ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS DAN SINTESIS

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V ANALISIS SINTESIS

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

BAB VI R E K O M E N D A S I

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu. Keterangan Jl. KH. Rd. Abdullah Bin Nuh. Jl. H. Soleh Iskandar

III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA

BAB IV ANALISA TAPAK

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Jalan

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT

MATA KULIAH PERENCANAAN TAPAK

BAB VI KESIMPULAN. berdasarkan kebutuhan pengguna? 6.1 Penilaian Pengguna Mengenai Komponen Setting Fisik Ruang Terbuka Publik Kawasan Eks MTQ

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Kebutuhan Masyarakat akan Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Pusat Kota Ponorogo

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

Gambar 2 Peta lokasi studi

III. METODOLOGI. Gambar 1 Peta lokasi penelitian

KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR. Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D

RINGKASAN. Denpasar, bawah bimbingan Nurhajati A. Mattjik).

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI TABEL V.1 KESESUAIAN JALUR HIJAU

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II ANALISIS TAPAK. mengatakan metoda ini sebagai Metoda Tulang Ikan. Pada kegiatan Analisa, Dosen

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar perancangan beranjak dari hasil analisis bab sebelumnya yang

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

5. Konsep Urban Design Guidelines yang Memperhatikan Kebutuhan Pejalan Kaki Usia Kanak-Kanak dan Usia Lanjut

sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang

PEDOMAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (Permen PU 06/2007)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

BAB IV : KONSEP. 4.1 Konsep Dasar. Permasalahan & Kebutuhan. Laporan Perancangan Arsitektur Akhir

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 4 PRINSIP-PRINSIP PERANCANGAN TAMAN LINGKUNGAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. alami maupun buatan manusia, yang merupakan total dari bagian hidup manusia

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Pe rancangan

BAB III ANALISA. Lokasi masjid

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya jaringan jalan diadakan karena adanya kebutuhan

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur.

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kondisi Sistem Setting dan Livabilitas Ruang Terbuka Publik di Lapangan Puputan

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH YPCM

Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

METODOLOGI. Tempat dan Waktu

BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Menurut Triatmodjo (2008), Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

ke segala arah dan melepaskan panas pada malam hari. cukup pesat. Luas wilayah kota Pematangsiantar adalah km 2 dan

PENATAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG LAPORAN TUGAS AKHIR

BAB IV ANALISA STUDI KASUS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jalan. Kemacetan banyak terjadi di kota-kota besar, terutamanya yang tidak

BAB VI PENUTUP. 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2010). Aksesibilitas adalah konsep yang luas dan fleksibel. Kevin Lynch

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

BAB VI KONSEP PERENCANAAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Evaluasi Kualitas Estetik

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

ANALISIS SITE LAHAN/TAPAK RELATIF DATAR

VII. RENCANA TAPAK. Tabel 15. Matriks Rencana Pembagian Ruang, Jenis Aktivitas dan Fasilitas (Chiara dan Koppelman, 1990 dan Akmal, 2004)

ANALISIS SINTESIS Aspek Fisik Letak, Luas dan Batas-batas Tapak Aksesibilitas dan Sistem Transportasi

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Sentra Agrobisnis tersebut. Bangunan yang tercipta dari prinsip-prinsip Working

BAB I KONDISI PINGGIRAN SUNGAI DELI

BAB VI DATA DAN ANALISIS

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler

Pokok Bahasan Analisis Program, Tapak dan Lingkungan. Subject Matter Expert Ir. Irina Mildawani, MT. Agus Suparman, ST., MT.

ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG

BAB 6 HASIL PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KONSEP PERENCANAAN

RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB V ANALISIS DAN SINTESIS

BAB V MEDIAN JALAN. 5.2 Fungsi median jalan

KONSEP THE CITY OF PEDESTRIAN. Supriyanto. Dosen Tetap Prodi Teknik Arsitektur FT UNRIKA Batam

IV. Pemilihan Tanaman Lanskap Kota

BAB I PENDAHULUAN. meningkat dengan tajam, sementara itu pertambahan jaringan jalan tidak sesuai

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi merupakan salah satu elemen yang sangat penting bagi kebutuhan manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI. kembali adalah upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan cara

BAB IV ANALISA TAPAK

BAB III: DATA DAN ANALISA

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta

BAB III LANDASAN TEORI. hanya melibatkan satu kendaraan tetapi beberapa kendaraan bahkan sering sampai

masyarakat dan dipandang sebagai kesatuan antara fisik geografis dan lingkungannya dalam arti karakteristrik. Lansekap ditinjau dari segi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Contoh penyeberangan sebidang :Zebra cross dan Pelican crossing. b. Penyeberangan tidak sebidang (segregated crossing)

AIR Banjir dan Permasalahannya Di kota medan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam kehidupan sehari-hari di daerah perkotaan, seringkali muncul

Transkripsi:

56 ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH Berdasarkan hasil inventarisasi maka dari faktor-faktor yang mewakili kondisi tapak dianalisis sehingga diketahui permasalahan yang ada kemudian dicari solusinya sebagai landasan dalam Perencanaan Pedestrian Hijau di Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar. Sejarah dan Konsep Pengembangan Perkembangan suatu kota sangat ditentukan oleh sarana dan prasarana yang tersedia untuk menunjang berbagai kegiatan masyarakat dan pemerintahan. Sarana transportasi merupakan faktor utama yang dapat mempengaruhi kelancaran kegiatan-kegiatan tersebut. Keberadaan Kota Bogor berdekatan dengan Jakarta mengakibatkan perkembangannya menjadi sangat pesat. Posisi strategis ini memerlukan kesiapan Kota Bogor untuk menerima limpahan aktivitas masyarakat Jakarta serta arus penduduk Jakarta untuk tinggal di Kota Bogor. Adanya arus penduduk yang sangat pesat serta kegiatan perekonomian yang berkembang membutuhkan tersedianya prasarana transportasi yang memadai. Pemerintah Kota Bogor merencanakan pengembangan jalan-jalan di daerah Bogor sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bogor tahun 1999-2009. Salah satu kegiatan tersebut adalah untuk menghijaukan di sekitar kanan dan kiri jalan; pada yang memiliki lereng-lereng yang sangat miring dianjurkan ditanami dengan tanaman yang berakar kuat dan tidak mempunyai perakaran yang besar di permukaan tanah; mudah tumbuh pada tanah padat; tahan terhadap hembusan angin yang kuat; batang/dahan/ranting tidak mudah patah; pohon tidak mudah tumbang; tidak memiliki buah yang terlalu besar; mempunyai serasah yang sedikit; tahan terhadap pencemar yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor; mudah sembuh bila terjadi luka akibat benturan kendaraan; cukup teduh tetapi tidak terlalu gelap; daun, bunga, buah, batang dan percabangan secara keseluruhan indah; berumur panjang; memiliki laju pertumbuhan yang cepat serta tahan terhadap hama dan penyakit.

57 Perencanaan jalur pedestrian di sepanjang Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar bertujuan sebagai berikut : a. Menyediakan sarana dan prasarana bagi pejalan kaki yang melintasi kedua jalan tersebut. b. Memberi rasa aman dan nyaman bagi pejalan kaki sehingga dapat berpindah tempat melakukan aktivitas sehari-hari. c. Menata tata ruang daerah melalui perbaikan dan pengembangan sarana dan prasarana transportasi. Berdasarkan tujuan tersebut perencanaan jalur pedestrian hijau pada lanskap Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar sebagai penghubung wilayah Kota Bogor dan Kabupaten Bogor, maka diperlukan suatu pererencanaan lanskap jalan berupa konsep penataan lanskap sekitar jalan sehingga didapatkan jalan yang dapat memberi kenyamanan, kesenangan dan identitas tersendiri bagi pengguna dan masyarakat sekitar khususnya dan juga bagi warga Bogor pada umumnya. Lokasi dan Orientasi Tapak Pembangunan daerah yang dilaksanakan pada saat ini maupun yang akan datang merupakan kesinambungan dari rangkaian program pembangunan sebelumnya. Pembangunan yang tidak terkendali tanpa mengindahkan rencana tata ruang akan mengakibatkan permasalahan komplek di masa datang. Dalam rangka mewujudkan visi dan merealisasikan misi pembangunan Kota Bogor, beberapa rencana tata ruang dan program kegiatan pembangunan telah dilakukan. Dibidang pembangunan fisik dan tata ruang antara lain adalah di bidang perhubungan dan kawasan Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar termasuk ke dalam wilayah pengembangan Kota Bogor dengan arahan fungsi kegiatan untuk perumahan, perdagangan barang dan jasa komersial. Bentuk tapak adalah berupa koridor/strip dimana di dalamnya terjadi pergerakan dan sirkulasi yang cukup tinggi. Lokasi tapak sebagai penghubung wilayah Kota Bogor dan Kabupaten Bogor dengan tingkat aktivitas perdagangan

58 dan jasa yang tinggi menjadikan kawasan ini mempunyai posisi yang cukup strategis untuk dikembangkan. Maka diperlukan suatu perencanaan lanskap jalan agar didapat jalan yang memiliki identitas dan karakter yang kuat. Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar berada pada daerah kepemilikan lahan Pemerintah Kota Bogor, kepemilikan lahan Pemerintah Kabupaten Bogor dan masyarakat, sehingga pembangunan rancangan lanskap nantinya Pemerintah Kota Bogor harus melakukan pertemuan dengan pihak-pihak tersebut agar tidak mengalami kesulitan kedepannya. Suatu kawasan dengan orientasi yang baik adalah kawasan yang dengan mudah dapat dikenali dan diingat oleh manusia penggunanya, baik itu melalui karakter bangunan, suasana ataupun dari karakter lanskapnya. Orientasi kawasan sangat dipengaruhi oleh fungsi kawasan dalam hal ini kawasan linear Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar sebagai kawasan perdagangan barang dan jasa. Sehingga kawasan ini harus mampu menampilkan karakternya melalui penataan lanskap sekitar jalan. Salah satu permasalahan perkotaan yang terdapat di lokasi studi adalah tidak adanya penataan bagi kegiatan informal seperti pedagang kali lima. Saat ini keberadaan pedagang kaki lima dapat dilihat di sepanjang ruas kedua jalan lokasi studi. Hal ini jika di biarkan akan menimbulkan kesemrawutan wajah kota dan akan menimbulkan gangguan sirkulasi bagi pejalan kaki maupun kendaraan yang melintas, sehingga perlu diupayakan penertiban dan pengalokasian pedagang kaki lima ke tempat yang lebih sesuai dan tidak mengganggu kelancaran lalu lintas. Struktur Kegiatan Kawasan ini berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bogor akan dikembangkan sebagai kawasan ruko, rukan, permukiman dan superblok yaitu kawasan hunian dan komersial dalam satu struktur bangunan yang sama dan dibuat pada kondisi vertikal dengan pembagian ruang lantai bawah untuk komersial sedangkan lantai atas untuk hunian. Dari sini dapat dilihat bahwa Pemerintah Kota Bogor lebih berorientasi ekonomi tanpa melihat keinginan dan kebutuhan masyarakatnya yang juga membutuhkan ruang untuk kenyamanan dan

59 rekreasi. Rekreasi tersebut dapat berupa olahraga, berjalan-jalan, melihat pemandangan atau bercengkrama bersama. Untuk memudahkan dalam menganalisis lebih detail pada kawasan jalur pedestrian ini akan dibagi menjadi 3 segmen yaitu segmen utara, tengah dan selatan. Tabel 11. Analisis Kegiatan di Setiap Segmen Segmen Analisis Pemecahan Masalah Pada segmen ini terdapat banyak bangunan yang digunakan untuk perdagangan dan jasa. Pada sisi kiri dan Utara (Jalan H. Soleh Iskandar) kanan jalan jalur pedestrian dimanfaatkan pedagang kaki lima, tempat meletakkan produk-produk toko dan lahan parkir kendaraan sehingga mengganggu pejalan kaki. Menyediakan tempat untuk Pada segmen ini terdapat aktivitas ekonomi dan banyak bangunan yang mengalokasikan PKL agar digunakan sebagai pemukiman lebih tertata rapi dan membuat Tengah (Pertigaan Jalan H. penduduk kepadatan tinggi. aturan-aturan yang tegas untuk Soleh Iskandar-persimpangan Aktivitas perdagangan seperti dapat dipatuhi oleh semua semplak) penjual makanan banyak pengguna tapak. terdapat di badan jalan dan jalur hijau. Aktivitas dan perdagangan banyak terdapat di segmen ini. Selatan (Persimpangan semplak-pertigaan Jalan Raya Bentuk bangunan yang banyak terdapat di segmen ini adalah Dramaga) bangunan berlantai satu. Pedagang kaki lima banyak terdapat di pedestrian.

60 Sesuai dengan peraturan daerah masyarakat seharusnya dapat menikmati dan memanfaatkan ruang berserta sumberdaya alam yang terkandung di dalamnya, menikmati manfaat ruang berupa manfaat ekonomi, sosial dan lingkungan dilaksanakan atas dasar kepemilikan, penguasaan atau pemberian hak tertentu berdasarkan ketentuan perundang-undangan ataupun atas hukum adat dan kebiasaan yang berlaku. Untuk itu perlu pengaturan ruang untuk berbagai aktivitas yang dapat dilakukan di tapak misalnya melalui pembuatan taman kota atau taman lingkungan sebagai sarana masyarakat beraktivitas dan penyediaan tempat bagi aktivitas ekonomi seperti kios-kios, dengan pembuatan aturan-aturan khusus yang harus dipatuhi. Aspek Fisik dan Biofisik Sumberdaya yang terdapat di tapak merupakan faktor penting dalam pengembangan rencana pedestrian hijau. Sumberdaya tersebut dapat dimanfaatkan sehingga dapat memberi kenyamanan dan pelayanan bagi pengguna jalan. Kenyamanan itu sendiri meliputi kenyamanan fisik, visual, dan sosial. Kenyamanan fisik misalnya menyangkut pada iklim yang sesuai dan kondisi sarana dan prasarana yang baik. Kemudian kenyamanan visual adalah kenyamanan penglihatan yang diperoleh dari view atau pemandangan indah di sekitar jalan, ini terkait juga dengan estetika lanskap jalan. Sedangkan kenyamanan sosial merupakan kenyamanan yang diperoleh melalui rasa aman, terhindar dari berbagai bentuk kejahatan dan kenyamanan bersosialisasi. Iklim Berdasarkan data iklim dari Badan Perencana Daerah Kota Bogor diperoleh bahwa suhu udara tahunan 26 o C 34 o C dan kelembaban 70%. Suhu yang terlalu tinggi dapat diatasi dengan penggunaan naungan baik dengan penanaman vegetasi ataupun pembangunan stuktur naungan. Curah hujan tahunan pada kawasan studi sekitar 3.000-4.000 mm/tahun dengan fluktuasi curah hujan tertinggi pada bulan Februari dan terendah pada bulan September. Curah hujan yang cukup merupakan potensi terhadap ketersediaan air bagi perairan maupun air tanah dan mendukung untuk tumbuh

61 kembangnya vegetasi. Curah hujan yang tergolong tinggi dapat juga menjadi kendala dalam hal peresapan air ke dalam tanah dan aliran drainase. Di beberapa tempat pada tapak terutama di bagian jalan dengan kemiringan yang cukup curam akan menimbulkan limpahan aliran air hujan yang cukup banyak. Untuk itu diperlukan sistem drainase yang baik dan sesuai dengan topografi yang ada. Alternatif pemecahan masalah yang dapat direncanakan pada tapak ini adalah penggunaan struktur perkerasan pada jalur pedestrian yang dapat menyerap air atau porous sehingga air di atasnya mudah terserap, penanaman vegetasi yang berfungsi sebagai penahan erosi dan run off, dan merancang sistem drainase yang baik. Fasilitas peneduh sebagai pelindung saat hujan juga dapat disediakan. Intensitas penyinaran matahari pada kawasan ini dengan fluktuasi tertinggi pada bulan September dan terendah pada bulan Februari. Intensitas penyinaran yang cukup akan mendukung pertumbuhan vegetasi dengan baik. Namun jika berlebihan akan berpengaruh terhadap kenyamanan dan keamanan pengguna jalan. Vegetasi seperti pohon, semak/perdu, penutup tanah, dan rumput menghasilkan bayangan yang dapat digunakan untuk mengurangi radiasi matahari baik secara langsung atau yang dipantulkan oleh bangunan. Elemen lanskap yang digunakan pada tapak sebaiknya menggunakan warna-warna yang tidak memantulkan cahaya, antara lain biru, abu-abu, atau cokelat. Kecepatan angin rata-rata adalah 2,3 Km/Jam. Angin mempunyai peran penting dalam menciptakan kenyamanan pada tapak akibatnya teriknya matahari dan belum adanya naungan yang mencukupi menyebabkan ketidaknyamanan bagi pengguna khususnya pejalan kaki. Namun dengan adanya angin yang sedikit kencang dapat memberikan kenyamanan. Kecepatan angin akan berpengaruh pula bagi masyarakat sekitar jalan yaitu debu yang bertebangan membawa polusi udara terutama pada musim kemarau. Kecelakaan lalu lintas dapat disebabkan oleh berbagai hal, salah satunya faktor iklim. Tingkat kecelakaan tersebut dapat ditekan dengan menciptakan kondisi sedemikian rupa agar pengendara merasa aman dan nyaman selama

62 perjalanan. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan penataan lanskap jalan dengan mengembangkan potensi dan mengurangi kendala pada unsur-unsur iklim yang tidak menguntungkan pada tapak. Faktor iklim yang mempengaruhi kenyamanan manusia adalah suhu, radiasi matahari, angin, dan kelembaban udara. Misalnya penanaman vegetasi pada sisi-sisi dan median jalan selain dapat menciptakan iklim mikro yang nyaman juga menciptakan efek bayangan sehingga dapat mengurangi silau pada siang hari. Faktor kelembaban tidak terlalu berpengaruh langsung bagi pengendara karena mereka berada dalam kendaraan yang sedang melaju cepat dan sebagian besar dilengkapi AC. Kelembaban justru berpengaruh terhadap pejalan kaki dan masyarakat sekitar. Kelembaban udara pada kawasan sekitar 70%. Oleh sebab itu diperlukan suatu usaha untuk meningkatkan kenyamanan pada tapak. Keadaan ini perlu diatasi dengan melakukan pendekatan kelembaban ideal dan mempertahankan suhu bagi manusia agar pengguna merasa nyaman seperti memanfaatkan angin, seperti melalui peletakan vegetasi yang tidak menghalangi jalan angin. Elemen lanskap lainnya yang dapat digunakan untuk mempertahankan suhu yang ideal dan membuat tapak menjadi nyaman adalah air karena air dapat berdampak pada penurunan suhu melalui proses penguapan sehingga dapat memberikan rasa sejuk dan nyaman bagi pengguna yang berada di sekitarnya. Oleh karena itu, badan air yang ada di tapak seperti sungai dipertahankan dan dirawat keberadaannya. Bentukan Lahan Tapak pada lokasi studi merupakan tapak dengan kondisi lahan yang datar, landai dan curam. Kondisi ini memberikan keunikan tersendiri bagi lanskap di sekitarnya. Topografi yang relatif datar memberikan aspek visual yang kurang menarik dan memberi kesan monoton yang dapat menyebabkan kejenuhan bagi pengguna jalan. Namun kondisi ini juga berpotensi untuk dikembangkan dan ditingkatkan nilainya melalui penanaman vegetasi, dimana pada daerah yang

63 relatif datar lebih mudah dilakukan, dan juga melakukan penataan kawasan berupa bangunan perkerasan dengan desain yang menarik. Untuk menghilangkan kesan monoton dilakukan penanaman vegetasi secara dinamis baik dari pemilihan jenis tanaman maupun bentuk-bentuk penanaman. Topografi yang relatif datar di wilayah studi menjadi kendala dalam terhambatnya pergerakan drainase sehingga menyebabkan genangan-genangan air ke badan jalan terutama saat musim hujan. Kondisi ini dapat diatasi dengan pembuatan sistem drainase terpadu dengan dilakukan kontrol pada inlet dan outlet secara berkala untuk mencegah terjadinya penyumbatan, baik akibat sedimentasi maupun kotoran akibat bawaan aliran air. Pada bagian tapak yang datar ditemui adanya genangan air sehabis hujan karena banyaknya limpahan air hujan dan tidak berfungsinya saluran drainase dengan baik akibat struktur drainase rusak dan tertimbun serta dipenuhi sampah. Perlu pembuatan drainase dengan kemiringan yang sesuai agar limpahan air dapat mengalir lancar. Vegetasi Jalan Keberadaan vegetasi pada lanskap jalan memberikan kegunaan lebih, terutama jika dilihat dari masalah polusi baik itu polusi udara, suara dan aroma. Daerah sisi jalan mempunyai banyak lahan kosong sehingga berpotensi sebagai pengembangan kawasan dan menjadikannya good view. Lebar daerah penanaman untuk sisi jalan bervariasi hingga 1-2,5 meter. Ukuran tersebut kurang mencukupi apabila ingin dilakukan penanaman pohon. Karena akar pohon yang relatif besar dapat merusak struktur perkerasan yang berda di sampingnya. Untuk itu perlu dilakukan pelebaran media tanam minimal 3 meter apabila ingin dilakukan penanaman pohon atau ukuran tetap namun dengan jenis tanaman yang disesuaikan dengan luasan tersebut. Hal ini bertujuan demi keselamatan pengendara kendaraan dan tumbuh kembang tanaman. Daerah median di lokasi studi bervariasi mulai dari lebar 1-3 meter. Pada lokasi studi dengan lebar median yang relatif sempit maka vegetasi yang sesuai

64 ditanam semak pendek/rumput dengan masa daun padat dan ketinggian tidak lebih dari 1,1 meter terutama pada daerah persimpangan, karena rata-rata pandangan pengendara dalam kendaraan adalah 1,1 meter. Tanaman ditanam rapat agar dapat menahan silau lampu kendaraan yang datang dari arah berlawanan. Untuk daerah median pada tapak yang relatif luas dapat ditanami pohon dengan kombinasi semak pendek dan rumput agar lebih memberi kesan menarik dan berfungsi sebagai pengarah. Area persimpangan dan jembatan merupakan area dengan tingkat polusi tinggi karena pada daerah ini kendaraan bergerak melambat sehingga gas buangan dari pembakaran terakumulasi di daerah ini. Untuk itu pemilihan tanaman yang toleran terhadap kondisi tersebut. Sarana dan Prasarana Jalan Pada lokasi studi sarana dan prasarana jalan beberapa telah tersedia namun, sebagian besar dalam kondisi yang rusak dan tidak dapat difungsikan lagi, seperti halnya jumlah tempat penyeberangan (zebra cross) belum mencukupi untuk mengakomodasi masyarakat sekitar jalan yang akan melintasi jalan karena hanya ada di beberapa kawasan saja. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk menyebrang pada tempatnya akan berdampak pada keselamatan mereka dan pengguna jalan dan juga merusak tanaman yang ada di median jalan. Secara umum saluran drainase telah tersedia terletak di samping pedestrian berupa saluran terbuka. Hal ini yang menyebabkan kurang berfungsinya saluran akibat tertimbun sampah dan struktur rusak. Akibatnya adalah timbulnya genangan pada badan jalan khususnya pada daerah cekungan. Perbaikan dan pemeliharaan drainase sangatlah penting demi keberlanjutan jalan tersebut. Rambu-rambu lalu lintas dan lampu jalan merupakan fasilitas sangat penting. Tidak adanya lampu penerangan di jalur pedestrian sangat berbahaya bagi pejalan kaki dimalam hari. Penambahan fasilitas rambu-rambu lalu lintas dan penerangan jalan sangat membantu guna mendukung kelancaran dan keamanan berlalu lintas sekaligus memberi kenyamanan.

65 Pedestrian Pedestrian yang terdapat pada lokasi studi bervariasi mulai dari tidak memiliki pedestrian sampai pedestrian selebar 1,5 meter, untuk memudahkan dalam menganalisis pedestrian dibagi men jadi tiga segmen. Berikut tabel analisis pedestrian di setiap segmen. Tabel 12. Analisis Pedestrian di Setiap Segmen Segmen Analisis Pemecahan Masalah Pada segmen ini terdapat pedestrian dengan lebar 1 meter. Pengguna pedestrian ramai terutama pada siang hari. Pada sisi kiri dan kanan jalan jalur pedestrian Utara (Jalan H. Soleh Perlu pelebaran pedestrian dimanfaatkan pedagang kaki Iskandar) menjadi 1,8 meter, serta lima, tempat meletakkan pembuatan ramp untuk produk-produk toko dan lahan kemudahan bagi penyandang parkir kendaraan sehingga cacat, serta penambahan jalur mengganggu pejalan kaki. sepeda selebar 2,2 meter. Kondisi struktur pedestrian baik. Pada segmen ini terdapat pedestrian dengan lebar 1,5 Tengah (Pertigaan Jalan H. meter. Pengguna pedestrian Soleh Iskandar-persimpangan ramai terutama pada siang semplak) hari. Kondisi struktur pedestrian baik. Selatan (Persimpangan semplak-pertigaan Jalan Raya Dramaga) Pada segmen ini tidak terdapat pedestrian, hal ini membuat pejalan kaki berjalan di badan jalan. Perlu pembuatan pedestrian selebar 1,8 meter, serta pembuatan ramp untuk kemudahan bagi penyandang cacat, serta penambahan jalur sepeda selebar 2,2 meter.

66 Lebar pedestrian yang bervariasi mulai dari tidak ada pedestrian sampai 1,5 meter kurang memadai bila dilihat dari kebiasaan masyarakat Indonesia yang lebih senang berjalan bersama-sama, berjajar dan minimal berpasangan. Tidak mengakomodasi bagi pejalan kaki yang cacat dan pengendara sepeda, serta tidak memperhatikan segi keselamatan pejalan kaki untuk pedestrian dengan lebar hanya 0,5 meter. Untuk itu perlu pelebaran pedestrian menjadi 1,8 meter, serta pembuatan ramp untuk kemudahan bagi penyandang cacat, serta penambahan jalur sepeda selebar 2,2 meter. Aspek Sosial Karakter Pengguna Beragamnya pengguna jalan mulai dari anak-anak hingga dewasa dan dari berbagai tingkat sosial dan ekonomi memberikan karakter berbeda dalam hal ketertiban berlalu lintas. Kebiasaan menyeberang di sembarang tempat, membuang sampah sembarangan, timbulnya kios-kios liar, mengebut dan sebagainya merupakan kebiasaan yang buruk dan harus diubah. Untuk itu diperlukan perlengkapan sarana jalan dan penegakan aturan lalu lintas yang tegas terhadap semua pengguna jalan. Melalui rencana lanskap jalan ini akan diberikan ruang bagi pengguna jalan agar dapat beraktivitas dengan aman dan nyaman serta diharapkan dapat merubah perilaku pengguna menjadi lebih baik.

67 Rangkuman Analisis Data hasil inventarisasi dari berbagai faktor telah dianalisis permasalahan dan kondisi yang ada, serta telah ditentukan pula pemecahan masalahnya. Berikut disajikan rangkuman analisis yang telah dibahas sebelumnya berupa tabel agar lebih mudah terlihat permasalahan dan alternatif pemecahan masalah yang ada di lokasi studi Tabel 13. Analisis Berbagai Unsur Lanskap No Unsur Lanskap Analisis Pemanfaatan Potensi Kendala Potensi dan Pemecahan Masalah 1 Aksesibilitas dan Akses mudah dan Pedestrian Penentuan Lokasi Tapak kondisi jaringan kurang jaringan primer jalan baik, jalan memadai untuk (kendaraan) dan menghubungkan jalur pejalan sekunder dua wilayah kaki dan sepeda (pejalan kaki), dengan tingkat penentuan kesibukan tinggi peruntukan berpotensi kawasan dikembangkan sarana aktivitas 2 Geologi dan Jenis Tanah masyarakat Tidak peka sampai sedang erosi 3 Hidrologi Sumber air Merupakan drainase makro kota View bagi tapak 4 Topografi <15% >15 % Tidak peka erosi, stabil Titik pandang yang baik Peka erosi, kesuburan tanah Mulai mengalami erosi dan kerusakan akibat aktivitas manusia Peka erosi Pengaturan penggunaan lahan kawasan, pengendalian erosi, peningkatan kesuburan tanah Membuat sempadan sungai dengan penggunaan vegetasi dan struktur penahan erosi, memberi bukaan sebagai vista Pengembangan sarana dan prasarana dan aktivitas, memberikan bukaan pada titik-titik tertentu, pengendalian erosi, konservasi, cut and fill. Alternatif Tindakan Pelebaran damija (pedestrian dan pengaman jalan) sesuai peruntukan kawasan Pembangunan struktur bangunan, penanaman vegetasi, penambah unsur hara Menjaga dan melestrarikan keberadaan badan air Pembangunan fasilitas, penanaman vegetasi, pembangunan struktur penahan

68 No Unsur Lanskap Analisis Pemanfaatan Potensi Kendala Potensi dan Pemecahan Masalah 5 Iklim Suhu Kelembaban Curah Hujan Intensitas Cahaya Mendukung tumbuh kembang vegetasi, ketersediaan air Suhu tinggi Tinggi, kurang nyaman, bahaya erosi, limpahan air Tinggi 6 Vegetasi Beraneka ragam Belum berfungsi optimal, kurang menunjang untuk kenyamanan, penataan sesuai kondisi jalan masih kurang. 7 Tata guna lahan Digunakan Perubahan sebagai tempat fungsi lahan, perdagangan sempadan barang dan jasa. sungai rentan kerusakan. Dipertahankan Diperlukan penendalian pencegahan erosi,pembuatan sistem drainase, pengaturan penetrasi cahaya Mempertahankan dan meningkatkan jenis vegetasi untuk berbagai fungsi, pemilihan jenis sesuai fungsi. Penataan lanskap jalan yang sesuai untuk setiap penggunaan lahan dan lingkungan sekitar. Alternatif Tindakan Penataan vegetasi Pembangunan struktur bangunan, membuat bukaan, pembuatan sistem drainase yang sesuai, perkerasan Penanaman dan penataan sesuai fungsi dan kondisi tapak. Alokasi ruang untuk masingmasing fungsi bagi pengguna tapak secara keseluruhan.