PENGARUH KOMBINASI AUKSIN-SITOKININ TERHADAP PERTUMBUHAN BUAH NAGA ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH KOMPOSISI MEDIA TERHADAP INISIASI TANAMAN APEL (Malus sylvestris Mill)

MULTIPLIKASI EMPAT VARIETAS KRISAN MELALUI TEKNIK KULTUR JARINGAN. Multiplication Of Four Chrysant Varieties Via Tissue Culture Technique

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

PERTUMBUHAN JERUK MANIS (Citrus sinensis L.) DENGAN PENAMBAHAN BERBAGAI KONSENTRASI SITOKININ SECARA IN VITRO

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan Tanaman dan Media

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN A.

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHA DA METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian pendahuluan

in. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Fisiologi dan Kultur Jaringan

PERTUMBUHAN TANAMAN BUAH NAGA (Hylocereus undatus L.) YANG DIBERIKAN BERBAGAI KONSENTRASI NAA (Napthalen Acetic Acid) SECARA IN VITRO

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

III. METODE PENELITIAN A.

BAB III METODE PENELITIAN. Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana

RESPON REGENERASI EKSPLAN KALUS KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill) TERHADAP PEMBERIAN NAA SECARA IN VITRO

Tabel 1. Kombinasi Perlakuan BAP dan 2,4-D pada Percobaan Induksi Mata Tunas Aksilar Aglaonema Pride of Sumatera Secara In Vitro

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitaian ini di lakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan

LAPORAN PRAKTIKUM KULTUR JARINGAN TANAMAN

INDUKSI TUNAS TIGA AKSESI Stevia rebaudiana Bertoni PADA MEDIA MS DENGAN PENAMBAHAN BAP DAN IAA SECARA IN VITRO

BAB III METODE PENELITIAN

Pengaruh Jenis Eksplan dan Komposisi Zat Pengatur Tumbuh Terhadap Induksi Kalus Pada Tanaman Binahong (Anredera cordifolia (Ten.

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Pelaksanaan Bahan dan Alat Metode Penelitian

UJI KONSENTRASI IAA (INDOLE ACETIC ACID) DAN BA (BENZYLADENINE) PADA MULTIPLIKASI PISANG VARIETAS BARANGAN SECARA IN VITRO

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan acak lengkap (RAL) faktorial dengan 2 faktor yaitu:

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan 2

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Plant Physiology and Culture

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat eksperimen karena pada penelitian menggunakan kontrol yaitu

Pembuatan Larutan Stok, Media Kultur Dan Sterilisasi Alat Kultur Jaringan Tumbuhan. Nikman Azmin

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan, Gedung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium UPT BBI (Balai Benih Induk) Jl.

PENGARUH ZAT PENGATUR TUMBUH TERHADAP PROLIFERASI TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas Linn.) SECARA INVITRO

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Laboratorium terpadu Kultur jaringan Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan

RESPONS PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK (Dendrobium sp.) TERHADAP PEMBERIAN BAP DAN NAA SECARA IN VITRO

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan mulai bulan Maret sampai Juli 2014 di

BAB III METODE PENELITIAN. Tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.) varietas Dewata F1

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur In vitro Fakultas

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini di lakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan Jurusan

BAB III METODE PENELITIAN. penambahan sukrosa dalam media kultur in vitro yang terdiri atas 5 variasi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan Jurusan

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dimulai pada bulan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman, Fakultas

PERTUMBUHAN EKSPLAN BUAH NAGA (Hylocereus undatus) PADA POSISI TANAM DAN KOMPOSISI MEDIA BERBEDA SECARA IN VITRO

LAPORAN BIOTEKNOLOGI KULTUR ORGAN_by. Fitman_006 LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI PERTANIAN. Kultur Organ OLEH : FITMAN D1B

Puput Perdana Widiyatmanto Dosen Pembimbing Tutik Nurhidayati S.Si., M.Si. Siti Nurfadilah, S.Si., M.Sc. Tugas Akhir (SB091358)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanaman, Jurusan

PENGARUH PEMBERIAN NAA DAN KINETIN TERHADAP PERTUMBUHAN EKSPLAN BUAH NAGA (Hylocereus costaricensis) MELALUI TEKNIK KULTUR JARINGAN SECARA IN VITRO

PERTUMBUHAN TANAMAN BUAH NAGA MERAH (Hylocerus polyrhizus) PADA BERBAGAI KONSENTRASI BENZILAMINO PURINE DAN UMUR KECAMBAH SECARA IN VITRO

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur In Vitro Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan / Ilmu Tanaman Fakultas

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor

III. BAHAN DAN METODE. 1. Pengaruh konsentrasi benziladenin dengan dan tanpa thidiazuron terhadap

BAB III METODE PENELITIAN. Maulana Malik Ibrahim Malang pada bulan Januari-Juli 2014.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan, Fakultas Pertanian,

PENGARUH NAA DAN BAP TERHADAP INISIASI TUNAS MENGKUDU (Morinda citrifolia) SECARA IN VITRO ABSTRAK

BAB III BAHAN DAN METODE. Percobaan dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Teknologi

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Pelaksanaan

Pengaruh Retardan dan Aspirin dalam Menginduksi Pembentukan Umbi Mikro Kentang (Solanum tuberosum) Secara In Vitro

PENGARUH PEMBERIAN NAA DAN KINETIN TERHADAP PERTUMBUHAN EKSPLAN BUAH NAGA (Hylocereus costaricensis) MELALUI TEKNIK KULTUR JARINGAN SECARA IN VITRO

INDUKSI TUNAS NANAS (ANANAS COMOSUS L. MERR) IN VITRO DENGAN PEMBERIAN DOSIS AUKSIN DAN SITOKIN YANG BERBEDA

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. agar, arang, NaOH, HCl dan akuades. spirtus, timbangan analitik, beker gelas, LAF vertikal.

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial yaitu pemberian

III. BAHAN DAN METODE

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur In Vitro Fakultas

PENGARUH IAA DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN NILAM (Pogestemon cablin Benth) IN VITRO

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain

INDOLE ACETID ACID (IAA) VARIATION ON BARANGAN BANANA S BUD GROWTH (Musa acuminata L. AAA triploid.) IN IN VITRO CULTURE

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya.

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan dan Perkembangan Cabai Keriting (Capsicum annuum L.) secara In Vitro pada beberapa Konsentrasi BAP dan IAA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai bulan Maret 2015 di

BAB III METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

RESPON PERTUMBUHAN MERISTEM KENTANG (Solanum tuberosuml) TERHADAP PENAMBAHAN NAA DAN EKSTRAK JAGUNG MUDA PADA MEDIUM MS

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Prosedur Kerja Persiapan Bibit Tumih

PERBANYAKAN CEPAT TANAMAN DENGAN TEKNIK KULLTUR JARINGAN

REGENERASI TANAMAN SENGON (Albizia falcataria) MELALUI MULTIPLIKASI TUNAS AKSILAR DENGAN PENGGUNAAN KOMBINASI ZPT DAN AIR KELAPA SKRIPSI.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal Januari 2011 Maret 2011

PERBANYAKAN TUNAS APIKAL KRISAN (Chrysanthemum morifolium Ram.) DENGAN PENAMBAHAN NAA, BAP DAN AIR KELAPA SECARA KULTUR IN VITRO

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Kultur Jaringan Tanaman Fakultas

Kata kunci: pucuk Swietenia mahagoni; 6-benzylamino purine (BAP); kinetin, media MS; kultur in vitro

3. METODOLOGI PENELITIAN

Staf pengajar PS Pemuliaan Tanaman, Jurusan BDP FP USU Medan

INISIASI TUNAS CENGKEH (Syzigium aromaticum L.) DENGAN BERBAGAI KONSENTRASI BAP SECARA IN VITRO

PENGGANDAAN TUNAS KRISAN MELALUI KULTUR JARINGAN MULTIPLICATION OF CRISAN BUD THROUGH TISSUE CULTURE. Yekti Maryani 1, Zamroni 1

METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan

Pertumbuhan Organ Tanaman Buah Naga(Hylocerus undatus) Pada Medium Ms Dengan Penambahan Bap Dan Sukrosa

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tanaman karet merupakan komoditi perkebunan yang penting dalam

TUGAS AKHIR (SB )

ORGANOGENESIS TANAMAN BAWANG MERAH (ALLIUM ASCALONICUM L.) LOKAL PALU SECARA IN VITRO PADA MEDIUM MS DENGAN PENAMBAHAN IAA DAN BAP ABSTRACT

Transkripsi:

Media Litbang Sulteng 2 (1) : 62 66, Oktober 2009 ISSN : 1979-5971 PENGARUH KOMBINASI AUKSIN-SITOKININ TERHADAP PERTUMBUHAN BUAH NAGA Sakka Samudin* ABSTRAK Perbanyakan tanaman dalam waktu singkat dan jumlah banyak dapat dilakukan melalui kultur jaringan. Penggunaan auksin dan sitokinin pada konsentrasi yang tepat dapat memacu pertumbuhan eksplan. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi auksin dan sitokinin terhadap pertumbuhan buah naga. Dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, mulai Bulan April hingga Agustus 2008. Menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri dari 4 perlakuan yaitu: M1 =, M2 =, M3 = 2 mg/l kinetin + 0,4 mg/l NAA dan M4 = NAA Masing-masing perlakuan diulang sebanyak tiga kali sehingga terdapat 20 unit percobaan. Peubah yang diamati adalah jumlah tunas, duri dan akar serta pengamatan visual terhadap ukuran, bentuk, warna dan bulu akar. Hasil percobaan baik pengamatan kualitatif dan kuantitif menunjukkan bahwa komposisi media 3 mg/l kinetin + 0,2 mg/l NAA memberikan pengaruh lebih baik terhadap pertumbuhan buah naga. Kata-kata kunci: buah naga, benzylamino purine (BAP), Indoleacetic acid (NAA) I. PENDAHULUAN Buah naga (Hylocereus undatus) merupakan salah satu jenis tanaman yang dapat tumbuh baik di Indonesia. Setiap 100 gram buah naga mengandung 82,5-83,0 g air, 0,21-0,61 g lemak, 0,15-0,22 g protein, 0,7-0,9 g serat, 0,005-0,01 mg karoten, 6,3-8,8 mg kalsium, 30,2-31,6 mg posfor, 0,55-0,65 mg besi dan vit B1, B2 serta C (Media Indonesia, 2007). Buah ini berkhasiat sebagai penyeimbang kadar gula dalam darah, pelindung kesehatan mulut, penurun kolesterol, pencegah pendarahan dan kanker usus serta memperlancar buang air besar (Kristanto, 2005; Chevny, 2005). Secara umum buah naga masih terbatas penjualannya karena hanya dijual di supermarket maupun swalayan dengan harga yang tinggi (Rp 20.000 30.000,- per kilogram) dan sebagian besar masih di impor. Produksi dalam negeri akan buah ini masih terbatas disebabkan areal pengembangannya masih terbatas di Jawa Timur (Chevny, 2005). Disisi lain jenis tanaman ini dapat dikembangkan di daerah lain seperti Sulawesi Tengah karena agroekologinya sesuai dengan persyaratan tumbuh tanaman buah naga. Keterbatasan luas areal penanaman tanaman ini disebabkan ketidaktersediaan bibit dalam jumlah memadai sehingga perbanyakan tanaman/bibit menggunakan teknologi kultur jaringan merupakan salah satu cara untuk menyediakan 1) Staf Pengajar pada Program Studi Agronomi, Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu. bibit dalam waktu singkat dengan jumlah yang memadai. Menurut Basri (2004), kultur jaringan merupakan suatu tehnik mengisolasi bagian tanaman, baik berupa organ, jaringan, sel ataupun protoplasma dan selanjutnya mengkultur bagian tanaman tersebut pada media buatan dengan kondisi lingkungan yang steril dan terkendali. Bagian-bagian tanaman tersebut dapat beregenerasi hingga membentuk tanaman lengkap (George dan Sheringtoh, 1983; Vasil, 1988). Keberhasilan pelaksanaan kultur jaringan antara lain ditentukan oleh pengunaan komposisi media yang sesuai. Sejumlah laporan telah menunjukkan bahwa setiap genotip (varietas) membutuhkan komposisi media tertentu guna mendukung pertumbuhan eksplan yang optimal (Takumi dan Shimada, 1997; Iser et al., 1999; Basri, 2003). Selanjutnya, yang perlu diperhatikan adalah komposisi media yaitu kebutuhan zat pengatur tumbuh khususnya kombinasi dan konsentrasi zat pengatur tumbuh yang digunakan. Terdapat dua kelompok zat pengatur tumbuh yang sering digunakan yaitu kelompok auksin seperti Indoleacetic acid (IAA) dan naphthaleneacetic acid (NAA) sedangkan kelompok sitokinin misalnya kinetin dan benzylamino purine (BAP). Penggunaan auksin (IAA dan NAA) dan sitokinin (BAP dan kinetin) pada konsentrasi yang tepat dapat memacu pertumbuhan eksplan, terutama pembentukan 62

daun, tunas dan ruas (Gunawan, 1988; Wardiyati, 1998; Cameiro et al., 1999). Hasil penelitian Suhartiningsih (2004) menunjukkan bahwa tanaman jati hanya dapat tumbuh pada media yang ditambahkan 2 ppm BAP + 0,05 ppm NAA. Selanjutnya Basri (2008) menunjukkan bahwa penggunaan media MS dengan 0,25 ppm IBA + 1.5 ppm NAA sesuai untuk multiplikasi tanaman krisan varietas Yellow, Fuji, Elen van Lengen dan Tawn Talk sedangkan varietas White Fuji lebih respons dengan penggunaan media yang ditambahkan 1.50 ppm BAP + 0,50 ppm NAA. Hingga saat ini, penelitian kearah pertumbuhan buah naga pada komposisi media yang sesuai masih sangat terbatas. Berdasarkan uraian tersebut, dilakukan percobaan dengan tujuan untuk mengetahui kombinasi auksin-sitokinin yang sesuai terhadap pertumbuhan buah naga. II. BAHAN DAN METODE Percobaan dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Fakultas Pertanian Universitas Tadulako Palu. Dimulai Bulan April hingga Bulan Agustus tahun 2008. Materi yang digunakan terdiri atas bahan dan alat. Bahan tanam yang digunakan adalah kecambah steril buah naga. Bahan kimia yang digunakan sesuai dengan komposisi media dasar Murashige dan Skoog (1962), BAP, NAA, gula, pemadat media agar, aquades, alcohol 70%, spiritus, chkorox, betadine, kertas saring, tissue, kertas label, karet gelang dan palstik. Alat yang digunakan adalah laminar air flow cabinet (LAFC), lemari pendingin, autoklaf, timbangan analitik, pemanas listrik, magnetic stirrer, batang pengaduk, ph meter, labu semprot, cawan petri, botol kultur, gelas stainless, gelas piala, gelas ukur, pembakar Bunsen, pipet, makicropipette, pinset, scalpel, balde, oven, deterjen, corong dan handsprayer. Percobaan disusun dalam Rancangan Acak Lengkap dengan komposisi media kombinasi auksin-sitokinin yang digunakan sebagai berikut: M1 = 2 mg/l BAP + 0,4 mg/l IAA, M2 =, M3 = 2 mg/l kinetin + 0,4 mg/l NAA dan M4 = 3 mg/l Kinetin + 0,2 mg/l NAA Masing-masing perlakuan diulang sebanyak tiga kali sehingga terdapat 20 unit percobaan. Sterilisasi alat menggunakan autoklaf dengan suhu mencapai 121 o C dan tekanan 17,5 psi selama satu jam. Media tanam yang digunakan yaitu media dasar Murhasige and Skoog (1962) yang ditambahkan 3% sukrosa, dan BAP serta NAA sesuai perlakuan. Media dipadatkan dengan menggunakan 0,8% agar dan ph media ditepatkan 5,8 dengan sodium hidroksida. Media tersebut disterilkan pada suhu 121 o C dan tekanan 17,5 psi selama 15 menit. Eksplan yang telah disterilisasi selanjutnya ditanam pada media kultur sesuai perlakuan yang dicobakan. Semua eksplan yang telah ditanam ditempatkan pada ruang pemeliharaan. Suhu ruang pemeliharaan sekitar 22 o C sampai 28 o C dengan pencahayaan yang bersumber dari lampu tungsten kapasitas 20 watt yang dipasang pada setiap rak kultur. Peubah yang diamati meliputi jumlah tunas, jumlah duri dan jumlah akar. Selain itu, pengamatan visual juga dilakukan terhadap morfologi tanaman diantaranya ukuran, bentuk dan warna batang serta pembentukan bulu akar. III. 3.1. H a s i l HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Tunas perlakuan yang dicobakan berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah tunas yang terbentuk. Rata-rata jumlah tunas yang terbentuk disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Rata-rata jumlah tunas yang terbentuk pada berbagai kombinasi auksin sitokinin NAA (M4) 2,70 b 3,10 bc 1,70ª 3,20 c 0,47 tidak berbeda nyata pada taraf uji BNJ 1% 63

Tabel tersebut menunjukkan bahwa penggunaan NAA (M4) merupakan perlakuan komposisi media yang sesuai untuk menghasilkan jumlah tunas buah naga yang terbentuk. Perlakuan ini berbeda nyata dibanding perlakuan yang lain (M1 dan M3) kecuali perlakuan yang menggunakan komposisi media 3 mg/l BAP + 0,2 mg/l IAA. Jumlah Duri perlakuan yang dicobakan berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah duri buah naga yang terbentuk. Rata-rata jumlah duri buah naga yang terbentuk disajikan pada tabel dibawah ini. Tabel 2. Rata-rata jumlah duri yang terbentuk pada berbagai kombinasi auksin dan sitokinin NAA (M4) 30,40 ab 19,90 a 25,90 ab 31,30 b 11,13 tidak berbeda nyata pada taraf uji BNJ 1%. Tabel tersebut menunjukkan bahwa penggunaan media dengan komposisi 3 mg/l Kinetin + 0,2 mg/l NAA (M4) merupakan perlakuan yang lebih sesuai diberikan untuk menghasilkan jumlah duri buah naga yang terbanyak. Perlakuan ini berbeda nyata dibanding perlakuan M2 tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan yang lain (M1 dan M3). Jumlah Akar penggunaan kombinasi auksin-sitokinin memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap jumlah akar buah naga yang terbentuk. Rata-rata jumlah akar yang terbentuk disajikan pada tabel 3 dibawah ini. Tabel 3. Rata-rata jumlah akar yang terbentuk pada berbagai kombinasi auksin- sitokinin NAA(M4) 1,01 a 1,04 b 1,63c 1,51 bc 0,52 yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji BNJ 1% Jumlah akar yang terbentuk paling banyak (1,63) jika dalam media tumbuh ditambahkan 2 mg/l Kinetin + 0,4 mg/l. Perlakuan ini berbeda nyata dibanding perlakuan lain (M1 dan M2) kecuali dengan perlakuan M4 tidak berbeda nyata. 3.2. Pembahasan Auksin dan sitokinin merupakan dua jenis zat pengatur tumbuh tanaman yang seringkali digunakan untuk menginduksi morfogenetik tanaman (Zulkarnaen, 2007). BAP dan kinetin merupakan jenis sitokinin yang seringkali digunakan bersamaan dengan auksin (IAA + NAA) untuk menginduksi akar tanaman. Hasil percobaan ini menunjukkan bahwa penggunaan media dengan kombinasi auksinsitokinin yang berbeda menyebabkan respons yang berbeda terhadap pertumbuhan buah naga. Penambahan 3 mg/l kinetin + 0,2 mg/l NAA cenderung menghasilkan jumlah tunas dan jumlah duri yang lebih banyak dibanding perlakuan yang lain (M1, M2 dan M3). Sebaliknya, penambahan 2 mg/l kinetin + 0,4 mg/l NAA menghasilkan jumlah akar yang lebih banyak dibanding perlakuan yang lain. Penggunaan media dengan komposisi auksin-sitokinin demikian diduga bahwa pada konsentrasi demikian telah terjadi perimbangan antara sitokinin dan auksin sehingga terjadi pembelahan sel yang menstimulasi pembentukan tunas, duri dan akar buah naga. 64

Hal ini sesuai dengan pendapat Priyono dan Winarsih (2000) bahwa pembelahan sel dipengaruhi oleh nisbah sitokinin dan auksin yang ditambahkan kedalam media. Selain itu, penggunaan media dengan konsentrasi tersebut menyebabkan terjadi interaksi antara kinetin dan IAA sebagai hormone eksogen yang digunakan dengan fitohormon (hormone endogen) yang terdapat dalam tanaman sehingga diperoleh suatu jumlah yang sesuai untuk organogenesis buah naga dalam memacu pembentukan tunas, duri dan akar tanaman. Menurut Gunawan (1988), interaksi dan perimbangan zat pengatur tumbuh yang ditambahkan dalam media dan yang diproduksi oleh sel tanaman secara endogen menentukan kecepatan dan arah perkembangan suatu kultur. Dalam penelitian kultur jaringan, pengamatan secara kuantitatif harus dibarengi dengan pengamatan kualitatif. Hal ini disebabkan hasil pengamatan kuantitatif yang baik belum tentu diikuti oleh pengamatan kualitatif yang baik. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan secara visual terhadap morfologi pertumbuhan eksplan, bahwa warna batang yang terbentuk pada semua perlakuan berwarna hijau. Penggunaan media dengan komposisi 3 mg/l kinetin + 0,4 mg/l NAA memperlihatkan ukuran dan kokoh serta ditumbuhi bulu-bulu akar. dengan ukuran yang lebih kecil dan jumlah bulu akar yang kurang. Dalam kultur jaringan tanaman, pemilihan hasil kulur yang terbaik adalah jumlah batang dan tunas yang banyak, kualitas batang dan tunas yang baik serta berwarna hijau ukuran besar dan kokoh. IV. KESIMPULAN Penggunaan zat pengatur tumbuh dengan konsentrasi dan kombinasi tertentu dari golongan auksin-sitokinin berbeda akan menghasilkan respon buah naga yang berbeda. Penggunaan kinetin yang dikombinasikan dengan NAA memberikan respon lebih baik dibanding penggunaan BAP dikombinasikan dengan IAA terhadap pertumbuhan buah naga. Hasil pengamatan kuantitatif dan kualitatif menunjukkan bahwa penggunaan zat pengatur tumbuh dengan konsentrasi 3 mg/l kinetin dan 0,2 mg/l NAA merupakan perlakuan yang lebih baik dibanding perlakuan yang lain dalam menginduksi pertumbuhan tanaman buah naga. DAFTAR PUSTAKA Basri, Z., 2004. Kultur Jaringan Tanaman. Universitas Tadulako Press, Palu Basri, Z., 2008. Multiplikasi Empat Varietas Krisan Melalui Teknik Kultur Jaringan. J. Agroland. 15(4):271-277 Cameiro, L.A., R.F.G. Araujo, G.J.M Brito, M.P.H.P. Fonseca,. Costa, O.J. Crocomo and. E. Mansur, 1999. In Vitro Regeneration from Leaf Explants of Neoregelia cruenla (R. Graham) L.B. Smith, an endemic bromeliad from Eastern Brazil. Plant Cell, Tissue and Organ Culture. 55:79-83 Chevny, A.A., 2005. Bisnis Buah Naga Kian Merekah. Bisnis Indonesia. Terbit tanggal 08-02-2005. George, E.F and P.D Sherington, 1983. Handbook of Plant Propagation by Tissue Culture. Easterm Press Ltd. England. Gunawan, L.W.,1988. Bogor, Bogor. Tehnik Kultur Jaringan. Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman. Pusat Antar Universitas (PAU). Institut Pertanian Iser, M., Fettig, S., Scheying, F., Viertel, K., and Hess, D., 1999. Genotype-Dependent Stable Genetic Transformation in Germany Spring Wheat Varieties Selected For High Regeneration Potential. J. Plant Physiol. 154:509-516 Kristanto, D., 2005. Buah Naga, Pembudidayaan di Pot dan Kebun. Penebar Swadaya, Jakarta. Media Indonesia, 2007. Buah Naga Olahan Dikembangkan di Bali. www.mediaindonesiaoonline.com, 25 januari 2008. Murashige, T and Skooge, F., 1962. A Revised Medium For Rapid Growth and Bioassay With Tabacco Tissue Cultures. Physiol. Palntarum, 15:473-497 65

Sinar Tani, 2006. Mengkonsumsi Buah Naga Untuk Obati Berbagai Macam Penyakit. Sinar Tani Edisi 15, tanggal 21 Pebruari 2006. Suhartiningsih, E., 2004. Pertumbuhan Jati (Tectona grandis L.) pada Berbagai Konsentrasi BAP NAA Secara In Vitro. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu. Tidak Dipublikasikan Takumi, S and Shimada, T., 1997. Variation in Transformation Frequencies Among Six Common Wheat Cultivars Through Particle Bombardment of Scutellar Tissues. Genes genet. Syst., 72:63-69 Wardiyati, T., 1998. Kultur Jaringan Tanaman Hortikultura. Lembaga Penelitian Fakultas Pertanian UNIBRAW, Malang. Vasil, I.K., 1988. Progress in The Regeneration and Genetic Multiplication of Cereal Crops. Bio/Technol, 6:397-402 Zulkarnain, 2007. Regenerasi Tanaman Nenas (Ananas comosus (L.). Merr.) dari Tunas Aksilar Mahkota Buah. J. Agroland. (14)1:1-5. 66