Sistem Pendeteksi Aktivitas Kendaraan Pada Area Parkir Dengan Jaringan Multi-Camera

dokumen-dokumen yang mirip
Pengembangan Prototype Sistem Untuk Manajemen Lahan Parkir Dengan Jaringan Sensor Kamera Nirkabel

Rancang Bangun Sistem Penghitung Laju dan Klasifikasi Kendaraan Berbasis Pengolahan Citra

IMPLEMENTASI PERHITUNGAN KECEPATAN OBJEK BERGERAK BERBASIS WEBCAM DAN PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

BAB III PERANCANGAN SISTEM. Pada dewasa sekarang ini sangat banyak terdapat sistem dimana sistem tersebut

PERANCANGAN SISTEM PENGENALAN OBJEK VISUAL UNTUK PENGAMANAN DAN PEMANTAUAN FASILITAS PLTA

Traffic IP Camera untuk Menghitung Kendaraan Roda Empat Menggunakan Metode Luasan Piksel

IP TRAFFIC CAMERA PADA PERSIMPANGAN JALAN RAYA MENGGUNAKAN METODE LUASAN PIKSEL

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Perancangan sistem dimulai dari penempatan posisi kamera dengan posisi yang

ANALISA ALGORITMA PENGHITUNG KENDARAAN RODA EMPAT DALAM KONDISI SIANG DAN MALAM HARI DENGAN METODE FRAME INTERSECTION

DETEKSI GERAK BANYAK OBJEK MENGGUNAKAN BACKGROUND SUBSTRACTION DAN DETEKSI TEPI SOBEL

OPTIMASI ALGORITMA IDENTIFIKASI STRABISMUS

Penghitung Kendaraan Menggunakan Background Substraction dengan Background Hasil Rekonstruksi

PENDETEKSI TEMPAT PARKIR MOBIL KOSONG MENGGUNAKAN METODE CANNY

PEMANFAATAN KAMERA CCTV SEBAGAI ALAT BANTU TRAFFIC SURVEY BIDANG : TRAFFIC ENGINEERING. Ressi Dyah Adriani NPP

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM PROGRAM APLIKASI HANDS RECOGNIZER

PERANCANGAN SISTEM PENDETEKSI ALAT PELINDUNG DIRI MENGGUNAKAN TEKNOLOGI IMAGE PROCESSING

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1

Analisis Perbandingan Algoritma Optical Flow dan Background Estimation untuk Pendeteksian Objek pada Video

BAB III METODE PENELITIAN

Oleh: Riza Prasetya Wicaksana

PENDETEKSI LOKASI PARKIR MOBIL MENGGUNAKAN METODE FRAME DIFFERENCES DAN STATIC TEMPLATE MATCHING

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

Rancang Bangun Sistem Pelacakan Obyek Menggunakan CCTV dan Webcam. Kampus ITS, Surabaya

MENENTUKAN KEPADATAN LALU LINTAS DENGAN PENGHITUNGAN JUMLAH KENDARAAN BERBASIS VIDEO PROCESSING

Analisa dan Pemodelan Kerumunan Orang pada Video Digital

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sistem Penangkap Citra Pelanggaran Lampu Merah

PELACAKAN LEVEL KETINGGIAN AIR BERDASARKAN WARNA DENGAN BACKGROUND SUBSTRACTION

Pengenalan Benda di Jalan Raya dengan Metode Kalman Filter. Roslyn Yuniar Amrullah

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. menggunakan serial port (baudrate 4800bps, COM1). Menggunakan Sistem Operasi Windows XP.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PERANCANGAN SISTEM KONTROL LAMPU LALU LINTAS OTOMATIS BERBASIS LOGIKA FUZZY MENGGUNAKAN SENSOR KAMERA

TRACKING OBJECT MENGGUNAKAN METODE TEMPLATE MATCHING BERBASIS STEREO VISION

ANALISIS PELACAKAN OBJEK MENGGUNAKAN BACKGROUND ESTIMATION PADA KAMERA DIAM DAN BERGERAK (Hasil Penelitian)

1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Pengendalian Posisi Mobile Robot Menggunakan Metode Neural Network Dengan Umpan Balik Kamera Pemosisian Global

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan September 2011 s/d bulan Februari

BAB IV PENGUJIAN SISTEM. mendeteksi tempat parkir yang telah selesai dibuat. Dimulai dari pengambilan

AKURASISI PELONTARAN CAKRAM PADA ROBOT PELONTAR BERBASIS WEBCAM SEBAGAI PENDETEKSI OBJEK

Metode Penyimpanan Data Secara Kolaboratif Dalam Jaringan Sensor

PENGAMAN RUMAH DENGAN SISTEM FACE RECOGNITION SECARA REAL TIME MENGGUNAKAN METODE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS

KONTROL ROBOT MOBIL PENJEJAK GARIS BERWARNA DENGAN MEMANFAATKAN KAMERA SEBAGAI SENSOR

BAB 1 PENDAHULUAN. Augmented Reality menjadi semakin luas. Teknologi Computer Vision berperan

Analisa Gerakan Manusia Pada Video Digital

SIMULASI MONITORING OBJEK YANG MASUK DAN KELUAR UNTUK MENGONTROL KETERSEDIAAN LAHAN MENGGUNAKAN VIDEO PROCESSING

1 BAB I PENDAHULUAN. Pengajaran yang diperoleh dari sekolah adalah pengenalan dan pemahaman akan

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

ANALISIS PELACAKAN OBJEK MOBIL DENGAN OPTICAL FLOW PADA KAMERA DIAM DAN BERGERAK

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini, lahan parkir menjadi kebutuhan utama pengguna kendaraan,

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IDENTIFIKASI DAN TRACKING OBJEK BERBASIS IMAGE PROCESSING SECARA REAL TIME

PENGENDALIAN POSISI MOBILE ROBOT MENGGUNAKAN METODE NEURAL NETWORK DENGAN UMPAN BALIK KAMERA PEMOSISIAN GLOBAL

Gambar 4.1 Diagram Percobaan

APLIKASI IDENTIFIKASI ISYARAT TANGAN SEBAGAI PENGOPERASIAN E-KIOSK

Analisis Perbandingan Algoritma Optical Flow dan Background Estimation untuk Pendeteksian Objek pada Video

SISTEM KAMERA DENGAN PAN-TILT TRIPOD OTOMATIS UNTUK APLIKASI FOTOGRAFI

DETEKSI MARKA JALAN DAN ESTIMASI POSISI MENGGUNAKAN MULTIRESOLUTION HOUGH TRANSFORM

APLIKASI PENGUKURAN KECEPATAN SEPEDA MOTOR MENGGUNAKAN METODE FRAME DIFFERENCE BERBASIS ANDROID

IDENTIFIKASI NOMOR POLISI KENDARAAN BERMOTOR MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN SELF ORGANIZING MAPS (SOMS)

Restorasi Citra Plat Nomor Kendaraan Menggunakan Metode Super Resolusi pada Sistem Pelanggaran Lampu Merah

APLIKASI PENGHITUNG JUMLAH ORANG LEWAT MENGGUNAKAN METODE NORMALIZED SUM SQUARED DIFFERENCES (NSSD) SKRIPSI

2015 PENGGUNAAN ALGORITMA FAST CONNECTIVE HOUGH TRANSFORM DAN ANALISIS HISTOGRAM UNTUK MENENTUKAN LOKASI PLAT NOMOR

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

APLIKASI WEBCAM UNTUK MENJEJAK PERGERAKAN MANUSIA DI DALAM RUANGAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

Rancang Bangun Sistem Pengujian Distorsi Menggunakan Concentric Circle Method Pada Kaca Spion Kendaraan Bermotor Kategori L3 Berbasis Edge Detection

APLIKASI TRANSFORMASI WATERSHED UNTUK SEGMENTASI CITRA DENGAN SPATIAL FILTER SEBAGAI PEMROSES AWAL

DETEKSI KEBAKARAN BERBASIS WEBCAM SECARA REALTIME DENGAN PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

Pengenalan Plat Nomor Berdasarkan Klasikasi K-Nearest Neighbor (KNN)

BAB II LANDASAN TEORI

SISTEM PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN WEBCAM UNTUK ABSENSI DENGAN METODE TEMPLATE MATCHING

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN

VOLT. Jurnal Ilmiah Pendidikan Teknik Elektro. Journal homepage: jurnal.untirta.ac.id/index.php/volt Vol. 1, No. 1, Oktober 2016, 61-66

BAB III METODE PENELITIAN. ada beberapa cara yang telah dilakukan, antara lain : akan digunakan untuk melakukan pengolahan citra.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem penglihatan manusia merupakan suatu system yang sangat kompleks,

PENGUKURAN KECEPATAN OBYEK DENGAN PENGOLAAN CITRA MENGGUNAKAN METODE THRESHOLDING SKRIPSI. Disusun Oleh : Hery Pramono NPM.

BAB 2 LANDASAN TEORI. metode yang digunakan sebagai pengawasan kendaraan yang menggunakan pengenalan

IDENTIFIKASI JENIS KENDARAAN BERBASIS WEBCAM DAN PENGOLAHAN CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN METODE TEMPLATE MATCHING

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Program Aplikasi Komputer Pengenalan Angka Dengan Pose Jari Tangan Sebagai Media Pembelajaran Interaktif Anak Usia Dini

RANCANG BANGUN SISTEM PELACAKAN OBJEK SECARA REAL TIME BERDASARKAN WARNA

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. tracking obyek. Pada penelitian tugas akhir ini, terdapat obyek berupa bola. Gambar 3.1. Blok Diagram Penelitian

DAFTAR ISI. BAB 3 PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK 3.1 Diagram Alir Utama Kamera Web iii

SISTEM KONTROL GERAK SEDERHANA PADA ROBOT PENGHINDAR HALANGAN BERBASIS KAMERA DAN PENGOLAHAN CITRA

APLIKASI PENGHAPUSAN BAYANGAN PADA IMAGE DENGAN MENGGUNAKAN METODE FUZZY C-MEANS (FCM) SKRIPSI

BAB IV UJI PENENTUAN POSISI TIGA DIMENSI BUAH JERUK LEMON PADA TANAMANNYA

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. menjalankan aplikasi ini adalah : Prosesor Pentium IV 2.6 Ghz. Graphic Card dengan memori minimum 64 MB

TRACKING ARAH GERAKAN TELUNJUK JARI BERBASIS WEBCAM MENGGUNAKAN METODE OPTICAL FLOW

PENGEMBANGAN MOTION CAPTURE SYSTEM UNTUK TRAJECTORY PLANNING

BAB I PENDAHULUAN. (terlibat 8%) (Austroads, 2002). Salah satu faktor terbesar penyebab kecelakaan

Pertemuan 2 Representasi Citra

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. xiv. 1.1 Latar Belakang

Jobsheet 3 Cara Kerja Sistem CCTV

Transkripsi:

Sistem Pendeteksi Aktivitas Kendaraan Pada Area Parkir Dengan Jaringan Multi-Camera DODI WAHYU B NRP 2206100020 Bidang Studi Telekomunikasi Multimedia Jurusan Teknik Elektro-FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Kampus ITS, Keputih Sukolilo, Surabaya 60111 ABSTRAK Dengan meningkatnya jumlah penduduk sekarang, maka permintaan akan jasa transportasi semakin tinggi. Oleh karena itu akan terjadi kenaikan kepadatan lalulintas dan pengguna jasa parkir. Permasalahan parkir sangat penting untuk dikaji seperti kebutuhan ruang parkir yang harus tersedia secara memadai dan sistem pemantau ruangan parkir. Oleh karena itu perlu dibangun suatu sistem yg dapat mendeteksi segala bentuk aktivitas kendaraan pada area parkir. Pada tugas akhir ini akan dibangun suatu sistem deteksi kendaraan pada video pintu masuk dan keluar parkir, serta video pemantauan di ruangan parkir dengan jaringan multicamera. Video dianalisa dengan menggunakan 4 metode yaitu, Konversi Citra, Background substraction, Normalize 2D Cross-Correlation, vehicle tracking. Keseluruhan metode tersebut akan diaplikasikn menggunkan software Matlab R2009b. Hasil dari implementasi metode menunjukkan bahwa video yang tidak terdapat kendaraan berdekatan memiliki persentase kendaraan terdekteksi sebesar 100%, sedangkan terdapat kendaraan yang berdekatan dan terpengaruh bayangan memiliki persentase terdeteksi sebesar 75%. Untuk implementasi menggunakan multi-camera dapat mendeteksi objek dengan coverage area lebih luas dibandingkan singlecamera. Selain itu untuk penempatan kamera, jika semakin tinggi maka mendapatkan luasan jangkauan sebesar 1,5 kali dari setiap peningkatan 0,5 m dan jika semakin besar sudut pantau mendapatkan luasan 1,8 kali dari setiap peningkatan sudut 15 o. Kata Kunci: aktivitas kendaraan, area parkir, singlecamera, multi-camera, video, pendeteksian I. PENDAHULUAN Pada saat ini permasalahan parkir sangat penting untuk dikaji lebih mendalam, seperti ruang parkir yang dibutuhkan harus tersedia secara memadai. Semakin besar volume lalu lintas yang beraktivitas baik yang meninggalkan atau menuju pusat kegiatan, maka semakin besar pula kebutuhan ruang parkir. Selain itu jika pada ruang parkir tersebut tidak dilengkapi dengan kamera deteksi pemantauan ruangan, maka pengendara tidak mengetahui kondisi ruangan parkir yang kosong. Sehingga dari dua permasalahan tersebut, pihak pemilik tempat parkir harus bisa mengetahui jumlah kendaraan yang keluar masuk parkir untuk memudahkan dalam pengaturan keamanan dan pendeteksian kekosongan ruang parkir untuk meningkatkan pelayanan. Sehingga paada tugas akhir ini akan dibangun suatu sistem pendeteksi aktivitas kendaraan pada area parkir dengan jaringan multicamera.. Video hasil rekaman itu dianalisa dengan menggunakan 4 teknik yaitu, Konversi Citra, Background substraction, Normalize 2D Cross-Correlation, vehicle tracking. Keseluruhan teknik tersebut akan diaplikasikn menggunkan software Matlab versi 7.9.0.529 (R2009b). Konversi Citra digunakan untuk merubah format citra yang RGB menjadi grayscale dan kemudian diubah menjadi image binary. Background substraction digunakan untuk memisahkan objek kendaraan dari background di frame pada rekaman video. Untuk metode Normalize 2D Cross- Correlation digunakan untuk mendapatkan nilai korelasi antara objek yang akan dideteksi dengan template yang digunakan, sehingga dapat memperoleh hasil deteksi kendaraan yang lebih akurat. Proses selanjutnya adalah teknik vehicle tracking yang digunakan untuk mendeteksi objek kendaraan pada video. Objek kendaraan yang berada pada video akan dibandingkan dengan template kendaraan yang tersedia. Kemudian setelah didapatkan kesimpulan hasil deteksi objek, maka digunakan untuk mengklasifikasikan kendaraan, menghitung jumlah kendaraan, dan menganalisis kekosongan area parkir pada video. II. TEORI PENUNJANG 2.1. Kamera Tunggal (Single-Camera) Single-camera merupakan teknologi yang memanfaatkan penggunaan satu buah (tunggal) kamera. Dikarenakan hanya menggunakan satu buah kamera saja maka pada teknologi ini tidak bisa membentuk suatu jaringan(network). Meskipun pada single-camera tidak bisa membentuk jaringan, tetapi dapat dimanfaatkan untuk aplikasi pemantauan objek atau suatu ruangan dengan space terbatas. Beberapa kekurangan pada pemakaian singlecamera sebagai berikut: 1. Keterbatasan coverage area pemantauan,. 2. Keterbatsan sudut pandang hanya pada satu sisi dari objek (2D) 3. Tidak bisa membentuk jaringan (network), hanya terhubung secara single hop. 4. Keterbatasan dalam memperoleh/menyimpan informasi suatu aktivitas selama pemantauan secara live 5. Tidak adanya back-up kamera lain yang terintegrasi otomatis, ketika terjadi kerusakan. 2.2. Jaringan Multi-Camera (multi-camera network) Multi-camera merupakan teknologi yang memanfaatkan penggunaan lebih dari satu buah kamera. Sehingga pada multi-camera bisa membentuk jaringan yang dapat di-control secara langsung oleh admin. Gambar 1 merupakan bentuk jaringan multi-camera. Sehingga dapat didefinisikan bahwa jaringan multi-camera merupakan suatu jaringan yang terorganisasi secara terpusat oleh admin dengan melakukan penyebaran kamera pada titik-titik yang sudah ditentukan. Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS 1

deteksi Gambar 2. vehicle tracking (a) Gambar 1. (a). Maket ruangan yang terintegrasi dengan multi-camera network. Denah Parkir yang terintegrasi dengan multi-camera network Beberapa hal yang bisa dipelajari dalam jaringan multi- segala jenis camera adalah konseptual dan algoritmik untuk komputer, pemrosesan sinyal, dan komputasi, serta untuk jaringan kabel dan nirkabel(wireless). Sistem processing pada multi-camera menggunakan dua buah mode processing architecture yaitu centralized processing dan distributed processing [1]. Beberapa kelebihan yang dimiliki oleh jaringan multiarea (coverage camera sebagai berikut: 1. Mampu melakukan pemantauan area) secara total pada setiap ruangann 2. Dapat melakukan pemantauan dengan sudut pandang lebih dari satu sisi pada satu objek, sehingga dapat menghasilkan informasi citra berbentuk 3D 3. Bisa dilakukan controlling secara terpusat pada jaringan, jadi bisa membentuk suatu jaringan dengan koneksi multi-hop. 4. Adanya back-up dengan kamera lain, ketika terjadi kerusakan pada salah satu node kamera yang tersebar. 2.3. Metode-Metode Untuk Pendeteksian Objek 2.3.1. Metode Background Substraction Proses background substraction adalah proses yang berfungsi untuk menghilangkan objek yang statis pada sebuah citra. Metode background substraction bertujuan untuk menentukan kemungkinan adanyaa suatu objek bergerak dari sebuah citra dengan perbedaan yang terlihat pada background dan objek, yaitu dengan memisahkan antara background dari foreground pada suatu gambar. Jadi dapat ditampilkan dalam bentuk persamaan 1 sebagai berikut. Selanjutnya (vehicle tracking). Cara perhitungan normalized 2D cross-correlation pada Matlab dinyatakan dengan perintah, C= normcorr2(template,a). Hasil C merupakan koefisien korelasi yang memiliki range nilai dari -1.0 sampai 1.0 [3]. 2.3.3. Vehicle Tracking Suatu sistem monitoring berbasis video harus dapat mengenali objek kendaraan bermotor pada setiap urutan frame video. Vehicle tracking juga dapat mengklasifikasikan kendaraan bermotor berdasarkan jenisnya mobil atau nonpada video ditandai mobil. Objek kendaraan bermotor dengan persegi panjang yang luasanya bergantung pada objek tersebut. Proses vehicle tracking terlihat pada gambar 2. III. METODE DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1. Perencanaan Topologi Jaringan Komunikasi Single-camera antara server dengan satu buah kamera saja, sedangkan untuk multi-camera komunikasi antara server dengan lebih dari satu kamera yang tersebar pada titik-titik tertentu. Padaa gambar 3 dibawah ini merupakan contoh cakupan dari topologi jaringan yang digunakan dalam penelitian. 3.2. Metodologi Penelitian Metodologi penelitian dari perancangan sistem pendeteksi aktivitas kendaraan ini seperti terlihat pada Gambar 4. Pada gambar ditunjukkan dua buah topologi dalam melakukan perekaman video, yaitu single-camera dan multi-camera network beserta cakupannya. 2,6 m 10,6 m 2,4 m (a) 1,5 m A servee 2 m A [frame i background i ] > Threshold 1 Pada proses background substraction digunakan operasi matrik yaitu operasi pengurangan dengan menghasilkan nilai lebih besar dari threshold [2]. 2.3.2. Normalized 2D cross-correlation Pada proses ini digunakan untuk menentukan nilai kesamaan antara objek dan template, sehingga mendapatkan nilai korelasi yang digunakan sebagai masukan ke proses 3 2 1 Gambar 3. (a). Contoh Cakupan Single-camera. Contoh Cakupan multi-camera

Gambar 4. Metodologi Penelitian Gambar 6. Diagram alir proses pendeteksi objek kendaraan Gambar 5. Diagram alir proses pendeteksi template kendaraan 3.3. Proses Pendeteksi Template Kendaraan Cara kerja diagram alir pada gambar 5 di atas adalah adalah sebagai berikut: 1. Mengambil urutan frame tertentu dari video, kemudian merubah format frame video (RGB) ke format citra biner, kemudian dilakukan background substraction. 2. proses remove small object, untuk menghilangkan objek kecil yang tidak dibutuhkan sehingga objek yang muncul hanya objek kendaraan saja. 3. Kemudian proses menutup lubang pada objek. Proses ini bertujuan untuk menutup lubang atau citra yang bernilai 0 (warna hitam) pada objek. 4. Diteruskan dengan proses clear border. Proses ini bertujuan agar dihasilkan gambar yang bebas dari noise. 5. Setelah terbentuk objek yang sudah bersih dari noise, maka akan dilakukan pengukuran panjang dan lebar dari objek tersebut, sehingga bisa didapatkan luasan persegi panjang. Dan dengan hasil tersebut maka video dengan urutan frame tersebut disimpan untuk dijadikan template. 3.4. Proses Pendeteksi objek kendaraan Setiap frame video akan dideteksi apakah memiliki objek bernilai 1 (putih), kemudian akan ditandai dengan persegi panjang berwarna merah dan akan dibandingkan dengan template yang tersedia dengan menggunakan Normalized 2D cross-correlation. Gambar 7. Diagram alir proses menghitung objek Nilai koefisien Normalized 2D cross-correlation berkisar antara -1 sampai 1. Karena memiliki range yang luas, maka perlu dilakukan operasi untuk mempersempit range menjadi 0 sampai 1. Nilai inilah yang digunakan untuk dapat menentukan jenis kendaraan sepeda motor dan mobil. Pada gambar 6 merupakan diagram alir proses pendeteksi objek kendaraan. 3.5. Proses Perhitungan jumlah objek Proses pada gambar 7 di atas menjelaskan bahwa program melakukan perhitungan jumlah objek pada video yang terdeteksi. Melalui perbandingan luasan persegi panjang dengan template, Sehingga bisa diketahui jumlah kendaraan (sepeda motor dan mobil) yang masuk dan keluar area parkir. Selain itu program juga dapat mendeteksi kekosongan ruangan parkir untuk kendaraan jenis mobil. 3.6. Desain GUI Sistem Pendeteksi Aktivitas Kendaraan Untuk mempermudah dalam menampilkan hasil pendeteksian aktivitas kendaraan. Maka didesain 3 buah GUI, yaitu Program untuk cover menu seperti pada gambar 8(a), program untuk mendeteksi keluar masuk kendaraan seperti pada gambar 8, dan program untuk mendeteksi kekosongan area parkir seperti pada gambar 8(c). Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS 3

(a) Tabel 3. Pintu Masuk Tabel 4. Pintu Keluar No Objek Jumlah Jmlah No Objek Jumlah Jmlh kndrn yang trdteksi hasil deteksi riil kndrn yang trdteksi hasil deteksi riil 2 2 3 3 (c) Gambar 8. GUI Sistem Pendeteksi Aktivitas Kendaraan Pada Area Parkir 4 4 5 2 3 5 1 2 6 6 Gambar 9. Bentuk (pola) coverage area oleh kamera 7 Tabel 1. Hasil pengujian dengan ketinggian 1,45 meter No Sdt Tinggi Panjang Lebar1 Lebar2 Luasan 1 30 o 1.45 m 4,1 m 3,6 m 3,2 m 13,94 m 2 2 45 o 1.45 m 6,4 m 5,9 m 5,4 m 36,16 m 2 3 60 o 1.45 m 8,5 m 7,9 m 7,3 m 64,6 m 2 Tabel 2. Hasil pengujian dengan ketinggian 1,95 meter No Sdt Tinggi Panjang Lebar1 Lebar2 Luasan 1 30 o 1.95 m 5,7 m 5,2 m 4,8 m 28,5 m 2 2 45 o 1.95 m 7,8 m 7,2 m 6,7 m 54,21m 2 3 60 o 1.95 m 10 m 9,4 m 8,9 m 91,5 m 2 IV. DATA DAN ANALISA DATA 4.1. Pengujian parameter tinggi dan sudut dalam Penempatan Kamera Pada gambar 9 menunjukkan pola coverage area oleh kamera yang digunakan. Didapatkan nilai panjang (p), lebar maksimum (L1) dan lebar minimum (L2). Kemudian dilakukan pengujian terhadap parameter sudut dan ketinggian dari penempatan kamera. Hasil pegujian seperti pada tabel 1 dan tabel 2. jika kamera dengan ketinggian 1,,45 m dan sudut 30 o mendapatkan luasan sebesar 13,94 m 2, untuk tinggi 1,45m dan sudut 45 o mendapatkan luasan sebesar 36,16 m 2, kemudian jika dengan sudut 45 o dan tinggi 1,95 m bisa memperoleh luasan sebesar 54,21m 2. Sehingga untuk setiap peningkatan tinggi 0,5 m dapat menaikkan luasan sebesar 1,5 kali dari luasan sebelumnya, dan setiap peningkatan sudut 15 o dapat menaikkan luasan sebesar 1,8 kali. Sehingga parameter pengujian tersebut dapat mempengaruhi kemampuan coverage area dari kamera untuk bisa lebih efektif. 4.2. Pengujian Video yang direkam dengan single- dan keluar camera pada video di pintu masuk parkir Pada hasil pengujian aktivitas kendaraan di pintu masuk seperti pada tabel 3, maka dapat disimpulkan bahwa jika posisi kendaraan tidak berdekatan dengan kendaraan lain dapat menghasilkan pendeteksian sesuai dengan jumlah riil dengan persentase hasil deteksi 100% %. Sedangkan jika pada video terdapat kendaraan yang berdekatan maka program tidak dapat mendeteksi kendaraan sesuai jumlah riil dengan persentase 66,67%. Begitu juga dengan hasil rekaman pada video di pintu keluar seperti pada tabel 4, program hanya mampu mendeteksi kendaraan dengan persentase seperti disaat pintu masuk, kecuali jika ada objek yang berdekatan persentase keberhasilan program sebesar 50%. 4.3. Pengujian Video yang direkam dengan multi-camera Dari gambar 10 maka dapat diketahui bahwa, desain menggunakan 2 buah kamera dengann ketinggian dari lantai setinggi 2 meter dan terdapat 2 buah ruangan. Untuk ruang I dipantau oleh cam-1 yang ditandai dengan warna orange dan untuk ruang II dipantau oleh cam-2 yang ditandai dengan warna merah. Pada masing-masing kamera memiliki jangkauan pemantauan yang sama yaitu sepanjang 7,8 m, tetapi pada gambar hanya terbatas 2,5 m. Sehingga jika ada objek yang melewati ruang I, makaa objek tersebut masuk dalam area pemantauan pada cam-1. Sedangkan jika objek melewati ruang II, maka cam-2 akan menangkap objek tersebut. Tetapi jika objek memasuki area perpotongan antara cam-1 dan cam-2, maka objek tersebut dapat ditangkap oleh 2 buah kamera secara bersamaan dengan hasil tampilan objek yang berbeda sisi. Pada tabel 5, terbagi menjadi tiga hasil deteksi, yaitu objek terdeteksi dengan cam-1, terdeteksi dengan cam-2, dan terdeteksi cam-1 cam-2. Pada video pertama dengan total 152 frame dan waktu 302 detik, cam-1 dapat menangkap objek pada frame ke 1-33 dengan durasi waktu 64 detik.

Gambar 10. Denah ruangan dengan pemantauan jaringan multi-camera Tabel 5. Hasil pengujian deteksi objek dengan multi-camera Nama video Durasi (s) Frame ke Terdeteksi oleh Cam-1 Cam-2 Multi-cam1 00:01 01:04 1 33 ok - 01:05 03:06 34-96 ok ok 03:07 05:02 97-152 - ok Multi-cam2 00:01 01:24 1 54 ok - 01:24 04:29 55-149 ok ok 04:30 07:07 150-217 - ok Sebaliknya untuk cam-2 dapat menangkap objek pada frame ke 97-152 dan dengan durasi waktu 3,5 detik. Cam-1 cam-2 dapat menangkap objek dengan waktu yang bersamaan pada frame ke 34-96 dan dengan durasi waktu 4 detik. Begitu juga untuk video yang kedua, objek mengalami tiga kali pendeteksian yaitu, oleh cam-1, cam-2, dan cam-1 cam-2. Jika menggunakan single-camera, berarti hanya menggunakan 1 buah kamera (cam-1/cam-2), maka kemampuan sistem dalam mendeteksi objek hanya terbatas pada jangkauan pemantauan kamera. Jumlah frame dan durasi waktu yang ditangkap kamera lebih sedikit. Sehingga dapat disimpulkan dari pengujian multi-camera tersebut dapat digunakan sebagai salah satu metode untuk melakukan perluasan pemantauan suatu ruangan (coverage area) dalam hal semakin besar jumlah frame dan durasi waktu objek bisa dipantau oleh kamera dengan ruangan yang semakin luas. 4.4. Pengujian Pengaruh Posisi Objek Pada Citra Pada gambar 11 terlihat sketsa background yang menjelaskan tentang suatu citra background dengan ukuran piksel sesuai dengan kamera yang digunakan yaitu 320 x 240 piksel. Pada pengujian ini bertujuan untuk dapat mengetahui pengaruh dari posisi objek pada hasil deteksi. Tabel 6. Hasil Pengukuran Posisi Objek pada Citra Nama video Frame Parameter jarak(piksel) Hasil ke - X Y A B deteksi Vertical_ 4 1540 4 186 tidak atas 5 154 143 10 175 terdeteksi 65 150 138 144 13 terdeteksi 66 152 139 152 8 tidak Horizont al_kanan Mtr_msk 1 Mbl_msk 1 29 9 244 92 94 tidak 30 10 242 90 95 terdeteksi 80 226 11 95 91 terdeteksi 84 230 6 93 92 tidak 55 269 8 148 71 tidak 59 265 10 150 70 terdeteksi 131 210 172 28 terdeteksi 135 6 220 170 25 tidak 396 5 130 40 tidak 32 185 9 128 39 terdeteksi 54 40 96 126 6 tidak Dimana X, jarak terhadap panjang piksel antara objek terluar dengan sisi tepi piksel bernilai 0 /noise, Y adalah jarak terhadap panjang piksel antara objek terluar dengan sisi tepi piksel bernilai 320 /noise, sedangkan untuk A, jarak terhadap lebar piksel antara objek terluar dengan sisi tepi piksel bernilai 0 /noise, dan B jarak terhadap lebar piksel antara objek terluar dengan sisi tepi piksel bernilai 240 /noise. Dari tabel 6 di atas maka dapat disimpulkan bahwa objek akan dapat terdeteksi dengan program jika berada pada posisi dengan jarak >= 10 piksel dari sisi tepi citra/noise pada citra. Berdasarkan data di atas jika pada background yang akan dideteksi tidak terdapat noise berupa pengaruh lingkungan atau pencahayaan, maka urutan frame-frame yang bisa dideteksi oleh program dapat ditentukan antara, >= frame ke-5 dan <= (end_frame 5) dengan syarat pada frame ke-1 objek sudah memasuki background. 4.5. Pengujian program pendeteksi kekosongan area parkir Dikarenakan pengaruh posisi dan banyaknya noise yang terdapat pada pengujian pertama seperti pada gambar 12 (a) maka dilakukan perubahan tempat dalam perekaman video parkir. Perekaman kedua dilakukan di ruangan laboratorium komunikasi multimedia, background yang digunakan memiliki ukuran yang lebih kecil dengan skala 1:20 dengan background aslinya. Sedangkan untuk objek kendaraan yang digunakan dengan skala 1:22,5 yaitu untuk ukuran kendaraan panjang sebenarnya 4,5m dan lebar 1,8m, kemudian untuk objek kendaraan mainan yang digunakan dengan panjang 20cm dan lebar 8cm seperti gambar 12. A 800cm 40cm 240 X Y 320 Gambar 11. Sketsa Background B 1200cm 60cm (a) Gambar 12. Sketsa objek yang diskalakan

Tabel 7. Hasil pengujian program pendeteksi kekosongan area parkir Nama Frame Area Kpsts Hasil Jmlh Objk Prkr video ke- parkir prkr deteksi riil trdtksi ksng rkir1 40 3 2 rkir2 rkir3 rkir4 30 3 2 35 3 2 20 3 3 2 1 2 1 2 1 Dengan tabel 7 di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa program hanya mampu mendeteksi kekosongan area parkir jika posisi objek tidak berdekatan dan sisi terluar objek berada >= 10 piksel dari sisi tepi citra/noise. Jika posisi objek memenuhi syarat-syarat tersebut maka kemampuan program dalam mendeteksi bisa mencapai persentase keberhasilan 100%. Tetapi jika terdapat objek yang tidak sesuai dengan syarat tersebut di atas. Maka keberhasilan program hanya mampu mendeteksi sebesar 66,67%. V. PENUTUP 5.1. Kesimpulan 1. Penempatan kamera berdasarkan tinggi dan besar sudut pemantauan mempengaruhi dalam memaksimalkan coverage Area kamera. Dengan ketinggian 1,45 m dan sudut 30 o mendapatkan luasan sebesar 13,94m 2, sedangkan dengan sudut 45 o mendapatkan luasan sebesar 36,16 m 2. Kemudian jika dengan tinggi 1,95m dan sudut 45 o bisa memperoleh luasan sebesar 54,21m 2. Sehingga untuk setiap peningkatan tinggi 0,5m dapat menaikkan luasan sebesar 1,5 kali dari sebelumnya, dan setiap peningkatan sudut 15 o dapat menaikkan luasan sebesar 1,8 kali. 2. Tidak semua frame pada video dapat dideteksi, dikarenakan pada frame tersebut, kendaraan belum atau sudah melewati background tetapi terekam pada video dan kendaraan berada pada posisi < 10 piksel dari garis tepi frame atau noise. 3. Bayangan yang muncul pada kendaraan divideo, mempengaruhi bentuk kendaraan itu sendiri. Sehingga dimensi kendaraan menjadi lebih besar. Hal ini mengakibatkan penentuan tetapan luasan dimensi (piksel) kendaraan menjadi sulit dalam pendeteksian. 4. Keberhasilan Progam pendeteksi aktivitas kendaraan dan kekosongan area parkir pada saat kondisi kendaraan tidak berdekatan dengan kendaraan lain memiliki persentase sebesar 100%. Sedangkann video yang terdapat kondisi berdekatan memiliki persentase keberhasilan sebesar 66,67%. 5. Pada pengujian video dengan menggunakan metode multi-camera objek dapat dipantau dengan coverage area semakin luas, sehingga jumlah frame objek dipantau semakin banyak dan waktu semakin lama, yaitu pada video multi-cam1 dengan single-camera sebanyak 96 frame dan 3 detik, tetapi jika dengan multicamera sebanyak 152 frame dan 5 detik. 5.2. Saran Saran yang dapat digunakan untuk pengembangan lebih lanjut dari tugas akhir ini adalah: 1. Untuk sistem pendeteksi aktivitas kendaraan jika diaplikasikan untuk perekaman video pada pintu masuk dan keluar parkir, maka penempatan kamera hendaklah membentuk sudut 45 o dengan ketinggian 1,95 m. Hal ini dikarenakan pada pengujian dengan sudut tersebut, hasil dari luasan yang paling efektif tidak terlalu kecil dan besar. 2. Menambahkan template kendaraan yang bermacam- dan menggunakan macam jenis model kendaraan metode pendeteksi yang lebih akurat. 3. Untuk sistem pendeteksi kekosongan area parkir jika diaplikasikan secara langsung pada ruang parkir, maka kondisikan ruangan dalam keadaan mendapatkan pencahayaan dari berbagai arah agar cahaya dalam ruangan rata dan bayangan muncul seminimal mungkin. 4. Agar dapat diaplikasikan sebagai Real Time Video Surveillance, kamera yang digunakan harus dapat dikenali oleh software Matlab. DAFTAR PUSTAKA [1].Aghajan, H. and Cavallaro, A.. 2009. Multi-Camera Networks Principles and Applications. United states : Academic Press [2].Review of Background Substraction Methodes http://www.staff.it.uts.edu.au/~massimo/backgroundsubs tractionreview-piccardi.pdf [3].Robert M. Haralick and Linda G. Shapiro. 1992. Computer and Robot Vision, Volume II,. Addison- Wesley, 316-317 pages RIWAYAT PENULIS Dodi Wahyu Budiarso, lahir di Ngawi padaa tanggal 29 Agustus 1987, Pada tahun 2000 penulis menamatkan pendidikan Sekolah Dasar di SDN Keraskulon 1 Ngawi, kemudian melanjutkan pendidikan di SLTPN 2 Ngawi dan selesai pada tahun 2003. Penulis menyelesaikan Pendidikan Sekolah Menengah Umum di SMUN 2 Ngawi pada tahun 2006. Dengan anugerah Allah SWT, penulis dapat melanjutkan studi di PTN Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya dengan mengambil Jurusan Teknik Elektro. Penulis mengambil Bidang Studi Telekomunikasi Multimedia dan aktif dalam kegiatan Laboratorium Jaringan dan Laboratorim Multimedia, seperti menjadi asisten Praktikum Dasar Sistem Telekomunikasi dan menjadi Koordinator Praktikum Komunikasi Data dan Pengolahan Sinyal Multimedia. Selain itu, Penulis juga aktif dalam kegiatan kemahasiswaan Himpunan Mahasiswa Elektro ITS dan Badan Eksekutif Mahasiswa ITS. 6