton (Data Kelas) Jenis Plankton/Kel Tgl Kepadatan (10 4 sel/ml) Suh u ( o C) ph Sal (ppt) Keterangan 15

17 16

18 Tabel 2. Data Pengamatan Harian Kultur Diatom (Data Kelas) Kel Tgl Kepadat Suh Sal ph Vol Air Ket an u (ppt) (liter) (10 4 sel/ ( o C) ml)

19 4 5 18

20

21

22

23

24 Tabel 3. Data Kultur Dekapsulasi Kista Artemia salina (Data Kelas) Kel Berat Kista (gr) Jumlah Kista (butir) Sal (ppt) Suhu ( o C) ph Jumlah Naupli (ekor) Lama Kultur (jam) HR Kista (%) Keterangan

25 Tabel 4. Data Kultur Non Dekapsulasi Kista Artemia salina (Data Kelas) Kel Berat Kista (gr) Jumlah Kista (butir) Sal (ppt) Suhu ( o C) ph Jumlah Naupli (ekor) Lama Kultur (jam) HR Kista (%) Keterangan

26 Lampiran 5. Daftar Nama Asisten Budidaya Makanan Alami No Nama Telp 1 Soni Andriawan (Co) Atika Marisa Tholibah Mujtahidah Lusiana Ritonga Christin Ayu S Hendra Budi Kusuma Sofyan Hadi

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga Tujuan Tujuan dari pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini adalah mengetahui teknik kultur Chaetoceros sp. dan Skeletonema sp. skala laboratorium dan skala massal serta mengetahui permasalahan yang

Lebih terperinci

Modul Praktikum Plankton Budidaya Daphnia sp. Tim Asisten Laboratorium Planktonologi FPIK UNPAD

Modul Praktikum Plankton Budidaya Daphnia sp. Tim Asisten Laboratorium Planktonologi FPIK UNPAD 2014 Modul Praktikum Plankton Budidaya Daphnia sp. Tim Asisten Laboratorium Planktonologi FPIK UNPAD I. Pendahuluan Daphnia adalah jenis zooplankton yang hidup di air tawar yang mendiami kolam-kolam, sawah,

Lebih terperinci

Modul Praktikum Plankton Budidaya Chlorella

Modul Praktikum Plankton Budidaya Chlorella 2014 Modul Praktikum Plankton Budidaya Chlorella Tim Asisten Laboratorium Planktonologi FPIK UNPAD I. Pendahuluan Chlorella merupakan salah satu jenis fitoplankton yang banyak digunakan untuk berbagai

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus-Oktober 2009 bertempat di Laboratorium Nutrisi Ikan Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober - November 2012 di Laboratorium

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober - November 2012 di Laboratorium 16 III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober - November 2012 di Laboratorium Fitoplankton Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung. 3.2. Materi

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN. Bahan penelitian yang akan digunakan adalah S. platensis, pupuk Azolla pinnata,

IV METODOLOGI PENELITIAN. Bahan penelitian yang akan digunakan adalah S. platensis, pupuk Azolla pinnata, IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2012 di Laboratorium Pendidikan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Airlangga.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Januari di Balai Besar Pengembangan Budidaya

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Januari di Balai Besar Pengembangan Budidaya III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada bulan Januari di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Hanura Lampung dan uji proksimat di Politeknik Lampung 2012. B. Materi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan Pada bulan Februari - Maret 2015 di Balai

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan Pada bulan Februari - Maret 2015 di Balai 17 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan Pada bulan Februari - Maret 2015 di Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung, Desa Hanura, Kecamatan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Hanura Lampung pada bulan Juli - Agustus 2011. B. Materi Penelitian B.1. Biota Uji Biota

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung pada bulan November 2012. 3.2 Materi Penelitian 3.2.1 Biota uji Biota uji yang

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Formulasi :... (1) pengamatan yang dilakukan adalah sebanyak 3 kali pengulangan.

LAMPIRAN. Formulasi :... (1) pengamatan yang dilakukan adalah sebanyak 3 kali pengulangan. LAMPIRAN LAMPIRAN 1. Penghitungan kelimpahan diatom Formulasi :... (1) Dimana N adalah jumlah sel mikroalga yang teramati Bidang Pengamatan pengamatan yang dilakukan adalah sebanyak 3 kali pengulangan.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tabel 1. Alat dan Bahan yang digunakan dalam penelitian

III. METODE PENELITIAN. Tabel 1. Alat dan Bahan yang digunakan dalam penelitian III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada Mei Juni 2014, di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung. 3.2 Alat dan Bahan Tabel 1. Alat dan Bahan yang digunakan

Lebih terperinci

III. METODE KERJA. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zooplankton, Balai Besar

III. METODE KERJA. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zooplankton, Balai Besar III. METODE KERJA A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zooplankton, Balai Besar Perikanan Budidaya Laut Lampung, Desa Hanura, Kecamatan Teluk Pandan, Kabupaten Pesawaran, Provinsi

Lebih terperinci

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian. (BBPBAP) Jepara, gulma air Salvinia molesta, pupuk M-Bio, akuades,

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian. (BBPBAP) Jepara, gulma air Salvinia molesta, pupuk M-Bio, akuades, 9 II. MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1. Bahan Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah biakan murni Spirulina platensis yang diambil

Lebih terperinci

Biota kultur yang digunakan dalam penelitian adalah Nannochloropsis sp. yang dikultur pada skala laboratorium di BBPBL Lampung.

Biota kultur yang digunakan dalam penelitian adalah Nannochloropsis sp. yang dikultur pada skala laboratorium di BBPBL Lampung. III. METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada tanggal 13-21 Januari 2014 bertempat di Laboratorium Budidaya Perikanan, Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2014 bertempat di Laboratorium

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2014 bertempat di Laboratorium III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2014 bertempat di Laboratorium Budidaya Perikanan, Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 1 sampai 30 juli 2014 bertempat di

III. METODOLOGI. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 1 sampai 30 juli 2014 bertempat di III. METODOLOGI A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 1 sampai 30 juli 2014 bertempat di Laboratorium Jurusan Budidaya Perairan Universitas Lampung. Uji protein dilaksanakan

Lebih terperinci

III. METODE KERJA. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Besar Perikanan Budidaya Laut

III. METODE KERJA. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Besar Perikanan Budidaya Laut III. METODE KERJA A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Balai Besar Perikanan Budidaya Laut Lampung, Desa Hanura, Kecamatan Teluk Pandan, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung dari bulan Januari

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober - November 2012 di Balai. Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Hanura -Lampung

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober - November 2012 di Balai. Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Hanura -Lampung 24 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober - November 2012 di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Hanura -Lampung dan Uji Proksimat dilaksanakan

Lebih terperinci

3. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei Juli 2010 di Laboratorium PT. Suri

3. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei Juli 2010 di Laboratorium PT. Suri 3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei Juli 2010 di Laboratorium PT. Suri Tani Pemuka (Japfa), Unit Hatchery Udang Vannamei, Jalan Raya Gilimanuk km

Lebih terperinci

Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2013

Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2013 TUGAS AKHIR SB 091358 PENGARUH KOMBINASI KONSENTRASI MEDIA EKSTRAK TAUGE (MET) DENGAN PUPUK UREA TERHADAP KADAR PROTEIN Spirulina sp. PADA MEDIA DASAR AIR LAUT Dwi Riesya Amanatin (1509100063) Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan pada bulan April 2013 sampai Mei 2013 dilaksanakan di Hatchery Ciparanje, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas

Lebih terperinci

3. BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari hingga bulan Juni 2012

3. BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari hingga bulan Juni 2012 11 3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari hingga bulan Juni 2012 bertempat di Laboratorium Kultivasi Mikroalga di Pusat Penelitian Surfaktan

Lebih terperinci

MODUL: BUDIDAYA ROTIFERA

MODUL: BUDIDAYA ROTIFERA BDI-T/1/1.2 BIDANG BUDIDAYA IKAN PROGRAM KEAHLIAN BUDIDAYA IKAN AIR TAWAR BUDIDAYA PAKAN ALAMI AIR TAWAR MODUL: BUDIDAYA ROTIFERA DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PENETASAN ARTEMIA Laporan Praktikum Pakan Alami Program Studi Budidaya Perairan, Program Sarjana, Universitas Haluoleo ARDANA KURNIAJI (I1A )

PENETASAN ARTEMIA Laporan Praktikum Pakan Alami Program Studi Budidaya Perairan, Program Sarjana, Universitas Haluoleo ARDANA KURNIAJI (I1A ) PENETASAN ARTEMIA Laporan Praktikum Pakan Alami Program Studi Budidaya Perairan, Program Sarjana, Universitas Haluoleo ARDANA KURNIAJI (I1A2 10 097) ABSTRAK Artemia atau brine shrimp merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 30 April 2013 hingga 9 Mei 2013 dan terbagi menjadi dua tahap. Tahap pertama merupakan penelitian pendahuluan

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN

III. METODELOGI PENELITIAN 18 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Budidaya Perikanan, Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung pada bulan Maret - April

Lebih terperinci

Produksi benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) kelas benih sebar

Produksi benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) kelas benih sebar Standar Nasional Indonesia SNI 7311:2009 Produksi benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) kelas benih sebar ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional SNI 7311:2009 Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii

Lebih terperinci

MODUL: BUDIDAYA Chlorella

MODUL: BUDIDAYA Chlorella BDI-P/6/6.1 BIDANG BUDIDAYA IKAN PROGRAM KEAHLIAN BUDIDAYA IKAN AIR TAWAR BUDIDAYA PAKAN ALAMI AIR TAWAR MODUL: BUDIDAYA Chlorella DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pakan utama bagi larva ikan yaitu pakan alami. Pakan alami, seperti

I. PENDAHULUAN. Pakan utama bagi larva ikan yaitu pakan alami. Pakan alami, seperti I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usaha budidaya perikanan sangat dipengaruhi oleh kualitas benih dan pakan. Pakan utama bagi larva ikan yaitu pakan alami. Pakan alami, seperti plankton. Plankton sangat

Lebih terperinci

Praktikum Planktonologi 2015

Praktikum Planktonologi 2015 Jurnal Praktikum Planktonologi 2015 Nama : NPM : Kelas /Klp : Tim Prak. Planktonologi FPIK UNPAD 2015 Email: planktonologiunpad@yahoo.com, Blog: planktonologiunpad.wordpress.com Tanda Bukti Mengikuti Praktikum

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kegiatan budidaya perikanan saat ini mengalami kendala dalam. perkembangannya, terutama dalam usaha pembenihan ikan.

I. PENDAHULUAN. Kegiatan budidaya perikanan saat ini mengalami kendala dalam. perkembangannya, terutama dalam usaha pembenihan ikan. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan budidaya perikanan saat ini mengalami kendala dalam perkembangannya, terutama dalam usaha pembenihan ikan. Permasalahan yang sering dihadapi adalah tingginya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. konsentrasi limbah cair tapioka (10%, 20%, 30%, 40%, 50% dan 0% atau kontrol)

BAB III METODE PENELITIAN. konsentrasi limbah cair tapioka (10%, 20%, 30%, 40%, 50% dan 0% atau kontrol) 34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian disusun menggunakan metoda statistika rancangan acak lengkap (RAL) satu faktor, dimana faktor yang diujikan adalah pengaruh konsentrasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Aquatik, Fakultas

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Aquatik, Fakultas 16 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Aquatik, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung, Pada bulan Desember 2014. B.

Lebih terperinci

BAB III METODE. 3.1 Lokasi dan Waktu

BAB III METODE. 3.1 Lokasi dan Waktu BAB III METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 - Januari 2017 di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati, Bandung. 3.2 Alat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Chlorella sp. tiap perlakuan. Data di analisa menggunakan statistik One Way

BAB III METODE PENELITIAN. Chlorella sp. tiap perlakuan. Data di analisa menggunakan statistik One Way BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Pengambilan data penelitian diperoleh dari perhitungan kelimpahan sel Chlorella sp. tiap perlakuan. Data di analisa menggunakan statistik One Way Anova

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Budidaya Perikanan, Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas

III. METODOLOGI. Budidaya Perikanan, Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas III. METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2015 bertempat di Laboratorium Budidaya Perikanan, Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisiologi Hewan Air Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, pada bulan Maret 2013 sampai dengan April 2013.

Lebih terperinci

POLA PERTUMBUHAN Nannochloropsis oculata PADA KULTUR SKALA LABORATORIUM, INTERMEDIET, DAN MASSAL

POLA PERTUMBUHAN Nannochloropsis oculata PADA KULTUR SKALA LABORATORIUM, INTERMEDIET, DAN MASSAL POLA PERTUMBUHAN Nannochloropsis oculata PADA KULTUR SKALA LABORATORIUM, INTERMEDIET, DAN MASSAL PATTERNS GROWTH OF Nannochloropsis oculata IN CULTURE SCALE LABORATORY, INTERMEDIATE, AND BULK Indah Permata

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Usaha pengembangan budidaya perairan tidak dapat lepas dari pembenihan jenisjenis

I. PENDAHULUAN. Usaha pengembangan budidaya perairan tidak dapat lepas dari pembenihan jenisjenis I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Budidaya memegang peranan penting untuk lestarinya sumber daya ikan. Usaha pengembangan budidaya perairan tidak dapat lepas dari pembenihan jenisjenis unggulan. Pembenihan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di PT. Peta Akuarium, Jl. Peta No. 83, Bandung, Jawa Barat 40232, selama 20 hari pada bulan Maret April 2013. 3.2 Alat dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh dari perhitungan kepadatan sel dan uji kadar lipid Scenedesmus sp. tiap

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh dari perhitungan kepadatan sel dan uji kadar lipid Scenedesmus sp. tiap BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimental. Pengambilan data penelitian diperoleh dari perhitungan kepadatan sel dan uji kadar lipid Scenedesmus sp. tiap

Lebih terperinci

BUDIDAYA PAKAN ALAMI. Ardiansyah Kurniawan, SPi, MP

BUDIDAYA PAKAN ALAMI. Ardiansyah Kurniawan, SPi, MP BUDIDAYA PAKAN ALAMI Ardiansyah Kurniawan, SPi, MP 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. INTRODUCTION PERSIAPAN BUDIDAYA TEKNIK ISOLASI DAN PENGHITUNGAN PLANKTON TEKNIK BUDIDAYA FITOPLANKTON TEKNIK BUDIDAYA ZOOPLANKTON

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cukup tinggi, contohnya pada pembenihan ikan Kerapu Macan (Epinephelus

I. PENDAHULUAN. cukup tinggi, contohnya pada pembenihan ikan Kerapu Macan (Epinephelus I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usaha pembenihan ikan laut berkembang pesat dan memiliki nilai jual yang cukup tinggi, contohnya pada pembenihan ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) dan Kerapu

Lebih terperinci

Pengaruh Penggunaan Pupuk Organik Diamond Interest Grow dengan Dosis Berbeda terhadap Pertumbuhan Populasi Rotifera (Brachionus plicatilis)

Pengaruh Penggunaan Pupuk Organik Diamond Interest Grow dengan Dosis Berbeda terhadap Pertumbuhan Populasi Rotifera (Brachionus plicatilis) Nike: Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Volume 3, Nomor 2, Juni 2015 Pengaruh Penggunaan Pupuk Organik Diamond Interest Grow dengan Dosis Berbeda terhadap Pertumbuhan Populasi Rotifera (Brachionus

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Akuakultur Gedung IV Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran pada bulan April hingga

Lebih terperinci

KANDUNGAN LEMAK TOTAL Nannochloropsis sp. PADA FOTOPERIODE YANG BERBEDA ABSTRAK

KANDUNGAN LEMAK TOTAL Nannochloropsis sp. PADA FOTOPERIODE YANG BERBEDA ABSTRAK e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume I No 2 Februari 2013 ISSN: 2302-3600 KANDUNGAN LEMAK TOTAL Nannochloropsis sp. PADA FOTOPERIODE YANG BERBEDA Meytia Eka Safitri *, Rara Diantari,

Lebih terperinci

PENGARUH SALINITAS DAN NITROGEN TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN TOTAL Nannochloropsis sp. ABSTRAK

PENGARUH SALINITAS DAN NITROGEN TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN TOTAL Nannochloropsis sp. ABSTRAK e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume II No 2 Februari 2014 ISSN: 2302-3600 PENGARUH SALINITAS DAN NITROGEN TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN TOTAL Nannochloropsis sp. Nindri Yarti *, Moh.

Lebih terperinci

Deskripsi. METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus)

Deskripsi. METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus) 1 Deskripsi METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus) Bidang Teknik Invensi Invensi ini berhubungan dengan produksi massal benih ikan hias mandarin (Synchiropus splendidus),

Lebih terperinci

PEMANFAATAN PUPUK CAIR TNF UNTUK BUDIDAYA Nannochloropsis sp ABSTRAK

PEMANFAATAN PUPUK CAIR TNF UNTUK BUDIDAYA Nannochloropsis sp ABSTRAK ejurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume II No 1 Oktober 013 ISSN: 303600 PEMANFAATAN PUPUK CAIR TNF UNTUK BUDIDAYA Nannochloropsis sp Leonardo Bambang Diwi Dayanto *, Rara Diantari dan

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Kegiatan penelitian berupa percobaan di laboratorium yang terdiri dari dua tahap, yaitu tahap pendahuluan dan utama. Penelitian pendahuluan bertujuan untuk

Lebih terperinci

The Growth of Chlorella spp Culturing with Some Density of Inoculum. Lady Diana Tetelepta

The Growth of Chlorella spp Culturing with Some Density of Inoculum. Lady Diana Tetelepta PERTUMBUHAN KULTUR Chlorella spp SKALA LABORATORIUM PADA BEBERAPA TINGKAT KEPADATAN INOKULUM The Growth of Chlorella spp Culturing with Some Density of Inoculum Lady Diana Tetelepta Jurusan Biologi, Fakultas

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian evaluasi ketahanan beberapa aksesi bunga matahari (Halianthus

METODE PENELITIAN. Penelitian evaluasi ketahanan beberapa aksesi bunga matahari (Halianthus 43 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian evaluasi ketahanan beberapa aksesi bunga matahari (Halianthus annus L.) terhadap ulat grayak (Spodoptera litura F.) ini merupakan penelitian

Lebih terperinci

3. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2009 hingga bulan April

3. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2009 hingga bulan April 3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2009 hingga bulan April 2010 bertempat di Laboratorium Kultivasi Mikroalga di Pusat Penelitian Surfaktan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode deskriptif kualitatif. Perlakuan dalam penelitian ini diulang

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode deskriptif kualitatif. Perlakuan dalam penelitian ini diulang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimental. Data yang diperoleh dianalisa menggunakan metode deskriptif kualitatif. Perlakuan dalam penelitian ini diulang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh dari perhitungan kepadatan sel dan uji kadar lipid Scenedesmus sp. tiap

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh dari perhitungan kepadatan sel dan uji kadar lipid Scenedesmus sp. tiap BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimental. Pengambilan data penelitian diperoleh dari perhitungan kepadatan sel dan uji kadar lipid Scenedesmus sp. tiap

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Fitoplankton merupakan mikro alga sehingga dalam dunia pembenihan

TINJAUAN PUSTAKA. Fitoplankton merupakan mikro alga sehingga dalam dunia pembenihan TINJAUAN PUSTAKA Fitoplankton Fitoplankton merupakan mikro alga sehingga dalam dunia pembenihan sering hanya disebut alga. Alga merupakan organisme yang tersedia melimpah di alam dan dibedakan menjadi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP Artemia sp. DENGAN PEMBERIAN PAKAN ALAMI YANG BERBEDA

PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP Artemia sp. DENGAN PEMBERIAN PAKAN ALAMI YANG BERBEDA PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP Artemia sp. DENGAN PEMBERIAN PAKAN ALAMI YANG BERBEDA Sukariani 1*), Muhammad Junaidi 1), Bagus Dwi Hari S 1). 1) Program Studi Budidaya Perairan, Universitas Mataram

Lebih terperinci

MODUL: PENETASAN Artemia

MODUL: PENETASAN Artemia BDI-T/1/1.4 BIDANG BUDIDAYA IKAN PROGRAM KEAHLIAN BUDIDAYA IKAN AIR TAWAR BUDIDAYA PAKAN ALAMI MODUL: PENETASAN Artemia DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli - Nopember 2011, dilakukan di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli - Nopember 2011, dilakukan di III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu Dan Tempat Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli - Nopember 2011, dilakukan di Laboratorium Fitoplankton, divisi pakan hidup, Balai Besar

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perhitungan Konsentrasi Ekstrak Etanol Bayam

Lampiran 1. Perhitungan Konsentrasi Ekstrak Etanol Bayam Lampiran 1. Perhitungan Konsentrasi Ekstrak Etanol Bayam Dalam 100 g bayam mengandung 426 mg nitrat dan 557 mg fosfor dan konsentrasi nitrat yang optimum dalam perkembangbiakan fitoplankton adalah 0,9-3,5

Lebih terperinci

Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar

Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar Standar Nasional Indonesia Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1

Lebih terperinci

PEMBENIHAN TIRAM MUTIARA Pinctada maxima METODE DONOR SPERMA DAN THERMAL SHOCK DI BALAI BUDIDAYA LAUT LOMBOK, NUSA TENGGARA BARAT

PEMBENIHAN TIRAM MUTIARA Pinctada maxima METODE DONOR SPERMA DAN THERMAL SHOCK DI BALAI BUDIDAYA LAUT LOMBOK, NUSA TENGGARA BARAT PEMBENIHAN TIRAM MUTIARA Pinctada maxima METODE DONOR SPERMA DAN THERMAL SHOCK DI BALAI BUDIDAYA LAUT LOMBOK, NUSA TENGGARA BARAT Astriwana, Bayu Prasetya Wibowo, Gia Marta Novia Departemen Budidaya Perairan-Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 17 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Pusat Penelitian Lingkungan Hidup, Institut Pertanian Bogor (PPLH IPB) dari bulan Oktober

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 10 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian dimulai pada bulan Maret

Lebih terperinci

PRODUKSI BENIH UDANG VANAME (LITOPENAEUS VANNAMEI) KELAS BENIH SEBAR

PRODUKSI BENIH UDANG VANAME (LITOPENAEUS VANNAMEI) KELAS BENIH SEBAR PRODUKSI BENIH UDANG VANAME (LITOPENAEUS VANNAMEI) KELAS BENIH SEBAR Standar Nasional Indonesia Produksi benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) kelas benih sebar ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai dengan November 2017, selama 80 hari, 40 hari proses triploidisasi di ruang karantinainstalasi Budidaya

Lebih terperinci

JILID 3. diunduh dari

JILID 3. diunduh dari diunduh dari http://www.pustakasoal.com JILID 3 3 Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional Gusrina BUDIDAYA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran Jatinangor

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN A.

III. METODE PENELITIAN A. 13 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober 2015 sampai bulan Februari 2016 yang bertempat di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan dan Bioteknologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Laboratorium Entomologi Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat (BALITTAS) Karangploso,

BAB III METODE PENELITIAN. Laboratorium Entomologi Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat (BALITTAS) Karangploso, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Agustus 2010, bertempat di Laboratorium Entomologi Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat

Lebih terperinci

APLIKASI PAKAN BUATAN UNTUK PEMIJAHAN INDUK IKAN MANDARIN (Synchiropus splendidus)

APLIKASI PAKAN BUATAN UNTUK PEMIJAHAN INDUK IKAN MANDARIN (Synchiropus splendidus) APLIKASI PAKAN BUATAN UNTUK PEMIJAHAN INDUK IKAN MANDARIN (Synchiropus splendidus) Oleh Adi Hardiyanto, Marwa dan Narulitta Ely ABSTRAK Induk ikan mandarin memanfaatkan pakan untuk reproduksi. Salah satu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam kegiatan budidaya ikan, pakan dibagi menjadi dua jenis, pakan buatan dan

I. PENDAHULUAN. Dalam kegiatan budidaya ikan, pakan dibagi menjadi dua jenis, pakan buatan dan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakan merupakan salah satu input penting dalam budidaya ikan. Pakan menghabiskan lebih dari setengah biaya produksi dalam kegiatan budidaya ikan. Dalam kegiatan budidaya

Lebih terperinci

EFISIENSI PENGGUNAAN PLANKTON UNTUK PEMBENIHAN KERAPU BEBEK (Cromileptes altivelis) PADA HATCHERI SKALA RUMAH TANGGA

EFISIENSI PENGGUNAAN PLANKTON UNTUK PEMBENIHAN KERAPU BEBEK (Cromileptes altivelis) PADA HATCHERI SKALA RUMAH TANGGA 869 Efisiensi penggunaan plankton untuk pembenihan... (Suko Ismi) EFISIENSI PENGGUNAAN PLANKTON UNTUK PEMBENIHAN KERAPU BEBEK (Cromileptes altivelis) PADA HATCHERI SKALA RUMAH TANGGA ABSTRAK Suko Ismi

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan 11 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Agroteknologi Bidang Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung

Lebih terperinci

4 KULTIVASI Chaetoceros gracilis DALAM MEDIUM NPSi 4.1 Pendahuluan

4 KULTIVASI Chaetoceros gracilis DALAM MEDIUM NPSi 4.1 Pendahuluan 4 KULTIVASI Chaetoceros gracilis DALAM MEDIUM NPSi 4.1 Pendahuluan 4.1.1 Latar belakang Indonesia memiliki potensi keanekaragaman hayati perairan yang luar biasa besarnya. Sumberdaya yang tidak dapat secara

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Molekuler dan Laboratorium Botani Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas

III. METODE PENELITIAN. Molekuler dan Laboratorium Botani Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas 17 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni 2013 di laboratorium Biologi Molekuler dan Laboratorium Botani Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mikroalga dikenal sebagai organisme mikroskopik yang hidup dari nutrien

I. PENDAHULUAN. mikroalga dikenal sebagai organisme mikroskopik yang hidup dari nutrien I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mikroalga merupakan organisme air fotoautropik uniseluler atau multiseluler (Biondi and Tredici, 2011). Mikroalga hidup dengan berkoloni, berfilamen atau helaian pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Protein merupakan salah satu kelompok bahan makronutrien. Protein berperan

I. PENDAHULUAN. Protein merupakan salah satu kelompok bahan makronutrien. Protein berperan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Protein merupakan salah satu kelompok bahan makronutrien. Protein berperan penting dalam pembentukan biomolekul, namun demikian apabila organisme sedang kekurangan energi,

Lebih terperinci

Ima Yudha Perwira, S.Pi, MP, M.Sc (Aquatic)

Ima Yudha Perwira, S.Pi, MP, M.Sc (Aquatic) PROSES DAN INFRASTRUKTUR HATCHERY UDANG AIR PAYAU (Windu, Vannamei dan Rostris) Ima Yudha Perwira, S.Pi, MP, M.Sc (Aquatic) Udang vannamei (Litopenaeus vannamei) adalah jenis udang yang pada awal kemunculannya

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi.

BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi. III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi. 3.2 Alat dan bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan sampel ascidian telah dilakukan di Perairan Kepulauan Seribu. Setelah itu proses isolasi dan pengujian sampel telah dilakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yaitu ± ,42 Km (Dahuri dkk, 2011). Di laut, tumbuh dan berkembang

I. PENDAHULUAN. yaitu ± ,42 Km (Dahuri dkk, 2011). Di laut, tumbuh dan berkembang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang mempunyai garis pantai terpanjang di dunia yaitu ± 80.791,42 Km (Dahuri dkk, 2011). Di laut, tumbuh dan berkembang berbagai jenis mikroalga

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Tanaman, serta Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Tanaman, serta Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas 13 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama dan Penyakit Bidang Proteksi Tanaman, serta Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: Brachionus plicatilis, Nannochloropsis sp., salinitas, nitrogen, stres lingkungan

ABSTRAK. Kata kunci: Brachionus plicatilis, Nannochloropsis sp., salinitas, nitrogen, stres lingkungan e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume II No 1 Oktober 2013 ISSN: 2302-3600 KANDUNGAN PROTEIN TOTAL (CRUDE PROTEIN) Brachionus plicatilis DENGAN PEMBERIAN PAKAN Nannochloropsis sp. PADA

Lebih terperinci

in. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Fisiologi dan Kultur Jaringan

in. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Fisiologi dan Kultur Jaringan in. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Fisiologi dan Kultur Jaringan Balai Penelitian Sei Putih Medan Sumatra Utara. Penelitian ini dilaksanakan selama 4

Lebih terperinci

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi benih ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi benih ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas benih sebar SNI : 01-6483.4-2000 Standar Nasional Indonesia Produksi benih ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas benih sebar DAFTAR ISI Halaman Pendahuluan 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan... 1 3 Definisi... 1

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Sampel tanah diambil dari Hutan Larangan Adat Rumbio Kabupaten Kampar. Sedangkan Enumerasi dan Analisis bakteri dilakukan di Laboratorium Patologi,

Lebih terperinci

OPTIMASI PEMBERIAN KOMBINASI FITOPLANKTON DAN RAGI DENGAN DOSIS YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN ROTIFERA

OPTIMASI PEMBERIAN KOMBINASI FITOPLANKTON DAN RAGI DENGAN DOSIS YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN ROTIFERA OPTIMASI PEMBERIAN KOMBINASI FITOPLANKTON DAN RAGI DENGAN DOSIS YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN ROTIFERA (Brachionus sp) Andi Khaeriyah Program Studi Budidaya Perairan Universitas Muhammadiyah Makassar

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di perairan lokasi budidaya kerang hijau (Perna viridis) Perairan Pantai Cilincing, Jakarta Utara. Sampel plankton diambil

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Materi Penelitian

METODE PENELITIAN. Materi Penelitian METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2006, di PT Centralpertiwi Bahari yang berlokasi di Desa Suak, Kecamatan Sidomulyo, Lampung Selatan.

Lebih terperinci

PEMBERIAN MIKROALGA YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN Artemia salina

PEMBERIAN MIKROALGA YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN Artemia salina Berkala Perikanan Terubuk, Juli 2012, hlm 13 19 ISSN 0126-4265 Vol. 40. No.2 PEMBERIAN MIKROALGA YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN Artemia salina Erniati 1), Erlangga 1), Hairina 2) Diterima : 2 Juni 2012

Lebih terperinci

PEMANFAATAN KOMPOS KULIT KAKAO (Theobroma cacao) UNTUK BUDIDAYA Daphnia sp. ABSTRAK

PEMANFAATAN KOMPOS KULIT KAKAO (Theobroma cacao) UNTUK BUDIDAYA Daphnia sp. ABSTRAK e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume II No 2 Februari 2014 ISSN: 2302-3600 PEMANFAATAN KOMPOS KULIT KAKAO (Theobroma cacao) UNTUK BUDIDAYA Daphnia sp. Arif Wibowo *, Henni Wijayanti

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari bulan Desember 2014 sampai dengan Juni 2015 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari bulan Desember 2014 sampai dengan Juni 2015 di 27 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan dari bulan Desember 2014 sampai dengan Juni 2015 di Laboratorium Terpadu dan Sentra Inovasi Teknologi Fakultas Matematika dan

Lebih terperinci

Asisten Laboratorium Planktonologi. [PANDUAN LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PLANKTONOLOGI ] Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran

Asisten Laboratorium Planktonologi. [PANDUAN LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PLANKTONOLOGI ] Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran 2014 Asisten Laboratorium Planktonologi [PANDUAN LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PLANKTONOLOGI ] Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran Ketentuan Laporan Praktikum Planktonologi 1. Laporan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok Jawa Barat.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok Jawa Barat. III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei 2013, di Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok Jawa Barat. B. Alat dan Bahan (1)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan 3 ulangan. Faktor pertama, konsentrasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. air tawar, payau, dan perikanan laut, dapat dilihat dari semakin banyaknya

I. PENDAHULUAN. air tawar, payau, dan perikanan laut, dapat dilihat dari semakin banyaknya I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha budidaya perikanan saat ini berkembang pesat, baik pada perikanan air tawar, payau, dan perikanan laut, dapat dilihat dari semakin banyaknya masyarakat yang melakukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai September 2012 bertempat di Laboratorium Stasiun Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Juni 2012. Penelitian dilaksanakan di Ruang Penelitian, Hanggar 2, Balai Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci