BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II DASAR TEORI PENELITIAN

BAB I. Pendahuluan Latar Belakang

BAB IV IMPLEMENTASI DAN ANALISA. Dalam aplikasi ini, node yang dimaksud dalam Algoritma Dijkstra adalah dapat berupa :

PEMBUATAN NETWORK DATABASE

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Perangkat keras yang digunakan untuk perancangan ArcGis 9.3. a. Processor Intel Pentium IV atau lebih tinggi

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

OPTIMASI RUTE PERJALANAN AMBULANCE MENGGUNAKAN ALGORITMA A-STAR. Marhaendro Bayu Setyawan

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah uang. Salah satu yang menunjang aktivitas manusia adalah alat

Sistem Informasi Geografis Untuk Pemetaan Daerah Rawan Gempa Tektonik Dan Jalur Evakuasi di Yogyakarta

Aplikasi Penentuan Rute Terbaik Berbasis Sistem Informasi Geografis

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB I PENDAHULUAN I-1

HASIL DAN PEMBAHASAN. ditampilkan dalam sebuah layer yang akan muncul dalam aplikasi SIG. Integrasi dan Perancangan Antarmuka Sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengangkutan sampah adalah bagian persampahan yang bersasaran


ArcGIS Service Area. ArcGIS Network Analyst Tutorial. Nanda Pratama 16081/2010. ArcGis 10.1 Network Analyst-Service area / Nanda Pratama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a) Purwadhi (1994) dalam Husein (2006) menyatakan: perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), dan data, serta

MODEL PENENTUAN JALUR PENGANGKUTAN SAMPAH PERKOTAAN DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (Studi Kasus: Wilayah Bandung Barat)

DAFTAR ISI. ABSTRAK... vi. KATA PENGANTAR... viii. DAFTAR ISI... x. DAFTAR TABEL... xiii. DAFTAR GAMBAR... x. DAFTAR LAMPIRAN... x

Input dan Mengolah Data Atribute

Bab III Pelaksanaan Penelitian


IMPLEMENTASI ALGORITMA DIJKSTRA UNTUK PENCARIAN RUTE TERPENDEK MENUJU PELABUHAN BELAWAN BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGEMBANGAN PROTOTIPE SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PENYEBARAN RUTE ANGKUTAN UMUM KOTA SEMARANG

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

Simulasi Pencarian Rute Terpendek dengan Metode Algoritma A* (A-Star) Agus Gustriana ( )

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

Kata Kunci : sampah, angkutan sampah, sistem angkut sampah

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS KEPADATAN LALU LINTAS DAN DAERAH RAWAN KECELAKAAN KOTA SURABAYA

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. diperlukan kesiapan dari kebutuhan perangkat keras (hardware) maupun perangkat

BAB III METODOLOGI DAN PENELITIAN. tinjauan pustaka yaitu melakukan kegiatan mengumpulkan literatur-literatur yang

BAB III METODOLOGI. Gambar 1. Kerangka Pikir

BAB 1 PENDAHULUAN. tempat tujuan berikutnya dari sebuah kendaraan pengangkut baik pengiriman melalui

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

MODEL TRANSPORTASI MATAKULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-12 & 13. Riani Lubis Jurusan Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

Perbandingan Pencarian Rute Optimal Pada Sistem Navigasi Lalu Lintas Kota Semarang Dengan Menggunakan Algoritma A* Dan Algoritma Djikstra

Gambar 4.75 Form Menu Utama (b)

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

Penggunaan pgrouting Algoritma A-Star Untuk Rute Jalur Jalan Kendaraan Angkut di Wilayah Tambang Terbuka

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN. menentukan dan mengungkapkan kebutuhan sistem. Kebutuhan sistem terbagi menjadi

Kajian Optimalisasi Model Pengangkutan Sampah di Kota Tangerang Menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG)

PENENTUAN ARAH TUJUAN OBJEK DENGAN TABU SEARCH

PEMANTAUAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) KOTA PALEMBANG DENGAN METODE RAPID APPLICATION DEVELOPMENT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Perumusan Masalah

WEBGIS PENCARIAN RUTE TERPENDEK MENGGUNAKAN ALGORITM A STAR (A*) (Studi Kasus: Kota Bontang)

Jurusan Teknik Planologi Fakultas Teknik Universitas Pasundan Bandung 2013 Jl. Dr Setiabudhi No 193 Tlp (022) Bandung

Tabel dan Key dalam Database Tipe data dan Karakter pada Database. Author : Minarni, S.Kom.,MM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

Lampiran K Jarak dan waktu tempuh yang diperlukan berdasarkan jumlah tim menurut Kep-369/WPJ.09/KB.01/2007 tanggal 31 Mei 2007

Pengenalan Hardware dan Software GIS. Spesifikasi Hardware ArcGIS

Nama : Rendi Setiawan Nim :

Oleh : CAHYA GUNAWAN JURUSAN SISTEM INFORMASI FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG 2012

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 4 ANALISIS 4.1 Analisis Data Ketelitian Data Terkait Kedetailan Informasi

ABSTRAK. Untuk menjaga keteraturan di jalan raya dibuat rambu-rambu lalu lintas. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

SEARCHING SIMULATION SHORTEST ROUTE OF BUS TRANSPORTATION TRANS JAKARTA INDONESIA USING ITERATIVE DEEPENING ALGORITHM AND DJIKSTRA ALGORITHM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hubungannya satu dengan yang lain, yang berfungsi bersama-sama untuk

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. rancangan atau desain sistem yang telah dibuat. Sistem Informasi Penentuan Rute

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI PENGANGKUTAN SAMPAH DI KOTA DENPASAR

BAB 3 IMPLEMENTASI VISUALISASI INFORMASI PASUT BERBASIS WEB

BAB 1 PENDAHULUAN. berkurang dalam memakai jasa angkutan umum. Terkadang, banyak. pengguna angkutan umum kurang memahami rute atau jalur yang

Aplikasi Metode Vehicle Routing Problem with Time Windows untuk Pengangkutan Sampah Rayon Surabaya Pusat

Konsep Pemodelan data.

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

Penghematan BBM pada Bisnis Antar-Jemput dengan Algoritma Branch and Bound

ENTITY RELATIONSHIP DIAGRAM. By Tim Dosen

BAB 1 PENDAHULUAN. dan jasa, mempromosikan produk dan jasa, mengambil bahan dari supplier dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. 2.1 Model Data High Level Data Model (Conceptual Data Model)

Abstrak BAB I PENDAHULUAN

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PENENTUAN JALUR JALAN OPTIMUM KODYA YOGYAKARTA

SISTEM INFORMASI PENGIRIMAN BARANG. Mutiara Afie Ardhini

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 2 LANDASAN TEORI

Pemodelan Basis Data Entity-Relationship Diagram (contoh kasus 2) Yusuf 2010

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. (mencatat/merekam dalam file yang permanen) dan mengelola data guna

Model Jaringan. Ahmad Sabri, MSi, Riset Operasional 2, Universitas Gunadarma

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ISI TABEL... GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN... 1

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS NETWORK ANALYST

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III. Metode Penelitian

MAKALAH PERANCANGAN BASIS DATA MODEL DATA. Disusun oleh: Ainun Aisyiyah Iman Safuad Ismi Fadhilah

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

Penerapan Algoritma A-star (A*) Untuk Menyelesaikan Masalah Maze

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

Transkripsi:

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN 3.1 Pengadaan Data Data yang digunakan dalam pengerjaan tugas akhir ini adalah sebagai berikut: Peta Jalan Bandung Barat dalam format shapefile. Peta Lokasi TPS Bandung Barat dalam format shapefile. Peta Lokasi Pool Truk Sampah Bandung Barat dalam format shapefile. Peta Wilayah Kerja Pool Truk Sampah Bandung Barat dalam format shapefile. Peta Lokasi TPA Bandung Barat dalam format shapefile. Sistem pengangkutan sampah dari TPS ke TPA di Kota Bandung. Peta jalan, lokasi TPS, lokasi pool truk, wilayah kerja pool, dan lokasi calon TPA serta informasi tentang sistem pengangkutan sampah dari TPS ke TPA dan jumlah truk pada setiap pool digunakan dalam pekerjaan penelusuran jalur terpendek untuk pengangkutan sampah dari TPS-TPS ke TPA. Peta Jalan Kota Bandung merupakan komponen utama dalam pelaksanaan pekerjaan penelusuran jalan terpendek untuk pengangkutan sampah dari TPS ke TPA. Jaringan jalan pada peta tersebut digunakan untuk menentukan jalur yang paling pendek untuk pengangkutan sampah dari TPS ke TPA dari jaringan jalan yang ada. Untuk dapat melaksanaan pekerjaan tersebut, maka tabel atribut dari peta jalan Kota Bandung harus memiliki fields (kolom-kolom) yang memperlihatkan karakter jaringan jalan sebagai suatu sistem jaringan. Untuk mendapatkan tabel tersebut, dilakukan tabulasi data objek jaringan jalan. Node dan link direpresentasikan dalam bentuk nomor dan disimpan dalam tabel jaringan sebagai F_Node, T_Node, dan Record# atau Line#, ditambah dengan fields baru yang merepresentasikan karakteristik jalan (Ristandi, 2004). Berikut ilustrasi dari model sederhana penyimpanan data jaringan jalan: 17

15 12 5 2 16 13 11 6 4 3 1 17 14 Gambar (3.1): Objek jalan yang akan ditabulasi. Model data objek jaringan tersebut ditabulasikan ke dalam tabel berikut: Tabel (3.1): Tabel atribut jaringan jalan pada tabulasi data. Line_ID F_Node T_Node Length Oneway Cost Impedance 1 11 13 xxx xxx xxx 2 12 13 xxx FT xxx xxx 3 13 14 xxx FT xxx xxx 4 3 16 xxx xxx xxx 5 15 16 xxx TF xxx xxx 6 16 17 xxx TF xxx xxx Pada tabulasi ini, karakteristik jaringan jalan dinyatakan dalam kode dan field tertentu yang dapat dibaca oleh sistem, antara lain: Length Merepresentasikan panjang link atau segmen jalan yang dibentuk oleh dua node. Oneway Merepresentasikan aturan jalur dan arah gerak kendaraan yang diperbolehkan pada link atau segmen jalan terkait. Segmen jalan yang mempunyai satu jalur dan satu arah dinyatakan dengan kode FT (From Node_To Node) atau TF (To Node_From Node). Segmen jalan yang tidak memiliki kode berarti mempunyai dua jalur dan dua arah. Sedangkan segmen jalan dengan kode N berarti tertutup, tidak bisa dialui dari atau ke arah mana pun. 18

Cost Merepresentasikan ongkos berkendaraan. Atau bisa juga disebut sebagai parameter yang dihitung dari setiap segmen jalan dalam penelusuran jalur. Misal: jalur terpendek, maka cost-nya adalah panjang jalan (length). Untuk jalur tercepat, cost-nya waktu tempuh pada segmen jalan. Atau untuk jalur termurah, maka costnya adalah ongkos perjalanan saat melewati segmen jalan. Dalam pelaksanaan tugas akhir ini, cost yang dipakai adalah length. Impedance Merupakan hambatan yang ada dalam perjalanan. Impedance dapat berupa waktu tunggu di lampu merah atau waktu antrian di persimpangan. Arah jalur jalan juga bisa digunakan sebagai impedance sebagaimana yang digunakan dalam tugas akhir ini, yang dinyatakan dalam field Oneway seperi yang dijelaskan di atas. Peta Lokasi TPS yang digunakan dalam pelaksanaan tugas akhir ini adalah Peta Lokasi TPS didapatkan dari tugas akhir Helgi Birliansyah (2006) dengan judul Pemanfaatan Penginderaan Jauh dan SIG untuk Pengelolaan TPS dan Kajian Awal Penentuan Lokasi TPA. Data TPS didapatkan dari PD. Kebersihan Kota Bandung. Data tentang lokasi pool truk sampah dan wilayah kerja pool didapatkan dari wawancara dengan Kabag. Humas PD. Kebersihan Kota Bandung. Peta Lokasi Pool Truk Sampah Kota Bandung dilakukan dengan memplot pada Peta Jalan Kota Bandung di layer berbeda. Peta Wilayah Kerja Pool Truk Sampah Kota Bandung diturunkan dari Peta Rupa Bumi Bandung skala 1:25.000. Lokasi TPA yang digunakan merupakan lokasi fiktif karena dalam wilayah Bandung Barat sendiri tidak terdapat TPA. Peta Lokasi TPA didapatkan dengan cara yang sama dengan Peta Lokasi Pool Truk Sampah. 3.2 Pembangunan Basisdata 3.2.1 Tahap Konseptual Pada tahap ini dilakukan indetifikasi terhadap entitas apa saja yang terlibat dalam basis data yang akan dibuat. Entitas-entitas tersebut adalah: 19

1. Entitas Jalan 2. Entitas TPS 3. Entitas Pool 4. Entitas TPA 5. Entitas Wilayah Kerja Pool 3.2.2 Tahap Logikal Pada tahap ini diperlihatkan bagaimana hubungan antar entitas yang digambarkan melalui diagram ER (Entity Relationship) di bawah ini: Entitas jalan dan entitas TPS. Satu segmen jalan dapat melewati lebih dari satu TPS. Satu TPS hanya dilewati oleh satu segmen jalan. Tidak semua jalan melewati TPS. Setiap TPS pasti dilalui oleh segmen jalan. Entitas jalan dan entitas pool. Satu segmen jalan hanya melewati satu pool truk sampah. Satu pool truk sampah hanya dilewati oleh satu segmen jalan. Tidak semua jalan melewati pool truk sampah. Setiap pool truk sampah dilalui oleh segmen jalan. Entitas jalan dan entitas TPA. Satu segmen jalan hanya melewati satu TPA. 20

Satu TPA hanya dilewati oleh satu segmen jalan. Tidak semua jalan melewati TPA. Setiap TPA dilalui oleh segmen jalan. Entitas wilayah dan entitas jalan. Setiap wilayah kerja pool memiliki banyak segmen jalan. Setiap segmen jalan berada pada satu wilayah kerja pool. Tidak ada wilayah kerja pool yang tidak mempunyai segmen jalan. Entitas wilayah dan entitas pool. Setiap wilayah kerja pool memiliki hanya satu pool truk sampah. Setiap pool truk sampah berada pada satu wilayah kerja pool. Tidak ada wilayah kerja pool yang tidak mempunyai pool truk sampah. Entitas wilayah dan entitas TPS. Setiap wilayah kerja pool mempunyai banyak TPS. Setiap TPS berada pada satu wilayah kerja pool. Tidak ada wilayah kerja pool yang tidak mempunyai TPS. Entitas wilayah dan entitas TPA. Setiap wilayah kerja pool memiliki hanya satu TPA. 21

Setiap TPA berada pada satu wilayah kerja pool. Tidak ada wilayah kerja pool yang tidak mempunyai TPA. Keterangan: obligatory non-obligatory Secara keseluruhan, hubungan antar entitas di atas dapat digambarkan dalam diagram ER berikut: Gambar (3.2): Diagram ER keseluruhan. 3.2.3 Tahap Fisikal Model fisikal memperlihatkan tabel sekeleton dengan atribut yang sesuai. Tabel sekeleton dalam pembangunan basis data ini adalah: Wilayah (ID_Wilayah, Wil_Pool) Jalan (ID_Jalan, Nama_Jalan, Fnode_, Tnode_, Length, Oneway, Fungsi, ID_Wilayah) 22

Pool (ID_Pool, ID_Jalan, ID_Wilayah) TPS (TPS_ID, Lokasi, ID_Jalan, ID_Wilayah) TPA (ID_TPA, ID _Jalan, ID_Wilayah) 3.3 Pembangunan Model Dalam pembuatan model, proses pengangkutan sampah didefinisikan sebagai perpindahan truk pengangkut sampah dengan trayek sebagai berikut (ritasi): pool truk sampah TPS (1) TPA TPS (2) - TPA pool truk sampah Pelaksanaan pemodelan menggunakan perangkat Modelbuilder pada perangkat lunak ArcGIS. Pada Modelbuilder, model yang dihasilkan berupa rangkaian fungsi dan tool yang digambarkan dalam bentuk flowchart. Model dijalankan sebagai suatu tool baru yang akan mengotomasi rangkaian fungsi dan tool tadi ke dalam satu proses/kerja secara simultan maupun serial. Model yang dihasilkan dalam pekerjaan ini terdiri dari tiga model yang berkaitan. Model pertama menggambarkan keseluruhan proses untuk satu kali ritasi. Model kedua melengkapi model pertama untuk memenuhi kebutuhan pengulangan pada model pertama (untuk kasus lebih dari satu kali ritasi). Kemudian model ketiga merupakan model utama yang menggambarkan keseluruhan model dengan dilengkapi proses pemasukan nilai parameter. Untuk lebih jelasnya setiap model akan dijelaskan sebagai berikut: Gambar (3.3): Proses pembangunan model. 3.3.1 Model (1) Model pertama ini menggambarkan satu kali proses perpindahan truk sesuai trayeknya (ritasi). Model ini dibagi dalam lima bagian utama yang tetap terintegrasi pada satu model, yaitu: 1. Pool TPS (1) 23

Menggambarkan perpindahan truk dari pool ke TPS (1). Fungsi pencarian fasilitas terdekat (find closest facilities) diterapkan di sini. Yaitu pencarian/pemilihan satu atau lebih lokasi dari beberapa lokasi dari suatu lokasi lain dalam lingkungan kerja network analysis. Pada fungsi ini, terdapat beberapa parameter yang harus dinyatakan, yaitu incident sebagai starting point, dan facilities sebagai posisi yang akan dipilih sebagai tujuan rute. Dalam tahap ini, pool dinyatakan sebagai incident dan TPS dinyatakan sebagai facilities. 2. TPS (1) TPA Menggambarkan perpindahan truk sampah dari TPS (1) ke TPA. Pada tahap ini diterapkan fungsi pencarian rute terbaik (find best route). Fungsi ini bertujuan untuk mendapatkan rute terbaik (terpendek) di antara beberapa lokasi (stops) yang dinyatakan sebelumnya. Dalam tahap ini TPS (1) yang didapatkan dari tahap sebelumnya dinyatakan sebagai stop 1 dan TPA sebagai stop 2. 3. TPA TPS (2) Menggambarkan perpindahan truk sampah dari TPA ke TPS (2). Pada tahap ini fungsi pencarian fasilitas terdekat (find closest facilities) kembali digunakan. Untuk tahap ini TPA dinyatakan sebagai incident dan TPS-TPS dinyatakan sebagai facilities. 4. TPS (2) TPA Menggambarkan perpindahan truk sampah dari TPS (2) ke TPA. Tahap ini identik dengan tahap TPS (1) TPA, namun terdapat perbedaan dalam parameter stop 1. untuk tahap ini TPS (2) dinyatakan sebagai stop 1. 5. TPA Pool Menggambarkan perpindahan truk sampah kembali ke pool dari TPA. Pada tahap ini kembali diterapkan fungsi pencarian rute terbaik (find best route). TPA dinyatakan sebagai stop 1 dan pool dinyatakan sebagai stop 2. Pada model pertama ini, variabel TPS dinyatakan sebagai variabel kosong yang dijadikan parameter dari model untuk keperluan iterasi pada model kedua. Setiap rute yang dihasilkan juga dijadikan parameter dari model untuk tujuan yang sama. 24

Sebagai catatan, dalam lingkungan Modelbuilder pada perangkat lunak ArcGIS, variabel mempunyai pengertian sebagai wadah yang berisi nilai yang dapat diubah ubah. Sedangkan parameter berarti variabel yang menentukan hasil dari sebuah model. 3.3.2 Model (2) Model kedua berfungsi untuk memungkinkan dilakukannya pemodelan untuk lebih dari satu ritasi. Dengan kata lain model ini memungkinkan untuk memodelkan rute lebih dari satu truk dalam melaksanakan pengangkutan sampah. Proses-proses utama yang terdapat model kedua ini adalah: Menyatakan suatu variabel kosong yang berisi jumlah iterasi. Menyatakan Model (1) sebagai bagian dari Model (2) beserta semua parameternya, baik input (TPS) maupun output (rute-rute yang dihasilkan). Dalam Model (2), setiap parameter ini berstatus sebagai variabel. Menyatakan variabel kosong TPS sebagai parameter model. Penghapusan TPS-TPS yang telah dikunjungi, output yang dihasilkan dijadikan input saat model dijalankan kembali (iterasi). Penyimpanan variabel rute yang dihasilkan dari Model (1). Penyimpanan dilakukan dengan proses tertentu agar tidak terjadi penimpaan hasil iterasi sebelum dengan hasil iterasi sesudahnya yang menyebabkan hasil iterasi sebelumnya tidak dapat ditampilkan. Menyatakan variabel TPS dan jumlah iterasi sebagai parameter dari model. 3.3.3 Model (3) Model ketiga merupakan model utama. Model rute pengangkutan sampah perkotaan yang merupakan hasil dari pekerjaan ini didapatkan dengan mengeksekusi/menjalankan model ketiga. Proses-proses utama pada model ketiga adalah sebagai berikut: Menyatakan Model (2) sebagai bagian dari Model (3) beserta semua parameternya. Dalam Model (3), setiap parameter ini berstatus sebagai variabel. Membuat data TPS temporary untuk keperluan penghapusan pada Model (2). 25

Pengisian parameter TPS dari Model (2). Pengisian ini bertujuan untuk digunakan pada iterasi pertama dari Model (2). Untuk iterasi selanjutnya Model (2) menggunakan output dari penghapusan TPS yang telah dikunjungi seperti yang dijelaskan sebelumnya. Menyatakan variabel jumlah iterasi sebagai parameter dari Model (3). 3.4 Pengujian Model Pada tahap ini, model yang telah dihasilkan diuji menggunakan data yang ada. Model (3) dieksekusi untuk melihat keberfungsiannya. Sebelumnya pada Model (1), variabel pool, jaringan jalan, tpa, serta jumlah fasilitas (TPS) yang dicari pada tahap penentuan rute dari pool TPS (1) dan TPA TPS (2) telah diisi terlebih dahulu. Untuk pengujian ini, jumlah iterasi yang digunakan adalah lima kali. Jumlah ini dipilih untuk memperlihatkan jumlah jalur yang cukup untuk melihat keberhasilan dari model. Selain itu, jumlah ini dipilih agar waktu yang dibutuhkan model untuk bekerja saat pengujian tidak terlalu lama. Pengujian model memberikan lima jalur pada tampilan ArcGIS. Setiap jalur menggambarkan perpindahan truk pengangkut sampah sesuai rute pool TPS (1) TPA TPS (2) TPA pool. Tidak terdapat TPS yang dikunjungi lebih dari satu kali. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa model berfungsi dengan baik. 26