Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 2/Permen-KP/2015. Tanggal 08 Januari 2015 tentang larangan penggunaan alat penangkapan

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun

BAB I PENDAHULUAN. Pukat merupakan semacam jaring yang besar dan panjang untuk. menangkap ikan yang dioperasikan secara vertikal dengan menggunakan

Potensi Terumbu Karang Luwu Timur

4.2 Keadaan Umum Perikanan Tangkap Kabupaten Lamongan

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM. 25 o -29 o C, curah hujan antara November samapai dengan Mei. Setiap tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

MANAJEMEN PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN BULUNGAN

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2/PERMEN-KP/2015 TENTANG

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Rencana Pengembangan Berkelanjutan Kelautan dan Perikanan di Pulau Maratua

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

6 PENGEMBANGAN USAHA PERIKANAN TANGKAP BERBASIS KEWILAYAHAN. 6.1 Urgensi Sektor Basis Bagi Pengembangan Usaha Perikanan Tangkap di Kabupaten Belitung

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

5 KEADAAN PERIKANAN TANGKAP KECAMATAN MUNDU KABUPATEN CIREBON

MAKALAH PENYULUHAN PERIKANAN PERENCANAAN PROGRAM PENYULUHAN PELARANGAN ALAT TANGKAP CANTRANG DI JUWANA, PATI

BUPATI BARITO KUALA PERATURAN BUPATI BARITO KUALA NOMOR 64 TAHUN 2011 TENTANG IZIN USAHA PERIKANAN DI KABUPATEN BARITO KUALA

MAKSUD DAN TUJUAN DAPAT DIGUNAKAN SEBAGAI PEDOMAN DALAM RANGKA MEWUJUDKAN PERAN SERTA POKMASWAS DALAM MEMBANTU KEGIATAN PENGAWASAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 4.2 Keadaan Umum Perikanan di Sulawesi Utara

Keterkaitan Aktifitas Ekonomi Nelayan Terhadap Lingkungan Pesisir Dan Laut SKRIPSI

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 15/MEN/2009 TENTANG

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KONFLIK NELAYAN SENGGARANG KOTA TANJUNGPINANG DENGAN NELAYAN TEMBELING KECAMATAN TELUK BINTAN KABUPATEN BINTAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Sistem Perikanan Tangkap Ramah Lingkungan sebagai Upaya Menjaga Kelestarian Perikanan di Cilacap

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PENANGKAPAN IKAN

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Teluk Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi, merupakan salah satu daerah

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PENANGKAPAN IKAN

AGROBISNIS BUDI DAYA PERIKANAN KABUPATEN CILACAP

Sumber : Wiryawan (2009) Gambar 9 Peta Teluk Jakarta

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Republik Indonesia BADAN PUSAT STATISTIK SURVEI PENYUSUNAN DIAGRAM TIMBANG NILAI TUKAR PETANI 16 KABUPATEN TAHUN Subsektor Perikanan - Tangkap

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

mungkin akan lebih parah bila tidak ada penanganan yang serius dan tersistem. Bukan tidak mungkin hal tersebut akan mengakibatkan tekanan yang luar

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BADAN PUSAT STATISTIK SURVEI PENYUSUNAN DIAGRAM TIMBANG NILAI TUKAR PETANI 18 KABUPATEN TAHUN 2015

PRODUKSI PERIKANAN 1. Produksi Perikanan Tangkap No. Kecamatan Produksi (Ton) Ket. Jumlah 12,154.14

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pengumunan terkait revisi Dosen Pengampu dan Materi DPI

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian KUESIONER

Berikut ini adalah gambar secara skematis karangka pemikiran penelitian :

ALAT PENANGKAPAN IKAN. Riza Rahman Hakim, S.Pi

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

ANALISIS KEBUTUHAN ENERGI UNTUK SEKTOR PERIKANAN DI PROVINSI GORONTALO

PENYULUH PERIKANAN BANTU KABUPATEN BEKASI DAMPINGI KOPERASI NELAYAN MENYUSUN RENCANA BANTUAN SARANA PENANGKAPAN IKAN TAHUN 2016

KEADAAN UMUM. 4.1 Letak Geografis

Nurlaili Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

3 METODOLOGI PENELITIAN

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.06/MEN/2010 TENTANG

CAPAIAN IMPLEMENTASI 4 FOKUS AREA RENCANA AKSI Gerakan Nasional Penyelamatan Sektor Kelautan Indonesia Di Provinsi Jawa Tengah

NUNUKAN (7/9/2015)

STRUKTUR ONGKOS USAHA PERIKANAN TAHUN 2014

4 KERAGAAN PERIKANAN DAN STOK SUMBER DAYA IKAN

LAPORAN PENELITIAN INDIVIDU

VII. POTENSI LESTARI SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP. Fokus utama estimasi potensi sumberdaya perikanan tangkap di perairan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANGGARAI NOMOR : 11 TAHUN 2001 TENTANG

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. KELEMBAGAAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI PELABUHANRATU. Pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan di perairan

CAPAIAN IMPLEMENTASI 4 FOKUS AREA RENCANA AKSI Gerakan Nasional Penyelamatan Sektor Kelautan Indonesia PEMERINTAH PROVINSI BANTEN

BAB VI PENUTUP. dengan pola aktivitas dan strategi penghidupan masyarakat nelayan di Kawasan. Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur.

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS PENDAPATAN NELAYAN JARING INSANG TETAP DAN BUBU DI KECAMATAN MEMBALONG KABUPATEN BELITUNG

5 TINGKAT KEBUTUHAN ES UNTUK KEPERLUAN PENANGKAPAN IKAN DI PPS CILACAP


7 KAPASITAS FASILITAS

BAB I PENDAHULUAN. (90%) hidup diperairan laut dan sisanya 300 spesies (10%) hidup di perairan air

II. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian Terdahulu. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Saskia (1996), yang menganalisis

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

4 TINJAUAN UMUM PERIKANAN TANGKAP DI MALUKU

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR LAMPUNG GUBERNUR LAMPUNG,

5. HASIL PENELITIAN 5.1 Distribusi Spasial dan Temporal Upaya Penangkapan Udang

Jaring Angkat

BAB I PENDAHULUAN. adalah Pulau Nias. Luasnya secara keseluruhan adalah km 2. Posisinya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON

CAPAIAN IMPLEMENTASI 4 FOKUS AREA RENCANA AKSI Gerakan Nasional Penyelamatan Sektor Kelautan Indonesia Di Provinsi Kalimantan Tengah

BAB I PENDAHULUAN. Informasi tentang kerusakan alam diabadikan dalam Al-Qur an Surah

PENGARUH PERKEMBANGAN PENDAPATAN NELAYAN TERHADAP KONDISI FISIK PERMUKIMAN NELAYAN WILAYAH PESISIR KOTA PEKALONGAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. negara ini terdiri dari lautan dengan total garis panjang pantainya terpanjang kedua

ANALISIS KECENDERUNGAN PRODUKSI IKAN PELAGIS KECIL DI PERAIRAN LAUT HALMAHERA TAHUN Adrian A. Boleu & Darius Arkwright

Trammel Net Fishermen Revenue Analysis in the village of Siklayu, Batang, Central Java.

BAB III BAHAN DAN METODE

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Transkripsi:

2015/05/31 07:49 WIB - Kategori : Warta Penyuluhan SOSIALISASI PERMEN KP RI NOMOR 2/PERMEN-KP/2015 DILEMATIS BAGI PENYULUH PERIKANAN KAB. BARITO KUALA PROV. KALSEL BARITO KUALA (31/5/2015) www.pusluh.kkp.go.id Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 2/Permen-KP/2015 Tanggal 08 Januari 2015 tentang larangan penggunaan alat penangkapan ikan puka thela (Trawls) dan pukat tarik (seine nets) di wilayah pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia, bertujuan untuk melestarikan sumberdaya ikan dan menghindari kerusakan dasar perairan laut kita yang banyak terumbu karang yang beraneka ragam dan tempat pemijahan ikan serta kehidupan biota lainnya.

Penggunaan alat tangkap ini telah mengakibatkan menurunnya sumberdaya ikan yang sudah lama dirasakan para nelayan, dimana nelayan kalau tidak menggunakan alat tangkap pukat hela dan pukat tarik ini hasil tangkapannnya kurang berhasil. Alat-alat tangkap seperti gill net, trammel net, lapdu, rawai, bubu, bagan,atau alat tangkap yang sifatnya fasip hasil tangkapannya sangat kurang. Di Kabupaten Barito Kuala yang merupakan daerah pesisir dengan panjang garis pantainya sekitar 54 km, merupakan daerah perairan laut yang sangat dipengaruhi oleh sungai, dimana di kabupaten ini merupakan muara sungai besar yakni Sungai Barito. Dengan perairan yang dipengaruhi sungai ini, maka kualitas airnya sangat berfluktuatif, pada musim penghujan salinitas air nya sangat rendah, sedangkan pada musim kemarau salinitas airnya cukup tinggi dan dasar lautnya berlumpur. Dengan keadaan perairan yang demikian di daerah ini kaya akan biota lautnya terutama udang dari berbagai jenis yang sangat dominan, sedangkan ikan kurang begitu dominan yang tertangkap hanya beberapa jenis ikan muara sungai yang tahan dengan kualitas air yang berfluktuasi tersebut; seperti Ikan Sembilang, Ikan Mayung, Ikan Sebelah Ikan Selunsungan dan Ikan Belanak Dengan keadaan populasi ikan yang demikian, maka alat tangkap yang

Rp.50.000,- dan mendapat hasil rata-rata 50 kg udang dengan harga jual terutama udang berupa Lampara Dasar, PukatDorong (Sungkur) dan pancing rawai, hampir 90 % nelayan laut dari 278 RTP menggunakan kedua jenis alat tangkap Lampara Dasar dan Sungkur. Alat tangkap Lamparan Dasar biasanya menggunakan satu kapal dan ditarik selama 2 jam lebih baru diangkat kekapal, pada dasar perairan laut yang banyak populasi udangnya dengan kedalaman 3 15 meter pada perairan lepas pantai sejauh > 1 mil yang jumlahnya sampai Bulan Mei ini 96 unit, sedangkan sungkur daerah penangkapannya hanya pada daerah pantai yang kedalamannya sekitar 2 6 meter dan didorong pada dasar perairan laut tempat populasi udang berada selama 2 jam lebih oleh perahu motor (klotok) dengan bahan pendorong dari bambu, dipasangi jaring, pemberat dan sepatu atau seperti serok besar yang jumlahnya 128 unit, kedua alat tangkap ini mengeruk dasar perairan tempat populasi udang berada. Dengan harga solar rata-rata di lokasi desa nelayan Rp.10.000,- per liter dengan ditambah biaya operasional, hasil tangkapan dengan kedua alat tangkap ini cukup menguntungkan bagi nelayan dan ini dilakukan nelayan daerah ini secara turun temurun sampai sekarang ini. Seperti Abdullah seorang nelayan Desa Kuala Lupak, pengguna alat tankap sungkur sekali trip penangkapan (satuhari) dengan pemakaian solar 20 liter seharga Rp.200.000, -perbekalan

Rp.10.000,-, maka di dapat hasil Rp.500.000, -ini berarti cukup menguntungkan bagi nelayan. Dengan adanya Permen KP Nomor 2/Permen-KP/2015 tersebut,kedua alat tangkap ini termasuk alat tangkap yang dilarang penggunaannya untuk menangkapikan karena merusak perairan dan inilah yang menjadi dilemma bagi Penyuluh Perikanan di Wilayah Kabupaten Barito Kuala, dimana sampai saat ini Penyuluh Perikanan masih belum berani mensosialisasikannya kepada para nelayan karena hanya dengan kedua alat tangkap ini yang hasil tangkapannya menguntungkan nelayan. Kalau penyuluh menyampaikan pelarangan ini, berarti sama saja dengan menarik piring nasi para nelayan laut, sehingga Penyuluh khawatir kalau nelayan marah dan nekat menyerang petugas di lapangan. Sosialisasi Permen KP Nomor 2/2015 dan problematikanya di lapangan sudah disampaikan ke Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Barito Kuala dan Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Kalimantan Selatan, dimana mereka masih memikirkan cara pelaksanaan sosialisasinya nanti agar tidak terjadi gejolak di masyarakat nelayan.

Inilah dilematis yang dihadapi penyuluh perikanan, sebenarnya disadari maksud dari pelarangan tersebut sangat baik untuk melestarikan sumberdaya ikan dan menjaga kerusakan lingkungan dimana nantinya untuk keberlangsungan usaha nelayan itu sendiri. Sedangkan kenyataannya para nelayan menggantungkan nasibnya pada alat tangkap Sungkur dan Lampara Dasar ini untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari. Untuk mengatasi hal demikian, kalau boleh usul ke Menteri Kelautan dan Perikanan sebaiknya pelarangan ini perlu diberi batas waktu sampai nelayan mendapat alat tangkap pengganti yang efektif untuk menangkap udang atau lembaga penelitian Kelautan dan Perikanan menciptakan alat tangkap baru yang efektip dan tidak merusak lingkungan untuk menangkap udang. Kontributor : Ir. Gunawan Koordinator PenyuluhPerikanan Kab. Barito Kuala