V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sektor, total permintaan Provinsi Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 61,85

dokumen-dokumen yang mirip
V. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku

Sumber : Tabel I-O Kota Tarakan Updating 2007, Data diolah

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan

ANALISIS MODEL INPUT-OUTPUT

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN. sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi.

TUGAS MODEL EKONOMI Dosen : Dr. Djoni Hartono

III. METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bogor, Dinas Pertanian Kota Bogor,

APLIKASI INPUT OUTPUT

permintaan antara di Kota Bogor pada tahun 2008 yaitu sebesar Rp 4.49 triliun.

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA

VI. PERANAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN KABUPATEN SIAK

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

Sebagai suatu model kuantitatif, Tabel IO akan memberikan gambaran menyeluruh mengenai: mencakup struktur output dan nilai tambah masingmasing

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

DAMPAK INVESTASI SWASTA YANG TERCATAT DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TENGAH (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Peranan Sektor Bangunan (Bandara) Terhadap Perekonomian NTB

BAB 4 ANALISA. Pada bab ini akan dilakukan analisa berdasarkan hasil dari pengolahan data pada bab sebelumnya.

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Distribusi Input dan Output Produksi

Sebagai upaya untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan di

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2013

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH INVESTASI SEKTOR PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN DI PROVINSI SULAWESI TENGAH

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan adalah data sekunder yang sebagian besar berasal

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2009

BAB 4 ANALISIS PENENTUAN SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN KUNINGAN

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III 2014

No. 64/11/13/Th.XVII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN III 2014

Analisis Input-Output (I-O)

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang (backward linkage) tertinggi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN ALAT ANALISIS

BPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TAHUN 2012

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2010

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2010

BADAN PUSAT SATISTIK PROPINSI KEPRI

METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Sumber Data. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu

Analisis Input-Output dengan Microsoft Office Excel

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

Kontribusi Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah (Analisis Struktur Input Output)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (juta rupiah)

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

ANALISIS KETERKAITAN DAN DAMPAK PENGGANDA SEKTOR PERIKANAN PADA PEREKONOMIAN JAWA TENGAH : ANALISIS INPUT OUTPUT

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2007

Keterkaitan Sektor Ekonomi di Provinsi Jawa Timur

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2007

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2011

PERANAN SEKTOR PETERNAKAN DAN PERIKANAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI RIAU: ANALISIS STRUKTUR INPUT-OUTPUT

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. 2.1 Definisi dan Ruang Lingkup Sektor Pertanian

BAB 4 METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KETERKAITAN ANTARSEKTOR PADA PEREKONOMIAN JAWA TIMUR

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

BOKS II : TELAAH KETERKAITAN EKONOMI PROPINSI DKI JAKARTA DAN BANTEN DENGAN PROPINSI LAIN PENDEKATAN INTERREGIONAL INPUT OUTPUT (IRIO)

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007

gula (31) dan industri rokok (34) memiliki tren pangsa output maupun tren permintaan antara yang negatif.

PERPERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA 2001

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan

BAB I PENDAHULUAN. mengatur masuk dan keluarnya perusahaan dari sebuah indutri, standar mutu

IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DAN SIMULASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SUATU PEREKONOMIAN

EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN I 2014 TUMBUH 6,5 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008

III. METODOLOGI. Gambar 1 Lokasi penelitian.

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2010

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN KABUPATEN BANJARNEGARA, PROVINSI JAWA TENGAH (ANALISIS STRUKTUR INPUT OUTPUT) Skripsi

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO. PDRB Gorontalo Triwulan III-2013 Naik 2,91 Persen

ANALISIS KETERKAITAN DAN DAMPAK SEKTOR PERDAGANGAN DAN INDUSTRI TERHADAP PDRB JAWA TIMUR

V. PERAN SEKTOR PERTAMBANGAN BATUBARA PADA PEREKONOMIAN

Transkripsi:

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Struktur Perekonomian Provinsi Jambi 5.1.1 Struktur Permintaan Berdasarkan tabel Input-Output Provinsi Jambi tahun 2007 klasifikasi 70 sektor, total permintaan Provinsi Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 61,85 triliun. Total permintaan tersebut merupakan hasil penjumlahan dari permintaan antara sebesar Rp 12,16 triliun dan permintaan akhir sebesar Rp 49,69 triliun. Permintaan antara merupakan permintaan barang dan jasa dalam rangka kegiatan proses produksi. Permintaan antara dapat juga diartikan yaitu permintaan suatu sektor terhadap barang dan jasa yang dihasilkan dari sektor lain yang digunakan sektor tersebut sebagai input untuk menghasilkan barang dan jasa akhir. Sedangkan permintaan akhir adalah permintaan barang dan jasa dalam rangka kegiatan konsumsi akhir. Konsumsi akhir dapat menunjukkan konsumsi oleh rumah tangga, konsumsi pemerintah, konsumsi untuk investasi, dan ekspor. Nilai permintaan dari masing-masing sektor perekonomian Provinsi Jambi dapat dilihat pada Tabel 5.1. Bila diamati secara rinci, terlihat bahwa masingmasing sektor di Provinsi Jambi diperoleh hasil bahwa sektor yang memiliki nilai total permintaan antara paling besar di Provinsi Jambi adalah sektor industri pengolahan senilai Rp 4,77 triliun atau sekitar 39,26 persen dari total permintaan antara Provinsi Jambi. Selanjutnya, sektor pertanian berkontribusi sebesar Rp 2,44 triliun atau sekitar 20,07 persen, diikuti pula oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran senilai Rp 1,83 triliun atau sekitar 15,04 persen; sektor pengangkutan dan komunikasi senilai Rp 1,06 triliun atau sekitar 8,77; sektor keuangan persewaan dan jasa perusahaan senilai Rp 655,7 milyar atau sekitar 5,39 persen. 51

Dalam pembentukan permintaan akhir Provinsi Jambi, sektor industri pengolahan menempati urutan pertama dengan nilai sebesar Rp 13,66 triliun atau sekitar 27,48 persen dari total permintaan akhir Provinsi Jambi. Sementara sektor pertambangan dan penggalian berada di urutan kedua dengan kontribusi sebesar Rp 7,86 triliun atau sekitar 15,81 persen dari total permintaan akhir Provinsi Jambi. Ketiga, sektor pertanian senilai Rp 7,19 triliun atau sekitar 14,47 persen, keempat sektor bangunan senilai Rp 5,65 triliun atau sekitar 11,36 persen, kelima sektor jasa senilai Rp 4,93 trilin atau sekitar 9,94 persen. Tabel 5.1 Struktur Permintaan Antara dan Permintaan Akhir Provinsi Jambi Nama Sektor Permintaan Antara Permintaan Akhir Jumlah Permintaan Jumlah (juta rupiah) Persen Jumlah (juta rupiah) Persen Jumlah (juta rupiah) 1. Pertanian 2.438.430.36 20.07 7.192.553,85 14,47 9.630.984.21 15,57 2. Pertambangan dan Penggalian Perse n 105.407,94 0,87 7.856.216,11 15,81 7.961.624,05 12,87 3. Industri Pengolahan 4.772.707,13 39,26 13.656.014,17 27,48 18.428.721,13 29,80 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 410.654,9 3,38 1.287.529,68 2,59 1.698.184,58 2,75 5. Bangunan 526.705,24 4,33 5.645.629,56 11,36 6.172.334,8 9,98 6.Perdagangan, Hotel dan Restoran 7. Pengangkutan dan Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 1.828.299,15 15,04 4.372.164,2 8,80 6.200.463,35 10,02 1.065.688,6 8,77 3.875.495,98 7,80 4.941.184,58 7,99 655.756,34 5,39 870.129,4 1,75 1.525.885,74 2,47 9. Jasa 352.321,18 2,90 4.938.572,79 9,94 5.290.893,97 8,55 TOTAL 12.155.975,84 100 49.694.305,74 100 61.850.281,58 100 Berdasarkan kontribusi masing-masing sektor terhadap permintaan antara dan permintaan akhir Provinsi Jambi, dapat diketahui total permintaan Provinsi Jambi dengan kontribusi terhadapnya terbesar berada pada sektor industri pengolahan dengan nilai sebesar Rp 18,43 triliun atau sekitar 29,80 persen dari total permintaan Provinsi Jambi, kedua sektor pertanian dengan nilai sebesar Rp 9,63 triliun atau sekitar 15,57 persen, ketiga sektor pertambangan dan penggalian dengan nilai sebesar Rp 7,96 triliun atau sekitar 12,87 persen dan sektor 52

perdagangan, hotel dan restoran dengan nilai sebesar Rp 6,20 triliun atau sekitar 10,02 persen, kelima sektor bangunan bernilai Rp 6,17 triliun atau sekitar 9,98 persen. 5.1.2 Struktur Konsumsi Rumah Tangga Berdasarkan tabel Input-Output Provinsi Jambi tahun 2007, jumlah konsumsi rumah tangga Provinsi Jambi adalah sebesar Rp 19,2 triliun. Tabel 5.2 Konsumsi Rumah Tangga Terhadap Sektor-Sektor Perekonomian Provinsi Jambi Nama Sektor Konsumsi Rumah Tangga Jumlah (juta rupiah) Persen 1. Pertanian 3.065.020.12 15,95 2. Pertambangan dan Penggalian 25.579,12 0,13 3. Industri Pengolahan 5.439.954,33 28,32 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 1.112.034,76 5,79 5. Bangunan 2.262.864,19 11,78 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.266.910,91 6,60 7. Pengangkutan dan Komunikasi 2.562.271,5 13,34 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 641.893,93 3,34 9. Jasa 2.833.386,35 14,75 TOTAL 19.209.915,21 100 Tabel 5.2 di atas menunjukkan bahwa sektor industri pengolahan memiliki nilai konsumsi rumah tangga tertinggi yaitu sebesar Rp5,43 triliun atau sekitar 28,32 persen dari total konsumsi rumah tangga. Kemudian, sektor pertanian sebesar Rp 3,06 triliun atau sekitar 15,95 persen; sektor jasa sebesar Rp 2,83 triliun atau sekitar 14,75 persen; sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar Rp 2,56 triliun atau sekitar 13,34 persen; sektor bangunan bernilai Rp 2,26 triliun atau sekitar 11,78 persen. 53

5.1.3 Struktur Konsumsi Pemerintah Jumlah konsumsi pemerintah berdasarkan tabel Input-Output Provinsi Jambi tahun 2007 adalah sebesar Rp 5,22 triliun. Tabel 5.3 menunjukkan bahwa konsumsi pemerintah terbesar dialokasikan pada sektor jasa yaitu sebesar 2,10 triliun atau sekitar 40,32 persen. Sektor jasa pada tabel Input-Output Provinsi Jambi tahun 2007 sebelum agregasi (klasifikasi 70 sektor) terdiri dari berbagai jenis jasa, diantaranya jasa pemerintahan umum dan pertahanan, jasa sosial kemasyarakatan dan jasa lainnya. Sementara di peringkat kedua diduduki oleh sektor bangunan sebesar Rp 1,59 triliun atau sekitar 30,51 persen, kemudian sektor pengangkutan dan komunikasi di peringkat ketiga sebesar Rp 479,8 milyar atau sekitar 9,19 persen, peringkat keempat ditempati sektor perdagangan, hotel dan restoran bernilai Rp 451,8 milyar atau sekitar 8,65 persen, peringkat kelima sektor industri pengolahan berkontribusi sebesar Rp 326,4 milyar atau sekitar 6,25 persen dari total konsumsi pemerintah Provinsi Jambi. Tabel 5.3 Konsumsi Pemerintah Terhadap Sektor-Sektor Perekonomian Provinsi Jambi Nama Sektor Konsumsi Pemerintah Jumlah (juta rupiah) Persen 1. Pertanian 0 0 2. Pertambangan dan Penggalian 0 0 3. Industri Pengolahan 326.403,99 6,25 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 54.603,18 1,05 5. Bangunan 1.592.690,02 30,51 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 451.838,66 8,65 7. Pengangkutan dan Komunikasi 479.858,75 9,19 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 210.380,84 4,03 9. Jasa 2.105.186,44 40,32 TOTAL 5.220.961,88 100 Sumber : Tabel Input-Output Provinsi Jambi Tahun 2007, Klasifikasi 9 sektor (di olah). 54

5.1.4 Struktur Investasi Jumlah investasi Provinsi Jambi berdasarkan tabel Input-Output Provinsi Jambi tahun 2007 adalah sebesar Rp 3,77 triliun. Jumlah investasi merupakan penjumlahan antara pembentukan modal tetap dengan perubahan stok dari setiap sektor perekonomian di Provinsi Jambi. Tabel 5.4 di atas memperlihatkan bahwa kelima sektor yang memberikan kontribusi terbesar dalam pembentukan struktur investasi Provinsi Jambi adalah sektor bangunan sebesar Rp 1,79 triliun atau sekitar 47,4 persen dari total investasi Provinsi Jambi. Selanjutnya, sektor industri pengolahan berkontribusi sebesar Rp 903,6 milyar atau sekitar 23,93 persen; sektor pertanian sebesar Rp 515,7 milyar atau sekitar 13,66 persen; sektor pertambangan dan penggalian sebesar Rp 229,1 milyar atau sekitar 6,07 persen; sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar Rp 121,1 milyar atau sekitar 3,21 persen dari total investasi Provinsi Jambi. Tabel 5.4 Investasi Sektor-Sektor Perekonomian Provinsi Jambi Nama Sektor Pembentukan Modal Tetap (juta rupiah) Perubahan Stok (juta rupiah Investasi (juta rupiah) Investasi (persen) 1. Pertanian 45.972.1 469.819.78 515.791,88 13,66 2. Pertambangan dan Penggalian 108.180,64 120.985,16 229,165,8 6,07 3. Industri Pengolahan 708.288,98 195.312,41 903.601,39 23,93 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 120.891,75 0 120,891,75 3,20 5. Bangunan 1.790.075,35 0 1.790.075,35 47,4 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7. Pengangkutan dan Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 76.851,53 0 76.851,53 2,04 121.109,66 0 121.109,66 3,21 17.854,63 0 17.854,63 0,47 9. Jasa 0 0 0 0 TOTAL 2.989.224,64 786.117,35 3.775.341,99 100 Sumber : Tabel Input-Output Provinsi Jambi Tahun 2007, Klasifikasi 9 sektor (diolah) 55

5.1.5 Struktur Ekspor dan Impor Jumlah net ekspor Provinsi Jambi berdasarkan tabel Input-Output Provinsi Jambi tahun 2007 adalah sebesar Rp 15,95 triliun. Nilai positif dari nilai net ekspor tersebut mengindikasikan adanya surplus perdagangan dalam perekonomian Provinsi Jambi. Tabel 5.5 menunjukkan kontribusi ekspor dan impor dari masing-masing sektor perekonomian Provinsi Jambi. Sektor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap jumlah surplus perdagangan Provinsi Jambi adalah sektor pertambangan dan penggalian dengan nilai kontribusi sebesar Rp 7,57 triliun atau sekitar 47,46 persen dari total surplus perdagangan. Sektor industri pengolahan berada pada urutan kedua sektor yang memberikan kontribusi terbesar dalam surplus perdagangan Provinsi Jambi dengan nilai sebesar Rp 6,19 triliun atau sekitar 38,85 persen dari total surplus perdagangan. Sektor pertanian menempati urutan ketiga dengan kontribusi terbesar dalam surplus perdagangan Provinsi Jambi dengan niali sebesar 2,23 triliun atau sekitar 14,01 persen. Di urutan keempat sektor perdagangan, hotel dan restoran berkontribusi sebesar Rp 1,04 triliun atau sekitar 6,53 persen. Sementara itu, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta sektor jasa memiliki nilai negatif. Hal ini berarti bahwa input yang digunakan oleh sektor tersebut cenderung lebih banyak diimpor dari daerah lain. Nilai kelima sektor tersebut berturut-turut sebesar Rp 110,4 milyar atau sekitar -0,69 persen, Rp -145,2 milyar atau sekitar -0,91 persen, Rp -237,8 milyar atau sekitar -1,49 persen, Rp -245,2 milyar atau sekitar - 1,54 persen dan Rp -355,7 milyar atau sekitar -2,23 persen. 56

Tabel 5.5 Ekspor dan Impor Sektor-Sektor Perekonomian Provinsi Jambi Ekspor Impor Net Ekspor Nama Sektor Jumlah (juta Jumlah (juta Jumlah (juta Persen Persen rupiah) rupiah) rupiah) Persen 1. Pertanian 3.611.741.86 17,82 1.376.279 31.94 2.235.462,86 14.01 2. Pertambangan dan Penggalian 7.601.471,2 37,52 30.815 0,72 7.570.656.21 47,46 3. Industri Pengolahan 6.986.053 34,48 789.099 18,31 6.196.964,02 38,85 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 0 0 355.725 8,26-355.725-2,23 5. Bangunan 0 0 245.231 5,70-245.231-1,54 6. Perdagangan, Hotel dan 1.348.081,5 6,65 306.155 7,11 1.041.926.53 6,53 Restoran 7. Pengangkutan dan Komunikasi 711.976,07 3,51 949.599 22,03-237.582,93-1,49 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa 0 0 110.457 2,56-110.457-0,69 Perusahaan 9. Jasa 0 0 145.233 3,37-145.233-0,91 TOTAL 20.259.324 100 4.308.553 100 15.950.770,69 100 5.1.6 Struktur Nilai Tambah Bruto Nilai tambah bruto merupakan balas jasa terhadap faktor produksi yang tercipta karena adanya kegiatan produksi. Jumlah nilai tambah bruto berdasarkan tabel Input-Output Provinsi Jambi tahun 2007 adalah sebesar Rp 45,38 triliun. Nilai tambah bruto dalam tabel Input-Output Provinsi Jambi tahun 2007 terdiri dari empat komponen, yaitu upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tak langsung. Tabel 5.6 menunjukkan bahwa di antara keempat komponen pembentuk nilai tambah bruto, surplus usaha memberikan kontribusi terbesar dengan nilai sebesar Rp 27,07 triliun atau sekitar 59,65 persen dari total nilai tambah bruto. Kontribusi terbesar kedua dalam pembentuk nilai tambah bruto diberikan oleh upah dan gaji, dengan nilai sebesar Rp 15,11 triliun atau sekitar 33,30 persen dari total nilai tambah bruto. Penyusutan menempati peringkat ketiga dengan kontribusi sebesar Rp 2,15 triliun atau sekitar 4,74 persen dari total nilai tambah bruto. 57

Tabel 5.6 Nilai Tambah Bruto Sektor-Sektor Perekonomian Provinsi Jambi Sektor Upah dan Gaji (juta Rupiah) Surplus Usaha (juta Rupiah) Ratio Upah Gaji dan Surplus Usaha (juta Rupiah) Penyusuta n (juta Rupiah) Pajak Tak Langsung (juta Rupiah) Nilai Tambah Bruto Jumlah (juta Rupiah) Persen 1 1.514.181 4.987.178 1,66 202.206 84.177 6.787.742 13,01 2 725.975 6.689.112 0,11 258.995 371.059 8.045.141 15,42 3 3.311.542 6.871.956 0,48 304.722 168.176 10.656.396 20,43 4 388.505 569.028 0,68 57.451 14.673 1.029.657 1,97 5 2.601.356 2.216.165 1,17 253.912 98.982 5.170.415 9,91 6 950.529 2.046.230 0,46 232.371 154.523 3.383.653 6,49 7 926.202 1.949.081 0,48 333.864 67.827 3.276.974 6,28 8 806.546 1.215.338 0,66 81.236 72.665 2.175.785 4,17 9 3.886.475 527.141 7,37 426.286 18.100 4.858.002 9,31 TOTAL 15.111.041 27.071.229 13,08 2.151.043 1.050.182 45.383.765 100 Persen Terhadap Nilai Tambah Bruto 33,30 59,65 4,74 2,31 100 Tabel 5.6 juga memperlihatkan bahwa kelima sektor terbesar dalam penciptaan nilai tambah bruto Provinsi Jambi adalah sektor industri pengolahan dengan senilai Rp 10,65 triliun atau sekitar 20,43 persen dari total nilai tambah bruto. Sektor pertambangan dan penggalian berada di peringkat kedua, dengan kontribusi senilai Rp 8,04 triliun atau sekitar 15,42 persen; ketiga sektor pertanian senilai Rp 6,78 triliun atau sekitar 13,01 persen; keempat sektor bangunan senilai Rp 5,17 triliun atau sekitar 9,91 persen; kelima sektor jasa senilai Rp 4,85 triliun atau sekitar 9,31 persen. 5.2 Analisis Keterkaitan 5.2.1 Keterkaitan ke Depan (Forward Linkage) Keterkaitan ke depan dibagi menjadi dua, yaitu keterkaitan langsung ke depan dan keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan. Nilai keterkaitan langsung ke depan menunjukkan apabila terjadi peningkatan permintaan akhir 58

sebesar satu satuan, maka output suatu sektor yang dialokasikan secara langsung ke sektor tersebut dan juga sektor-sektor lainnya akan meningkat sebesar nilai keterkaitannya, sedangkan nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan menunjukkan bahwa sektor tersebut memiliki keterkaitan baik langsung maupun tidak langsung ke depan terhadap sektor lainnya termasuk sektor itu sendiri. Keterkaitan ke depan merupakan keterkaitan sektor produksi hulu terhadap sektor produksi hilirnya. Nilai keterkaitan langsung ke depan diperoleh dari nilai koefisien teknis, sedangkan nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan diperoleh dari matriks kebalikan Leontief terbuka. Besarnya nilai keterkaitan output ke depan baik langsung maupun tidak langsung dari masing-masing sektor perekonomian Provinsi Jambi diperlihatkan pada tabel 5.7. Dalam tabel tersebut, sektor pertanian memiliki nilai keterkaitan ke depan secara langsung terbesar dengan nilai 0,05560, nilai tersebut berarti bahwa apabila terjadi peningkatan pada permintaan akhir sebesar Rp. 1 juta, maka output sektor pertanian yang langsung dijual atau dialokasikan ke sektor lainnya termasuk sektor pertanian itu sendiri akan mengalami peningkatan sebesar Rp 55.600. Di urutan kedua ditempati oleh sektor industri pengolahan bernilai 0,04114; ketiga sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dengan nilai sebesar 0,03307; keempat sektor pengangkutan dan komunikasi bernilai 0,02290; kelima sektor perdagangan, hotel dan restoran memiliki nilai sebesar 0,01885. 59

Tabel 5.7 Keterkaitan Output ke Depan Sektor-Sektor Perekonomian Provinsi Jambi Keterkaitan ke depan SEKTOR Langsung dan Tidak Langsung Langsung 1. Pertanian 0,05560 1,38517 2. Pertambangan dan Penggalian 0,00525 1,03350 3. Industri Pengolahan 0,04114 1,38623 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 0,00822 1,21761 5. Bangunan 0,00480 1,06317 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 0,01885 1,21464 7. Pengangkutan dan Komunikasi 0,02290 1,27033 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 0,03307 1,53059 9. Jasa 0,00672 1,08180 Untuk nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan, maka kelima sektor yang berkontribusi terbesar adalah sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan bernilai 1,53059 yang berarti bahwa jika terjadi peningkatan pada permintaan akhir sebesar Rp 1 juta, maka output sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan secara langsung dan tidak langsung dijual atau dialokasikan ke sektor lainnya termasuk sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan itu sendiri akan mengalami peningkatan sebesar Rp 1.530.590, diikuti oleh sektor industri pengolahan bernilai 1,38623; sektor pertanian bernilai 1,38517; sektor pengangkutan dan komunikasi bernilai 1,27033; sektor listrik, gas dan air bersih bernilai 1,21761. 5.2.2 Keterkaitan ke Belakang (Backward Linkage) Keterkaitan ke belakang juga dibagi menjadi dua, yaitu keterkaitan langsung ke belakang dan keterkaitan secara langsung dan tidak langsung ke belakang. Nilai keterkaitan ke belakang menunjukkan seberapa besar nilai input yang dibutuhkan oleh suatu sektor baik dari sektor lain maupun dari sektor itu 60

sendiri apabila terjadi kenaikan permintaan akhir sebesar satu satuan. Keterkaitan ke belakang merupakan keterkaitan sektor produksi hilir terhadap sektor-sektor produksi hulunya. Tabel 5.8 Keterkaitan Output ke Belakang Sektor-Sektor Perekonomian Provinsi Jambi Keterkaitan ke Belakang SEKTOR Langsung dan Tidak Langsung Langsung 1. Pertanian 0,22999 1,29803 2. Pertambangan dan Penggalian 0,01288 1,01549 3. Industri Pengolahan 0,29428 1,38582 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 0,22865 1,30087 5. Bangunan 0,08864 1,11849 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 0,33133 1,42866 7. Pengangkutan dan Komunikasi 0,20137 1,26500 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 0,22289 1,28608 9. Jasa 0,06579 1,08459 Tabel 5.8 disajikan nilai keterkaitan ke belakang baik secara langsung dan secara langsung dan tidak langsung ke belakang (backward linkage) antar sektor berdasarkan tabel Input-Output Provinsi Jambi tahun 2007. Peringkat pertama untuk nilai analisis keterkaitan ke belakang secara langsung dan secara langsung dan tidak langsung ditempati oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 0,33133 dan 1,42866; kedua sektor industri pengolahan sebesar 0,29428 dan 1,38582; ketiga sektor pertanian sebesar 0,22999 dan 1,29803; keempat sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 0,22865 dan 1,30087; kelima sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 0,22289 dan 1,28608. Sektor perdagangan, hotel dan restoran menempati urutan pertama pada nilai keterkaitan ke belakang baik secara langsung maupun secara langsung dan tidak langsung. 61

Nilai ini berarti bahwa jika terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar Rp 1 juta maka sektor perdagangan, hotel dan restoran akan meningkatkan permintaan inputnya secara langsung dan tidak langsung terhadap sektor lain maupun sektor itu sendiri sebesar Rp 331.330 dan Rp 1.428.660. Nilai keterkaitan ke belakang yang besar dari suatu sektor mengindikasikan bahwa sektor tersebut masih bergantung pada output yang dihasilkan oleh sektor di dalam Provinsi Jambi itu sendiri, sebaliknya nilai keterkaitan ke belakang yang kecil mengindikasikan besarnya ketergantungan sektor tersebut terhadap output yang berasal dari luar Provinsi Jambi. 5. 3 Analisis Dampak Penyebaran Dengan menggunakan analisis dampak penyebaran, dapat diketahui sektor-sektor mana saja yang mempunyai kemampuan untuk mendorong pertumbuhan sektor-sektor hulu dan hilirnya melalui mekanisme transaksi pasar output dan input. Dampak penyebaran dianalisis berdasarkan koefisien penyebaran dan kepekaan penyebaran. 5.3.1 Koefisien Penyebaran (Daya Penyebaran Ke Belakang) Nilai koefisien penyebaran merupakan keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang yang terboboti dengan jumlah sektor kemudian dibagi dengan total keterkaitan langsung dan tidak langsung semua sektor. Koefisien penyebaran menunjukkan efek relatif yang ditimbulkan oleh keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang antar suatu sektor dengan seluruh sektor yang ada dalam suatu perekonomian. Hal ini dapat diartikan bahwa koefisien penyebaran adalah efek yang ditimbulkan oleh suatu sektor karena peningkatan output sektor 62

tersebut terhadap output sektor-sektor lain yang digunakan sebagai input oleh sektor tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung (sektor hulu). Tabel 5.9 di bawah ini menunjukkan nilai koefisien penyebaran dari masing-masing sektor perekonomian yang ada di Provinsi Jambi. Tabel tersebut menunjukkan bahwa sektor perdagangan, hotel dan restoran memiliki nilai koefisien tertinggi yaitu sebesar 1,77940, menyusul sektor industri pengolahan sebesar 1,58045, kemudian sektor pertanian sebesar 1,23516, sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 1,22795, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 1,19706, sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 1,08146. Nilai koefisien penyebaran yang lebih besar dari satu memiliki arti bahwa sektor tersebut mampu meningkatkan pertumbuhan sektor hulunya, sehingga dapat disimpulkan bahwa keenam sektor yang memiliki nilai koefisien penyebaran terbesar telah mampu meningkatkan sektor hulunya. Tabel 5.9 Koefisien Penyebaran Sektor-Sektor Perekonomian Provinsi Jambi Sektor Koefisen Penyebaran 1. Pertanian 1,23516 2. Pertambangan dan Penggalian 0,06919 3. Industri Pengolahan 1,58045 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 1,22795 5. Bangunan 0,47602 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 1,77940 7. Pengangkutan dan Komunikasi 1,08146 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 1,19706 9. Jasa 0,35331 5.3.2 Kepekaan Penyebaran (Daya Penyebaran Ke Depan) Nilai kepekaan penyebaran diperoleh dari keterkaitan output langsung dan tidak langsung ke depan yang diboboti dengan jumlah sektor kemudian dibagi dengan total keterkaitan langsung dan tidak langsung semua sektor. Kepekaan 63

penyebaran menunjukkan efek relatif yang ditimbulkan oleh keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan antara suatu sektor dengan seluruh sektor yang menggunakan output sektor tersebut sebagai inputnya (sektor hilir), dengan kata lain kepekaan penyebaran menunjukkan kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan sektor-sektor yang menggunakan output dari sektorsektor tersebut (sektor hilir). Tabel 5.10 Kepekaan Penyebaran Sektor-Sektor Perekonomian Provinsi Jambi Sektor Kepekaan Penyebaran 1. Pertanian 1,38623 2. Pertambangan dan Penggalian 0,16967 3. Industri Pengolahan 0,67057 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 1,21016 5. Bangunan 0,21343 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 0,90307 7. Pengangkutan dan Komunikasi 1,14377 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2,97141 9. Jasa 0,33169 Tabel 5.10 di atas menunjukkan nilai kepekaan penyebaran dari masingmasing sektor perekonomian yang ada di Provinsi Jambi. Berdasarkan urutan nilai kepekaan penyebaran terbesar maka di peringkat pertama diduduki oleh sektor keuangan,persewaan dan jasa perusahan bernilai 2,97141; kedua sektor pertanian bernilai 1,38623; ketiga sektor listrik,gas dan air bersih bernilai 1,21016; keempat sektor pengangkutan dan komunikasi bernilai 1,14377. Nilai kepekaan penyebaran suatu sektor yang lebih besar dari satu mengandung arti bahwa sektor tersebut mampu mendorong pertumbuhan sektor hilirnya. Dengan demikian, dapat disimpulkan keempat sektor yang memiliki nilai kepekaan penyebaran terbesar telah mampu mendorong pertumbuhan sektor hilirnya. 64

5.4 Analisis Pengganda (Multiplier) Analisis pengganda digunakan untuk melihat dampak perubahan dari variabel-variabel endogen yaitu output sektoral apabila terjadi perubahan dalam variabel-variabel eksogen yaitu pemintaan akhir dalam suatu perekonomian. Terdapat dua jenis pengganda, yaitu Pengganda Tipe I dan Pengganda Tipe II. Pengganda tipe I diperoleh dari pengolahan lebih lanjut matriks kebalikan Leontief terbuka, sedangkan pengganda tipe II diperoleh dari matriks kebalikan Leontief tertutup. Baik pengganda tipe I maupun tipe II merupakan hasil dari proses mekanisme dampak yang terdiri dari efek awal (initial effect), efek putaran pertama (first round effect), efek dukungan industri (industrial support effect), dan efek induksi konsumsi (consumption induced effect). Nilai pengganda tipe I menunjukkan bahwa apabila terjadi kenaikan variabel eksogen sebesar satu satuan, maka variabel endogen di seluruh sektor perekonomian akan meningkat sebesar nilai tersebut. Nilai pengganda tipe II menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan variabel eksogen maka variabel endogen akan meningkat setelah adanya efek induksi dari rumah tangga. 5.4.1 Analisis Pengganda Output (Multiplier Output) Nilai pengganda output merupakan nilai total dari output atau produksi yang dihasilkan oleh perekonomian akibat perubahan satu unit uang permintaan akhir. Tabel 5.11 di bawah ini memperlihatkan nilai pengganda output masingmasing sektor perekonomian Provinsi Jambi. Berdasarkan tabel tersebut, urutan nilai pengganda output tipe I tertinggi yaitu di peringkat pertama diduduki oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran bernilai 1,42866; kedua sektor industri pengolahan bernilai 1,38582; ketiga sektor listrik, gas dan air bersih bernilai 65

1,30087; keempat sektor pertanian bernilai 1,29803; kelima sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan bernilai 1,28608. Sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor yang memiliki nilai pengganda output tipe I tertinggi di Provinsi Jambi dengan nilai pengganda tipe I sebesar 1,42866. Nilai ini berarti jika terjadi peningkatan permintaan akhir terhadap sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar Rp 1 juta, maka akan meningkatkan output pada semua sektor ekonomi sebesar Rp 1.428.660. Tabel 5.11 Pengganda Output Sektor-Sektor Perekonomian Provinsi Jambi Sektor Awal Pertama Industri Konsumsi Total Elastisitas Tipe I Tipe II 1 1,00000 0,22999 0,06805 0,22767 1,52571 0,59396 1,29803 1,52571 2 1,00000 0,01288 0,00261 0,00685 1,02235 0,97852 1,01549 1,02235 3 1,00000 0,29428 0,09154 0,12241 1,50823 0,76406 1,38582 1,50823 4 1,00000 0,22865 0,07222 0,33971 1,64057 0,16030 1,30087 1,64057 5 1,00000 0,08864 0,02986 0,07071 1,18921 0,67697 1,11849 1,18921 6 1,00000 0,33133 0,09733 0,12551 1,55417 0,52859 1,42866 1,55417 7 1,00000 0,20137 0,06363 0,29323 1,55823 0,38568 1,26500 1,55823 8 1,00000 0,22289 0,06319 0,08564 1,37172 0,10642 1,28608 1,37172 9 1,00000 0,06579 0,01880 0,04822 1,13281 0,44529 1,08459 1,13281 Untuk nilai pengganda output tipe II, peringkat nilai pengganda output tertinggi yaitu pertama sektor listrik, gas dan air bersih bernilai 1,64057; kedua sektor pengangkutan dan komunikasi bernilai 1,55823; ketiga sektor perdagangan, hotel dan restoran bernilai 1,55417; keempat sektor pertanian bernilai 1,52571; kelima sektor industri pengolahan bernilai 1,50823. Sektor listrik, gas dan air bersih memiliki nilai pengganda output tipe II tertinggi di Provinsi Jambi sebesar 1,64057. Nilai ini berarti bahwa dengan memasukkan efek konsumsi rumah tangga, jika terjadi peningkatan permintaan akhir terhadap sektor listrik, gas dan air bersih sebesar Rp 1 juta maka akan meningkatkan output pada semua sektor ekonomi sebesar Rp 1.640.570. 66

5.4.2 Analisis Pengganda Pendapatan Rumah Tangga (Multiplier Income) Nilai pengganda pendapatan merupakan jumlah pendapatan rumah tangga total akibat tambahan satu unit uang permintaan akhir. Berdasarkan hasil analisis pengganda pendapatan pada tabel Input-Output Provinsi Jambi tahun 2007 klasifikasi 70 sektor yang diagregasi menjadi sembilan sektor dapat diketahui nilai pengganda pendapatan dari masing-masing sektor perekonomian. Tabel 5.17 memperlihatkan nilai-nilai pengganda pendapatan dari tiap sektor-sektor perekonomian Provinsi Jambi. Peringkat pertama untuk nilai pengganda pendapatan rumah tangga baik tipe I maupun tipe II ditempati oleh sektor industri pengolahan dengan nilai sebesar 1,75026 dan 1,96075; kedua sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan bernilai 1,58687 dan 1,77772; ketiga sektor perdagangan, hotel dan restoran bernilai 1,57387 dan 1,76315; keempat sektor pertambangan dan penggalian bernilai 1,26548 dan 1,41767; kelima sektor jasa bernilai 1,23712 dan 1,38590. Sektor industri pengolahan merupakan sektor yang memiliki nilai pengganda pendapatan rumah tangga baik tipe I maupun tipe II terbesar yaitu senilai 1,75026 dan 1,96075. Untuk nilai pengganda pendapatan rumah tangga tipe I, hal ini berarti bahwa jika terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar Rp 1 juta maka akan meningkatkan pendapatan rumah tangga di semua sektor perekonomian sebesar Rp 1.750.260. Selanjutnya untuk nilai pengganda pendapatan rumah tangga tipe II berarti bahwa dengan memasukkan efek konsumsi rumah tangga, jika terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar Rp 1 juta maka akan meningkatkan pendapatan rumah tangga disemua sektor perekonomian sebesar Rp 1.960.750. 67

Tabel 5.12 Pengganda Pendapatan Sektor-Sektor Perekonomian Provinsi Jambi Sektor Awal Pertama Industri Konsumsi Total Elastisitas Tipe I Tipe II 1 0,12981 0,02245 0,00613 0,01905 0,17744 0,53216 1,22022 1,36697 2 0,00377 0,00078 0,00022 0,00057 0,00534 1,35690 1,26548 1,41767 3 0,04866 0,02806 0,00844 0,01024 0,09540 0,99331 1,75026 1,96075 4 0,19806 0,03068 0,00760 0,02842 0,26476 0,13062 1,19326 1,33676 5 0,04127 0,00523 0,00269 0,00592 0,05511 0,76025 1,19212 1,33549 6 0,05548 0,02359 0,00825 0,01050 0,09782 0,59967 1,57387 1,76315 7 0,17943 0,01904 0,00554 0,02453 0,22854 0,31599 1,13697 1,27371 8 0,03754 0,01662 0,00541 0,00717 0,06674 0,13791 1,58687 1,77772 9 0,02712 0,00477 0,00166 0,00403 0,03758 0,54477 1,23712 1,38590 5.5 Analisis Penetapan Sektor Prioritas Dari hasil analisis pengganda untuk sektor-sektor dalam perekonomian Provinsi Jambi yang terdiri dari sembilan sektor yaitu sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dan sektor jasa dapat ditetapkan sektor-sektor kunci dan prioritas yang dapat dijadikan acuan untuk pengembangan perekonomian di Provinsi Jambi. Pembangunan harus diprioritaskan pada sektor-sektor kunci ini karena perkembangan dari sektor kunci akan mendorong perkembangan sektor-sektor lain dalam perekonomian. Tabel 5.13 dibawah ini memperlihatkan bahwa sektor prioritas pertama adalah sektor industri pengolahan dengan nilai total pengganda sebesar 6,60506; kedua ditempati oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan nilai total pengganda sebesar 6,31985; ketiga sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dengan nilai total pengganda sebesar 6,02239; keempat diduduki oleh 68

sektor listrik, gas dan air bersih dengan nilai total pengganda sebesar 5,47146; kelima sektor pertanian dengan nilai total pengganda sebesar 5,41093. Tabel 5.13 Indeks Pengganda Aktual Sektor-Sektor Perekonomian Provinsi Jambi Sektor TOM TIM Total Prioritas 1. Pertanian 2,82374 2,58719 5,41093 5 2. Pertambangan dan Penggalian 2,03784 2,68315 4,72099 9 3. Industri Pengolahan 2,89405 3,71101 6,60506 1 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 2,94144 2,53002 5,47146 4 5. Bangunan 2,30770 2,52761 4,83531 8 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 2,98283 3,33702 6,31985 2 7. Pengangkutan dan Komunikasi 2,82323 2,41068 5,23391 6 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2,65780 3,36459 6,02239 3 9. Jasa 2,21740 2,62302 4,84042 7 Keterangan : TOM = Total Output Multiplier (Total Pengganda Output) TIM = Total Income Multiplier (Total Pengganda Pendapatan) 5.6 Implikasi Kebijakan Arah kebijakan pembangunan Provinsi Jambi difokuskan pada peningkatan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas melalui penyelenggaran pembangunan kewilayahan. Kegiatan pembangunan kewilayahan diarahkan pada : 1) Pengalokasikan penggunaan ruang di Provinsi Jambi (pola ruang) dengan menyerasikan kegiatan antar sektor dengan kebutuhan ruang dan potensi sumberdaya alam yang berasaskan kelestarian lingkungan menuju pembangunan yang berkelanjutan, 2) Memperkuat perekonomian daerah berbasis keunggulan kompetitif dengan mendorong pengembangan wilayah untuk setiap kabupaten/kota di Provinsi berdasarkan pertimbangan sektor prioritas/unggulan dan kendala pengembangan yang ada. 69

Penelitian ini membuktikan bahwa sektor prioritas/unggulan dalam perekonomian Provinsi Jambi adalah sektor industri pengolahan karena memiliki nilai keterkaitan, dampak penyebaran dan nilai pengganda baik output maupun pendapatan tertinggi dibandingkan dengan kedelapan sektor lainnya. Hal ini sesuai dengan kegiatan pembangunan Provinsi Jambi dalam memperkuat struktur industri daerah dengan menempatkan sektor industri pengolahan berbasis agribisnis sebagai motor penggerak kegiatan perekonomian Provinsi Jambi. Hal ini didukung oleh kegiatan pertanian dalam arti luas, kelautan dan pertambangan yang menghasilkan produk-produk secara efisien, modern, dan berkelanjutan serta jasa-jasa pelayanan yang efektif agar terwujud ketahanan ekonomi yang tangguh. Selain sektor industri pengolahan, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sektor perdagangan, hotel dan restoran dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan memiliki nilai kedua dan ketiga tertinggi dilihat berdasarkan nilai pengganda (multiplier) baik output dan pendapatan. Sementara itu, jika dilihat berdasarkan nilai keterkaitan dan dampak penyebaran, kedua sektor ini berada di urutan ketiga dan keempat. Oleh karena itu, kedua sektor ini juga menjadi sasaran dalam kegiatan pembangunan Provinsi Jambi dalam mendukung perekonomian daerah. 70