IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil analisis P-larut batuan fosfat yang telah diasidulasi dapat dilihat pada Tabel

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Unsur P merupakan unsur hara makro utama bagi tanaman selain N dan K. Unsur

I. PENDAHULUAN. Perkembangan pertanian di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Selain

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Fosfor (P) merupakan unsur hara makro yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Tanah mengandung fosfat (P) sebagai salah satu unsur hara makro yang

Bab IV Hasil dan Pembahasan

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

kimia ASAM-BASA III Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa populasi mikroorganisme yang terdapat di dalam tanah memiliki

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER)

I. PENDAHULUAN. tanaman, baik untuk pertumbuhan vegetatif maupun generatif. Unsur hara P pada

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

PERCOBAAN IV PEMBUATAN BUFFER Tujuan Menghitung dan pembuat larutan buffer atau dapar untuk aplikasi dalam bidang farmasi.

MODUL III KESETIMBANGAN KIMIA

BAB 6. Jika ke dalam air murni ditambahkan asam atau basa meskipun dalam jumlah. Larutan Penyangga. Kata Kunci. Pengantar

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah dan di Laboratorium Limbah

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER)

PETA KONSEP. Larutan Penyangga. Larutan Penyangga Basa. Larutan Penyangga Asam. Asam konjugasi. Basa lemah. Asam lemah. Basa konjugasi.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Ultisol

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Mineralisasi N dari Bahan Organik yang Dikomposkan

Bab IV Hasil dan Diskusi

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara di wilayah tropika basah yang sebagian besar

TINJAUN PUSTAKA. Sifat sifat Kimia Tanah. tekstur tanah, kepadatan tanah,dan lain-lain. Sifat kimia tanah mengacu pada sifat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Fospor (P) merupakan salah satu unsur hara esensial makro selain N dan K yang

FOSFOR A. KELIMPAHAN FOSFOR

MODUL IV KESETIMBANGAN KELARUTAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN. jerami padi dan feses sapi perah dengan berbagai tingkat nisbah C/N disajikan pada

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Perubahan Protein Kasar. Hasil penelitian pengaruh penambahan asam propionat dan formiat dengan

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Bahan Baku Karet Crepe

BAB I PENDAHULUAN A. Judul percobaan B. Tujuan praktikum

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Data pengukuran kompos limbah pertanian (basah) dan sampah kota. Jerami Padi 10 3,94 60,60. Kulit Pisang 10 2,12 78,80

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN:

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Awal Tanah Gambut

HASIL DAN PEMBAHASAN. perah dan limbah kubis (Brassica oleracea) pada pembuatan pupuk organik cair

HASIL DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS GLISEROL HASIL SAMPING BIODIESEL JARAK PAGAR

TINJAUAN PUSTAKA. Fosfor yang ada di dalam tanah dalam bentuk organik dan anorganik. Bentuk

LARUTAN PENYANGGA Bahan Ajar Kelas XI IPA Semester Gasal 2012/2013

LARUTAN PENYANGGA DAN HIDROLISIS

ANALISIS KONSEP KESETIMBANGAN DALAM LARUTAN. Contoh Analisis Konsep untuk Materi Kesetimbangan dalam Larutan- By : Dr. Ida Farida, M.Pd.

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL ANALISIS KEBENARAN KONSEP PADA OBJEK PENELITIAN. Penjelasan Konsep

Tentukan ph dari suatu larutan yang memiliki konsentrasi ion H + sebesar 10 4 M dengan tanpa bantuan alat hitung kalkulator!

Kimia Study Center - Contoh soal dan pembahasan tentang hidrolisis larutan garam dan menentukan ph atau poh larutan garam, kimia SMA kelas 11 IPA.

KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN (Ksp)

KATA PENGANTAR. Wassalamualaikum Wr. Wb. Palembang, Oktober Penyusun

HASIL DAN PEMBAHASAN

kimia KTSP & K-13 KESETIMBANGAN KIMIA 1 K e l a s A. Reaksi Kimia Reversible dan Irreversible Tujuan Pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

KIMIa ASAM-BASA II. K e l a s. A. Kesetimbangan Air. Kurikulum 2006/2013

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. P tersedia adalah P tanah yang dapat larut dalam air dan asam sitrat. Bentuk P

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Terak Baja terhadap Sifat Kimia Tanah

Bab 4 KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

Skala ph dan Penggunaan Indikator

PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA

Bab V Hasil dan Pembahasan. Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

kimia K-13 KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN K e l a s A. Kelarutan Garam (Elektrolit) Tujuan Pembelajaran

I. PENDAHULUAN. Cabai keriting (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis sayuran penting

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR LARUTAN BUFFER

I. PENDAHULUAN. terpenting setelah padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah

HASIL DAN PEMBAHASAN. perendam daging ayam broiler terhadap awal kebusukan disajikan pada Tabel 6.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN y = x R 2 = Absorban

TEORI ASAM BASA Secara Umum :

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Tinggi tanaman padi akibat penambahan jenis dan dosis amelioran.

CH 3 COONa 0,1 M K a CH 3 COOH = 10 5

A. BAHAN DAN ALAT B. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Derajat Keasaman dan kebasaan (ph dan poh)

kimia ASAM-BASA I Tujuan Pembelajaran

Soal-Soal. Bab 7. Latihan Larutan Penyangga, Hidrolisis Garam, serta Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan. Larutan Penyangga

Rangkuman Materi Larutan Elektrolit dan Non elektrolit

ph SEDERHANA ( Laporan Praktikum Ilmu Tanah Hutan ) Oleh Ferdy Ardiansyah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai

SOAL LATIHAN CHEMISTRY OLYMPIAD CAMP 2016 (COC 2016)

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hampir 100 perusahaan atau pabrik kelapa sawit baik milik

HASIL DAN PEMBAHASAN

KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

PENGARUH DOSIS DAN UKURAN BUTIR PUPUK FOSFAT SUPER YANG DIASIDULASI LIMBAH CAIR TAHU TERHADAP SERAPAN P DAN PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER) Disusun Oleh: Diah Tria Agustina ( ) JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Universitas Sumatera Utara

Konsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. Pemetaan adalah proses pengukuran, perhitungan dan penggambaran

Transkripsi:

26 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 P-larut Hasil analisis P-larut batuan fosfat yang telah diasidulasi dapat dilihat pada Tabel 9 (Lampiran), dan berdasarkan hasil analisis ragam pada Tabel 10 (Lampiran) menunjukkan bahwa asidulasi batuan fosfat dengan menggunakan kombinasi pelarut limbah cair industri tahu dan asam sulfat serta lama inkubasi berpengaruh sangat nyata terhadap kelarutan P-larut dari batuan fosfat. Demikian juga waktu inkubasi terdapat interaksi yang nyata dengan kombinasi pelarut limbah cair industri tahu dan asam sulfat terhadap P-larut. Hasil uji lanjut BNT pada taraf uji 5% (Tabel 5) menunjukkan bahwa kombinasi pelarut limbah cair tahu dan asam sulfat dengan waktu inkubasi T1 memiliki P- larut tertinggi pada kombinasi pelarut P5 dan berbeda nyata dengan P1, P2, P3, P4, sedangkan P-larut terendah pada kombinasi pelarut P4. Pada kombinasi pelarut limbah cair tahu dan asam sulfat dengan waktu inkubasi T2 memiliki P- larut tertinggi pada kombinasi pelarut P5 dan tidak berbeda nyata dengan P2, P3, P4, tetapi berbeda nyata dengan P1 dan P-larut terendah pada kombinasi pelarut P1. Pada kombinasi pelarut limbah cair tahu dan asam sulfat dengan waktu

27 inkubasi T3 memiliki P-larut tertinggi pada kombinasi pelarut P5 dan tidak berbeda nyata dengan P1, P2, P3,P4. Pada kombinasi pelarut limbah cair tahu dan asam sulfat dengan waktu inkubasi T4 memiliki P-larut tertinggi pada kombinasi pelarut P5 dan berbeda nyata dengan P1, P2, P3, P4, sedangkan P-larut terendah pada kombinasi pelarut P4 dan tidak berbeda nyata dengan P1. Waktu inkubasi yang menghasilkan P-larut tertinggi terjadi pada waktu inkubasi T3 (7 hari setelah perendaman) dan berbeda nyata dengan T1, T2, T4. Sedangkan waktu inkubasi yang menghasilkan P-larut terendah terjadi pada waktu inkubasi T1 (3 hari setelah perendaman) dan berbeda nyata dengan T2,T3,T4. Sehingga P- larut tertinggi terjadi pada perlakuan P5T3 dan P-larut terendah terjadi pada perlakuan P4T1. Namun perlakuan terbaik yang menghasilkan P-larut mendekati perlakuan P5T3 yaitu pada perlakuan P3T3. Tabel 5. Pengaruh interaksi perbandingan campuran limbah cair industri tahu dan asam sulfat dengan lama inkubasi batuan fosfat terhadap fosfat larut. Kombinasi Pelarut Waktu Inkubasi T1 T2 T3 T4 P-larut (%P 2 O 5 ) P1 6,93bc 8,92d 9,82cd 8,23d (D) (B) (A) (C) P2 6,77bc 9,47bc 10,42ab 8,91c P3 (D) (B) (A) (C) 7,26b 9,63ab 10,48ab 9,10bc (D) (B) (A) (C) P4 6,68c 9,72ab 10,06bc 8,05d (E) (BC) (AB) (D) P5 7,79a 9,91ab 10,80a 9,72a BNT 0,05 = 0,508 (D) (B) (A) (C) Keterangan: Nilai tengah yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji BNT 5%. Huruf kecil dibaca arah vertikal dan huruf besar (dalam tanda kurung) dibaca arah horizontal.

28 Berdasarkan Gambar 1 pengaruh perbandingan campuran limbah cair industri tahu dengan asam sulfat serta lama inkubasi batuan fosfat terhadap fosfat larut menunjukkan bahwa kelarutan P tertinggi terjadi pada perlakuan P5T3 (0% limbah cair tahu : 100% asam sulfat) dengan 7 hari inkubasi yaitu rata-rata sebesar 10,80% P 2 O 5. Pelarutan P terendah terjadi pada perlakuan P4T1 (75% limbah cair tahu : 25% asam sulfat) dengan 1 hari inkubasi yaitu rata-rata sebesar 6,68% P 2 O 5. Perbandingan pelarut terbaik yang menghasilkan P-larut mendekati pelarut asam sulfat (P5) yaitu pada kombinasi pelarut P3 dengan perbandingan pelarut yaitu 85% limbah cair tahu : 15% asam sulfat dengan waktu inkubasi T3 (7 hari setelah perendaman) yaitu menghasilkan P-larut sebesar 10,48% P 2 O 5. Gambar 1. Pengaruh perbandingan campuran limbah cair industri tahu dengan asam sulfat serta lama inkubasi batuan fosfat terhadap P-larut. Keterangan: P1= 100% limbah cair tahu : 0% asam sulfat(h 2 SO 4 1 N), P2= 95% limbah cair tahu : 5% asam sulfat (H 2 SO 4 1 N), P3= 85% limbah cair tahu : 15% asam sulfat (H 2 SO 4 1 N), P4= 75% limbah cair tahu : 25% asam sulfat (H 2 SO 4 1 N), P5= 0 % limbah cair tahu : 100% asam sulfat (H 2 SO 4 1 N), T0= hasil analisis awal batuan fosfat, T1= 1 hari setelah perendaman, T2= 3 hari setelah perendaman, T3= 7 hari setelah perendaman, T4= 14 hari setelah perendaman.

29 4.1.2 P-total Hasil analisis P-total batuan fosfat yang telah diasidulasi dapat dilihat pada Tabel 11 (Lampiran) dan berdasarkan hasil analisis ragam pada Tabel 13 (Lampiran) menunjukkan bahwa asidulasi batuan fosfat dengan menggunakan kombinasi pelarut limbah cair industri tahu dan asam sulfat serta lama inkubasi berpengaruh sangat nyata terhadap P-total dari batuan fosfat. Demikian juga waktu inkubasi terdapat interaksi yang sangat nyata dengan kombinasi pelarut limbah cair industri tahu dan asam sulfat terhadap P-total. Berdasarkan Tabel 6 hasil uji BNT 5% terlihat bahwa P-total tertinggi terjadi pada kombinasi pelarut limbah cair tahu dan asam sulfat P1 dengan waktu inkubasi T1 (1 hari setelah perendaman), dan berbeda nyata dengan P2, P3, P4, P5. P-total terendah terjadi pada kombinasi pelarut P5 dengan waktu inkubasi T3 (7 hari setelah perendaman), dan berbeda nyata dengan P1, P2, P3, P4. Tabel 6. Pengaruh interaksi perbandingan campuran limbah cair industri tahu dan asam sulfat dengan lama inkubasi batuan fosfat terhadap P-total. Waktu Inkubasi Kombinasi T1 T2 T3 T4 Pelarut P-total (%P 2 O 5 ) P1 28,50a 26,22f 25,10d 25,32d (A) (B) (D) (C) P2 28,32bc 26,42de 25,42c 25,87c (A) (B) (D) (C) P3 27,67ef 26,42cd 27,65a 26,99a (A) (D) (B) (C) P4 28,29cd 27,11a 25,65b 24,78e (A) (B) (C) (D) P5 25,54gh 26,82b 24,58e 26,76b (C) (A) (D) (B) BNT 0,05 = 0,162 Keterangan: Nilai tengah yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji BNT 5%. Huruf kecil dibaca arah vertikal dan huruf besar dibaca arah horizontal.

30 Berdasarkan Gambar 2 pengaruh perbandingan campuran limbah cair industri tahu dengan asam sulfat serta lama inkubasi batuan fosfat terhadap P-total menunjukkan bahwa P-total tertinggi terjadi pada perlakuan P1T1 (100% limbah cair tahu : 0% asam sulfat) dengan 1 hari inkubasi yaitu rata-rata sebesar 28,50% P 2 O 5. P-total terendah terjadi pada perlakuan P5T3 (0% limbah cair tahu : 100% asam sulfat) dengan 7 hari inkubasi yaitu rata-rata sebesar 24,58% P 2 O 5. Gambar 2. Pengaruh perbandingan campuran limbah cair industri tahu dengan asam sulfat serta lama inkubasi batuan fosfat terhadap P-total. Keterangan: P1= 100% limbah cair tahu : 0% asam sulfat(h 2 SO 4 1 N), P2= 95% limbah cair tahu : 5% asam sulfat (H 2 SO 4 1 N), P3= 85% limbah cair tahu : 15% asam sulfat (H 2 SO 4 1 N), P4= 75% limbah cair tahu : 25% asam sulfat (H 2 SO 4 1 N), P5= 0 % limbah cair tahu : 100% asam sulfat (H 2 SO 4 1 N), T1= 1 hari setelah perendaman, T2= 3 hari setelah perendaman, T3= 7 hari setelah perendaman, T4= 14 hari setelah perendaman. 4.1.3 ph Hasil analisis ph batuan fosfat yang telah diasidulasi dapat dilihat pada Tabel 14 (Lampiran) menunjukkan bahwa dari setiap pemberian perbandingan kombinasi pelarut yang terdiri dari limbah cair tahu dan asam sulfat pada batuan fosfat tidak

31 terjadi peristiwa perubahan ph yang signifikan pada kombinasi pelarut P1, P2, P3, dan P4 (Gambar 3). Gambar 3. Grafik perubahan ph batuan fosfat dengan menggunakan kombinasi pelarut limbah cair industri tahu dengan asam sulfat serta lama inkubasi terhadap P-larut. Keterangan: P1= 100% limbah cair tahu : 0% asam sulfat(h 2 SO 4 1 N), P2= 95% limbah cair tahu : 5% asam sulfat (H 2 SO 4 1 N), P3= 85% limbah cair tahu : 15% asam sulfat (H 2 SO 4 1 N), P4= 75% limbah cair tahu : 25% asam sulfat (H 2 SO 4 1 N), P5= 0 % limbah cair tahu : 100% asam sulfat (H 2 SO 4 1 N), T1= 1 hari setelah perendaman, T2= 3 hari setelah perendaman, T3= 7 hari setelah perendaman, T4= 14 hari setelah perendaman. Berdasarkan Gambar 3 menunjukkan bahwa pada kombinasi pelarut P5 (0% limbah cair tahu : 100% asam sulfat) memiliki ph yang lebih rendah dibandingkan pada kombinasi pelarut P1, P2, P3, dan P4. Namun waktu inkubasi tidak berpengaruh terhadap penurunan ph. 4.1.4 Korelasi antara P-larut dengan P-total dan ph Berdasarkan hasil korelasi (Tabel 7) terjadi korelasi negatif yang sangat nyata antara P-larut dengan P-total. Artinya semakin tinggi P-total maka P-larut semakin rendah. Sedangkan korelasi antara P-larut dengan ph tidak nyata. Tabel 7. Hasil korelasi antara P-larut dengan P-total dan ph.

32 Korelasi P-larut Koefisien Nilai r P-total ph -0,457 ** -0206 tn Keterangan: *= berbeda nyata pada taraf 5% tn =tidak berbeda nyata pada taraf 5% 4.2 Pembahasan Berdasarkan hasil analisis awal batuan fosfat (Tabel 3) terlihat bahwa kelarutan batuan fosfat masih rendah yaitu sebesar 6,08% P 2 O 5. Untuk melarutkan P dari batuan fosfat dilakukan dengan cara asidulasi menggunakan senyawa asam seperti asam sulfat 1 N yang memiliki ph 1 (Tabel 4). Akan tetapi dalam pembuatan pupuk P dengan menggunakan asam sulfat membutuhkan biaya tinggi. Oleh karena itu diperlukan alternatif pupuk P yang murah yaitu dengan memanfaatkan limbah cair tahu sebagai pelarut batuan fosfat. Berdasarkan hasil analisis awal limbah cair tahu (Tabel 2) terlihat bahwa limbah cair tahu memiliki ph yang rendah yaitu 3,76 sehingga limbah cair tahu tersebut dapat dimanfaatkan untuk melarutkan fosfat dari batuan fosfat. Namun kelarutan batuan fosfat ternyata masih lebih tinggi dengan menggunakan pelarut asam sulfat. Sehingga limbah cair tahu perlu dikombinasikan dengan pelarut asam sulfat untuk memperoleh P- larut terbaik. Berdasarkan Gambar 1 terlihat bahwa P-larut terus mengalami peningkatan sampai pada 7 hari setelah perendaman, setelah itu menurun pada 14 hari setelah perendaman dan didukung oleh kenaikan ph pada 14 hari setelah perendaman (Gambar 3). Hal ini diduga ketersediaan H + pada pelarut batuan fosfat semakin menurun yang diikuti dengan kenaikan ph pada 14 hari setelah perendaman. Jika

33 dilihat dari perbandingan pelarut, maka perbandingan pelarut yang terbaik yang menghasilkan P-larut mendekati pelarut asam sulfat (P5) yaitu pada kombinasi pelarut P3 dengan perbandingan pelarut yaitu 85% limbah cair tahu : 15% asam sulfat. Namun pada perlakuan P4 (75% limbah cair tahu : 25% asam sulfat) mengalami penurunan P-larut. Hal ini disebabkan kesetimbangan reaksi kombinasi pelarut dalam pelarutan batuan fosfat telah dicapai atau telah jenuh sehingga konsentrasi produk berupa H 2 PO - 4 dan HPO 2-4 telah mencapai maksimum, seperti diduga dengan reaksi: Ca 3 (PO 4 ) 2 + H 2 SO 4 + H + 3Ca 2+ + H 2 PO 4 - SO 4 2- Keq HPO 4-2 batuan fosfat asam sulfat dekomposisi LCT + Dengan Ksp = (3Ca 2+ ) H 2 PO 4 - HPO 4-2 telah sama dengan Keq dari Ca 3 (PO 4 ) 2 Reaksi di atas menggambarkan suatu keadaan dimana kecepatan reaksi pada kedua arah sama dan tidak menghasilkan perubahan sistem lebih lanjut (telah terjadi kesetimbangan). Pada keadaan kesetimbangan yang terjadi di dalam suatu wadah tertutup (sistem) dengan suhu dan tekanan yang sama maka reaksi akan terjerap dan bergerak kembali kekiri sehingga produk H 2 PO 4 - HPO 4-2 akan berikatan kembali dengan Ca 2+ membentuk trikalsium fosfat [Ca 3 (PO 4 ) 2 ] menyebabkan konsentrasi produk menurun. Sehingga pada 14 hari inkubasi mengalami penurunan P-larut karena kesetimbangan telah dicapai pada 7 hari inkubasi. Pada kondisi di atas merupakan suatu kondisi dimana konsentrasi larutan dalam keadaan jenuh yaitu larutan yang mengandung zat terlarut dengan jumlah

34 maksimum, dalam artian tidak dapat meningkat kembali. Pada larutan jenuh terdapat kesetimbangan antara partikel yang melarut dan partikel yang tidak melarut (Sumardjo, 2009). Pengaruh interaksi antarperlakuan tertinggi terjadi pada 7 hari setelah perendaman. Kombinasi pelarut P5 yaitu dengan menggunakan 100% asam sulfat dengan waktu inkubasi T3 (7 hari setelah perendaman) menghasilkan P- larut tertinggi dengan nilai 10,80% P 2 O 5. Kombinasi pelarut P5 dengan waktu inkubasi T1 (1 hari setelah perendaman) menghasilkan P-larut sebesar 7,79% P 2 O 5. Kombinasi pelarut P5 dengan waktu inkubasi T2 (3 hari setelah perendaman) yang menghasilkan P-larut sebesar 9,91% P 2 O 5. Kombinasi pelarut P5 dengan waktu inkubasi T4 (14 hari setelah perendaman) menghasilkan P-larut sebesar 9,72% P 2 O 5. Kombinasi pelarut P5 dengan waktu inkubasi (T1, T2, T3, T4) menghasilkan P-larut diatas 7% P 2 O 5. Sehingga kombinasi pelarut P5 dengan waktu inkubasi tersebut memenuhi syarat mutu pupuk P-alam untuk pertanian (SNI 02-3776-2005) pada kategori kualitas A, dimana nilai P-larut minimal 7% P 2 O 5 (Tabel 1). Kombinasi pelarut P1 (100% limbah cair tahu : 0% asam sulfat) dengan waktu inkubasi T1 (1 hari setelah perendaman) menghasilkan P-larut dengan nilai 6,93% P 2 O 5. Kombinasi pelarut P1 dengan waktu inkubasi T2 (3 hari setelah perendaman) menghasilkan P-larut sebesar 8,92% P 2 O 5. Kombinasi pelarut P1 dengan waktu inkubasi T3 (7 hari setelah perendaman) menghasilkan P-larut sebesar 9,82% P 2 O 5. Kombinasi pelarut P1 dengan waktu inkubasi T4 (14 hari setelah perendaman) menghasilkan P-larut sebesar 8,23% P 2 O 5. Kombinasi

35 pelarut P1 dengan waktu inkubasi (T2, T3, T4) menghasilkan P-larut diatas 7%, sehingga kombinasi pelarut P1 dengan waktu inkubasi tersebut memenuhi syarat mutu pupuk P-alam untuk pertanian (SNI 02-3776-2005) pada kategori kualitas A, dimana nilai P-larut minimal 7% P 2 O 5. Namun pada kombinasi pelarut P1 dengan waktu inkubasi T1 menghasilkan P-larut kurang dari 7% P 2 O 5 dan lebih dari 6% P 2 O 5 sehingga masuk dalam kategori kualitas B. Kombinasi pelarut P2 (95% limbah cair tahu : 5% asam sulfat) dengan waktu inkubasi T1 (1 hari setelah perendaman) menghasilkan P-larut dengan nilai 6,77% P 2 O 5. Kombinasi pelarut P2 dengan waktu inkubasi T2 (3 hari setelah perendaman) menghasilkan P-larut sebesar 9,47% P 2 O 5. Kombinasi pelarut P2 dengan waktu inkubasi T3 (7 hari setelah perendaman) menghasilkan P-larut sebesar 10,42% P 2 O 5. Kombinasi pelarut P2 dengan waktu inkubasi T4 (14 hari setelah perendaman) menghasilkan P-larut sebesar 8,91% P 2 O 5. Kombinasi pelarut P2 dengan waktu inkubasi (T2, T3, T4) menghasilkan P-larut diatas 7% P 2 O 5, sehingga kombinasi pelarut P2 dengan waktu inkubasi tersebut memenuhi syarat mutu pupuk P-alam untuk pertanian (SNI 02-3776-2005) pada kategori kualitas A, dimana nilai P-larut minimal 7% P 2 O 5. Namun pada kombinasi pelarut P2 dengan waktu inkubasi T1 menghasilkan P-larut kurang dari 7% P 2 O 5 dan lebih dari 6% P 2 O 5 sehingga masuk dalam kategori kualitas B. Kombinasi pelarut P3 (85% limbah cair tahu :15% asam sulfat H 2 SO 4 ) dengan waktu inkubasi T1 (1 hari setelah perendaman) menghasilkan P-larut tertinggi dengan nilai 7,26% P 2 O 5. Kombinasi pelarut P3 dengan waktu inkubasi T2 (3 hari setelah perendaman) menghasilkan P-larut sebesar 9,63% P 2 O 5. Kombinasi

36 pelarut P3 dengan waktu inkubasi T3 (7 hari setelah perendaman) yang menghasilkan P-larut sebesar 10,48% P 2 O 5. Kombinasi pelarut P3 dengan waktu inkubasi T4 (14 hari setelah perendaman) menghasilkan P-larut sebesar 9,10% P 2 O 5. Kombinasi pelarut P3 dengan waktu inkubasi (T1, T2, T3, T4) menghasilkan P-larut diatas 7% P 2 O 5. Sehingga kombinasi pelarut P3 dengan waktu inkubasi tersebut memenuhi syarat mutu pupuk P-alam untuk pertanian (SNI 02-3776-2005) pada kategori kualitas A, dimana nilai P-larut minimal 7% P 2 O 5. Kombinasi pelarut P4 (75% limbah cair tahu : 25% asam sulfat) dengan waktu inkubasi T1 (1 hari setelah perendaman) menghasilkan P-larut dengan nilai 6,68% P 2 O 5. Kombinasi pelarut P4 dengan waktu inkubasi T2 (3 hari setelah perendaman) menghasilkan P-larut sebesar 9,72% P 2 O 5. Kombinasi pelarut P4 dengan waktu inkubasi T3 (7 hari setelah perendaman) menghasilkan P-larut sebesar 10,06% P 2 O 5. Kombinasi pelarut P4 dengan waktu inkubasi T4 (14 hari setelah perendaman) menghasilkan P-larut sebesar 8,05% P 2 O 5. Kombinasi pelarut P4 dengan waktu inkubasi (T2, T3, T4) menghasilkan P-larut diatas 7% P 2 O 5, sehingga kombinasi pelarut P4 dengan waktu inkubasi tersebut memenuhi syarat mutu pupuk P-alam untuk pertanian (SNI 02-3776-2005) pada kategori kualitas A, dimana nilai P-larut minimal 7% P 2 O 5. Namun pada kombinasi pelarut P4 dengan waktu inkubasi T1 menghasilkan P-larut kurang dari 7% P 2 O 5 dan lebih dari 6% P 2 O 5 sehingga masuk dalam kategori kualitas B. Namun apabila kita mencari kombinasi pelarut terbaik yang digunakan untuk melarutkan batuan fosfat yaitu pada kombinasi pelarut P3 (85% limbah cair tahu

37 :15% asam sulfat H 2 SO 4 ) karena tidak berbeda nyata dengan kombinasi pelarut P5 (0% limbah cair tahu :100% asam sulfat H 2 SO 4 ) atau menghasilkan P-larut mendekati P5. Dari hasil penelitian terlihat bahwa kombinasi pelarut P3 dengan waktu inkubasi T1,T2,T3, dan T4 menurut SNI 02-3776-2005 masuk dalam kategori kualitas A. Hal ini sama seperti kombinasi pelarut P5 yaitu dengan waktu inkubasi T1,T2,T3, dan T4 masuk kedalam kualitas A. Pada Gambar 3 terlihat bahwa asidulasi batuan fosfat dengan menggunakan 100% asam sulfat memiliki ph yang rendah, namun pada kombinasi pelarut limbah cair tahu dan asam sulfat tidak mengalami perubahan ph yang signifikan, akan tetapi tetap mengalami peningkatan P-larut. Hal ini disebabkan limbah cair tahu merupakan limbah organik. Limbah organik termasuk kedalam golongan asam lemah yaitu asam yang hanya sebagian terurai menjadi ion (terionisasi sebagian). Reaksi ionisasi asam lemah merupakan reaksi kesetimbangan, dimana laju reaksi maju dan reaksi balik sama besar dan konsentrasi reaktan dan produk tidak lagi berubah seiring berjalannya waktu (Chang, 2004). Selain itu, reaksi asam dan basa yang sama kekuatannya (limbah cair tahu termasuk kedalam golongan asam lemah dan batuan termasuk dalam golongan basa lemah) akan menghasilkan larutan netral atau ph netral (Keenan, Kleinfelter, dan Wood, 1984) dan reaksi antara asam lemah atau basa lemah dengan garamnya juga berfungsi sebagai larutan penyangga yang dapat mengikat baik ion H + maupun ion OH -. Sehingga penambahan sedikit asam kuat atau basa kuat tidak mengubah ph-nya secara signifikan (Hidayatullah, 2013). Oleh karena itu pada kombinasi pelarut tidak mengalami perubahan ph yang signifikan.

38 Asidulasi batuan fosfat dengan menggunakan 100% asam sulfat memiliki ph yang rendah (nilai ph ± 5) karena asam yang dihasilkan lebih kuat daripada basa yang dihasilkan sehingga diperoleh larutan asam lemah dengan nilai ph berkisar 5 (Keenan, Kleinfelter, dan Wood, 1984). Akan tetapi pada kombinasi pelarut terus mengalami peningkatan P-larut, disebabkan pada kombinasi pelarut masih menggunakan tambahan pelarut asam sulfat sesuai dengan perbandingan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Subiksa dan Setyorini (2009) bahwa penambahan asam dimaksudkan untuk menghancurkan mineral apatit sehingga fosfat membentuk ikatan yang lebih lemah sehingga mudah larut dan pada akhirnya lebih tersedia bagi tanaman. Namun jika dilihat dari waktu inkubasi pada T4 (14 hari setelah perendaman) mengalami kenaikan ph karena adanya Ca 2+ dari batuan fosfat yang bereaksi dengan air pada kondisi asam (pelarut asam), maka akan terbentuk OH - yang menjadikan ph meningkat seperti pada reaksi di bawah ini (Salam, 2012): Ca 3 (PO 4 ) 2 + 2H 2 O + 2H + 3Ca 2+ + 2H 2 PO 4 + 2OH - Dalam penelitian ini limbah cair tahu mengandung BOD dan COD yang cukup tinggi (Tabel 2) sehingga suplai karbon melimpah menyebabkan kecepatan pertumbuhan mikroorganisme akan berlipat ganda. Artinya semakin tinggi BOD dan COD maka jumlah mikroorganisme juga akan semakin banyak sehingga dapat dimanfaatkan untuk melarutkan fosfat karena mikroorganisme pelarut fosfat yang ada di dalam limbah cair tahu dapat mengeluarkan enzim fosfatase yang dapat melarutkan fosfat yang terikat oleh senyawa-senyawa organik menjadi bentuk yang tersedia. Dengan kata lain, semakin tinggi BOD dan COD maka pelarutan fosfat juga akan semakin tinggi.

39 Hasil uji korelasi (Tabel 7) menunjukkan korelasi negatif yang sangat nyata antara P-larut dengan P-total. Artinya semakin tinggi P-total maka P-larut semakin rendah. Hal ini disebabkan karena batuan fosfat yang berasal dari PTPN Bergen memiliki kandungan P-total yang tinggi yaitu sebesar 25,09% P 2 O 5 dan P-larut sebesar 6,08% P 2 O 5. Namun setelah diberi perlakuan batuan fosfat mengalami peningkatan P-larut dengan kandungan P-total tetap stabil. Hal tersebut yang menyebabkan semakin tinggi nilai P-total maka nilai P-larut semakin rendah.