BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kebangkrutan adalah suatu kondisi disaat perusahaan mengalami

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN TEORITIS. a. Pengertian Laporan Keuangan. mempunyai arti yang sangat penting terutama bagi pihak-pihak yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PREDIKSI KEBANGKRUTAN DENGAN METODE ALTMAN Z -SCORE PADA PT SKYBEE, Tbk. DAN ENTITAS ANAK

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. mengetahui tingkat keuntungan dan tingkat risiko perusahaan.

BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II LANDASAN TEORI. Kebangkrutan adalah suatu kondisi disaat perusahaan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan pasti memiliki tujuan untuk memperoleh laba sebanyakbanyaknya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA dalam Kartikawati, 2008). Financial distress juga didefinisikan sebagai

BAB III METODE PENELITIAN. tidak langsung dengan melalui internet. Data sekunder dalam penelitian ini

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Rasio dan Analisis Rasio Keuangan

proses akuntansi yang dimaksudkan sebagai sarana mengkomunikasikan informasi keuangan terutama kepada pihak eksternal. Menurut Soemarsono

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kondisi keuangan perusahaan. Pada mulanya laporan keuangan hanya dijadikan

PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALTMAN Z-SCORE PADA PT MULIA INDUSTRINDO, Tbk.

I. PENDAHULUAN. Pada umumnya perusahaan yang go public memanfaatkan keberadaan pasar

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat panjang bahkan hingga ribuan tahun. Pada periode waktu yang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI. keuangan, jadi laporan keuangan merupakan suatu ringkasan transaksi yang

BAB I PENDAHULUAN. kebangkrutan tersebut yaitu terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) yang

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN

BAB IV. ANALISA dan PEMBAHASAN. 4.1 Kinerja dan Posisi Keuangan PT. BAKRIE TELECOM Tbk beserta

BAB I PENDAHULUAN. menabung. Imbalan yang diperoleh dengan kepemilikan saham adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Munculnya globalisasi perekonomian yang merupakan suatu proses kegiatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan ringkasan dari transaksi-transaksi. keuangan yang terjadi selama tahun buku bersangkutan menggambarkan

BAB II TINJAUAN TEORITIS. saham merupakan surat berharga sebagai bukti pemilikan individu atau

ANALISIS PENGARUH ROA, ROE, DAN DER TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR DI BEI SKRIPSI

ANALISIS POTENSI KEBANGKRUTAN PADA PT KEDAUNG INDAH CAN TBK DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALTMAN Z-SCORE KARINA MULIAWATI S 3EB

BAB 1 PENDAHULUAN. ketentuan perusahaan rokok masing-masing di setiap negara. Meskipun yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai kekuatan rasio keuangan dalam memprediksi kondisi

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Djarwanto (2004:5) laporan keuangan merupakan hasil dari

BAB I PENDAHULUAN. Dari kedua tujuan tersebut, maka pihak manajemen harus dapat menghasilkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak tahun 1997, Indonesia mengalami dampak atas memburuknya kondisi

ANALISIS POTENSI KEBANGKRUTAN PADA PT INDOSAT TBK PERIODE DENGAN METODE ALTMAN Z-SCORE

BAB I PENDAHULUAN. itu perusahaan harus mempertahankan dan mampu berkembang di berbagai. mengalami financial distress bahkan kebangkrutan.

BAB II OPINI AUDIT GOING CONCERN. Opini audit going concern merupakan opini audit yang diberikan pada

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Tbk dari tahun 2002 hingga tahun 2004 dengan menggunakan metode analisis horizontal

BAB I PENDAHULUAN. kebangkrutan itu sendiri. Menurut Marcelinda et al. (2014), perusahaan bisa

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kesulitan keuangan untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya artinya perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk dapat menjalankan usaha setiap perusahaan membutuhkan dana yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu industri yang paling dinamis. Seiring dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. tampak dari bertambahnya jumlah perusahaan-perusahaan baik pemerintah dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam memasuki pasar bebas perdagangan dunia, aktivitas perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

ANALISIS KEUANGAN PT. PLN (Persero)

ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN USAHA PADA KSP.MADANI NTB

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah pasar modal. Pasar modal efektif

BAB I PENDAHULUAN. pula tujuan lain yang tidak kalah penting yaitu dapat terus bertahan (survive) dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan adanya krisis yang melanda Indonesia, banyak masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dan perluasan industri pada umumnya membutuhkan sumbersumber

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia, efisiensi biaya, maupun kinerja yang makin tinggi. Dengan demikian,

FINANCIAL DISTRESS DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALTMAN Z-SCORE PADA PT PELAYARAN TEMPURAN EMAS DAN ENTITAS ANAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan pemohon kredit (Firdaus 2009:184). Pengambilan keputusan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Akuntansi merupakan suatu proses pencatatan, pengelompokan dan

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software For evaluation only. BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak terjadinya krisis moneter yang berlanjut dengan krisis ekonomi dan

Nama : Putri Wulan Sari Kosnadi NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing: Rini Dwiastutiningsih.,SE.,MMSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian Laporan Keuangan. keputusan dan pertanggungjawaban (accountability). Menurut Kamus

BAB II BAHAN RUJUKAN

KAJIAN TEORI. terhadap suatu institusi atau individu. Menurut Drs. A. Abdurrachman dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan lebih baik dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Oktober 1988, dan Desember Kebijakan-kebijakan tersebut telah

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. operasional, terutama yang berkaitan dengan keuangan perusahaan.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TELAAH PUSTAKA. keuangan jangka pendek bersifat sementara dan belum begitu parah. Tetapi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. seperti beban bunga dan hutang lancar. Kebangkrutan telah digunakan sebagai istilah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai industri yang berkembang pesat dan memiliki kegiatan usaha yang

PEMAKAI DAN KEBUTUHAN INFORMASI

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kebangkrutan. 1. Pengertian Kebangkrutan. Kebangkrutan atau kepailitan adalah biasanya diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. perhatian kepada kebutuhan masyarakat dalam hal produk yang diinginkan,

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN DITINJAU DARI RENTABILITAS DAN MODEL ALTMAN DALAM MENILAI KINERJA PERUSAHAAN ALAT BERAT YANG TERDAFTAR DI BEI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tersebut melalui suatu analisis yang dapat dijadikan pedoman untuk menilai

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pecking Order Theory menurut Myers (1984), menyatakan bahwa perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. dan distribusi guna memenuhi kebutuhan ekonomis manusia. Kegiatan produksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Teori 1. Pengertian Posisi Keuangan Posisi keuangan merupakan salah satu informasi yang disediakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada umumnya, perusahaan dalam menjalankan kegiatan bisnis

BAB II LANDASAN TEORITIS. perusahaan. Pada pokoknya laporan keuangan ditujukan kepada pihak-pihak di

BAB IV PEMBAHASAN. kewajiban lancar. Rasio ini menunjukkan sampai sejauh mana tagihan-tagihan jangka

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pasar modal mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan yang terlihat dari kinerjanya. Informasi tentang kinerja keuangan

BAB I PENDAHULUAN. modal mengalami suatu fenomena dimana pasar modal mulai menunjukkan

Transkripsi:

14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebangkrutan 2.1.1 Pengertian Kebangkrutan Kebangkrutan adalah suatu kondisi disaat perusahaan mengalami ketidakcukupan dana untuk menjalankan usahanya atau dapat diartikan juga kebangkrutan sebagai kegagalan perusahaan dalam menjalankan operasi perusahaan untuk menghasilkan laba. Menurut Undang-Undang Kepailitan No. 4 Tahun 1998, debitur yang mempunyai dua atau lebih kreditur dan tidak membayar sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan yang berwenang, baik atas permohonan sendiri, maupun atas permintaan seorang atau lebih krediturnya. Ada beberapa indikator yang menjadi prediksi kebangkrutan perusahaan. Salah satu sumbernya adalah analisis aliran kas untuk saat ini atau untuk masa mendatang dan analisis strategi perusahaan. Sumber lain adalah laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan dipakai untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan dengan menggunakan rasio keuangan.

15 Penilaian mengenai prediksi kebangkrutan pertama kali dilakukan oleh Beaver (1966) dengan temuan bahwa rasio keuangan terbukti sangat berguna untuk memprediksi kebangkrutan dan dapat digunakan secara akurat untuk membedakan perusahaan yang akan bangkrut dan yang tidak. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Altman (1968) yang telah menemukan lima rasio keuangan yang dapat digunakan untuk mendeteksi kebangkrutan perusahaan beberapa saat sebelum perusahaan tersebut bangkrut dengan temuan suatu formula yang dikenal dengan Altman Z-Score (Supardi dan Mastuti, 2003). Z-score pertama kali diperkenalkan oleh Edward Altman yang dikembangkan untuk menentukan kecenderungan kebangkrutan perusahaan dan dapat juga digunakan sebagai ukuran dari keseluruhan kinerja keuangan. Dalam penelitian tersebut, ia menemukan lima rasio yang dapat dikombinasikan dalam suatu rumus matematis yang akurat dalam memprediksi kebangkrutan perusahaan. Hal yang menarik tentang Z-score adalah keandalanya sebagai alat analisis tanpa memperhatikan bagaimana ukuran perusahaan. Meskipun seandainya perusahaan sangat makmur, bila Z-score menunjukkan nilai yang kurang baik, maka perusahaan harus berhati-hati. Bila perusahaan memiliki kinerja keuangan yang sehat berarti perusahaan dapat berkembang baik dan bila perusahaan dalam keadaan tidak sehat maka perlu diwaspadai karena berisiko tinggi menuju kebangkrutan. Prediksi kebangkrutan berfungsi untuk memberikan panduan bagi pihak yang berkepentingan tentang kinerja keuangan perusahaan apakah akan mengalami kesulitan atau tidak dimasa yang akan datang. Bagi pemilik perusahaan dapat

16 digunakan untuk memutuskan apakah ia akan tetap mempertahankan kepemilikannya di perusahaan tersebut atau menjualnya dan kemudian menanamkan modalnya di tempat lain. Sedangkan bagi pihak yang berada di luar perusahaan khususnya para investor untuk menilai kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan saat ini dan dimasa lalu serta sebagai pedoman mengenai kinerja perusahaan dimana perusahaan tersebut apakah akan berpotensi untuk bangkrut atau tidak. Potensi kebangkrutan diprediksi dengan melakukan perhitungan Z-Score yaitu skor yang menunjukkan tingkat kemungkinan kebangkrutan perusahaan, tetapi kebangkrutan tersebut belum pasti terjadi, karena perusahaan masih berdiri dan beroperasi sehingga pimpinan perusahaan masih dapat melakukan kebijakan untuk memperbaiki posisi keuangan perusahaan. 2.1.2 Penyebab Kebangkrutan Faktor-faktor yang menjadi penyebab kebangkrutan dapat dibagi menjadi tiga, yaitu : 1. Faktor Umum a) Sektor Ekonomi, berasal dari gejala inflasi dan deflasi dalam harga barang dan jasa, kebijakan keuangan, suku bunga dan devaluasi atau revaluasi dengan mata uang asing. b) Sektor Sosial, dimana yang sangat berpengaruh adalah adanya perubahan gaya hidup masyarakat yang mempengaruhi permintaan terhadap produk dan jasa ataupun yang berhubungan dengan karyawan.

17 c) Sektor Teknologi, dimana penggunaan teknologi memerlukan biaya yang ditanggung perusahaan terutama untuk pemeliharaan dan implementasi. d) Sektor Pemerintah, dimana kebijakan pemerintah terhadap pencabutan subsidi pada perusahaan dan industri, pengenaan tarif ekspor dan impor barang berubah, kebijakan undang-undang baru bagi perbankan atau tenaga kerja dan lain-lain. 2. Faktor Eksternal a) Sektor pelanggan atau nasabah, dimana untuk menghindari kehilangan pelanggan, perusahaan harus melakukan identifikasi terhadap sifat konsumen atau pelanggan juga menciptakan peluang untuk mendapatkan pelanggan baru. b) Sektor Kreditor, dimana kekuatannya terletak pada pemberian pinjaman dan menetapkan jangka waktu pengembalian hutang piutang yang bergantung pada kepercayaan kreditor terhadap kelikuiditasan suatu bank. c) Sektor pesaing atau bank lain, dimana merupakan hal yang harus diperhatikan karena menyangkut perbedaan pemberian pelayanan kepada nasabah atau pelanggan. 3. Faktor Internal Perusahaan a) Terlalu besarnya kredit yang diberikan kepada nasabah sehingga menyebabkan adanya penunggakkan dalam pembayarannya sampai akhirnya tidak dapat membayar.

18 b) Manajemen yang tidak efisien, yang disebabkan karena kurang adanya kemampuan, pengalaman, keterampilan, sikap adaptif dan inisiatif dari manajemen. c) Penyalahgunaan wewenang dan kecurangan-kecurangan, dimana sering dilakukan oleh karyawan, bahkan manajer puncak sekalipun yang sangat merugikan apalagi yang berhubungan dengan keuangan perusahaan. Faktor-faktor penyebab kegagalan usaha dapat menjadi dua faktor yaitu : (Riyanto, 2004) a. Faktor Intern Faktor ini meliputi faktor keuangan dan non-keuangan. Faktor keuangan meliputi adanya hutang yang terlalu besar sehingga menjadi beban tetap yang berat bagi perusahaan, adanya kewajiban jangka pendek yang lebih besar dari aktiva lancar, lambatnya pengumpulan piutang atau banyaknya bad debt, kesalahan dalam kebijakan deviden, dan tidak cukupnya dana penyusutan. Sedangkan faktor non keuangan adalah adanya kesalahan-kesalahan dalam pemilihan lokasi, penentuan produk yang dihasilkan dan penentuan skala usaha, kurang baiknya struktur organisasi, kesalahan dalam pemilihan pimpinan perusahaan, adanya Manajerial incompetence (kebijakan pembelian, penjualan, pemasaran). b. Faktor Ekstern Merupakan faktor yang berasal dari luar perusahaan dan berada di luar jangkauan atau kontrol pimpinan perusahaan antara lain adalah adanya

19 persaingan yang hebat, berkurangnya permintaan terhadap produk yang dihasilkan dan turunnya harga. 2.1.3 Pihak-Pihak yang Berkepentingan terhadap Prediksi Kebangkrutan Ada beberapa pihak yang mempunyai kepentingan terhadap informasi tentang kebangkrutan, diantaranya adalah: 1. Kreditur Masalah kebangkrutan ini mempunyai hubungan yang erat dengan lembaga ini baik dalam hal mengambil keputusan tentang pemberian pinjaman dengan syarat-syarat tertentu atau perancangan kebijaksanaan untuk memonitor pinjaman yang telah ada. 2. Investor Investor berkepentingan untuk mengetahui apakah perusahaan yang menerima dana mereka adalah perusahaan yang sehat dan dapat memberikan return optimal dari investasi yang mereka tanam. 3. Pemerintah Hal ini membantu pemerintah dalam mengeluarkan peraturan untuk melindungi masyarakat dari kerugian dan kemungkinan menganggu stabilitas ekonomi dan politik negara, karena pemerintah mempunyai kewajiban untuk melindungi tenaga kerja, industri, dan masyarakat. 4. Auditor Satu penelitian yang harus dibuat oleh auditor adalah apakah perusahaan bisa going concern atau tidak. Apabila ada petunjuk bahwa perusahaan tidak bisa

20 melangsungkan operasinya, maka auditor harus memberikan pendapat tentang adanya petunjuk going concern tersebut. Dengan adanya analisis terhadap kebangkrutan, maka auditor bisa melakukan audit dan memberikan pendapat terhadap laporan keuangan perusahaan dengan lebih baik. 5. Manajemen Dengan mengetahui adanya suatu tanda-tanda kebangkrutan, manajemen dapat mengambil keputusan untuk melakukan hal-hal yang dapat membuat perusahaannya terhindar dari kebangkrutan, seperti melakukan merger dengan menawarkan perusahaannya kepada peminat. 2.2 Laporan Keuangan 2.2.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas tersebut (Munawir, 2004). Laporan keuangan tidak hanya sebagai alat penguji saja tetapi juga sebagai dasar untuk menentukan atau menilai posisi keuangan perusahaan tersebut, dimana dengan hasil analisa tersebut pihak-pihak yang berkepentingan mengambil suatu keputusan. Jadi untuk mengetahui posisi keuangan suatu perusahaan serta hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan tersebut perlu adanya laporan keuangan dari perusahaan yang bersangkutan.

21 Laporan keuangan berisi informasi tentang prestasi perusahaan dimasa lampau dan dapat memberikan petunjuk untuk penetapan kebijakan dimasa yang akan datang. Sedangkan pengertian laporan keuangan menurut Keputusan Menteri Keuangan RI No 740/KMK.00/1989 adalah laporan Direksi yang mencakup kebijaksanaan keuangan perusahaan, neraca, perhitungan laba rugi, sumber dan penggunaan dana, penerimaan dan pengeluaran kas (arus kas) dan perubahan modal. Analisis kinerja keuangan merupakan suatu interpretasi atau analisis terhadap prestasi yang dicapai perusahaan dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan keuangan perusahaan. Hal ini menurut Keputusan Menteri Keuangan RI No 740/KMK.00/1989, pengertian kinerja keuangan itu sendiri adalah prestasi yang dicapai oleh perusahaan dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan keuangan perusahaan. 2.2.2 Tujuan Laporan Keuangan Menurut Standar Akuntansi Keuangan tujuan laporan keuangan meliputi : a. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan-pengambilan keputusan ekonomi. b. Laporan keuangan disusun untuk memenuhi kebutuhan bersama oleh sebagian besar pemakainya, yang secara umum menggambarkan pengaruh dari kejadian masa lalu.

22 Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang dilakukan manajemen atau pertanggungjawaban manajemen atas sumberdaya yang dipercayakan terhadap manajemen. 2.2.3 Jenis-Jenis Laporan Keuangan Jenis laporan keuangan bermacam-macam baik berupa laporan utama maupun laporan pendukung. Jenis-jenis laporan keuangan disesuaikan dengan kegiatan usaha perusahaan yang bersangkutan dan pihak yang keterkaitan untuk memerlukan informasi keuangan pada suatu perusahaan tertentu. Laporan keuangan pada umumnya terdiri dari neraca, laporan laba rugi, dan laporan perubahan modal atau laba yang ditahan, walaupun dalam prakteknya sering diikutsertakan beberapa daftar yang sifatnya untuk memperoleh kejelasan lebih lanjut. Misalnya, laporan perubahan modal kerja, laporan arus kas, perhitungan harga pokok, maupun daftar-daftar lampiran yang lain (Munawir, 2004). Jenis-jenis laporan keuangan terdiri dari : 1. Neraca Laporan keuangan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada waktu tertentu. Neraca menyajikan dalam data historikal aktiva yang merupakan sumber operasi perusahaan yang dijalankan, utang yaitu kewajiban perusahaan, dan modal dari pemegang saham perusahaan. 2. Laporan Laba Rugi Laporan keuangan yang berisikan informasi tentang keuntungan atau kerugian

23 yang diderita oleh perusahaan dalam satu periode tertentu. Pada laporan ini menyajikan data pendapatan sebagai hasil usaha perusahaan dan beban sebagai pengeluaran operasional perusahaan. 3. Laporan Perubahan Posisi Keuangan Biasanya disebut daftar sumber dan penggunaan dana, menunjukkan asal kas diperoleh dan bagaimana digunakannya. Laporan perubahan posisi keuangan menyediakan latar belakang historis dari pola aliran dana. Laporan ini terbagi menjadi dua yaitu: laporan perubahan modal kerja dan laporan arus kas. Laporan perubahan modal kerja menyajikan data-data aktiva lancar dan utang lancar, sedangkan laporan arus kas menyajikan data-data mengenai arus kas dari kegiatan operasional, kegiatan investasi, kegiatan keuangan/pembiayaan, dan saldo kas awal, serta saldo kas akhir. 4. Catatan dan Laporan Lain sebagai Penjelasan Bagi Laporan Keuangan Catatan dan laporan lain merupakan bagian integral yang tak terpisahkan dari laporan keuangan. Catatan-catatan ini tergantung pada kebijakan akuntansi yang digunakan pada waktu mempersiapkan laporan keuangan dan memberi tambahan detail mengenai beberapa bagian di laporan keuangan. Misalnya, laporan harga pokok produksi, laporan perubahan modal atau laba ditahan, laporan kegiatan keuangan.

24 2.2.4 Pengguna Laporan Keuangan Pengguna laporan keuangan adalah: 1. Investor Penanam modal berisiko dan penasihat mereka berkepentingan dengan risiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka lakukan. Mereka membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. 2. Karyawan Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun, dan kesempatan kerja. 3. Pemberi pinjaman Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo. 4. Pemasok dan kreditor usaha lainnya Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditor usaha berkepentingan pada perusahaan

25 dalam tenggang waktu yang lebih pendek daripada pemberi pinjaman kecuali kalau sebagai pelanggan utama mereka tergantung pada kelangsungan hidup perusahaan. 5. Pelanggan Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan atau tergantung pada perusahaan. 6. Pemerintah Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah kekuasaannya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. Mereka juga membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya. 7. Masyarakat Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara. Misalnya, perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti pada perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang diperkerjakan dan perlindungan kepada penanam modal domestik. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan (trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.

26 2.3 Analisis Z-Score Model Altman Analisis Z-Score dikembangkan oleh Prof. Edward Altman dengan tujuan untuk mendeteksi apakah suatu perusahaan dalam kondisi diambang kebangkrutan (financial distress). Metode ini disebut Multiple Discriminant Analysis (MDA). MDA menggunakan lima rasio yang dikombinasikan untuk melihat perbedaan antara perusahaan yang bangkrut dan tidak bangkrut (Mujilan, 2012). 2.3.1 Formula-Formula Z-Score Altman Selama penelitiannya, Altman telah melakukan tiga kali penyesuaian formula-formula Z-Score agar dapat memprediksi kebangkrutan lebih akurat sesuai karateristik perusahaan. Berikut adalah formula-formula Z-Score yang dimaksud (Mokhamad, 2012): a. Model Z-Score Pertama Model Z-Score pertama Altman digunakan untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan pada perusahaan-perusahaan terbuka yang telah listing di bursa saham. Model ini diciptakan pertama kali oleh Altman pada tahun 1968 dengan metode MDA (Multi Discriminan Analysis) untuk mengetahui besaran koefisien setiap variabel dalam model Z-Scorenya. Formula Z-Score yang diperoleh adalah: Z = 0,012 X 1 + 0,014 X 2 + 0,033 X 3 + 0,006 X 4 + 0,999 X 5 Keterangan : X 1 = modal kerja/total aktiva X 2 = laba ditahan/total aktiva

27 X 3 = EBIT/total aktiva X 4 = nilai pasar/total hutang X 5 = penjualan/total aktiva Rasio-rasio pembentuk Z-Score ini masing-masing memberikan gambaran tersendiri mengenai perusahaan, yaitu : 1. Rasio X 1 Rasio ini mengukur likuiditas dengan membandingkan aktiva likuid bersih dengan total aktiva. Aktiva likuid bersih atau modal kerja didefinisikan sebagai total aktiva lancar dikurangi dengan total kewajiban lancar. Umumnya, bila perusahaan mengalami kesulitan keuangan, modal kerja akan turun lebih dari pada total aktiva sehingga rasio ini akan turun (Milka, 2004). 2. Rasio X 2 Rasio ini mengukur profitabilitas kumulatif. Umur perusahaan berpengaruh terhadap rasio tersebut kerena semakin lama perusahaan beroperasi memungkinkan untuk memperlancar akumulasi laba ditahan. Hal tersebut menyebabkan perusahaan yang masih relatif muda pada umumnya menunjukkan hasil rasio yang rendah, kecuali yang labanya sangat besar pada masa awal berdirinya (Riyanto, 2004).

28 3. Rasio X 3 Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan yang dihitung dengan membagi laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) tahunan perusahaan dengan total aktiva pada neraca akhir tahun. Bila rasio ini lebih besar dari rata-rata tingkat bunga yang dibayar, maka berarti perusahaan menghasilkan uang lebih banyak dari pada bunga pinjaman (Milka, 2004). 4. Rasio X 4 Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa banyak tingkat aktiva perusahaan dapat turun nilainya sebelum jumlah hutang lebih besar daripada aktivanya dan perusahaan menjadi pailit. Modal yang dimaksud adalah gabungan nilai pasar dari modal biasa dan saham preferen, sedangkan hutang mencakup hutang lancar dan hutang jangka panjang (Riyanto, 2004). 5. Rasio X 5 Rasio ini menunjukkan apakan perusahaan menghasilkan volume bisnis yang cukup dibanding penjualan dalam total aktivanya. Rasio ini mencerminkan efisiensi manajemen dalam menggunakan keseluruhan

29 aktiva perusahaan untuk menghasilkan penjualan dan mendapatkan laba (Mokhamad, 2012). Perhitungan nilai Z dari perusahaan yang diteliti apabila lebih kecil dari 1,81 berisiko tinggi terhadap kebangkrutan, bila nilai Z berada diantara 1,81 sampai dengan 2,99 dikatakan masih memiliki resiko kebangkrutan, dan bila diatas nilai 2,99 aman dari kebangkrutan b. Model Z-Score Kedua Model ini adalah bentuk penyesuaian dari model Z Score Altman sebelumnya yang ditujukan apabila saham atau stock dari suatu perusahaan tidak diperdagangkan secara umum (notpubliclytraded). Untuk itu, rasio X 4 (Market Value of Equity To Total Liabilities) tidak dapat dihitung. Untuk mengatasi hal ini, Altman merubah rasio X 4 yang menggunakan Market Value of Equity dengan Book Value of Equity. Akibatnya, besaran koefisien masing-masing variabel juga ikut berubah seperti dalam formula dibawah ini: Z = 0,717 X 1 + 0,847 X 2 + 3,107 X 3 + 0,420 X 4 + 0,998 X 5 Keterangan : X 1 = modal kerja/total aktiva X 2 = laba ditahan/total aktiva X 3 = EBIT/total aktiva X 4 = nilai buku/total hutang X 5 = penjualan/total aktiva

30 Klasifikasi perusahaan yang sehat dan bangkrut didasarkan pada nilai Z- Score model Altman (1983), yaitu: a. Jika nilai Z < 1,23 maka termasuk perusahaan yang bangkrut. b. Jika nilai Z = 1,23-2,9 maka termasuk grey area c. Jika nilai Z > 2,9 maka termasuk perusahaan yang tidak bangkrut. c. Model Altman Z-Score Ketiga Seiring berjalannya waktu, perkembangan pasar obligasi dan investasi pada obligasi sudah menjalar ke negara-negara berkembang. Altman kemudian memodifikasi modelnya supaya dapat diterapkan pada semua perusahaan, seperti manufaktur, non manufaktur, dan perusahaan penerbit obligasi di negara berkembang (emerging market). Dalam Z-Score modifikasi ini Altman mengeliminasi variable X 5 (perbandingan sales terhadap total assets) karena rasio ini sangat bervariatif pada industri dengan ukuran aktiva yang berbeda-beda. Hal ini dilakukan dengan alasan untuk meminimalkan potensi dampak industri yang kemungkinan terjadi pada variabel yang sensitif terhadap industri sebagaimana jika rasio perputaran aset dimasukan. Altman juga mengganti pembilang pada rasio variabel X 4 dari nilai pasar ekuitas menjadi niali buku ekuitas. Formulanya adalah: Z = 6,56 X 1 + 3,26 X 2 + 6,72 X 3 + 1,05 X 4

31 Keterangan : X 1 = modal kerja/total aktiva X 2 = laba ditahan/total aktiva X 3 = EBIT/total aktiva X 4 = nilai buku/total hutang Klasifikasi perusahaan yang sehat dan bangkrut didasarkan pada nilai Z- Score ini yaitu: a. Jika nilai Z < 1,21 maka termasuk perusahaan yang bangkrut. b. Jika nilai Z = 1,21-2,60 maka termasuk grey area c. Jika nilai Z > 2,60 maka termasuk perusahaan yang tidak bangkrut. Analisis diskriminan bermanfaat bagi perusahaan untuk memperoleh peringatan awal kebangkrutan dan keberlanjutan usahanya. Semakin awal perusahaan memperoleh peringatan kebangkrutan, semakin baik bagi pihak manajemen kerena pihak manajemen bisa melakukan perbaikan-perbaikan dan dapat memberikan gambaran dan harapan terhadap nilai masa depan perusahaan tersebut. 2.4 Penelitian Terdahulu Batara, Kertahadi, dan Handayani (2013) melakukan penelitian metode Altman (Z-score) sebagai alat evaluasi guna memprediksi kebangkrutan perusahaan pada industri rokok yang terdaftar di BEI periode 2007-2011. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan model prediksi Altman Z-Score terdapat dua perusahaan yang selalu berada dalam kondisi sehat. Kedua perusahaan tersebut,

32 yaitu PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk, PT Bentoel Internasional Investama Tbk, yang memiliki nilai Z (Z-Score) yang tinggi dan lebih dari batas atas rentang interval dalam setiap tahunnya. Firda, Saifi, dan Devi (2013) menganalisis estimasi kebangkrutan dengan metode Altman Z-score pada perusahaan plastik dan kemasan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2010-2012. Berdasarkan analisis dengan menggunakan metode Altman Z-Score terdapat satu perusahaan yang diestimasi bangkrut atau diprediksi dalam kondisi buruk selama tahun 2010 sampai dengan 2012. Perusahaan tersebut adalah PT. Titan Kimia Nusantara Tbk, yang memiliki nilai Z yang rendah dan kurang dari batas bawah rentang interval dalam setiap tahunnya, dimana batas bawah rentang interval menentukan skor minimal bagi suatu perusahaan untuk dinyatakan dalam kondisi yang buruk. Nilai Z di bawah rentang interval mengindikasikan bahwa perusahaan mengalami kegagalan dalam pengelolaan keuangan. Resti (2013) menganalisis penggunaan Altman Z-Score untuk mengetahui potensi kebangkrutan PT. Sumalindo Lestari Jaya Tbk. Berdasarkan pada analisis dapat disimpulkan bahwa pada periode triwulan I, II, III, IV tahun 2011 dan triwulan I, II, III tahun 2012 pada perusahaan kayu ini mengalami potensi kebangkrutan atau perusahaan menghadapi kesulitan keuangan. Hasil analisis dari penelitian ini menghasilkan interprestasi <1,88 yang artinya bahwa perusahaan mengalami kondisi bangkrut atau akan memiliki potensi kebangkrutan.