PROSPEK PENINGKATAN INDEKS PERTANAMAN PADI 400 DI PROVINSI SUMATRA BARAT THE PROSPECT OF IMPROVING RICE CROPPING INDEX 400 IN WEST SUMATRA PROVINCE

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

Inovasi Pertanian Sumatera Selatan Mendukung Swasembada Beras Nasional

TEKNOLOGI PRODUKSI PADI MENDUKUNG SWASEMBADA BERKELANJUTAN DI SULAWESI SELATAN

PENGARUH PERBAIKAN PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI TERHADAP PENDAPATAN PETANI DI KELURAHAN TABA PENANJUNG KABUPATEN BENGKULU TENGAH ABSTRAK

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari:

Abstrak

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1 LAYANAN KONSULTASI PADI IRIGASI Kelompok tani sehamparan

Asda Rauf; Amelia Murtisari Jurusan Agribisnis Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian Universitas Negeri Gorontalo

LITKAJIBANGRAP. R.Y. Galingging, A. Firmansyah,A. Bhermana, Suparman, dan S. Agustini

Press Release Katam Terpadu MT I 2013/2014 untuk Pencapaian Swasembada Padi, Jagung dan Kedelai Jakarta, 26 September 2013

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS 2015

1 LAYANAN KONSULTASI PADI TADAH HUJAN Kelompok tani sehamparan

KELAYAKAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT

ANALISIS USAHA TANI BEBERAPA VARIETAS PADI DENGAN MENGGUNAKAN REVENUE COST RATIO (R/C RATIO) Untari 1) ABSTRACT PENDAHULUAN

KERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH UMUR SANGAT GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR

Abstrak. Kata kunci : inovasi, padi sawah, peningkatan, produktivitas. Pendahuluan

Kelayakan Ekonomi Usahatani Padi Sawah Dengan Pendekatan PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) Di Kabupaten Tabalong Kalimantan Selatan

1 SET B. KELOMPOK TANI SEHAMPARAN

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi...

MINAT PETANI TERHADAP KOMPONEN PTT PADI SAWAH PENDAHULUAN

PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI MELALUI INDEK PERTANAMAN (IP-400) DALAM RANGKA KEMANDIRAN PANGAN DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI SAWAH MELALUI PENGEMBANGAN PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU (PTT) DI PROVINSI JAMBI

PENGGUNAAN BERBAGAI PUPUK ORGANIK PADA TANAMAN PADI DI LAHAN SAWAH IRIGASI

Andi Ishak Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian km. 6,5 Kota Bengkulu HP:

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat

PENERAPAN MODEL PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU JAGUNG LAHAN KERING DI KABUPATEN BULUKUMBA

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI GOGO DAN PENDAPATAN PETANI LAHAN KERING MELALUI PERUBAHAN PENERAPAN SISTEM TANAM TANAM DI KABUPATEN BANJARNEGARA

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Efisiensi Penggunaan Pupuk dan Lahan dalam Upaya Meningkatkan Produktivitas Padi Sawah

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN TAKALAR

ANALISIS USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA AGROEKOSISTEM LAHAN TADAH HUJAN

SKRIPSI MUTIARA VIANI SINAGA

I. PENDAHULUAN. Upaya pemenuhan kebutuhan beras bagi 230 juta penduduk Indonesia

PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - IRIGASI Individu petani

ADAPTASI VARIETAS UNGGUL BARU PADA LAHAN RAWA PASANG SURUT DI PROVINSI BENGKULU ABSTRAK

III. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

BAB III METODE PENELITIAN. PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II, Desa

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DAN KEDELAI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS

1. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nanggroe Aceh Darussalam 2. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu ABSTRACT

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

UJI ADAPTASI VARIETAS UNGGUL DAN GALUR HARAPAN PADI UMUR SANGAT GENJAH PADA MUSIM KEMARAU DAN MUSIM HUJAN DI KABUPATEN SRAGEN, JAWA TENGAH

POTENSI PENGEMBANGAN PADI SAWAH VARIETAS UNGGUL BARU DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT

KERAGAAN DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KEDELAI SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN SAMPANG

KAJIAN PENGGUNAAN VARIETAS UNGGUL PADI BERLABEL DI KECAMATAN CURUP SELATAN KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI BENGKULU

Implementasi Budidaya Tanaman Padi. Melalui Pengelolaan Tanaman Terpadu. Oleh : ASEP FIRMANSYAH

PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA TANI KACANG TANAH MELALUI INTRODUKSI TEKNOLOGI VARIETAS UNGGUL DI DESA SIGEDONG KECAMATAN MANCAK KABUPATEN SERANG

Peran dan Kontribusi Hand Tractor terhadap Efisiensi Usahatani di Banten

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - TADAH HUJAN Individu petani

MODUL PTT FILOSOFI DAN DINAMIKA PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

1 Menerapkan pola tanam yang teratur dan waktu tanam yang serempak (tidak lebih dari 2 minggu)

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi

BEKASI, 22 FEBRUARI 2011

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

1 SET A. INDIVIDU PETANI

RESPPON TERHADAP KEBIJAKAN IP PADI 400 : POLA PENELITIAN VS POLA TANAM PETANI

TEKNOLOGI SALIBU.

Varietas Unggul Mendukung Usahatani Padi di Lahan Lebak. Morphological Characterization and Content of Sugar Some Sweet Potato Germplasm Local Lampung

IV. METODE PENELITIAN

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Padi merupakan komoditas yang sangat penting, karena saat ini beras

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A

Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung

I. PENDAHULUAN. Tanaman padi merupakan tanaman yang termasuk genus Oryza L. yang

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

Wilayah Produksi dan Potensi Pengembangan Jagung

I. Pendahuluan. II. Permasalahan

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - RAWA PASANG SURUT Individu petani

UJI ADAPTASI BEBERAPA PADI HIBRIDA DI LAHAN SAWAH IRIGASI BARITO TIMUR, KALIMANTAN TENGAH

Analisis Usahatani Beberapa Varietas Unggul Baru Jagung Komposit di Sulawesi Utara

KERAGAAN PRODUKSI DAN HASIL BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) PADA SL PTT DI KABUPATEN KUANSING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan 12 varietas yang akan dilakukan oleh 10 kabupaten yang sentra produksi

KE-2) Oleh: Supadi Valeriana Darwis

PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU

Dicetak : 19-Sep-2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kata kunci: jagung komposit, produktivitas, lahan kering, pangan

SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO 2 1 MENINGKATKAN HASIL GABAH. Oleh : Drh. Saiful Helmy

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN :

SEBARAN DAN POTENSI PRODUSEN BENIH PADI UNGGUL MENDUKUNG PENYEDIAAN BENIH BERMUTU DI KALIMANTAN SELATAN

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI TAKALAR

SOSIALISASI KALENDER TANAM MT II TIM GUGUS KATAM BPTP Kep. Bangka Belitung

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya.

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI PTT PADI DAN PENDAMPINGAN SL-PTT DI KALIMANTAN TENGAH

PELUANG PENINGKATAN PRODUKTIVITAS JAGUNG DENGAN INTRODUKSI VARIETAS SUKMARAGA DI LAHAN KERING MASAM KALIMANTAN SELATAN

LAND CONVERSION AND NATIONAL FOOD PRODUCTION

Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah di Jakarta

INFORMASI IKLIM UNTUK PERTANIAN. Rommy Andhika Laksono

VII ANALISIS PENDAPATAN

Transkripsi:

PROSPEK PENINGKATAN INDEKS PERTANAMAN PADI 400 DI PROVINSI SUMATRA BARAT THE PROSPECT OF IMPROVING RICE CROPPING INDEX 400 IN WEST SUMATRA PROVINCE Anggita Tresliyana dan Erythrina Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Jln. Tentara Pelajar No. 10, Bogor, Jawa Barat Pos-el: tresliyana@gmail.com ABSTRACT Rice Cropping Index 400 is an option to increase national rice production by 5% every year. The purpose of this study is to know the prospect of increasing cropping index of irrigated paddy to Rice Cropping Index 400 in West Sumatra Province in terms of agro ecosystem sustainability and financial feasibility. The assessments used primary and secondary data. Quantitative analysis was applied to analyze total revenue and revenue to cost ratio (R/C). The results indicated that Rice Cropping Index 400 is feasible in West Sumatra Province in terms of agro ecosystem sustainability and financial feasibility with R/C value 2,22. The scenario of Rice Cropping Index 400 is to plant rice varieties Silugonggo and Ciherang, with culikan seedbed 15 days before harvest. Keywords: Rice, Cropping index, Cropping systems, Choice of species ABSTRAK Indeks Pertanaman (IP) Padi 400 merupakan salah satu pilihan untuk peningkatan produksi beras nasional sebesar 5% setiap tahun. Tujuan pengkajian ini untuk mempelajari prospek peningkatan IP padi sawah irigasi menuju IP Padi 400 di Provinsi Sumatra Barat dari segi kesesuaian agroekosistem dan kelayakan finansial usaha tani. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Analisis kuantitatif adalah analisis pendapatan total dan rasio penerimaan terhadap biaya (R/C). Hasil menunjukkan bahwa IP Padi 400 layak dilaksanakan di Provinsi Sumatra Barat dari segi kesesuaian agroekosistem dan kelayakan finansial usaha tani dengan R/C senilai 2,22. Skenario mendukung IP Padi 400 adalah menanam varietas Ciherang dan Silugonggo dengan persemaian culikan 15 hari sebelum panen. Kata kunci: Padi, Indeks pertanaman, Sistem pertanaman, Pemilihan spesies PENDAHULUAN Konsumsi beras akan meningkat seiring laju pertumbuhan jumlah penduduk. 1 Pada tahun 2020 penduduk Indonesia diperkirakan mencapai 263 juta jiwa, yang membutuhkan beras sebesar 35,97 juta ton dengan asumsi konsumsi 137 kg/kapita. 2 Beras merupakan makanan pokok lebih dari 95% rakyat Indonesia sehingga dari sisi ketahanan pangan nasional, beras merupakan komoditas yang strategis. Badan Litbang Pertanian membuat program Indeks Pertanaman (IP) Padi 400 untuk mendukung pencapaian target peningkatan produksi beras nasional (P2BN). Konsep IP Padi 400 ditujukan untuk optimalisasi ruang dan waktu sehingga indeks pertanaman dapat maksimal, selanjutnya produksi dan pendapatan petani juga meningkat. Pengertian IP Padi 400 adalah petani dapat menanam dan memanen padi empat kali dalam 285

setahun pada hamparan lahan yang sama. Program ini bertumpu pada varietas umur sangat genjah (VUSG) berumur 90 104 hari, manajemen hara terpadu dan spesifik lokasi, teknologi hemat air dengan irigasi berselang (intermittent), pengendalian hama dan penyakit tanaman terpadu, serta manajemen tanam yang efisien. 2 Luas lahan potensial untuk penerapan IP Padi 400 di 17 provinsi mencapai 231.000 ha terutama pada sawah beririgasi teknis di sekitar waduk di Jawa dan luar Jawa. 2 Provinsi Sumatra Barat dikenal sebagai salah satu lumbung padi nasional, teridentifikasi memiliki lahan sawah irigasi termasuk ke dalam kelompok wilayah potensial untuk pengembangan IP Padi 400 dengan luas lahan potensial pengembangan mencapai 29.526 ha. 3 Untuk mendorong program IP Padi 400, Badan Litbang Pertanian melakukan penelitian yang menciptakan inovasi teknologi pertanian khususnya VUB padi di provinsi produsen beras. Menurut Abdullah, dkk. 4 dalam penelitian uji adaptasi varietas umur genjah dan varietas umur sangat genjah di Kabupaten Dharmasraya, Sumatra Barat, ada dua varietas yang berproduksi tinggi dan beradaptasi baik dibanding perlakuan lainnya. Untuk varietas umur sangat genjah adalah Silugonggo (4,95 t/ha), sedangkan untuk varietas umur genjah adalah Ciherang (5,07 t/ha). Galur harapan OM 2395 dapat menjadi pilihan varietas untuk mendukung penerapan IP Padi 400 (6,53 t/ha). Berdasarkan penelitian Suhendrata, dkk 5 yang mengkaji pengaturan sistem tanam dan pengelolaan air dan hara menuju IP Padi 400 di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, varietas Inpari 1 dan galur OM 1490 berumur sangat genjah, produktif, dan adaptif untuk ditanam pada musim kemarau (MK) II (Juli September). Produktivitas padi dengan menggunakan pupuk organik dan sistem pengairan terputus/berselang lebih baik daripada produktivitas tanpa menggunakan pupuk organik dan tanpa atau dengan sistem pengairan berselang. Namun, produktivitas sistem tanam pindah (tapin) tidak berbeda nyata dengan produktivitas sistem tanam benih langsung (tabela). Saat ini petani di Provinsi Sumatra Barat belum mengenal sistem pertanaman IP Padi 400. Sebelum petani menerapkan sistem pertanaman IP Padi 400, perlu diketahui kelayakannya dari berbagai segi. Karena sistem ini belum pernah dikaji sebelumnya, terdapat permasalahan utama yaitu belum diketahui apakah sistem tersebut sesuai secara agroekosistem dan layak secara finansial. Kajian ini bertujuan untuk mempelajari prospek meningkatkan indeks pertanaman padi sawah irigasi menuju IP Padi 400 di Provinsi Sumatra Barat dari segi kesesuaian agroekosistem dan kelayakan finansial usaha tani. METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Kajian Pengkajian dilaksanakan pada bulan Oktober 2009, di tiga lokasi di Provinsi Sumatra Barat, yaitu Jorong Subarang, Kecamatan Kubung, Kabupaten Solok; Jorong Piroku, Kecamatan Sitiung I, Kabupaten Dharmasraya; dan Jorong Kota Baru, Kabupaten Limapuluh Kota. Sumber Data Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan sekunder. Data primer diperoleh langsung dari petani padi sawah di Sumatra Barat, sedangkan data sekunder diperoleh dari BB Penelitian Padi dan BPS Provinsi Sumatra Barat. Pengumpulan dan teknik pengambilan data Responden dalam kajian ini adalah petani padi yang berada di lokasi sawah irigasi, jumlah responden 30 orang petani yang menyebar di tiga kabupaten. Teknik pengambilan sampel dalam kajian ini adalah purposive dengan kriteria petani terpilih adalah kelompok tani yang sudah melakukan IP Padi 300. Pengambilan data di masing-masing kabupaten dilakukan melalui focus group discussion (FGD) yang terdiri atas 10 orang petani dan tiga peneliti BBP2TP. Analisis Data Data yang dikumpulkan dianalisis secara deskriptif kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis deskriptif digunakan untuk mengkaji kesesuaian 286 Widyariset, Vol. 15 No.2, Agustus 2012

agroekosistem, sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis kelayakan finansial usaha tani padi. Kelayakan finansial usaha tani dilihat dari pendapatan total dan analisis R/C. Pendapatan total usaha tani merupakan selisih penerimaan total dengan pengeluaran total. Penerimaan total usaha tani (total farm revenue) merupakan nilai produk dari usaha tani yaitu harga produk dikalikan dengan total produksi periode tertentu. Total pengeluaran adalah semua nilai faktor produksi yang dipergunakan untuk menghasilkan produk dalam periode tertentu. Menurut Soekartawi, dkk. 6 rumus penerimaan, total biaya, dan pendapatan: TR TC = P x Q = biaya tunai + biaya diperhitungkan π atas biaya tunai π atas biaya total = TR biaya tunai = TR TC Pendapatan juga dapat diukur analisis efisiensinya yaitu penerimaan untuk setiap rupiah yang dikeluarkan (revenue cost ratio) atau analisis R/C. Rumus analisis imbangan penerimaan dan biaya usaha tani: R/C rasio atas biaya tunai = TR / biaya tunai R/C rasio atas biaya total = TR / TC Keterangan : TR: total penerimaan usaha tani (Rp) P: harga output dalam (Rp/kg) TC: total biaya usaha tani (Rp) Q: jumlah output (kg) Secara teoritis R/C menunjukkan bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan memperoleh penerimaan sebesar nilai R/C-nya. Suatu usaha dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan apabila nilai R/C rasio lebih besar dari satu (R/C > 1). Namun, apabila nilai R/C lebih kecil dari satu (R/C < 1), usaha ini tidak menguntungkan sehingga tidak layak untuk diusahakan. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi usaha tani saat ini Seluruh lokasi pengkajian mendapatkan air irigasi selama 12 bulan penuh dari tiga bendungan, yaitu bendungan Batang Lembang (Kabupaten Solok), Batanghari (Kabupaten Dharmasraya), dan Koto Panjang (Kabupaten Limapuluh Kota). Meskipun air irigasi tersedia sepanjang tahun tanpa adanya masa pengeringan, petani Kabupaten Limapuluh Kota baru menanam dua kali padi per tahun, yaitu padi MH I (Oktober Februari) dan padi MK II (Maret Juni). Pola tanam di Kabupaten Dharmasraya adalah tiga kali padi per tahun, yaitu padi MH I (Desember Maret), padi MH II (April Juli), dan padi MK (Agustus November). Adapun petani Kabupaten Solok menanam padi lima kali dalam dua tahun, dikarenakan waktu persiapan lahan yang cukup lama dan waktu tanam antarpetani berbeda-beda. Varietas padi yang ditanam di seluruh lokasi pengkajian adalah Varietas Umur Genjah (105 124 hari), dengan VUB yang dominan ditanam adalah Cisokan, Caredek, Anak Daro, Ciherang, dan Batang Piaman. Petani sudah mengenal pergiliran tanaman. Waktu dan lama persemaian dilakukan berbeda-beda. Di Kabupaten Solok dan Limapuluh Kota dilakukan sesaat setelah panen, sedangkan Kabupaten Dharmasraya persemaian dilakukan satu minggu setelah panen. Pengolahan tanah di Kabupaten Solok, Dharmasraya, dan Limapuluh Kota dilakukan setelah panen dengan lamanya berturut-turut 3 4 minggu, tiga minggu, dan dua minggu. Penanaman padi dilakukan dengan cara tapin, saat bibit berumur 18 22 hari ditanam di lahan sawah dengan jumlah 1 batang per lubang. Serangan hama dan penyakit tidak banyak, baik di musim hujan maupun kemarau. Pada masa persemaian dan vegetatif, hama yang menyerang adalah belalang dan tikus. Khusus di Kabupaten Solok, pemberantasan hama tikus secara besarbesaran pada akhir tahun 2007 menyebabkan serangan hama kini tergolong ringan dan dapat dikendalikan oleh petani secara mekanis. Di masa generatif hampir tidak ada hama dan penyakit yang berarti, walaupun ada serangan yang dikategorikan ringan. Hal ini bagi petani sangat menguntungkan karena biaya produksi menjadi lebih murah. Prospek Peningkatan Indeks... Anggita Tresliyana dan Erythrina 287

IP Padi 400 dari Kesesuaian Agroekosistem IP Padi 400 dapat dilaksanakan apabila telah memenuhi beberapa persyaratan teknis yang meliputi (a) waktu yang tersedia untuk pertanaman harus sama atau kurang dari 12 bulan untuk empat musim tanam atau tiga bulan/musim, (b) persediaan air ada sepanjang tahun, (c) semua kegiatan perlu dilaksanakan secara cepat bahkan ada kegiatan yang bersifat tumpang tindih, dan (d) padi ditanam serentak dalam satu hamparan agar intensitas hama dan penyakit rendah. 1 Ketiga lokasi pengkajian merupakan lahan potensial untuk pengembangan IP Padi 400 karena telah memenuhi kriteria (1) lahan irigasi dengan minimal IP Padi 200, (2) air irigasi tersedia minimal 11 bulan, dan (3) bukan merupakan daerah endemik hama dan penyakit. 2 Potensi pengembangan IP Padi 400 dilihat dari ketersediaan air, sangat tinggi diterapkan di ketiga kabupaten ini. Selain itu, kebiasaan petani yang sudah menanam padi tiga kali dalam setahun di Kabupaten Dharmasraya dan menanam padi lima kali dalam dua tahun di Kabupaten Solok dan Limapuluh Kota memungkinkan peningkatan IP. Selama ini varietas padi yang ditanam petani adalah VUG (105 124 hari). Sementara itu, salah satu syarat untuk meningkatkan IP padi dari 200 ke 300 atau dari 300 ke 400 adalah dengan menggunakan VUSG yang berumur 90 104 hari pada satu atau dua musim tanam dalam satu tahun. Salah satu varietas umur sangat genjah Dodokan atau Silugonggo, dapat dijadikan alternatif dalam meningkatkan IP padi tersebut dengan pertimbangan bahwa varietas ini berasnya pera yang disukai pasar Sumatra Barat. Introduksi komponen persemaian adalah penting karena persemaian di ketiga lokasi pengkajian baru dimulai setelah panen dilakukan dengan umur semai 2 4 minggu. Untuk meningkatkan IP padi diperlukan sistem persemaian dengan cara culikan, dimulai 15 hari sebelum panen. Cara persemaian culikan ini merupakan komponen teknologi IP Padi 400 yang bertujuan untuk mempercepat waktu tanam karena dilakukan pada saat pertanaman menguning dan sebagian kecil (maksimal 5%) areal dipanen untuk persemaian basah. 2 Metode persemaian lain yang dapat dilakukan petani adalah persemaian kering di luar areal sawah yang akan ditanami atau dengan membeli benih. Pengolahan tanah selama ini dilakukan selang waktu sekitar 2 4 minggu dari mulai awal sampai dengan selesainya pengolahan pada hamparan yang sama. Hal ini mengakibatkan waktu tanam yang sangat bervariasi antarpetani. Lamanya selang waktu tersebut terkait dengan Tabel 1. Keragaan Komponen Teknologi IP Padi 400 dan Teknologi Petani Menurut Lokasi Pengkajian No Komponen Teknologi Teknologi IP Padi 400 Kabupaten Solok Kabupaten Kabupaten Dharmasraya Limapuluh Kota 1 Pola tanam dan 4 kali (kombinasi 2 3 kali VUG 3 kali VUG 2 3 kali VUG pergiliran varietas VUG dan VUSG) 2 Teknik Culikan, persemaian Persemaian basah Persemaian basah Persemaian basah persemaian kering, dapog 3 Mulai 15 hari sebelum panen Setelah panen 1 minggu setelah Setelah panen persemaian panen 4 Lama waktu pengolahan tanah 7 hari setelah panen 3 4 minggu setelah panen 3 minggu setelah panen 2 minggu setelah panen 5 Cara tanam Tapin, Tabela Tapin Tapin Tapin 6 Pengairan Sistem berselang (intermittent) Tersedia 12 bulan Tersedia 12 bulan Tersedia 12 bulan 7 Pemupukan Sesuai kebutuhan dan ketersediaan hara Sesuai rekomendasi Sesuai rekomendasi dan kompos jerami Sesuai rekomendasi 8 Pengendalian hama dan penyakit Pengamatan dini sesuai konsep PHT Ringan dan terkendali Ringan dan terkendali Ringan dan terkendali 9 Panen dan pascapanen Memperhatikan umur dan cara panen Sesuai Sesuai Sesuai Sumber: Data primer 288 Widyariset, Vol. 15 No.2, Agustus 2012

terbatasnya jumlah hand tractor dan kebiasaan petani mengolah lahan secara sempurna. Waktu yang relatif lama ini tentunya tidak mendukung upaya peningkatan IP karena waktu yang diperlukan dalam Olah Tanah Sederhana (OTS) untuk IP Padi 400 maksimum satu minggu. Terkait dengan hal itu maka kecukupan alat (traktor) atau tenaga kerja untuk pengolahan lahan harus diperhatikan. Kelangkaan traktor dapat dipenuhi dengan cara pengadaan modal melalui kelompok atau dengan melakukan pergiliran antarkelompok atau hamparan yang berbeda. Penggunaan pupuk di setiap musim tanam tidak ada perbedaan nyata dan sesuai dengan kebutuhan. Di Kabupaten Solok, penggunaan pupuk urea sekitar 100 kg/ha dengan harga beli Rp1.600/kg dan Phonska sebanyak 200 kg/ha dengan harga beli Rp2.600/kg. Kesuburan tanah merupakan hal penting dalam pengembangan IP Padi 400 karena penanaman padi terus menerus dalam setahun dapat menurunkan unsur hara dalam tanah. Salah satu solusi mengatasi hal ini adalah dengan melakukan pengomposan jerami sisa panen, dan kompos tersebut diberikan pada saat pengolahan tanah. Serangan hama dan penyakit tidak banyak di musim hujan dan kemarau. Namun, pada penerapan pola tanam IP Padi 400 dengan penanaman padi yang terus menerus mempunyai potensi timbul dan berkembangnya berbagai jenis hama penyakit, seperti tikus, penggerek batang padi, dan hama wereng. Untuk mengantisipasi ancaman hama dan penyakit serta memastikan pertanaman padi 365 hari setahun, pengendalian dini dapat dilakukan dengan pemilihan varietas yang disesuaikan dengan penyebaran hama dan penyakit di lokasi tersebut, penanaman padi secara serentak, serta pergiliran varietas antarmusim. Prospek IP Padi 400 di Provinsi Sumatra Barat Sesuai dengan Pedum 2 dan kondisi pertanaman padi saat ini di tiga lokasi pengkajian, pengembang an IP Padi 400 akan berhasil diterapkan apabila memenuhi persyaratan utama, yaitu ketersediaan air sepanjang tahun, penanaman varietas padi kombinasi VUG dan VUSG, serta persemaian culikan. Kemungkinan pola tanam, persemaian dan penggunaan varietas menuju IP Padi 400 di Provinsi Sumatra Barat dapat dilihat pada Gambar 1. IP Padi 400 dari Aspek Kelayakan Finansial Untuk mengetahui kemungkinan diadopsinya program IP Padi 400 oleh masyarakat, perlu dibandingkan analisis usaha tani padi kondisi saat ini (IP Padi 300) dengan analisis usaha tani skenario IP Padi 400. Varietas yang menjadi alternatif untuk peningkatan IP adalah varietas Ciherang dan Silugonggo yang sudah pernah dilakukan uji adaptasi varietas di Kabupaten Dharmasraya. 4 Gambar 1. Prospek IP Padi 400 di Provinsi Sumatra Barat Prospek Peningkatan Indeks... Anggita Tresliyana dan Erythrina 289

Tabel 2. Produksi, Penerimaan, Biaya, Pendapatan Usaha Tani, dan R/C Usaha Tani Padi di Jorong Piruko, Kabupaten Dharmasraya, Provinsi Sumatra Barat, Tahun 2009 No Uraian MT I MT II MT III Total A Produksi (kg) 5.500 6.000 6.000 15.500 B Penerimaan usaha tani 12.100.000 13.800.000 13.800.000 39.700.000 C Biaya usaha tani 6.224.000 6.226.000 6.226.000 18.676.000 D Pendapatan 5.876.000 7.574.000 7.574.000 21.024.000 E RC Rasio 1,94 2,22 2,22 2,13 Sumber: data primer Tabel 3. Prospek Produksi, Penerimaan, Biaya, Pendapatan Usaha Tani, dan RC Rasio Usaha Tani IP Padi 400 No Uraian MT I (Ciherang) MT II (Silugonggo) MT III (Silugonggo) MT IV (Ciherang) A Produksi (kg) 5.070 4.950 4.950 5.070 20.040 B Penerimaan 13.689.000 12.870.000 12.870.000 13.689.000 53.118.000 C Biaya usaha tani 5.978.750 5.978.750 5.978.750 5.978.750 23.915.000 D Pendapatan 7.710.250 6.891.250 6.891.250 7.710.250 29.203.000 E RC Rasio 2,28 2,15 2,15 2,28 2,22 Sumber: data primer Total Pendapatan Usaha tani Pendapatan atas biaya per hektar per tahun secara total untuk prospek pengembangan IP Padi 400 lebih besar daripada kondisi saat ini. Nilai R/C > 1 menunjukkan bahwa baik usaha tani padi dengan IP Padi 300 maupun IP Padi 400 layak diusahakan. Walaupun nilai R/C per musim tanam bervariasi, namun secara total R/C untuk skenario IP Padi 400 bernilai lebih tinggi yaitu 2,22. Hal tersebut berarti bahwa setiap rupiah biaya yang dikeluarkan oleh petani yang melakukan IP Padi 400 akan memberikan penerimaan yang lebih besar daripada penerimaan yang akan diperoleh petani padi saat ini dari setiap rupiah biaya yang dikeluarkan. KESIMPULAN Dari hasil kajian Sistem Pertanaman IP Padi 400 di di tiga lokasi di Provinsi Sumatra Barat, yaitu Kabupaten Solok, Kabupaten Dharmasraya, dan Kabupaten Limapuluh Kota, diperoleh kesimpulan IP Padi 400 dari aspek agroekosistem daerah dapat dilakukan, dengan alasan: (i) kondisi air irigasi tersedia sepanjang tahun sehingga memungkinkan dilakukan peningkatan intensitas tanam, (ii) petani sudah menerapkan komponen budi daya yang dapat menunjang peningkatan intensitas tanam seperti tanam pindah, pergiliran varietas, pemupukan berimbang, (iii) keadaan intensitas serangan hama dan penyakit tanaman masih tergolong rendah. IP Padi 400 dari aspek kelayakan finansial usaha tani dinilai layak untuk diusahakan karena R/C lebih besar dari satu. SARAN Untuk pengembangan IP Padi 400, diperlukan perbaikan-perbaikan terutama dari aspek teknis, yaitu (a) perbaikan saluran irigasi yang menghambat kelancaran pengairan, (b) persemaian culikan dilakukan 10 15 hari sebelum panen atau pengadaan benih dilakukan melalui jasa usaha perbenihan sehingga petani tinggal membeli, (c) penetapan takaran pupuk yang tepat sesuai dengan kebutuhan tanaman dan ketersediaan hara di tanah, (d) kemungkinan penerapan olah tanah sederhana, dan (e) teknologi yang dapat mempercepat dekomposisi jerami untuk digunakan sebagai pupuk organik menambah kesuburan lahan. 290 Widyariset, Vol. 15 No.2, Agustus 2012

UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Erman Aminullah, M.Sc. yang telah memberikan masukan dan saran dalam penulisan makalah ini. DAFTAR PUSTAKA 1 Farid, M. 2006. Perberasan Nasional Pasca Inpres No. 13 Tahun 2005 Tentang Kebijakan Perberasan. Widyariset: Kapita Selekta, 9, (4), 101 110. Jakarta: LIPI Press. 2 BB Penelitian Padi. 2009. Pedoman Umum IP Padi 400: Peningkatan Produksi Padi Melalui Pelaksanaan IP Padi 400. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 48 hlm. 3 BPS Provinsi Sumatera Barat. 2009. Sumatera Barat dalam Angka 2009. Sumatera Barat. 4 Abdullah, S. dkk. 2009. Pengkajian IP Padi 400 Pada Lahan Sawah Irigasi Teknis di Dharmasraya Sumatera Barat dengan Produktivitas >28 ton dan Efisiensi Melalui Pendekatan PTT. Laporan Penelitian, BPTP Sumatera Barat. Sukarami: Kementerian Pertanian. 5 Suhendrata T., Suprapto, T. Prasetyo, S. Karyaningsih. 2009. Pengaturan Sistem Tanam, Pengelolaan Air dan Hara Menuju IP Padi 400 di Jawa Tengah. Laporan Penelitian, BPTP Jawa Tengah. Ungaran: Kementerian Pertanian. 6 Soekartawi, dkk. 1986. Ilmu Usaha tani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. Jakarta: Universitas Indonesia. Prospek Peningkatan Indeks... Anggita Tresliyana dan Erythrina 291

292 Widyariset, Vol. 15 No.2, Agustus 2012