BAB.I PENDAHULUAN Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

RENCANA KERJA (BPPMD) TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. Renstra BAPPEDA I - 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan didalamnya, guna

RENCANA STRATEGIS SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (RENSTRA-SKPD) BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

WALIKOTA SOLOK PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB. I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Maksud disusunnya Rencana Strategis Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Semarang Tahun adalah:

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUKAMARA (REVISI)

RENSTRA DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA TAHUN

Rencana Strategis (RENSTRA)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

RANCANGAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN GARUT TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

PEMERINTAH KOTA BANDUNG KECAMATAN BANDUNG KULON

PEMERINTAH KABUPATEN KARANGASEM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Pengantar

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Karawang Tahun merupakan tahap ketiga dari

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN GARUT TAHUN

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016

RENCANA STRATEGIS TAHUN

1.1. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun I - 1

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN

Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

I - 1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

RENCANA STRATEGIS SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH ( RENSTRA SKPD ) TAHUN ANGGARAN

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

Pendahuluan. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

A. LATAR BELAKANG PENGERTIAN DASAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I - 1

Kegiatan perencanaan dan penganggaran Pemerintah Daerah yang diatur

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan pembangunan nasional yang bertujuan untuk mendukung

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR,

BAB I PENDAHULUAN. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Soppeng

BAB I PENDAHULUAN. Renstra BPM, KB dan Ketahanan Pangan Kota Madiun I - 1

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG

Governance), baik dari tahap perencanaan, pelaksanaan maupun pada tahap BAB I PENDAHULUAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010 NOMOR 3 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DESA MENATA KOTA DALAM SEBUAH KAWASAN STRATEGI PEMBANGUNAN ROKAN HULU.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN. Pemerintah akan dibawa dan berkarya agar tetap konsisten dan dapat eksis,

Rencana Kerja Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Pelalawan 2016 BAB. I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN 2016

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

WALIKOTA BEKASI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2017

RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN 2017

PEMERINTAH KABUPATEN PESISIR SELATAN R E N J A ( RENCANA KERJA ) DINAS PEMUDA DAN OLAH RAGA, KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA TAHUN 2014 PAINAN MARET 2013

RENCANA STRATEGIS ( RENSTRA - SKPD )

RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KUNINGAN TAHUN

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG

PEMERINTAH KOTA BANDUNG KECAMATAN BANDUNG KULON

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN KABUPATEN (RKPK) ACEH SELATAN TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Blitar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUANN. Sukabumi Tahun menjadi pedoman penyusunan rencana pembangunan sampai dengan tahun RKPD tahun

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah adalah proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN RKPD KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2017 I.1

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN

BAB III ISU ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAPPEDA KABUPATEN LAHAT

BAB II GAMBARAN UMUM BAPPEDA KOTA BANDUNG. 2.1 Sejarah tentang Berdirinya BAPPEDA di Kota Bandung

Transkripsi:

BAB.I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi sebagai salah satu indikator keberhasilan pelaksanaan pembangunan yang selama ini dicapai menunjukkan angka yang cukup menggembirakan. Namun jika kita kaji lebih jauh, ternyata di sisi yang lain, jumlah penduduk miskin serta jumlah pengangguran masih cukup tinggi. Hal ini bisa menggambarkan bahwa laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi belum tentu bisa memberikan solusi terhadap permasalahan pemerataan ekonomi. Melihat kondisi demikian, maka sudah sewajarnya jika pencapaian pertumbuhan ekonomi harus pula diikuti oleh laju pertumbuhan penyerapan tenaga kerja yang tinggi serta mampu mengurangi jumlah penduduk miskin. Dalam mendukung upaya pencapaian kesejahteraan di hubungkan dengan tugas pokok dan fungsi yang ada, tentunya arah perencanaan Badan Penanaman Modal dan Perijinan untuk lima tahun kedepan harus bisa mendukung prioritas pembangunan Kabupaten Subang yaitu untuk menciptakan pemerataan ekonomi dengan mewujudkan desa mandiri gotong royong. Usaha yang bisa dilakukan adalah berupaya mengoptimalkan sumber daya yang mengarah kepada penciptaan nilai tambah menjadi produk yang kompetitif serta pencipataan lapangan kerja baru. Akan tetapi untuk mencapainya, jika hanya mengandalkan dana dari pemerintah tentunya membutuhkan waktu yang cukup lama, oleh karena itu peran serta masyarakat maupun swasta dalam memacu pertumbuhan investasi merupakan salah satu solusi yang tepat Selama ini, apabila dilihat dari data yang tersedia, pertumbuhan investasi ternyata lebih banyak berkembang di sektor sekunder, yaitu tumbuh sekitar76 %, sektor tersier sebesar 20 % sedangkan sektor primer

hanya berkembang sekitar 4 % saja. Apabila kondisi ini masih tetap bertahan, maka pemerataan ekonomi akan sulit terwujud. Hal ini di sebabkan sektor sekunder yang tumbuh di Kabupaten Subang merupakan kegiatan industri yang footloose. Artinya industri-industri yang tumbuh bukan dari adanya keterkaitan dengan input yang ada di Kabupaten Subang, akan tetapi industri - industri itu tumbuh dari keunggulan strategisnya wilayah Subang yang dekat dengan akses infrastruktur fisik yang ada. Untuk itu tentunya perlu dibuat suatu perencanaan agar kegiatan investasi bisa menciptakan nilai tambah berupa keterkaitan dengan pengoptimalan input yang ada untuk menciptakan backware linkage maupun forward linkage terhadap kegiatan - kegiatan industri yang akan dikembangkan di Kabupaten Subang. Kalaupun kondisi ini sulit terpenuhi, hendaknya kegiatan - kegiatan investasi dibidang Industri tentunya harus merupakan kegiatan yang banyak menyediakan lapangan pekerjaan. Perencanaan Pembangunan ini tentunya harus menjadi acuan BPMP dalam menjalankan tugas dan fungsinya dengan memperhatikan keberlanjutan pembangunan sebelumnya. Selain itu yang menjadi acuannya adalah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Subang tahun 2005 2025, RPJM Propinsi serta Nasional. 1.2. Maksud dan Tujuan Renstra SKPD Badan Penanaman Modal dan Perijinan Tahun 2009 2014 merupakan dokumen bahan acuan bagi BPMP dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya di dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan pembangunan daerah yang terarah dan berkesinambungan Adapun tujuan Penyusunan Renstra adalah : 1. Menetapkan Visi, Misi dan Arah Pembangunan BPMP yang mengacu kepada RPJMD dan Perda Nomor 12 tahun 2008 tentang RPJPD

Kabupaten Subang tahun 2005-2025 serta sebagai pedoman dalam Penyusunan Renja BPMP dalam kurun lima tahun ke depan 2. Mewujudkan perencanaan Pembangunan BPMP yang sinergis antara pembangunan sektoral dan kewilayahan. 1.3. Landasan Hukum 1. Undang Undang Nomor 4 Tahun 1968 tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang. 2. Undang Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih, dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. 3. Undang Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. 4. Undang Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. 5. Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. 6. Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (PKPD). 7. Undang Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional Tahun 2005 2025. 8. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan. 9. Peraturan Daerah Kabupeten Subang Nomor 12 tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Subang Tahun 2005 2025.

1.4. Hubungan Renstrada dengan Dokumen Perencanaan Lainnya Dalam penyusunan renstrada ini tentunya selalu berpatokan pada dokumen perencanaan lainnya. Yang menjadi acuan yaitu RPJMD Kabupaten Subang serta RPJPD, yang mana tentunya kedua dokumen ini telah pula mengacu pada dokumen perencanaan tingkat propinsi maupun tingkat nasional. Sebagai dasar dalam penyusunan dokumen perencanaan yang ada tentunya mengacu pula kepada aturan-aturan yang telah ditetapkan yaitu UU nomor 25 tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional serta berdasarkan SE mendagri Nomor 050/2020/33/SJ tanggal 11 Agustus 2005 tentang Pedoman Penyusunan RPJP Daerah dan RPJM Daerah bahwa RPJMD hanya disusun oleh daerah-daerah yang telah memiliki kepala daerah hasil pemilihan langsung 1.5. Proses Penyusunan Rencana Strategis BPMP tahun 2009-2014 disusun dengan tahapan sebagai berikut : 1. BPMP mengusulkan format tanggapan terhadap Rancangan awal RPJMD yang disampaikan kepada Bappeda. 2. BPMP mengikuti musrenbang dengan seluruh stakeholder dalam rangka melakukan sinergitas dengan SKPD terkait 3. BPMP melakukan diskusi internal dengan bidang-bidang yang ada untuk menyusun renstrada BPMP dengan melihat hasil musrenbang tersebut 4. Kepala BPMP menyusun Tim untuk menyusun dan merumuskan renstrada BPMP

5. Hasil pekerjaan tim disampaikan kepada kepala BPMP maupun bidangbidang yang ada untuk dilakukan koreksi ataupun penambahanpenambahan. 6. Tim memperbaiki kembali renstra hasil koreksi tersebut 7. Tim menyampaikan hasil pekerjaanya kepada kepala BPMP untuk disampaikan kepada Bappeda 1.6. Sistematika Penyusunan Rencana Strategis BPMP tahun 2009 2014 disusun berdasarkan sistematika sebagai berikut : Bab I : PENDAHULUAN Memuat latar belakang, maksud dan tujuan, landasan hukum, hubungan Renstra dengan dokumen perencanaan lainnya, proses penyusunan Renstra Tahun 2009-2014 dan sistematika penyusunan. Bab II : Bab III : GAMBARAN PELAYANAN DAN KINERJA BPMP TAHUN 2003-2008 Memuat evaluasi pelayanan dan kinerja BPMP dari Tahun 2003 2008, analisa kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman serta isu strategis. VISI DAN MISI SKPD BPMP Menjelaskan Visi dan Misi SKPD BPMP Kabupaten Subang untuk kurun waktu 5 (lima) tahun ke depan, tujuan dan sasaran serta indikator kinerja setiap misi pembangunan SKPD BPMP.

Bab IV : STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH SKPD BPMP Memuat dan menjelaskan arah kebijakan dan strategi pembangunan SKPD BPMP. Bab V : PROGRAM PEMBANGUNAN SKPD BPMP Menjelaskan Program dan Indikatif kegiatan berikut kinerja masing masing program dan kegiatan dari berbagai sumber pendanaan selama 5 (lima) tahun kedepan. Bab VI: PENUTUP

BAB. II GAMBARAN PELAYANAN DAN KINERJA BPMP TAHUN 2003 2005 2.1. Gambaran Tupoksi BPMP Tugas Pokok dan Fungsi BPMP dilandasi hukum Peraturan Bupati Kabupaten Subang Nomor 14D.6 Tahun 2008, tentang Tugas Pokok dan Fungsi Badan Penanaman Modal dan Perijinan Kabupaten Subang. Tugas pokok yang dimaksud yaitu, merumuskan kebijakan perencanaan dan pengelolaan Penanaman Modal dan Perijinan dalam rangka mendukung penyelenggaraan tugas tugas Pemerintah Daerah. Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 Badan mempunyai Fungsi : a. Perumusan kebijakan teknis dibidang Penanaman Modal dan Perijinan. b. Penyelenggaraan Promosi Penanaman Modal Daerah. c. Pembinaan Penanaman Modal Daerah. d. Pengalihan Informasi mengenai potensi peluang investasi. e. Pemberian dorongan dan kemudahan bagi pengembangan Penanaman Modal. f. Pelaksanaan kerja sama internasional yang mewakili Negara dibidang Penanaman Modal dan Pengaturan Penerapannya. g. Pengelolaan Perijinan berdasarkan pelimpahan kewenangan Bupati. h. Penyelenggaraan teknis administratif kesekretariatan.

2.2. Gambaran Pelayanan dan Kinerja BPMP Untuk mengetahui pelaksanaan dan capaian yang telah dilakukan di BPMP pada tahun 2003 2008 perlu pula dilihat mengenai keberadaan SKPD ini lima tahun kebelakang. Seiring dengan pemberlakuan otonomi daerah yang mana urusan penanaman modal merupakan urusan wajib bagi setiap daerah, maka awal pemeberlakuan otonomi daerah di Kabupaten Subang di bentuk SKPD setingkat Eselon II untuk menangani urusan penanaman modal. Sebelum terbentuk Badan Penanaman Modal dan Perijinan, pada tahun 2003 SKPD ini bernama Badan Promosi Penanaman Modal Daerah (BPPMD). Sesuai dengan nama yang diberikan pada masa itu titik berat pelaksanaan tugas lebih banyak pada pelaksanaan promosi potensi investasi Kabupaten Subang. Dari hasil capaian kinerja selama tahun 2003 2008 bisa dilihat pada tabel berikut No Tolak Ukur Hasil Capaian Kinerja Capaian Kinerja Capaian Kinerja BPMP Tahun 2003-2006 Tahun 2007-2008 1. Pelaksanaan Promosi Pembentukan Citra Kab. Subang Sebagai Daerah Tujuan Investasi 2. Peningkatan Jumlah Investasi Kurangnya minat Investasi di Kabupaten Subang 3. Ketersediaan Sarana dan Prasarana Kurangnya sarana dan prasarana pendukung investasi Peningkatan Citra Kabupaten Subang sebagai daerah tujuan investasi Meningkatnya Minat Investasi di Kabupaten Subang sebesar 10 % Meningkatnya Sarana dan Prasara na pendukung Investasi

Dari tabel di atas terlihat bahwa selama periode tahun 2003 2006, Badan Penanaman Modal dan Perijinan lebih banyak mengekpose keluar mengenai semua potensi yang bisa dikembangkan untuk kegiatan investasi. Dari hasil analisa terlihat selama periode tersebut sekitar 70 % potensi investasi terekpose keluar dengan melaksanakan kegiatan pameran, temu bisinis maupun kegiatan agresif marketing. Apabila dilihat dari jumlah realisasi investasi yang ada di Kabupaten Subang, untuk periode 2003-2006 menunjukkan angka yang tidak stabil terutama untuk investasi PMDN. Sedangkan untuk PMA pada periode yang sama menunjukkan angka yang cukup stabil. Untuk periode 2007 2008 ternyata terdapat peningkatan yang cukup signifikan terutama untu investasi yang berasal dari PMA. Menurut hasil evaluasi BPPMD Provinsi Jawa Barat untuk tahun 2008 Kabupaten Subang menempati urutan ke 10 dalam hal pertumbuhan investasi. Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi perkembangan investasi di Kabupaten Subang dari tahun 2003 2007 dapat dilihat pada table di bawah ini KONDISI PERTUMBUHAN INVESTASI DI KABUPATEN subang TAHUN 2003 sd 2007 PENANAMAN MODAL ASING (PMA) INVESTASI NO KAB./KOTA TAHUN PROYEK (Rp) TENAGA KERJA 1 2 3 4 5 6 1. Kabupaten Subang 2003 1 120,795,625,000.- 341 2004 1 151,356,933,000.- 471 2005 4 218,215,391,785.- 439 2006 2 38,402,000,000.- 3026 2007 6 124,783,444,000.- 1882

PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI (PMDN) INVESTASI NO KAB./KOTA TAHUN PROYEK (Rp) TENAGA KERJA 1 2 3 4 5 6 1. Kabupaten Subang 2003 2 23,963,000,000.- 93 2004 - - - 2005 1 15,230,387,000.- 423 2006 - - - 2007 1 13,614,200,000.- `110 Sedangkan untuk ketersedian sarana dan prasarana pendukung pelaksanaan investasi di Kabupaten Subang, memang belum menujukkan kondisi yang memuaskan. Sebagai gambaran sampai dengan tahun 2008 ketersediaannya baru mencapai sekitar 50% dari kondisi ideal yang diharapkan. - 2.2.1. ANALISA KEKUATAN (STRENGHTS) 1. Letak geografis yang strategis 2. Struktur organisasi setingkat esselon 2 ; 3. Kebijakan Daerah (RUTR dan Zona Industri) 4. Tersedianya komoditas potensial bagi pengembangan Investasi 5. Tersedianya SDM (Secara Kuantitatif) - 2.2.2. ANALISA KELEMAHAN (WEAKNESS) 1. Belum menjadi daerah tujuan investasi 2. Tugas pokok dan fungsi organisasi belum optimal

3. Zona Industri belum tergambar secara detail 4. Komoditas yang ada belum terpetakan secara detail 5. Kompetensi SDM tidak seuai dengan bidangnya - 2.2.3. ANALISA PELUANG (OPPORTUNITIES) 1. Terbukanya peluang investasi untuk pengembangan di bidang Agribisnis, Pariwisata dan Industri 2. Rencana Pengembangan Jalan Tol Sadang Cirebon 3. Tersedianya lembaga/institusi pendukung bagi pengembangan komoditas unggulan 4. Adanya Kerjasama Nasional dan Regional - 2.2.4. ANALISA ANCAMAN (THREATS) 1. Tingkat Persaingan dalam hal menarik investor di antara daerah akan semakin ketat 2. Standarisasi produk yang aman 3. Isu penanganan lingkungan hidup 2.3. Isu Strategis Selain melihat kondisi internal berupa kekuatan dan kelemahan yang dimiliki serta melihat kondisi lingkungan eksternal berupa peluang dan ancaman, maka dalam penyusunan Renstrada ini tentunya harus pula memperhatikan isu strategis yang dianggap dapat mempengaruhi terhadap perkembangan laju investasi. Hal pertama yang harus diperhatikan yaitu adanya krisis financial global ternyata sudah mulai terasa yaitu banyaknya PMA yang menghentikan usahanya maupun menggagalkan rencana pelaksanaan investasi, untuk hal ini maka pertumbuhan investasi tidak harus tergantung pada sumber PMA

akan tetapi bagaimana bisa mengoptimalkan sumberdaya yang ada sehingga bisa menghasilkan nilai tambah dari produk tersebut. Kegiatan ini tentunya harus sinergi dengan prioritas lima tahun kedepan yaitu bagaimana upaya yang harus dilakukan oleh BPMP untuk mendukung terwujudnya Desa mandiri gotong royong serta Subang menjadi kota wisata di tahun 2014. Road map investasi di tahun 2009, BKPM telah mengarahkan pada sektor pemenuhan pangan, energi serta Infrastruktur. Dikaitkan dengan kondisi Subang maka khusus untuk ketersediaan pangan serta penyediaan sumber energi terbarukan melalui pengembangan agribisnis harus menjadi sektor unggulan dalam hal pengembangan investasi. Tentunya isu strategis ini harus pula disinergikan dengan arah kebijakan pembangunan Kabupaten Subang dalam hal pemerataan ekonom, sehingga jumlah penduduk miskin menurun serta penyediaan lapangan pekerjaan meningkat.

BAB. III VISI DAN MISI BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN 3.1. VISI BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN Arah pembangunan Badan Penanaman Modal dan Perijinan pada tahap kedua Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah atau RPJMD 2009-2014 tentunya tidak hanya dituntut untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang ada tetapi dapat pula mengantisipasi perubahan yang muncul di masa yang akan datang. Permasalahan pemerataan pembangunan ekonomi yang diarahkan pada pengurangan jumlah penduduk miskin serta penyedian lapangan kerja, merupakan patokan yang harus diperhatikan dalam penyusunan arah pembangunan BPMP lima tahun ke depan. Selain itu pengaruh faktor luar seperti adanya krisis financial global harus pula bisa diantisipasi agar pertumbuhan investasi di Kabupaten Subang dapat tumbuh secara baik. Untuk itu tentunya pertumbuhan investasi Di Kabupaten Subang tidak hanya mengejar terhadap tumbuhnya laju pertumbuhan ekonomi, akan tetapi bagaimana adanya nilai tambah terhadap sumberdaya yang ada baik dalam hal penyerapan tenaga kerja maupun nilai tambah terhadap produk yang berasal dari bahan baku lokal Subang. Denga mempertimbangkan potensi, kondisi, permasalahan tantangan dan peluang, maka Visi Badan Penanaman Modal dan Perijinan adalah Menjadikan Kabupaten Subang sebagai Kawasan Investasi yang Menarik Penjabaran makna dari Visi tersebut adalah sebagai berikut :

Kawasan Investasi : Setiap sumber daya yang ada di kabupaten Subang baik Komoditas maupun tempat bisa dijadikan objek investasi baik untuk bidang Agribisnis, Pariwisata maupun Industri. Menarik : Setiap sumberdaya yang ada merupakan objek yang kompetitif bagi pelaksanaan investasi. 3.2. MISI Misi merupakan penjabaran dari Visi yang memuat tujuan dan sasaran yang akan ingin dicapai dalam kurun waktu tertentu melalui penerapan strategi yang terpilih. Perumusan Misi adalah sebagai berikut : Misi Pertama : Menyusun perencanaan pelaksanaan penanaman modal Daerah, adalah upaya untuk mewujudkan pelaksanaan investasi yang terarah serta berfocus pada pemerataan perekonomian guna mendorong percepatan Kabupaten Subang untuk mewujudkan Desa Mandiri Gotong Royong serta Subang sebagai Kota Wisata di tahun 2014. Misi Kedua : Meningkatkan Pelayanan Penanaman Modal, adalah upaya mewujudkan pelayanan prima dalam hal pelayanan perijinan, pelaksanaan promosi serta pelaksanaan pengendalian. Misi Ketiga : Mewujudkan sarana dan prasarana yang berkualitas, adalah upaya untuk meningkatkan sarana dan prasarana yang representative dalam rangka mendukung pelayanan investasi yang prima

3.3. Arah Pembangunan Badan Penanaman Modal dan Perijinan Sebagai bahan acuan arah pembangunan bidang penanaman modal selama periode waktu tahun 2009 2014, ditetapkan melalui tujuan dan sasaran masing-masing Misi sebagai berikut MISI PERTAMA : MENYUSUN PERENCANAAN PELAKSANAAN PENANAMAN MODAL Penuyusunan perencanaan pelaksanaan penanaman modal perlu dilakukan agar terdapat sinergitas antara kebijakan Pemerintah serta Pemerintah Daerah dalam hal pelaksanaan penanaman modal, selain itu diatara SKPD terkait ada pemahaman yang sama dalam mencapai target pertumbuhan investasi yang dituju. Untuk itu dalam rangka menghasilkan rumusan perencanaan pelaksanaan penanaman modal yang terintegrasi, maka arah pembangunan dan pengembangan investasi Kabupaten Subang pada Misi Pertama diuraikan sebagai berikut : 1. Mewujudkan persepsi yang sama dalam hal pengembangan investasi. 2. Tercipatnya evaluasi pelaksanaan penanaman modal. 3. Tersedianya data potensi unggulan daerah 1. Mewujudkan Persepsi yang sama dalam hal pengembangan Investasi Perlu dipahami bahwa kegiatan investasi adalah kegiatan yang sifatnya lintas sektoral, oleh karena itu dalam rangka mencapai pertumbuhan investasi sebesar 12 % per tahun masing-masing SKPD terkait dapat mendukung sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Untuk menciptakan adanya persepsi yang sama diperlukan fokus pembangunan investasi dengan sasaran sebagai berikut :

A. Tersedianya arah kebijakan pengembangan investasi di Kabupaten Subang Unsur yang terpenting dalam mewujudkan arah kebijakan pengembangan investasi adalah adanya koordinasi dengan SKPD terkait dalam menentukan prioritas pengembangan investasi yang akan dicapai serta bisa besinergi sebagai dukungan guna mewujudkan Desa Mandiri Gotong Royong serta Subang sebagai kota wisata 2014. B. Terselenggaranya evaluasi pelaksanaan penanaman modal Pelaksanaan evaluasi penanaman modal perlu dilakukan untuk melihat sejauh mana keefektifan pelaksanaan perencanaan penanaman modal yang telah dibuat. Selain itu hasil dari evaluasi ini bisa dijadikan bahan pertimbangan untuk penyempurnaan perencanaan di masa mendatang. Untuk mendapatkan informasi sampai sejauh mana keefektifan pencapaian sasaran dari perencanaan yang telah di buat maka tentunya harus tersedia suatu pelaksanaan evaluasi yang baik. C. Tersedianya data potensi unggulan Data potensi unggulan merupakan bentuk dukungan BPMP yang diberikan untuk mewujudkan Desa Mandiri Gotong serta Subang sebagai kota wisata tahun 2014. Kegiatan ini dimaksudkan sebagai informasi bahwa ditiap desa yang ada tersedia data mengenai potensi unggulan yang siap untuk diekpose keluar sehingga bisa mencipatkan nilai tambah.

MISI KEDUA : MENINGKATKAN PELAYANAN PENANAMAN MODAL Lingkup pelayanan penanaman modal yang menjadi fokus pada Misi kedua ini yaitu meliputi kegiatan Pelayanan Perijinan, Pelaksanaan promosi, serta pelaksanaan pengendalian. Untuk itu dalam rangka mencapai pelayanan prima dalam pelaksanaan pelayanan penanaman modal diarahkan pada : 1. Pelayanan perijinan 2. Pelaksanaan promosi 3. Pelaksanaan pengendalian. Adapun sasaran yang ingin dicapai pada misi kedua ini yaitu meningkatnya kepuasan masyarakat 1. Pelayanan perijinan merupakan salah satu nilai positif yang didambakan oleh para investor, karena sekarang ini pelayanan perijinan yang kompetitif dicirikan oleh proses yang cepat, murah, tepat waktu serta transparan dalam hal penetapan biaya. Sebagai tolok ukur bahwa pelaksanaan pelayanan perijinan telah sesuai dengan kriteria tersebut maka harus diukur berdasarkan tingkat kepuasan masyarakat yang pernah dilayaninya. Selain itu pelaksanaan pelayanan perijinan bisa pula dijadikan tolok ukur terhadap minat investasi di Kabupaten Subang 2. Pelaksanaan Promosi disamping sebagai sarana untuk mengekpose potensi sumberdaya yang dimiliki juga berfungsi pula sebagai bentuk pelayanan dalam hal pemberian informasi mengenai kegiatan-kegiatan usaha yang bisa dilakukan atau untuk dikembangkan. Keberhasilan pelaksanaan promosi bisa dilihat dari seberapa besar prosentase potensi investasi yang telah terekpose serta dilihat dari sisi minat untuk berinvestasi

3. Pelaksanaan Pengendalian merupakan kegiatan lanjutan yang harus dilakukan sebagai wujud pengendalian terhadap pemberian ijin yang diberikan. Pelaksanaan pengendalian ini merupakan bentuk pelayanan yang diberikan untuk melihat apakah ada pihak-pihak yang dirugikan. Untuk itu dalam pelaksanaan pengendalian harus juga melibatkan SKPD maupun institusi terkait lainnya hal ini dimaksudkan apabila terjadi sesuatu dilapangan dapat segera teratasi. Selain itu pelaksanaan pengendalian bisa pula melihat seberapa besar realisasi investasi yang tejadi. MISI KETIGA : MEWUJUDKAN SARANA DAN PRASARANA YANG BERKUALITAS Ketersedian sarana dan prasarana adalah upaya untuk meningkatkan iklim investasi yang kondusif, menunjang perwujudan Kabupaten Subang sebagai daerah yang menarik untuk Investasi. Salah satu tolok ukur yang menjadi acuan dalam pelaksanaan pelayanan prima adalah ketersediaan sarana dan prasarana, karena factor kenyamanan tempat layanan serta ketepatan dan kecepatan layanan akan sangat ditentukan oleh ketersediaan sarana dan prasarana pendukung.

BAB. IV STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH SKPD BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN 4.1. Kebijakan Pembangunan Kebijakan Pembangunan merupakan penjabaran tujuan dan sasaran misi yang telah dipaparkan sebelummnya. Kebijakan pembangunan ini merupakan pedoman dalam pelaksanaan program dan kegiatan selama periode tahun 2009-2014. Untuk melihat kebijakan Badan Penanaman Modal dan Perijinan berdasarkan uraian misi yang telah disusun adalah sebagai berikut : Misi Pertama : Menyusun Perencanaan Pelaksanaan Penanaman Modal Kebijakan pada Misi pertama adalah sebagai berikut : 1. Meningkatkan Koordinasi antara institusi yang terkait dengan pelaksanaan Investasi dengan sasaran : a) Tersedianya arah kebijakan pengembangan Investasi b) Terselenggaranya evaluasi pelaksanaan penanaman modal c) Tersedianya data potensi unggulan Misi Kedua : Meningkatkan Pelayanan Penanaman Modal Kebijakan pada Misi Kedua adalah sebagai berikut : 1. Meningkatnya Pelayanan Prima pada pelaksanaan Penanaman Modal dengan sasaran: a) Meningkatnya indek kepuasan masyarakat b) Meningkatnya minat investasi di Kabupaten Subang c) Meningkatnya realisasi Investasi

2. Meningkatnya Sarana Pelayanan Investasi dengan sasaran : a) Meningkatnya fasilitas dan Koordinasi Investasi b) Meningkatnya sarana Informasi Teknologi Investasi Misi Ketiga : Mewujudkan sarana dan prasarana yang berkualitas 1. Mewujudkan sarana dan prasarana yang berkualitas dengan sasaran : a) Tersedianya sarana dan prasarana pendukung investasi yang representatif. 4.2. Strategi Pencapaian Pembangunan Tahun 2009 2014 Penyusunan strategi dalam rangka pencapaian pembangunan tahun 2009 2014, pada intinya merupakan pejabaran dari pada masing-masing misi yang telah disusun. Strategi pencapaian pembangunan Badan Penanaman Modal dan Perijinan untuk masing masing misi diuraikan sebagai berikut : Untuk mewujudkan misi yang pertama, yaitu Menyusun perencanaan pelaksanaan penanaman modal maka kebijakannya diarahkan pada meningkatnya koordinasi SKPD yang terkait dengan pelaksanaan investasi. Sedangkan sasaran yang ingin dicapai pada kebijakan ini yaitu : 1. Terselenggaranya koordinasi antara SKPD yang terkait dengan investasi. Adapun capaian yang ditargetkan untuk tahun 2009 2014 yaitu meningkatnya koordinasi dalam pelaksanaan investasi. 2. Tersedianya data potensi unggulan daerah, sasaran yang ingin dicapai yaitu pada tahun 2009 sekitar 55 % potensi unggulan yang ada di Kabupaten Subang terkumpul, dan pada akhir tahun 2014 sekitar 80% data potensi unggulan daerah bisa terkumpul.

3. Terselenggaranya evaluasi pelaksanaan investasi. Untuk melihat hasil dari sasaran ini yaitu untuk tahun 2009 2014 terlaksananya evaluasi pelaksanaan investasi. Sedangkan untuk misi yang kedua, yaitu Meningkatkan Pelayanan Penanaman Modal maka arah kebijakannya ditujukan bagi peningkatan pelayanan prima pada pelayanan penanaman modal. Sedangkan sasaran yang ingin dicapainya meliputi : 1..Meningkatnya indeks kepuasan masyarakat. Target capaian pada sasaran ini yaitu pada tahun 2009 indeks kepuasan masyarakat mencapai 60 % dan setiap tahun meningkat sebesar 5%, sehingga pada tahun 2014 indeks kepuasan masyarakat mencapai 85 % 2. Meningkatnya minat investasi di kabupaten Subang. Sedangkan target yang ingin dicapai pada tahun 2009 terdapat peningkatan minat investasi sebesar 15 % dan setiap tahun diprediksikan akan meningkat sebesar 5 %, sehingga pada tahun 2014 minat investasi di Kabupaten Subang mencapai 40%. 3. Meningkatnya Realisasi Investasi. Penentuan target pencapaian realisasi investasi tentunya harus pula memperhitungkan kondisi global serta keadaan perkembangan investasi regional. Berdasarkan pengaruh kondisi tersebut maka peningkatan investasi mencapai 12 % per tahun. 4. Meningkatnya Pelaksanaan Pengawasan, Pemantauan dan Pembinaan Investasi. Adapun sasaran yang ingin dicapai yaitu pada tahun 2009 tercapai sekitar 50%, sedangkan di akhir tahun 2014 tercapai sekitar 75%. 5. Meningkatnya kualitas SDM. Sasaran yang ingin dicapainya yaitu pada tahun 2009 sekitar 30% pegawai BPMP sudah sesuai dengan kompetensinya, serta pada akhir tahun 2014 sekitar 80% pegawai BPMP sudah sesuai dengan kompetensi. Untuk Kebijakan Meningkatnya sarana pelayanan Investasi, sasaran yang ingin dicapai yaitu:

1. Meningkatnya fasilitas dan koordinasi Investasi, dengan sasran yang ingin dicapai yaitu pada tahun 2009 tercapai sekitar 45% dan ditahun 2014 akan tercapai sekitar 70%. 2. Meningkatnya sarana Informasi Teknologi, sasaran yang ingin dicapai yaitu pada tahun tercapai sekitar 40% dan di akhir tahun 2014 akan tercapai sekitar 80%. Pelaksanaan misi ketiga, yaitu mewujudkan sarana dan prasarana yang berkualitas. Sedangkan arah kebijakanya yaitu guna mewujudkan sarana dan prasaran yang berkualitas, adapun sasaran yang ingin dicapai yaitu tersedianya sarana dan prasarana pendukung yang representatif. Capaian yang ditargetkan untuk tahun 2009 mecapai 55 % dan setiap tahun akan berkembang sebesar 5%, sehingga di akhir tahun 2014 ketersediaan sarana dan prasaran pendukung investasi mencapai 80%. Untuk lebih jelasnya mengenai strategi pencapaian renstra SKPD Badan Penanaman Modal dan Perijinan bisa dilihat pada matrix di bawah ini.

BAB. VI PENUTUP Rencana Strategis (Renstra) Badan Penanaman Modal dan Perijinan Kabupaten Subang tahun 2009 2014 adalah dokumen perencanaan SKPD Badan Penanaman Modal dan Perijinan untuk periode 5 (lima) tahunan merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Kabupaten Subang tahun 2009-2014. Hal lain yang menjadi pedoman umum yaitu Peraturan Daerah No. 12 tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJP) serta dengan memperhatikan pula Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Rencana Strategis tahun 2009-2014 ini dijadikan pedoman dalam : 1. Penyusunan Rencana Kerja SKPD Badan penanaman Modal dan perijinan serta dalam penyusunan perencanaan penganggaran. 2. Mewujudkan perencanaan yang strategis diantara bidang yang ada di internal SKPD BPMP serta bisa mewujudkan perencanaan yang sinergis diantara SKPD yang terkait, khususnya dalam pelaksanaan Penanaman Modal di Kabupaten Subang. Keberhasilan dan implementasi pelaksanaan Rencana Strategis tahun 2009 2014, tentunya sangat tergantung dari kesepakatan, kesepahaman serta komitmen bersama diantara seluruh pihak yang terlibat dalam pelaksanaan penanaman modal di Kabupaten Subang.

MATRIX STRATEGI PENCAPAIAN RENSTRA SKPD BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TAHUN 2009-2014 VISI SKPD MISI SKPD CAPAIAN TAHUNAN PROGRAM KEBIJAKAN SASARAN 2009 2010 2011 2012 2013 2014 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Menjadikan 1 Menyusun 1,1 Meningkatkan Koordinasi 1 Terselenggaranya koordinasi Meningkatnya Meningkatnya Meningkatnya Meningkatnya Meningkatnya Meningkatnya 3 Program Perencanaan SKPD yang terkait dengan antar SKPD yang terkait dengan koordinasi koordinasi koordinasi koordinasi koordinasi koordinasi Kabupaten pelaksanaan pelaksanaan investasi investasi pelaksanaan pelaksanaan pelaksanaan pelaksanaan pelaksanaan pelaksanaan Subang sebagai penanaman modal investasi investasi investasi investasi investasi investasi investasi 2 Tersedianya data potensi unggulan daerah 55% 60% 65% 70% 75% 80% yang menarik 3 Terselenggaranya evaluasi pelaksanaan penanaman modal STRATEGI PENCAPAIAN RENSTRA SKPD TAHUN 2009-2014 Terlaksananya evaluasi Terlaksananya evaluasi Terlaksananya evaluasi Terlaksananya evaluasi Terlaksananya evaluasi Terlaksananya evaluasi 2 Meningkatnya pelayanan penanaman modal 2,1 Meningkatnya pelayanan Prima pada Pelayanan Penanaman modal 1 Meningkatnya indeks kepuasan masyarakat 60% 65% 70% 75% 80% 85% 2 Meningkatnya minat investasi di kabupaten Subang 15% 20% 25% 30% 35% 40% 3 Meningkatnya realisasi investasi 12% 12% 12% 12% 12% 12% 4 Meningkatnya pemantauan, pengawasan dan pembinaan investasi 50% 55% 60% 65% 70% 75% 5 Meningkatnya kualitas SDM 30% 40% 50% 60% 70% 80% 2.2. Meningkatnya sarana pelayanan investasi 1 Meningkatnya fasilitas dan koordinasi investasi 45% 50% 55% 60% 65% 70% 2 Mningkatnya fasilitas informasi tekhnoligi investasi 40% 45% 50% 60% 70% 80% 3 Meningkatnya optimalisasi pelaksanaan investasi 40% 45% 50% 60% 70% 80% Renstra SKPD BPMP Tahun 2009-2014 IV - 5

BAB V 5.1 PROGRAM PEMBANGUNAN SKPD BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TAHUN 2009-2014 (DARI BERBAGAI SUMBER PENDANAAN) NO PROGRAM SASARAN PROGRAM INDIKATOR KINERJA TARGET PENCAPAIAN EKSISTING 2008 PROGRAM 2009 2010 2011 2012 2013 2014 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 Peningkatan PENINGKATAN KOORDINASI Promosi dan - Tersedianya arah kebijakan pengembangan Investasi % 75% 100% 100% 100% 100% 100% 100% Kerjasama - Tersedianya data potensi unggulan daerah % 50% 55% 60% 65% 70% 75% 80% Investasi - Terselenggaranya evaluasi pelaksanaan % 75% 100% 100% 100% 100% 100% 100% Penanaman Modal PENINGKATAN PELAYANAN PRIMA - Meningkatnya indeks kepuasan masyarakat % 55% 60% 65% 70% 75% 80% 85% - Meningkatnya pembinaan dan pemantauan investasi % 45% 50% 55% 60% 65% 70% 75% - Meningkatnya minat investasi % 12% 15% 20% 25% 30% 35% 40% - Meningkatnya realisasi investasi % 12% 12% 12% 12% 12% 12% 12% - Meningkatnya kualitas SDM penanaman modal % 30% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 2 Peningkatan PENINGKATAN SARANA PELAYANAN INVESTASI Iklim Investasi - Meningkatnya fasilitas dan koordinasi Investasi % 40% 45% 50% 55% 60% 65% 70% dan Realisasi -Meningkatnya sarana Informasi Teknologi Investasi % 40% 40% 45% 50% 60% 70% 80% Investasi -Meningkatnya optimalisasi pelaksanaan investasi % 40% 40% 45% 50% 60% 70% 80% 3 Penyiapan PENYEDIAN SARANA DAN PRASARANA Potensi - Meningkatnya sarana dan prasarana investasi % 50% 55% 60% 65% 70% 75% 80% Sumberdaya, Sarana dan Prasarana Daerah Renstra SKPD BPMP Tahun 2009-2014 V- 1

(000) NO PROGRAM KEGIATAN SASARAN KEGIATAN TARGET PENCAPAIAN INDIKATIF 2009 2010 2011 2012 2013 2014 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2 PENINGKATAN IKLIM 1 Memfasilitasi dan Koordinasi kerjasama Peningkatan pelayanan INVESTASI DAN Investasi investasi 53.169 150.000 170.000 190.000 200.000 250.000 REALISASI INVESTASI 2 Pengembangan sistem Informasi Meningkatnya dukungan penanaman modal sarana Informasi Teknologi 400.000 300.000 150.000 100.000 200.000 150.000 investasi 3 Peningkatan PPTSP Meningkatnya pelaksanaan 250.328 - - - - - PPTSP 4 Kajian Kebijakan Penanaman Modal Meningkatnya efektivitas - 350.000 - - - 200,000 Pelaksanaan Penanaman Modal 3 PENYIAPAN POTENSI 1 Peningkatan potensi sumberdaya, Meningkatnya potensi sumber SUMBERDAYA, sarana dan prasarana penanaman daya, sarana dan prasarana - 1.500.000 500.000 200.000 200.000 250.000 SARANA DAN modal penanaman modal PRASARANA DAERAH Renstra SKPD BPMP Tahun 2009-2014 V- 3