dari modernitas ke postmodernitas secara historis.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan pada Bab IV di atas, maka dapat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat kita sebagai suatu kebutuhan, dari hanya sekedar untuk tahu

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berperan penting bagi pembangunan suatu bangsa, untuk itu diperlukan suatu

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk memahami nilai-nilai warga negara yang baik. Sehingga siswa

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam seluruh aspek kepribadian dan kehidupannya. emosional, sosial dan spiritual, sesuai dengan tahap perkembangan serta

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penelitian ini berjudul Transformasi Persepsi Publik Terhadap Pertunjukan

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. permasalahan yang telah dirumuskan pada bagian terdahulu. Berdasarkan hasil analisis

2015 MENINGKATKAN MINAT BACA MASYARAKAT MELALUI PROGRAM PERPUSERU DALAM PENGELOLAAN TAMAN BACAAN MASYARAKAT BERBASIS INFORMATION TECHNOLOGY

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan, karena

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KEWARGANEGARAAN. Ruang Lingkup Mata Kuliah Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi : Etika Berkewarganegaraan. Rizky Dwi Pradana, M.Si PSIKOLOGI PSIKOLOGI

MENDEFINISIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL. Oleh. Sudrajat. Mahasiswa Prodi Pendidikan IPS PPS Universitas Negeri Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERAN PERSATUAN MAHASISWA DALAM PEMBANGUNAN INDONESIA. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI

BAB I PENDAHULUAN. Seluruh kegiatan politik berlangsung dalam suatu sistem. Politik, salah

2015 KONTRIBUSI PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL TERHADAP KEPEDULIAN SOSIAL DI KALANGAN SISWA SMA.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan budaya dan karakter bangsa merupakan isu yang mengemuka di

BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa, yaitu melalui pendidikan dimana dengan pendidikan akan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Consumer Behavior Lecturers: Mumuh Mulyana Mubara Mumuh Mulyana Mubar k, SE.

PERAN MAHASISWA DALAM GERAKAN ANTI KORUPSI DENGAN TATANAN PENDIDIKAN ANTI KORUPSI

BAB VII PENUTUP. dirumuskan sebelumnya. Kesimpulan yang dimunculkan dalam bab ini berisi

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dapat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana terhadap suasana belajar

Oleh : Asrifah Imami NIM : K BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia tidak pernah lepas dan selalu diwarnai nilai-nilai yang

ANALISIS BAURAN PEMASARAN PENGARUHNYA DALAM UPAYA MENCIPTAKAN LOYALITAS PELANGGAN PADA TOSERBA LARIS KARTASURA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

2016 EKSISTENSI MAHASISWI D ALAM BERORGANISASI D I LINGKUNGAN FAKULTAS PEND ID IKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

PENDIDIKAN POLITIK BAGI PEMILIH PEMULA. Oleh RANGGA Kamis, 19 Juni :56

BAB V SIMPULAN, REKOMENDASI, DAN IMPLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan pembelian atas produk ataupun jasa tertentu. Minat konsumen

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Pada umumnya para remaja sekarang senang berbelanja tertutama

PENDAHULUAN Latar Belakang Beras sangat penting dalam memelihara stabilitas ekonomi, politik dan keamanan nasional, karena beras merupakan bahan

KETETAPAN BADAN PERWAKILAN MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR: 07/TAP/BPM FEB UI/IV/2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB I PENDAHULUAN. melestarikan dan mengalihkan serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam

BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM

BAB I PENDAHULUAN. jumlah suara yang sebanyak-banyaknya, memikat hati kalangan pemilih maupun

BAB I PENDAHULUAN. sebagai kerangka berpikir. Tatakerja pendekatan sistem menelaah masalah

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

BAB II PERSPEKTIF PENDIDIKAN POLITIK

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan. Berdasarkan pemaparan dan analisa data pada bab bab sebelumnya,

BAB I PENDAHULUAN. ketahui untuk mencapai pengelolaan keuangan yang benar.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel

BAB I PENDAHULUAN. Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan. minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Bab 2. Kerangka Pendekatan dan Teori

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya

BAB I PENDAHULUAN. iklan, karena iklan ada dimana-mana. Secara sederhana iklan merupakan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. dapat membawa perubahan ke arah lebih baik. Pendidikan di Indonesia harus

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengaruh perkembangan zaman yang semakin pesat membuat setiap pemilik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sistematis untuk mewujudkan suatu proses pembelajaran agar siswa aktif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. istilah ini dikenal Cerdas Istimewa adalah bentuk alternatif pelayanan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang

NILAI-NILAI SIKAP TOLERAN YANG TERKANDUNG DALAM BUKU TEMATIK KELAS 1 SD Eka Wahyu Hidayati

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya di kehidupan sehari-hari, sehingga akan terjadi beberapa masalah

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V PENUTUP. Penelitian hubungan antara karakteristik pemilih, konsumsi media, interaksi peergroup dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses pengembangan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. yang membawa berbagai konsekuensi tidak hanya terhadap dinamika kehidupan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keterampilan intelektual. Karena itu pengorganisasian materi pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kepribadiannya. Sebagai bentuk pengembangan diri

BELAJAR DI ERA DIGITAL: BAHASA INGGRIS BERBASIS LOKALITAS MELALUI MEDIA SOSIAL SEBAGAI LANGKAH ANTISIPATIF MENYONGSONG 0 KM JAWA

BAB I PENDAHULUAN. Berkomunikasi adalah salah satu keterampilan berbahasa. Keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN SISTEM INFORMASI, ORGANISASI DAN STRATEGI

BAB I PENDAHULUAN. tugas dari Tuhan Yang Maha Esa untuk beribadah. Manusia sebagai makhluk

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL SISWA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN SISWA TENTANG NAPZA DI SMK BATIK 1 SURAKARTA SKRIPSI

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN. berkeluarga maupun belum berkeluarga sering mengunjungi pusat perbelanjaan

BAB I PENDAHULUAN. Program Penanggulangan Kemiskinan dilaksanakan sejak tahun 1999 sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dapat ditingkatkan, baik di kalangan nasional maupun. agar mutu kehidupan masyarakat dapat meningkat. Melalui pendidikan

Rumusan Isu Strategis dalam Draft RAN Kepemudaan PUSKAMUDA

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibahas. Sebuah perubahan apapun bentuknya, senantiasa akan mengacu

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB 6 PENUTUP. Berebut kebenaran..., Abdil Mughis M, FISIP UI., Universitas Indonesia 118

Kerangka Kerja Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Dampak era globalisasi ekonomi telah menyebabkan dunia usaha atau kalangan

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi tidak lagi sekedar kegiatan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasar dan

BAB I PENDAHULUAN. zaman inilah yang mendorong para pendidik untuk lebih kreatif dalam. nasional (Marsigit dalam Renni Indrasari,2005:1).

Transkripsi:

BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Terdapat dua kesimpulan umum yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini. Pertama, media massa memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pembentukan sikap dan perilaku modern generasi muda. Hal ini mengukuhkan teori yang dikemukakan Alex Inkeles dan David Smith bahwa media massa merupakan salah satu faktor yang dapat mengubah seseorang menjadi modern. Tentang bagaimana media massa mempengaruhi generasi muda ternyata sejalan dengan teori kultivasi dari George Gerbner. Sebagian besar generasi muda (71,5%) bergaya hidup mengikuti perkembangan zaman dengan daya kritis sedang atau pas-pasan, namun sikap dan perilaku mereka cukup toleran terhadap keragaman yang menggejala di tengah masyarakat (modern adaptif). Di samping itu media massa juga mempengaruhi pemanfaatan TI oleh generasi muda dalam kehidupan sehari-hari. Sebagian besar generasi muda tersebut (65,3%) memanfaatkan TI sebatas untuk memenuhi kebutuhan personal terutama kebutuhan komunikasi dan hiburan yang lebih berorientasi ke gaya hidup. Hal ini paralel dengan teori pendekatan manfaat TI yang dikonstruksi oleh Malcom Brynin dan Robert Kraut. Diletakkan dalam wacana postmodernitas, kondisi di atas menunjukkan bahwa generasi muda kota dewasa ini sedang mengarah atau tengah berada dalam pusaran postmodernisasi, sebuah tahap atau masa transisi dari modernitas ke postmodernitas secara historis. Kedua, variabel status sosial ekonomi rumah tangga tidak memiliki kontribusi yang signifikan terhadap tingkat modernitas generasi muda. Hal ini dapat

226 dimaknai bahwa perbedaan status pekerjaan atau jabatan, tingkat pendidikan, dan kepemilikan aset sebuah rumah tangga atau keluarga tidak cukup berarti untuk menentukan sikap dan perilaku modern generasi muda. Hal ini bukan berarti tidak terjadi segmentasi sosial khususnya stratifikasi sosial, melainkan dasar penentuan status sosial agaknya berubah, bukan lagi kepemilikan aset dan perbedaan pekerjaan atau jabatan melainkan kepentingan dan minat atas informasi, atau dengan kata lain aksesibilitas ke sumber-sumber informasi nampaknya telah menjadi simbol keberdayaan masyarakat. Karena itu aksesibilitas ke sumber-sumber informasi layak ditambahkan ke dalam salah satu kekuatan pembentuk status sosial ekonomi di samping factor-faktor yang sudah ada selama ini seperti status pekerjaan atau jabatan, tingkat pendidikan, dan kepemilikan aset sebuah rumah tangga. B. Rekomendasi 1. Untuk Generasi muda Pertama, dalam mengkonsumsi produk modern termasuk berbagai piranti TI, generasi muda diharapkan mulai berani berpikir dan bertindak lebih rasional dengan mengutamakan pertimbangan fungsi daripada simbol prestise. Mengedepankan konsumsi produk modern sebagai simbol hanya akan mendekatkan diri pada sikap konsumtif. Sikap konsumtif hanya akan menguntungkan korporasi multinasional seraya menumpulkan rasa solidaritas sosial dan mengikis kepedulian terhadap lingkungan. Kedua, dalam hal mengkonsumsi media massa, generasi muda diharapkan memilih ragam dan isi media yang mencerdaskan, karena media massa memiliki

227 potensi paling besar dalam mempengaruhi dan mengarahkan cara pikir, cara bertindak, dan cara merasa. Semua produk media dalam taraf tertentu melakukan promosi, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk menawarkan gaya hidup tertentu, misalnya melalui iklan berbagai produk. Di balik isi media massa ada bayang-bayang konsumtivisme, penguatan stereotip kelompok-kelompok sosial yang ada dalam masyarakat, domestikasi peran perempuan demi mempertahankan status quo budaya patriarkis, dan sebagainya. 2. Untuk Kalangan Perguruan Tinggi. Perguruan tinggi mengemban misi membudayakan dan memberdayakan generasi muda yang cerdas, kritis, dan hormat terhadap keberagaman masyarakat lewat berbagai mata kuliah. Agar misi tersebut dapat terwujud maka, pertama pada tataran formal di setiap fakultas, dipandang perlu memasukkan media literacy education ke dalam kurikulum. Media literacy education ini bisa diperlakukan sebagai mata kuliah yang berdiri sendiri atau diintegrasikan ke dalam setiap mata kuliah. Dapat juga fakultas mengadakan semacam short course pendidikan melek media secara periodik. Kehadiran short course akan sangat menunjang pendidikan melek media. Kedua, menghidupkan media massa mahasiswa kegiatan mahasiswa. Media massa mahasiswa ini dimaksudkan sebagai sarana pelatihan dan pembiasaan mahasiswa untuk memanfaatkan media massa sebagai arena ruang publik. Artinya, ruang atau wilayah tempat seluruh anggota komunitas kampus dapat berinteraksi, berbagi gagasan, dan berdebat mengenai masalah-masalah publik tanpa perlu merisaukan intervensi para penguasa (politik maupun ekonomi).

228 Tujuan akhir dari kegiatan ini terutama adalah agar mahasiswa menjadi melek media, sehingga mampu mendekonstruksi realitas sosial yang di konstruksi media massa di tengah masyarakat. Ketiga, khusus untuk Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, implementasi media education literacy dapat menjadi peluang untuk melakukan semacam revitalisasi bidang kajian IPS menjadi IPS kritis atau IPS yang berbasis masalah sosial-budaya, dan bukan IPS untuk dihafalkan. Artinya, bidang kajian IPS yang menekankan pada pemecahan masalah dan berpikir kritis, namun sekaligus mempertanyakan untuk apa berpikir kritis, memecahkan masalah, dan melakukan suatu tindakan korektif. Dalam hal ini kerja sama atau sinergi antara community of scholar IPS dan para pakar atau peneliti ilmu-ilmu sosial humaniora menjadi penting dan strategis. Dengan demikian dapat diharapkan IPS menjadi bidang studi yang berwibawa. 3. Untuk Kalangan Pendidik/Guru Kemajuan yang pesat di bidang media komunikasi membuat posisi guru tidak lagi sebagai satu-satunya narasumber dalam proses pembelajaran. Media massa bukan lagi sebagai competitor melainkan sebagai partner in progress dalam mempersiapkan peserta didik di satuan pendidikan dasar dan menengah menjadi generasi muda yang cerdas, kritis, dan menghargai keragaman masyarakat. Oleh sebab itu, sudah layak dan pantaslah kalau para pendidik membekali diri dengan pengetahuan dan ketrampilan memanfaatkan media massa. Untuk itu para pendidik perlu, pertama, meningkatkan kecakapan dalam memanfaatkan komputer dan media komunikasi lain terutama untuk memproduksi pesan. Kedua, di

229 samping itu para pendidik diharapkan juga meningkatkan kecakapan membaca dan memahami isi media massa, sampai ke kecakapan kritis terhadap media massa dan berpartisipasi aktif dalam berinteraksi dengan media sebagai ruang publik. Ketiga, sudah barang tentu para pendidik atau guru pun diharapkan dapat meningkatkan kecakapan memanfaatkan media massa sebagai media dan metode pembelajaran. 5. Untuk Kalangan Media Massa Bukan rahasia lagi kalau saat ini sebagian masyarakat menilai bahwa media massa tetap akan merasa kesulitan untuk menghindari intervensi penguasa, politisi, organisasi masyarakat, maupun pengusaha. Media massa juga cenderung lebih berorientasi pada aspek bisnisnya daripada aspek idealisme yang berpijak pada kepentingan publik. Tidak ada yang salah kalau media massa berorientasi pada bisnis. Namun demikian media massa tetap perlu menjalankan tanggung jawab moralnya, dalam arti bertanggung jawab untuk menyampaikan kebenaran, mengemukakan penilaian, dan persemaian serta pertukaran gagasan bagi seluruh masyarakat demi mengokohkan posisi generasi muda dalam masa transisi menuju kondisi postmodern. 6. Masyarakat Umum Masyarakat umum di sini terutama adalah komunitas-komunitas tertentu dalam masyarakat, kelompok-kelompok studi, dan Lembaga Swadaya Masyarakat atau LSM. Diharapkan komunitas-komunitas ini sudi memperkenalkan dan menyelenggarakan media literacy education yang ditujukan kepada seluruh elemen masyarakat, seperti yang sudah dilakukan beberapa komunitas di kota-

230 kota tertentu di Indonesia. Demikian juga anggota masyarakat yang sudah melek media, dapat berpartisipasi menyebarkan virus melek media kepada masyarakat secara online. 7. Untuk Para Peneliti. Kelemahan penelitian ini pertama adalah tentang pengetahuan TI yang dikonstruksi menjadi salah satu variabel bebas. Variabel ini ditetapkan berdasarkan common sense semata-mata. Hal ini memunculkan kelemahan dalam perumusan instrumen untuk menguji derajad pengetahuan tersebut. Beberapa butir pertanyaan bersifat pengetahuan umum yang kurang relevan jika dikaitkan dengan variabel dependen. Oleh karena itu disarankan kepada para peneliti selanjutnya untuk, pertama, mengelaborasi landasan teoretik mengenai variabel pengetahuan tentang TI sekaligus menyusun butir-butir pertanyaan yang representatif. Kedua, mengkonstruksi model penelitian yang lebih kompleks dan lebih canggih untuk menguji posisi teori-teori modernitas dan TI serta kaitan antara keduanya. Ketiga, penelitian mengenai gejala sosial yang menggunakan pendekatan kuantitatif ini perlu dilengkapi dan dimantapkan dengan pendekatan kualitatif sebagai pembanding dan penyanding.